PERATURAN PERUSAHAAN PT. BIROTIKA SEMESTA TAHUN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN PERUSAHAAN PT. BIROTIKA SEMESTA TAHUN :"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI PERATURAN PERUSAHAAN PT. BIROTIKA SEMESTA TAHUN : PENDAHULUAN... i VISI & MISI PT.BIROTIKA SEMESTA/DHL INDONESIA.... Hal 1 BAB I : RUANG LINGKUP DAN KETENTUAN UMUM Hal 2 BAB II : PERATURAN PERUSAHAAN Hal 4 PASAL I : HUBUNGAN KERJA DAN MASA PERCOBAAN. Hal 4 PASAL II : HARI KERJA DAN JAM KERJA. Hal 4 PASAL III : KERJA LEMBUR... Hal 5 PASAL IV : SISTEM PENGUPAHAN Hal 7 PASAL V : TUNJANGAN HARI RAYA. Hal 8 PASAL VI : PERAWATAN DAN PENGOBATAN Hal 8 PASAL VII : PEMBAYARAN UPAH SELAMA SAKIT. Hal 9 PASAL VIII : KOPERASI KARYAWAN... Hal 10 PASAL IX : PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI PERUSAHAAN.. Hal 11 PASAL X : TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA. Hal 11 PASAL XI : TUNJANGAN KEMATIAN BUKAN KARENA KECELAKAAN KERJA... Hal 12 PASAL XII : TUNJANGAN UNTUK KELUARGA KARYAWAN YANG DITAHAN YANG BERWAJIB. Hal 13 PASAL XIII : ISTIRAHAT MINGGUAN DAN HARI LIBUR... Hal 14 PASAL XIV : CUTI TAHUNAN..... Hal 14 PASAL XV : CUTI HAMIL / KEGUGURAN. Hal 15 PASAL XVI : IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPAT UPAH / TANPA UPAH.. Hal 16 PASAL XVII : M A N G K I R... Hal 17 PASAL XVIII : KESELAMATAN DAN PERLENGKAPAN KERJA Hal 17 PASAL XIX : TATA TERTIB KERJA PERUSAHAAN DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN KARYAWAN. Hal 19 PASAL XX : LARANGAN-LARANGAN BAGI KARYAWAN. Hal 21 PASAL XXI : PEMBERIAN SURAT PERINGATAN Hal 23 PASAL XXII : SKORSING... Hal 25 PASAL XXIII : PEMINDAHAN / MUTASI DAN DEMOSI. Hal 25 PASAL XXIV : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.. Hal 25 PASAL XXV : LKS BIPARTIT..... Hal 32 PASAL XXVI : PENYELESAIAN KELUH KESAH KARYAWAN.. Hal 32 PASAL XXVII : P E N U T U P... Hal 33 1

2 P E N D A H U L U A N VISI & MISI PT. BIROTIKA SEMESTA / DHL Peraturan Perusahaan ini dibuat untuk menjadi pegangan bagi Perusahaan maupun karyawan, yang berisikan tentang hak - hak dan kewajiban masing - masing pihak dengan tujuan memelihara hubungan kerja yang baik, berdisiplin dan harmonis antara Perusahaan dan karyawan, dalam usaha bersama meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kemajuan usaha Perusahaan serta terciptanya hubungan Industrial Pancasila (HIP) dalam Perusahaan. Visi: Pelanggan mempercayai DHL sebagai partner ekspres dan logistik pilihan, dan memimpin di industri dalam hal kualitas, keuntungan dan pangsa pasar. Misi: Bahwa setiap karyawan akan ditempatkan pada jabatan/pekerjaan sesuai dengan ketrampilan/keahliannya dan diberikan kesempatan yang sama untuk maju tanpa melihat perbedaan daerah asalnya, suku dan agama karyawan. Agar maksud dan tujuan pembuatan peraturan Perusahaan ini dapat terwujud maka Peraturan Perusahaan ini dibagikan kepada seluruh karyawan dan baik Perusahaan maupun karyawan hendaknya memahami, mematuhi/melaksanakan Peraturan Perusahaan ini dengan sungguh-sungguh. DHL meningkatkan bisnis pelanggan kita dengan memberikan solusi ekspres dan logistik berkualitas tertinggi, didukung keahlian lokal yang kuat yang dikombinasikan dengan ketersediaan jaringan global yang paling luas. DHL merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan orang orang terpilih dengan menciptakan lingkungan kerja global dan menempatkan nilai pada kekuatan keragaman dan budaya kami. DHL menghasilkan keuntungan di atas rata rata dengan memberikan kualitas dan solusi solusi superior di setiap tahapan proses bisnis. DHL memiliki tanggung jawab kemasyarakatan di seluruh negara di mana kami beroperasi, dengan memikirkan kebutuhan kebutuhan sosial dan lingkungan dari karyawan kami, masyarakat setempat, dan umum. 2

3 1. PERUSAHAAN BAB I RUANG LINGKUP DAN KETENTUAN UMUM Yang dimaksud dengan Perusahaan dalam Peraturan Perusahaan ini adalah PT Birotika Semesta yang berkantor pusat di Siemens Business Park, Building F, Jl. MT Haryono Kav 58 60, Jakarta dengan cabang - cabang di seluruh Indonesia. 2. LINGKUP KEBIJAKAN Peraturan Perusahaan ini berlaku untuk seluruh karyawan PT. Birotika Semesta baik yang ada di Kantor Pusat maupun di cabang - cabang Perusahaan seluruh Indonesia. 3. TUJUAN Tujuan Peraturan Perusahaan ini adalah untuk menetapkan syarat - syarat dan kondisi - kondisi kerja yang berlaku bagi seluruh karyawan, mengatur secara jelas hak dan kewajiban karyawan maupun Perusahaan demi kelangsungan efisiensi dan tingginya produktifitas Perusahaan dan karyawan, sehingga dengan demikian dapat memajukan dan meningkatkan hubungan industrial dan ekonomi. Dengan bersandar kepada hubungan yang bersifat saling percaya, hormat - menghormati dan ketulusan hati, maka pihak manajemen dan pihak karyawan akan mampu menjalin kerjasama dan membangun keselarasan yang akhirnya akan berdampak kepada membaiknya kinerja karyawan sekaligus tercapainya produktifitas Perusahaan. 4. DEFINISI - DEFINISI Dalam Peraturan Perusahaan ini yang dimaksud dengan: a. Perusahaan adalah PT. Birotika Semesta/DHL, yang berkantor pusat di Gedung F, Siemens Business Park, Jl. MT. Haryono Kav 58 60, Jakarta dan kantor kantor cabangnya baik di Propinsi DKI Jakarta dan juga kantor kantor cabang di daerah dan Propinsi lainnya di seluruh Indonesia. b. Pengusaha adalah pemegang saham Perusahaan yang sah menurut hukum. c. Manajemen adalah Karyawan yang karena tugasnya diberi kuasa untuk memimpin dan mengelola Perusahaan serta bertindak atas nama atau mewakili Perusahaan. d. Karyawan adalah tenaga kerja tetap yang memiliki hubungan kerja dengan Perusahaan dan memperoleh pendapatan atau upah dari hasil kerja dan keahliannya di Perusahaan. e. Departemen adalah unit kegiatan di dalam Perusahaan yang terdiri dari kumpulan pekerjaan yang sejenis dan memiliki fungsi tertentu. f. Kota asal rekrut (city of hire) adalah kota di mana karyawan diangkat sebagaimana tertera di surat perjanjian kerja. g. Upah adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja karyawan. h. Tunjangan tetap adalah tunjangan yang diberikan oleh Perusahaan kepada karyawan yang sifatnya teratur dan diberikan secara tetap dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah. i. Tunjangan tidak tetap adalah tunjangan yang diberikan oleh Perusahaan secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap atau didasarkan kepada kehadiran. j. Tanggungan atau anggota keluarga adalah satu orang istri atau suami yang sah dan anak - anak yang sah menurut hukum dan terdaftar di Perusahaan berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Karyawan sendiri secara tertulis. Anak dari karyawan wanita yang bercerai dan belum menikah lagi (dengan menunjukkan akte perceraian) akan menjadi tanggungan karyawan sepanjang yang bersangkutan ditetapkan oleh putusan Pengadilan sebagai wali dari anak anaknya. k. Ahli Waris adalah istri atau suami karyawan serta anak anak karyawan yang terdaftar di departemen Sumber Daya Manusia dan sesuai dengan hukum yang berlaku. 3

4 Dalam hal karyawan tidak memiliki istri atau suami dan atau anak anak, maka ahli waris adalah orang tuanya, yaitu bapak dan atau ibu kandungnya. Karyawan boleh menunjuk ahli waris selain istri atau suami, anak anak atau orang tuanya, hanya jika karyawan bersangkutan berstatus lajang, tidak mempunyai anak dan kedua orang tuanya meninggal dunia. l. Lembur adalah pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja normal dan dilaksanakan berdasarkan atas dasar perintah atasan. m. Anak adalah keturunan atau anak sah Karyawan yang berusia sampai dengan 18 (delapan belas) tahun bila tidak bersekolah, atau di bawah 21 (dua puluh satu) tahun bila masih bersekolah, belum bekerja, belum menikah dan atau tinggal bersama orang tua. n. Serikat Pekerja adalah Serikat Pekerja Birotika Semesta yang tercatat di instansi yang bertangggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan dibentuk dari, oleh, dan untuk karyawan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan karyawan serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya. o. Lembaga Kerjasama Bipartit adalah Forum Komunikasi Bipartit PT Birotika Semesta yang anggotanya terdiri dari manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan masalah masalah hubungan industrial dengan maksud untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan karyawan yang bertujuan untuk kelangsungan usaha dan kondisi kerja yang harmonis. BAB II PERATURAN PERUSAHAAN PASAL I HUBUNGAN KERJA DAN MASA PERCOBAAN 1. Penerimaan karyawan baru di Perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan Perusahaan. Untuk dapat diterima menjadi karyawan, calon harus memenuhi syarat - syarat yang ditentukan oleh Perusahaan antara lain test kesehatan, intelegensia, ketrampilan, lulus cek latar belakang, dan lainnya yang layak dan dianggap perlu oleh Perusahaan. 2. Calon karyawan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Perusahaan dapat diterima sebagai karyawan dengan masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung mulai hari pertama ia bekerja di Perusahaan. 3. Adanya masa percobaan diberitahukan secara tertulis kepada calon pekerja. 4. Selama dalam masa percobaan masing - masing pihak dapat memutuskan hubungan kerja tanpa pesangon atau ganti rugi apapun kecuali upah yang belum dibayar dengan pemberitahuan sekurang kurangnya 1 (satu) hari sebelumnya. 5. Calon karyawan yang telah menyelesaikan masa percobaan dengan baik diangkat menjadi karyawan tetap melalui surat pengangkatan. 6. Masa kerja karyawan di perhitungkan sejak diterima sebagai karyawan percobaan. PASAL II HARI KERJA DAN JAM KERJA 1. Dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku jumlah jam kerja dalam satu minggu adalah 40 jam. 2. Hari dan jam kerja di Perusahaan terbagi ke dalam dua kelompok berdasarkan kebutuhan operasional masing masing departemen sebagai berikut: a. Kelompok I (7 jam sehari dan 40 jam seminggu) dengan hari dan jam kerja normal sebagai berikut: Senin Jumat : jam sudah termasuk istirahat 1 jam. Sabtu : jam Minggu : libur / istirahat mingguan b. Kelompok II (8 jam sehari dan 40 jam seminggu) dengan hari dan jam kerja normal sebagai berikut: Senin s/d Jumat : jam sudah termasuk istirahat 1 jam Sabtu/Minggu : libur / istirahat mingguan 4

5 3. Pada prinsipnya jam kerja setiap bagian dapat diatur menurut kebutuhan bagian masing-masing, dengan tetap memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku mengenai jam kerja. 4. Pekerjaan yang dilakukan lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu adalah sebagai kerja lembur bagi yang menggunakan aturan waktu kerja 6 hari kerja seminggu atau pekerjaan yang dilakukan lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu bagi yang menggunakan aturan waktu kerja 5 hari kerja seminggu. PASAL III KERJA LEMBUR 1. Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan karyawan melebihi jam kerja normal pada hari - hari kerja normal dan atau dilakukan pada hari - hari libur/istirahat mingguan atau hari - hari libur nasional. 2. Kerja lembur dapat dilakukan bila ada penugasan langsung dari atasan/supervisor. 3. Setiap jam kerja lembur akan disetujui jika disertai formulir yang sesuai, untuk dicatat dan disetujui oleh atasan/supervisor dan untuk dilakukan pembayaran kemudian. 4. Apabila dibutuhkan oleh Perusahaan maka karyawan harus bersedia untuk melakukan kerja lembur. 5. Tata cara perhitungan upah lembur diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 6. Perhitungan upah lembur sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut: a. Lembur yang dilakukan pada hari kerja normal: - Untuk 1 (satu) jam kerja lembur pertama dibayar 1 ½ x upah sejam. - Untuk jam kerja lembur selebihnya tiap jamnya dibayar 2 x upah sejam. b. lembur yang dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur nasional: - Untuk setiap jam kerja dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari libur tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah sedikit dikitnya 2 (dua) kali upah sejam. - Untuk jam kerja ke 8 (delapan), atau ke 6 (enam) apabila hari libur tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar sebesar 3 (tiga) kali upah sejam. - Untuk jam kerja ke 9 (sembilan), atau ke - 7 (tujuh) apabila hari libur tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, dan seterusnya, harus dibayar upah sebesar 4 (empat) kali upah sejam setiap jam kerja lembur. 7. Batas kerja lembur minimal ialah 30 menit untuk satu jam pertama dan untuk jam berikutnya dihitung pro rata. Jika lembur kurang dari 30 menit pada satu jam pertama, tidak akan diperhitungkan sebagai kerja lembur. 8. Karyawan yang berhak untuk mendapatkan upah lembur adalah karyawan dengan grade 8 ke bawah, sedangkan karyawan dengan grade 9 ke atas tidak berhak mendapatkan upah lembur karena sudah memperoleh tunjangan yang dikelompokkan dalam upahnya. 9. Perhitungan upah lembur dalam sejam adalah sebagai berikut: Bagi karyawan dengan upah bulanan = 1/173 x upah sebulan PASAL IV SISTEM PENGUPAHAN 1. Sistem pengupahan untuk karyawan diatur oleh Perusahaan menurut tingkat jabatan, kinerja pada jabatan dan kemampuan Perusahaan dengan tidak bertentangan dari peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Penetapan upah pada dasarnya ditetapkan oleh Perusahaan berdasarkan keahlian, kecakapan, prestasi kerja dan pengalaman kerja karyawan yang bersangkutan. 3. Upah ditetapkan dalam jumlah kotor dan pajak atas upah dibebankan kepada karyawan dan dipotong oleh Perusahaan untuk disetor ke Kas Negara sesuai ketentuan Pemerintah. 5

6 4. Pembayaran upah karyawan dilakukan sekali dalam sebulan yaitu setiap tanggal 25. Jika tanggal pembayaran tersebut jatuh pada hari libur/minggu, maka pembayarannya akan dimajukan pada hari kerja sebelum jatuhnya hari libur/minggu tersebut. 5. Pada saat pembayaran upah karyawan setiap bulannya Perusahaan akan memberikan bukti slip upah yang akan menjelaskan secara rinci tentang besarnya upah yang diterima pada bulan tersebut. 6. Di samping upah, Perusahaan juga akan memberikan insentif kepada karyawan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan untuk masing masing departemen. 7. Atas ketentuan manajemen, Perusahaan akan mempertimbangkan kenaikan upah atau peninjauan gaji karyawan sekali setahun yaitu pada bulan April dengan memperhatikan antara lain: - Prestasi karyawan. - Tingkat kenaikan biaya hidup tiap daerah. - Perkembangan nilai indeks harga konsunen (IHK). - Kenaikaan UMP tiap daerah. - Kemampuan Perusahaan. 8. Pemotongan upah yang dilakukan di luar yang ditetapkan oleh Undang undang harus diinformasikan dan atau mendapatkan persetujuan dari karyawan. PASAL V TUNJANGAN HARI RAYA 1. Setiap tahun Perusahaan memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawan. 2. Bagi karyawan yang beragama Islam waktu pemberian THR adalah pada hari raya Lebaran, sedangkan bagi pemeluk agama lainnya maka THR diberikan menurut hari raya agama masing-masing. 3. Besarnya tunjangan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bagi Karyawan yang sudah bekerja 1 (satu) tahun atau lebih, sebesar 1 (satu) bulan upah dan tunjangan tetap. b. Bagi karyawan yang sudah bekerja 3 (tiga) bulan atau lebih sampai dengan kurang dari 12 (duabelas) bulan, THR akan diperhitungkan secara prorata sesuai masa kerjanya sampai dengan hari raya. 4. Karyawan yang masih dalam masa percobaan yaitu yang bekerja belum sampai 3 (tiga) bulan tidak berhak mendapat THR. 5. Bagi karyawan yang karena satu dan lain hal putus hubungan kerjanya lebih dari 30 hari sebelum hari raya tidak mendapat THR. 6. Pembayaran THR dilakukan setidaknya 2 (dua) minggu sebelum Hari Raya keagamaan. PASAL VI PERAWATAN DAN PENGOBATAN 1. Program Kesejahteraan bagi karyawan mencakup jaminan perlindungan kesehatan bagi karyawan dan tanggungannya, perlindungan terhadap resiko kecelakaan dan resiko kematian. 2. Program Kesejahteraan seperti disebutkan pada ayat 1 di atas tidak lebih rendah dari ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku dan yang biasanya yang selama ini diberikan. 3. Jaminan perlindungan kecelakaan dan kematian berlaku 24 jam tanpa batasan geografis. 4. Penyelenggaraan Program Kesejahteraan dilakukan melalui program asuransi AIA. 5. Ketentuan bagi tanggungan karyawan yang dapat diikutsertakan dalam Program Kesejahteraan adalah sebagai berikut: a. Suami atau Istri pada saat pendaftaran berusia paling tidak 16 tahun dan maksimal 60 tahun, atau pada saat perpanjangan maksimal 65 tahun. 6

7 b. Anak anak pada saat pendaftaran telah berusia 14 hari dan maksimal 21 tahun, belum bekerja dan belum berkeluarga. Jumlah anak tidak dibatasi. 6. Karyawan atau tanggungan karyawan baru yang telah memenuhi syarat dapat didaftarkan dalam program ini dengan melaporkan datanya kepada Departemen Sumber Daya Manusia. 7. Karyawan dan tanggungannya yang telah didaftarkan akan menerima bukti kepesertaan dari penyelenggara Program Kesejahteraan berupa tanda keanggotaan. 8. Proses dan jumlah penggantian biaya pengobatan atau perawatan akan disesuaikan dengan cakupan dan peraturan Program Kesejahteraan yang berlaku. KETENTUAN UMUM PASAL VII PEMBAYARAN UPAH SELAMA SAKIT 1. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit, harus melapor kepada atasannya sesegera mungkin dan kemudian dapat membuktikan sakitnya tersebut dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter. 2. Karyawan yang karena terpaksa memerlukan rawat inap di rumah sakit karena satu dan lain hal, guna keperluan administrasi wajib melaporkannya kepada Perusahaan. 3. Upah selama sakit akan tetap dibayarkan oleh Perusahaan sepanjang didukung oleh keterangan tertulis dari dokter. UPAH SELAMA SAKIT 1. Upah selama cuti sakit diberikan kepada karyawan yang perlu perawatan lama dengan mendapat rujukan dari dokter. 2. Upah cuti sakit akan diberikan sesuai dengan UU Ketenagakerjaan yang berlaku (UU No 13 tahun 2003) sebagai berikut: Masa Pengobatan Upah 0 s/d 4 bulan 100% dari upah sebulan 5 s/d 8 bulan 75% dari upah sebulan 9 s/d 12 bulan 50% dari upah sebulan 3. Apabila sesudah lewat 12 (duabelas) bulan sakit ternyata karyawan tersebut belum mampu untuk bekerja kembali, maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya dan dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang tertera dalam UU yang berlaku, dan upah akan tetap dibayarkan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari upah sebulan sampai dengan pemutusan hubungan kerja dilakukan. PASAL VIII KOPERASI KARYAWAN 1. Dalam rangka peningkatan produktivitas kerja, Perusahaan membantu dan mendukung penuh kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan karyawan. 2. Sarana penunjang ke arah peningkatan kesejahteraan tersebut tidak hanya tergantung pada keadaan upah, namun sebagian upah masing - masing karyawan dapat dikembangkan untuk usaha bersama melalui pembentukan Koperasi Karyawan. 3. Sesuai dengan kemampuan yang ada Perusahaan akan turut mendorong dan membantu ke arah tumbuh dan berkembangnya Koperasi Karyawan di Perusahaan. 4. Semua karyawan yang telah diangkat menjadi karyawan tetap sangat dianjurkan untuk menjadi anggota koperasi karyawan. PASAL IX TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA (JAMSOSTEK) 1. Apabila seorang karyawan mendapat kecelakaan dalam jam kerja sesuai dengan yang dimaksud dalam Undang - undang, maka Perusahaan akan memberikan ganti kerugian sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 3/1992 melalui program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Jamsostek dan Program Kesejahteraan. 7

8 2. Macamnya ganti kerugian seperti yang dimaksud dalam ayat 1 tersebut di atas adalah sebagai berikut: - Biaya pengangkutan karyawan dari tempat kecelakaan ke tempat tinggalnya atau ke rumah sakit. - Biaya Perawatan dan Pengobatan. - Biaya Penguburan. - Tunjangan kecelakaan. 3. Perusahaan mengikutsertakan semua karyawan ke dalam program Jamsostek sesuai UU No.3/1992 dan peraturan pelaksanaannya, yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Hari Tua (JHT). 4. Perusahaan tidak mengikutsertakan karyawan ke dalam Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari Jamsostek, akan tetapi diselenggarakan sendiri oleh Perusahaan dengan ketentuan tidak lebih rendah dari peraturan perundang - undangan yang berlaku. PASAL X TUNJANGAN KEMATIAN BUKAN KARENA KECELAKAAN KERJA 1. Apabila Karyawan meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, maka Perusahaan akan memberikan sumbangan kepada ahli warisnya dengan ketentuan sebagai berikut : a. Upah penuh dalam bulan yang sedang berjalan. b. Sumbangan ongkos penguburan sebesar Rp (satu juta rupiah). c. Uang duka atau uang pengabdian pekerja yang besarnya disesuaikan dengan masa kerja berpedoman pada UU no. 13/2003. d. Santunan dari Jamsostek sesuai ketentuan dan perundangan yang berlaku. e. Jaminan dari Program Kesejahteraan dengan nilai pertanggungan minimal Rp (lima belas juta) atau sesuai dengan program yang dipilih oleh karyawan. 2. Apabila keluarga langsung karyawan yang meninggal dunia maka Perusahaan akan memberikan sumbangan belasungkawa sebesar Rp (satu juta rupiah). Yang dimaksud dengan keluarga langsung karyawan ialah suami atau isteri atau anak karyawan yang sah dan terdaftar di Perusahaan. PASAL XI TUNJANGAN UNTUK KELUARGA KARYAWAN BILA KARYAWAN DITAHAN OLEH YANG BERWAJIB 1. Karyawan yang ditahan oleh pihak yang berwajib tidak mendapat upah. 2. Pihak Keluarga yang ditinggalkan karena karyawan berada dalam tahanan yang berwajib, akan diberikan tunjangan sebagai berikut : - Untuk 1 orang tanggungan 25 % dari upah. - Untuk 2 orang tanggungan 35 % dari upah. - Untuk 3 orang tanggungan 45 % dari upah. - Untuk 4 orang tanggungan 50 % dari upah. 3. Lamanya pembayaran tunjangan sebagaimana disebutkan di ayat 2 (dua) adalah selama 6 (enam) bulan, terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan yang berwajib. 4. Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan karyawan dibebaskan dari tahanan karena dinyatakan tidak terbukti melakukan kesalahan, maka karyawan kembali bekerja dan upah karyawan akan dibayarkan secara penuh kepada karyawan beserta hak - hak lainnya yang seharusnya diterima terhitung sejak karyawan ditahan. 5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah, maka karyawan dapat diberhentikan sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 13/2003. PASAL XII ISTIRAHAT MINGGUAN DAN HARI LIBUR 1. Bagi karyawan dengan hari kerja normal 6 (enam) hari (kelompok I) diberikan istirahat mingguan selama 1 (satu) hari dan bagi karyawan dengan hari kerja normal 5 (lima) hari (kelompok II) diberikan istirahat mingguan 2 hari. 8

9 2. Pada hari - hari libur nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah, karyawan dibebaskan untuk bekerja dengan mendapat upah penuh, kecuali karyawan yang jadwal kerjanya jatuh pada hari libur nasional tersebut, dan untuk itu bagi karyawan yang berhak akan dihitung sebagai kerja lembur. PASAL XIII CUTI TAHUNAN 1. Jumlah hari cuti tahunan setiap karyawan berbeda berdasarkan masa kerja sebagai berikut: a. Karyawan yang telah bekerja terus-menerus dengan masa kerja kurang dari 5 (lima) tahun berhak atas cuti tahunan sebanyak 12 (duabelas) hari kerja, dengan mendapat upah penuh. b. Karyawan dengan masa kerja 5 (lima) sampai dengan kurang dari 10 (sepuluh) tahun berhak atas cuti tahunan selama 15 (lima belas) hari kerja, dengan mendapatkan upah penuh. c. Karyawan dengan masa kerja 10 (sepuluh) tahun atau lebih berhak atas cuti tahunan selama 18 (delapan belas) hari kerja, dengan mendapat upah penuh. 2. Pengambilan cuti tahunan dapat dibagi beberapa bagian di mana salah satu bagian harus ada sedikitnya 6 (enam) hari terus - menerus. 3. Untuk mengggunakan cuti tahunannya karyawan harus mengajukan permohonan kepada atasannya sekurang-kurangnya 2 (dua) minggu sebelumnya. PASAL XIV CUTI HAMIL/KEGUGURAN 1. Bagi karyawan wanita menikah yang akan melahirkan diberikan cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan dengan upah penuh dengan perhitungan cuti 1 1/2 (satu setengah) bulan sebelum dan 1 1/2 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan. 2. Karyawan wanita menikah yang mengalami keguguran diberi cuti selama 1 ½ (satu setengah) bulan dengan upah penuh. 3. Seorang karyawan wanita yang mau melahirkan tidak dapat memperhitungkan hak cuti melahirkan selama 3 bulan apabila yang bersangkutan berkeinginan untuk memutuskan hubungan kerja menjelang kelahiran anaknya. 4. Permohonan menggunakan cuti melahirkan tersebut harus diajukan terlebih dahulu kepada Perusahaan dengan disertai surat keterangan Dokter atau bidan yang merawatnya selambat - lambatnya dalam waktu 10 hari sebelum waktu istirahat dimulai. Aturan waktu 10 hari tidak berlaku bagi karyawan yang gugur kandungan. PASAL XV IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPAT UPAH/TANPA UPAH 4. Perusahaan dapat memberikan ijin kepada karyawan untuk meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah apabila : 4. Perusahaan dapat menunda paling lama 6 (enam) bulan permohonan cuti tahunan dan atas kehendak Perusahaan cuti tahunan tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian asal satu bagian terdapat sekurang kurangnya 6 (enam) hari kerja terus - menerus. 5. Perusahaan akan memberitahukan kapan hak cuti karyawan dapat diambil/timbul. 6. Hak atas cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 6 (bulan) setelah lahirnya hak cuti tersebut, karyawan ternyata tidak mempergunakan haknya dan bukan karena alasan alasan yang diberikan oleh Perusahaan. a. Karyawan menikah 3 hari b. Anak karyawan menikah 2 hari c. Istri karyawan melahirkan atau keguguran 2 hari d. Suami/Istri/Anak/Menantu/Orang Tua/ Mertua karyawan meninggal dunia 2 hari e. Anak karyawan dikhitan/dibaptis 2 hari f. Anggota keluarga karyawan dalam satu rumah meninggal dunia 1 hari g. Musibah/bencana alam yang tidak mungkin dihindari 2 hari 9

10 2. Karyawan yang sudah memiliki masa kerja 12 bulan terus menerus, dapat mengajukan cuti untuk melaksanakan ibadah haji, ziarah untuk ibadah keagamaan lainnya dengan upah penuh sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk jangka waktu paling lama 40 hari. Cuti untuk melaksanakan ibadah haji ini hanya berlaku 1 (satu) kali selama bekerja di Perusahaan. 3. Karyawan yang karena satu dan lain hal harus menjalankan kewajibannya sebagai warga Negara seperti: menjadi saksi dalam satu persidangan, wajb militer, pemilu dan kewajiban kewajiban lainnya yang diatur dalam peraturan yang berlaku, dapat melaksanakan kewajibannya tersebut dengan tetap mendapatkan upah penuh. 4. Izin untuk meninggalkan pekerjaan sebagaimana tersebut pada ayat 1,2,3 harus diperoleh terlebih dahulu dari Perusahaan kecuali dalam keadaan mendesak dengan mengajukan bukti bukti yang sah kemudian. 5. Setiap karyawan dapat mengajukan ijin meninggalkan pekerjaan untuk suatu jangka tertentu tanpa mendapat upah berdasarkan alasan yang disetujui terlebih dahulu oleh Perusahaan. 6. Alasan-alasan yang dimaksud pada ayat 5 (lima) adalah alasan untuk melanjutkan sekolah atau kursus, alasan penyembuhan dan kesehatan untuk jangka waktu maksimum 3 (tiga) bulan. 7. Berdasarkan pertimbangan tertentu, Perusahaan dapat menolak atau menerima cuti tanpa upah yang diajukan oleh karyawan. 8. Karyawan yang mengambil cuti tanpa izin atau tanpa sepengetahuan atasannya akan dianggap cuti tanpa upah atau dipotong hak cutinya dan atau akan diberikan sanksi. PASAL XVI M A N G K I R 1. Karyawan yang tidak hadir untuk bekerja dan bukan disebabkan karena sakit, cuti tahunan, atau alasan lainnya yang ditentukan dalam Peraturan Perusahaan ini, dianggap mangkir. 2. Apabila karyawan mangkir atau tidak masuk kerja tanpa surat keterangan yang sah dan dapat diterima oleh Perusahaan selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, dan telah 2 (dua) kali dipanggil Perusahaan secara tertulis, maka Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja sesuai UU No 13/2003, yaitu mendapat uang penggantian hak dan uang pisah. Besarnya uang pisah adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Perusahaan ini. 3. Karyawan yang tidak dapat memberikan surat keterangan dokter apabila tidak masuk kerja karena sakit maka dianggap mangkir. 4. Selama karyawan dinyatakan mangkir maka upahnya tidak dibayar (Peraturan Pemerintah No. 8/1981). PASAL XVII KESELAMATAN DAN PERLENGKAPAN KERJA 1. Setiap karyawan berhak untuk memperoleh keselamatan dalam bekerja dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan/keamanan dan juga norma norma yang berlaku. 2. Perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberitahukan dan menjelaskan kepada karyawannya sehubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam hal: a. Keadaan dan juga kemungkinan akan bahaya bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja. b. Memberikan dan menyediakan alat alat keselamatan sebagaimana yang diatur di dalam peraturan yang berlaku. c. Menjelaskan kepada seluruh karyawan cara kerja yang mengutamakan atau memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja. 3. Setiap karyawan harus menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk para karyawan lain sesuai dengan peraturan dan petunjuk mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Untuk menunjang kegiatan kerja dan menjamin keselamatan kerja Perusahaan menyediakan perangkat kerja dan perlengkapan keselamatan kerja. Karyawan wajib merawat dan mempergunakannya selama jam kerja menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan yang berlaku. 10

11 5. Setiap karyawan tidak diperkenankan memakai perangkat dan perlengkapan kerja, kendaraan, dan atau barang lainnya milik Perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa ijin tertulis dari Perusahaan. PASAL XVIII TATA TERTIB KERJA PERUSAHAAN DAN KEWAJIBAN - KEWAJIBAN KARYAWAN KEHADIRAN DAN PENCATATAN KEHADIRAN 1. Setiap karyawan wajib berada di tempat tugas masing-masing tepat pada waktu yang telah ditetapkan. 2. Setiap karyawan wajib mencatatkan kehadirannya dengan mengisi daftar absensi atau menyerahkan kartu kerja pada tempat yang ditentukan baik pada waktu masuk maupun pada saat meninggalkan pekerjaan (pulang kerja). Apabila karyawan tidak mencatatkan kehadirannya maka yang bersangkutan dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayar. 3. Pencatatan kehadiran sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) di atas harus dilakukan sendiri oleh karyawan yang bersangkutan. 4. Pada saat bertugas setiap karyawan wajib memberitahukan keberadaannya kepada atasannya. PELAKSANAAN TUGAS DAN SIKAP KERJA 5. Setiap karyawan wajib melaksanakan tugas yang diberikan dengan tetap mencurahkan perhatian penuh dan selalu mengikuti petunjuk atau instruksi dengan baik untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan berkualitas. 6. Setiap karyawan wajib mengikuti dan mematuhi seluruh prosedur dan atau petunjuk/instrusi yang diberikan oleh atasannya, manajemen atau pemimpin Perusahaan yang memiliki kewenangan untuk memberi petunjuk atau instruksi. 7. Setiap karyawan wajib menunjukkan sikap dan kelakuan yang baik guna membina ketertiban, kelancaran dan kegairahan kerja. 8. Setiap karyawan wajib menunjukkan tingkah laku yang baik dan benar dengan tujuan memberikan kepuasan, kepercayaan, dan citra positif kepada pelanggan. TANDA PENGENAL, SERAGAM KERJA DAN PENAMPILAN 9. Setiap karyawan harus selalu mengenakan tanda pengenal yang dikeluarkan oleh Perusahaan selama bekerja dan berada dalam lingkungan Perusahaan. Tanda pengenal tersebut harus dikenakan sedemikian rupa sehingga dapat langsung terlihat secara jelas. 10. Tanda pengenal sebagaimana tersebut di ayat 9 (sembilan) adalah milik Perusahaan dan harus dikembalikan kepada Perusahaan apabila karyawan berhenti bekerja. 11. Bila tanda pengenal hilang atau rusak, karyawan diharuskan melaporkan ke bagian keamanan (Security) untuk mendapatkan penggantian. Biaya penggantian tanda pengenal akan menjadi beban masing - masing karyawan yang bersangkutan. 12. Selama menjalankan tugas karyawan wajib mengenakan pakaian seragam yang disediakan oleh Perusahaan, sedangkan karyawan yang tidak mendapat pakaian seragam harus berpakaian rapi dan bersih dan memenuhi ketentuan dan Tata Cara Berpenampilan yang berlaku. RAHASIA PERUSAHAAN DAN KEAMANAN (SECURITY) 13. Setiap karyawan wajib memelihara dan memegang teguh (tidak boleh membocorkan) rahasia Perusahaan terhadap siapapun mengenai segala hal yang diketahuinya tentang Perusahaan dalam bentuk apapun (percakapan, tulisan, dokumen, peta, grafik dan lain-lain sebagainya) selama masa kerjanya dan selama 6 (enam) bulan sesudah masa kerjanya berakhir. 14. Membocorkan rahasia Perusahaan akan mengakibatkan diambilnya tindakan hukum dan tuntutan ganti rugi dari pihak Perusahaan. 15. Setiap karyawan wajib merahasiakan upah dan atau penghasilan yang diterima. 16. Setiap karyawan wajib mentaati peraturan peraturan keamanan yang berlaku yang diatur secara terpisah. 11

12 PEDOMAN BERPERILAKU, VISI, MISI DAN NILAI NILAI PERUSAHAAN 17. Setiap karyawan wajib memahami, mematuhi dan menjalankan Pedoman Berperilaku sebagaimana diatur dalam ketentuan terpisah. 18. Pedoman Berperilaku, Visi, Misi, dan Nilai Nilai Perusahaan adalah pedoman dalam berperilaku sehari hari yang bersifat umum dan berlaku bagi seluruh karyawan di Perusahaan. Karyawan wajib memahami, menghayati dan menjalankannya. KEBERSIHAN, KERAPIHAN TEMPAT KERJA DAN TERTIB ADMINISTRASI 19. Setiap karyawan wajib menjaga kebersihan dan kerapihan tempat kerjanya masing masing dan lingkungan Perusahaan. 20. Setiap karyawan wajib memberitahukan kepada Perusahaan, dalam hal ini Departemen Sumber Daya Manusia, sesegera mungkin setiap ada perubahan atas status dirinya, perubahan status akademik, susunan keluarga, alamat tempat tinggal dan sebagainya. PASAL XIX LARANGAN-LARANGAN BAGI KARYAWAN Dalam menjalankan tugasnya, para karyawan dilarang: 1. Memberikan keterangan palsu mengenai riwayat hidupnya, pendidikan dan lain-lain dalam hubungan kerja dengan Perusahaan. 2. Melawan perintah atasannya, tanpa alasan yang kuat, wajar, sah walaupun telah diperingatkan 3 (tiga) kali. 3. Membuat keputusan di luar batas wewenangnya. 4. Berada di tempat pekerjaan di luar waktu jam kerja tanpa ijin dari kepala bagian atau seksi yang bersangkutan. 5. Mengabaikan kerapihan dan kebersihan badan dan rambut pada waktu bertugas. 6. Mengelakkan diri dari pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan usaha preventif lainnya dibidang kesehatan yang telah diatur oleh Perusahaan. 7. Tidur di saat waktu kerja. 8. Melakukan penggelapan, manipulasi, menerima uang suap, komisi karena jabatannya atau korupsi, penipuan dan bermain judi. 9. Menerima barang atau hadiah dalam bentuk apapun dari pelanggan yang dapat mempengaruhi keputusan yang akan dibuat. 10. Menggunakan jabatan/posisi untuk kepentingan pribadi ataupun pihak lainnya seperti keluarga, teman, dan lain lain yang dapat mengganggu dan atau merugikan kepentingan Perusahaan. 11. Mengedarkan atau membantu mengedarkan segala macam barang - barang terlarang misalnya narkotika, obat bius, ganja, morfin, dan zat adiktif lainnya. 12. Menyimpan, mengeluarkan dengan tujuan untuk memperdagangkan barang apapun juga, mengedarkan daftar sumbangan, mengumpulkan uang, menempelkan atau mengedarkan poster - poster di lingkungan Perusahaan kecuali dengan ijin tertulis dari Perusahaan. 13. Membawa senjata tajam/api dalam bentuk apapun yang dapat melukai diri atau orang lain ke dalam tempat kerja dan lingkungan Perusahaan. 14. Mengkonsumsi minuman beralkohol (minuman keras), narkotika dan atau zat adiktif lainnya selama berada di lingkungan Perusahaan. 15. Menurunnya kualitas kerja selama waktu kerja akibat tindakan seperti tercantum dalam ayat 14 di atas. 16. Menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam pihak pengusaha atau anggota keluarganya atau karyawan lain dan anggota keluarganya, para pelanggan (customer) dan tamu Perusahaan. 17. Membujuk atau mencoba membujuk pengusaha, anggota keluarga pengusaha atau tamu dan karyawan lain untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Undang - undang dan norma norma susila. 18. Merusak barang milik Perusahaan atau menempatkan barang milik Perusahaan secara sembarangan dalam posisi yang mudah terbakar/atau terancam bahaya. 19. Melakukan tindakan asusila di lingkungan Perusahaan. 20. Menikah dengan karyawan lain dalam satu departemen atau dengan karyawan dari perusahaan pesaing yang dapat mempengaruhi kinerja dan menimbulkan konflik kepentingan pribadi maupun Perusahaan. 12

13 21. Melakukan hal hal lain yang bertentangan dengan peraturan dan tata tertib Perusahaan. 22. Melakukan hal hal lain yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. PASAL XX PEMBERIAN SURAT PERINGATAN 1. Perusahaan dapat memberikan peringatan lisan maupun tertulis kepada karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap setiap peraturan dalam Peraturan Perusahaan dan/atau peraturan - peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Perusahaan. 2. Kepada Karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap setiap peraturan dalam Peraturan Perusahaan dan/atau peraturan - peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Perusahaan akan diberikan surat peringatan secara tertulis, yaitu : - Surat Peringatan I - masa berlakunya 6 bulan - Surat Peringatan II - masa berlakunya 6 bulan - Surat Peringatan III - masa berlakunya 6 bulan 3. Surat Peringatan tidak harus diberikan secara berurutan, tetapi dinilai dari berat ringannya pelanggaran yang dilakukan karyawan, misalnya karyawan yang melakukan pelanggaran berat dapat langsung mendapat Surat Peringatan III dan atau PHK. 4. Apabila ternyata yang bersangkutan setelah mendapat Surat Peringatan III atau terakhir masih melakukan pelanggaran lagi, maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya, dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur dalam Undang - undang No. 2/2004 dan UU No 13/ Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) dan 3 (tiga) bahwa surat peringatan diberikan atas tindakan yang melanggar tata tertib kerja Perusahaan dan larangan larangan dalam Peraturan Perusahaan dan juga dapat diberikan tanpa berurutan, maka sebagai panduan surat peringatan dapat diberikan sesuai dengan jenis pelanggaran sebagai berikut: a. Surat Peringatan Pertama: i. Terlambat masuk kerja tanpa alasan yang dapat diterima setelah ditegur. ii. Meninggalkan pekerjaan tanpa izin atau sepengetahuan atasan sebelumnya. iii. Tidak memenuhi tuntutan pekerjaan setelah diberi peringatan dan kesempatan untuk memperbaikinya. iv. Memasuki tempat yang dilarang di lingkungan Perusahaan ataupun tempat kerja. v. Menolak untuk diperiksa kesehatan medis. vi. Bekerja tanpa menggunakan seragam, sepatu, alat alat pendukung keselamatan kerja, dan tanda pengenal yang sudah diberikan. b. Surat Peringatan Kedua: i. Melakukan pelanggaran pada saat Surat Peringatan Pertama masih berlaku. ii. Tidak mematuhi peringatan atasan sehubungan dengan pekerjaan. iii. Mengisi daftar hadir karyawan lain atau menitipkan daftar hadir ke karyawan lain untuk diisi. iv. Tidur selama jam kerja. v. Tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja. vi. Membocorkan penghasilan/upah yang diterima kepada teman sekerja atau pihak lain yang tidak berkepentingan. c. Surat Peringatan Ketiga: i. Melakukan pelanggaran pada saat Surat Peringatan Kedua masih berlaku. ii. Menerima uang atau barang untuk tujuan yang tidak diijinkan oleh Perusahaan. iii. Dengan sengaja menahan, memperlambat, menghalangi atau membatasi hasil pekerjaan. iv. Bermain - main selama jam kerja di lingkungan Perusahaan. v. Melakukan intimidasi, menghasut, memfitnah, dan menghina karyawan lain di lingkungan Perusahaan. 6. Klasifikasi pelanggaran tersebut hanya merupakan panduan dan bukan merupakan batasan mutlak. 13

14 PASAL XXI SKORSING 1. Skorsing dapat diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib kerja Perusahaan dan atau tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya dan telah mendapat Surat Peringatan III atau melakukan tindakan yang merugikan Perusahaan. 2. Jangka waktu skorsing yang bersifat mendidik paling lama adalah 1 (satu) bulan, kecuali menunggu keputusan Pengadilan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial/PPHI. Selama dalam skorsing upah dibayarkan penuh. PASAL XXII PEMINDAHAN/MUTASI DAN DEMOSI Perusahaan mempunyai wewenang untuk memindahkan karyawan, baik mutasi maupun demosi, sesuai dengan kebutuhan Perusahaan tanpa mengurangi upah yang pernah diterima, kecuali tunjangan tunjangan sebelumnya yang dapat disesuaikan dengan pekerjaan atau posisi yang baru. PASAL XXIII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) 1. PHK DALAM MASA PERCOBAAN a. Dalam masa percobaan PHK dapat dilakukan setiap saat sekurang kurangnya 1 (satu) hari sebelumnya baik atas kehendak Perusahaan maupun karyawan tanpa syarat apapun. b. Kecuali ditentukan lain, baik Perusahaan maupun karyawan tidak ada kewajiban membayar sesuatu terhadap pihak lainnya dalam hal terjadinya pemutusan hubungan kerja. Sedangkan upah tetap diberikan sampai dengan hari terakhir bekerja. 2. PHK KARENA KARYAWAN TIDAK MENCAPAI KONDUITE ATAU PRESTASI KERJA a. Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan karena karyawan tidak memenuhi standar kerja atau konduite yang ditetapkan Perusahaan, meski karyawan bersangkutan telah diperingatkan dan diberikan kesempatan untuk memperbaikinya. b. Dalam hal melakukan pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. 3. PHK ATAS KESALAHAN KARYAWAN Apabila karyawan berbuat kesalahan yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja maka diproses sesuai UU No. 2/2004 dan UU No. 13/ Kesalahan berat yang dapat berakibat adanya PHK terhadap karyawan: a. Perbuatan perbuatan yang merupakan pelanggaran tindak pidana sebagaimana tercantum dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) dan pelanggaran pelanggaran atas ketentuan hukum lainnya yang berlaku di Indonesia. b. Menyalahgunakan Internet milik Perusahaan dan pelanggaran terhadap Peraturan Keamanan Informasi yang berakibat merugikan Perusahaan. c. Penggunaan tanpa ijin atau pemindahan fasilitas atau barang milik Perusahaan yang berakibat merugikan perusahaan. d. Melaksanakan pekerjaan dengan tidak hati hati dengan tidak mengikuti prosedur kerja yang ditetapkan sehingga menyebabkan kerugian atau bahaya atau potensi bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain atau milik Perusahaan. e. Pelanggaran pelanggaran dalam ketentuan yang tercantum dalam Kode Berperilaku Perusahaan (Code of Conduct) Pemutusan hubungan kerja karena kesalahan berat akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. 3.3 Dalam hal pemutusan hubungan kerja karena kesalahan karyawan dilakukan melalui lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI) dan terdapat putusan di dalamnya, maka Perusahaan akan menghormati putusan yang ditetapkan sepanjang 14

15 tidak bertentangan dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. 4. PHK KARENA SAKIT ATAU CACAT JASMANI/ROHANI a. Perusahaan dapat mengakhiri hubungan kerja dengan karyawan yang sakit terus menerus dan tidak mampu bekerja melebihi batas waktu 12 (dua belas) bulan yang dibuktikan dengan keterangan dokter. b. Dalam hal melakukan pemutusan hubungan kerja karena hal seperti tercantum di atas Perusahaan akan melakukannya berdasarkan UU No 13 tahun PHK KARENA KARYAWAN MENJALANI HUKUMAN DARI YANG BERWAJIB a. Pemutusan hubungan kerja dilakukan karena karyawan menjalani hukuman yang merupakan akibat dari tindakan pidana yang dilakukannya dan setelah 6 bulan berturut - turut tidak dapat melakukan pekerjaan dikarenakan penahanannyanya dan telah diputuskan oleh pengadilan. b. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 6. PHK KARENA RASIONALISASI a. Perusahaan berupaya sedemikian rupa untuk tidak melakukan PHK. b. Dalam hal keadaan memaksa dan perlu, Perusahaan dapat melakukan rasionalisasi yang dapat berakibat harus dilakukannya pemutusan hubungan kerja. c. Dalam hal Perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja karena rasionalisasi, Perusahaan akan melakukannya berdasarkan UU No 13 tahun PHK KARENA KARYAWAN MENINGGAL DUNIA a. Hubungan kerja antara Perusahaan dengan karyawan berakhir dengan sendirinya dalam hal karyawan meninggal dunia. b. Segala hak karyawan akan diberikan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan juga hak hak lainnya yang diatur dalam peraturan Perusahaan. 8. PHK KARENA TELAH MENCAPAI BATAS USIA KERJA: a. Perusahaan dapat memberhentikan dengan hormat karyawan yang telah mencapai batas usia kerja, yaitu 55 tahun, kecuali bagi karyawan yang masih dibutuhkan maka hubungan kerjanya dapat dilanjutkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak untuk paling lama sampai batas usia 60 tahun. b. Karyawan dapat mengajukan permohonan pensiun dini setelah mencapai usia kerja minimal 50 tahun dan masa kerja minimal 20 tahun dan disetujui oleh Perusahaan. c. Kepada karyawan yang diberhentikan dengan hormat karena mencapai batas usia kerja, Perusahaan memberikan hak-haknya antara lain : - Pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak sekurang kurangnya sesuai UU No 13 tahun Santunan Jamsostek sesuai UU No.3 tahun Penghargaan lainnya dari Perusahaan jika ada. 9. PHK ATAS KEHENDAK KARYAWAN SENDIRI (PENGUNDURAN DIRI) a. Apabila karyawan bermaksud untuk memutuskan hubungan kerja secara baik dengan Perusahaan, karyawan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Perusahaan untuk maksud tersebut selambat - lambatnya dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan sebelumnya. b. Ketentuan mengundurkan secara baik adalah sebagai berikut: - Karyawan memberikan pemberitahuan 1 (satu) bulan penuh tanpa dipotong cuti. - Karyawan tidak pindah ke Perusahaan pesaing. - Tidak terkait dengan pelanggaran terhadap Peraturan Perusahaan atau ketentuan hukum yang berlaku. 15

16 c. Pengunduran diri yang tidak memenuhi syarat syarat tersebut di point b., dikategorikan sebagai mengundurkan diri dengan tidak baik. d. Dalam hal demikian Perusahaan akan memberikan uang penggantian hak dan uang pisah sesuai UU No 13/2003. Besarnya Uang Pisah adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Perusahaan ini. 10. UANG PESANGON DAN UANG PENGHARGAAN MASA KERJA Uang pesangon, Uang penghargaan masa kerja, dan Uang Penggantian Hak diberikan bila keadaannya sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada UU No 13 tahun 2003, adalah sebagai berikut : a. Besarnya Uang Pesangon ditetapkan sekurang kurangnya sebagai berikut : - Masa kerja kurang dari 1 tahun 1 bulan upah. - Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun - Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun - Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun - Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun - Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun - Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun - Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun - Masa kerja 8 tahun atau lebih 2 bulan upah. 3 bulan upah. 4 bulan upah. 5 bulan upah. 6 bulan upah. 7 bulan upah. 8 bulan upah. 9 bulan upah. b. Besarnya Uang Penghargaan Masa Kerja ditetapkan sekurang - kurangnya sebagai berikut : - Masa kerja 6 tahun atau lebih 3 bulan upah. tetapi kurang dari 9 tahun - Masa kerja 9 tahun atau lebih 4 bulan upah. tetapi kurang dari 12 tahun - Masa kerja 12 tahun atau lebih 5 bulan upah. tetapi kurang dari 15 tahun - Masa kerja 15 tahun atau lebih 6 bulan upah. tetapi kurang dari 18 tahun - Masa kerja 18 tahun atau lebih 7 bulan upah. tetapi kurang dari 21 tahun - Masa kerja 21 tahun atau lebih 8 bulan upah. tetapi kurang dari 24 tahun - Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah. c. Uang Penggantian Hak meliputi: - Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; - Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat dimana karyawan diterima bekerja; - Penggantian Perumahan serta Pengobatan dan Perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari Uang Pesangon dan/atau Uang Penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; - Hal hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, atau Peraturan Perusahaan. d. Yang dimaksud dengan upah untuk keperluan pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan atau penggantian hak lainnya diartikan sesuai dengan UU No 13 tahun 2003 pasal UANG PISAH KETENTUAN UMUM a. Sesuai dengan ketentuan dalam UU no 13 tahun 2003, Uang Pisah diberikan kepada karyawan dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dikarenakan: - Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 2 bulan upah. - Mengundurkan diri. - Mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut - turut dan sudah dipanggil oleh Perusahaan 2 (dua) kali dan dikualifikasikan sebagai pengunduran diri. 16

17 - PHK karena kesalahan berat. b. Besaran Uang Pisah dibedakan dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja karena mengundurkan diri secara baik, Pemutusan Hubungan Kerja karena Mengundurkan diri dengan tidak baik, dan Mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut - turut dan sudah dipanggil oleh Perusahaan 2 (dua) kali dan dikualifikasikan sebagai pengunduran diri. c. Komponen upah yang digunakan untuk Uang Pisah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. BESARNYA UANG PISAH 1. Uang Pisah dikarenakan Mengundurkan diri secara baik: - Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun - Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun - Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun - Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun - Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun - Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun - Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun 2 juta. 3 juta. 4 juta. 5 juta. 6 juta. 7 juta. 8 juta. - Masa kerja 24 tahun atau lebih 9 juta. 2. Uang Pisah dikarenakan mengundurkan diri dengan tidak baik, dan Mangkir 5 (lima) hari berturut turut: - Masa Kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun ¼ upah perbulan, maksimal 1 juta. - Masa Kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun ½ upah perbulan, maksimal 2 juta. - Masa Kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun ¾ upah perbulan, maksimal 3 juta. - Masa Kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun 1 bulan upah, maksimal 4 juta. - Masa Kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 1 1/4 bulan upah, maksimal 5 juta. - Masa Kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun 1 1/2 bulan upah, maksimal 6 juta. - Masa Kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun 1 3/4 bulan upah, maksimal 7 juta. - Masa Kerja 24 tahun atau lebih 2 bulan upah, maksimal 8 juta. PASAL XXIV SARANA KOMUNIKASI HUBUNGAN INDUSTRIAL 1. Demi terwujudnya ketenangan, ketentraman, peningkatan produktifitas, kesejahteraan karyawan dan kelancaran berusaha, di dalam Perusahaan dibentuk wadah sarana komunikasi hubungan industrial antara pengusaha dan karyawan yaitu Lembaga Kerjasama Bipartit (LKS Bipartit) sesuai dengan Keputusan Menteri No. Kep 255/Men/ Anggota LKS Bipartit terdiri dari unsur: a. Pengusaha, b. Manajemen, c. Serikat Pekerja, d. Wakil Karyawan. 3. Tugas lembaga kerjasama Bipartit adalah: a. Mengkomunikasikan kebijakan Perusahaan dan aspirasi karyawan dengan tetap memperhatikan kelangsungan usaha dan kesejahteraan. b. Mendeteksi secara dini potensi potensi masalah industrial di Perusahaan. c. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada pihak pengusaha dalam penetapan kebijakan Perusahaan. d. Menyampaikan saran dan pendapat ke karyawan. e. Hubungan antara Lembaga Kerjasama Bipartit dengan organisasi organisasi lainnya di Perusahaan bersifat koordinatif, konsultatif dan komunikatif. 4. Pelaksanaan jadwal pertemuan, keanggotaan LKS Bipartit dan lain lain akan ditentukan lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri. 17

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK Pada hari ini, tanggal bulan tahun Telah diadakan perjanjian kerja antara: 1. Nama : Alamat : Jabatan : Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) 2.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG JASA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN SWASTA Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-03/MEN/1996

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja HAK TENAGA KERJA ATAS JAMSOSTEK YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 Oleh: Marlina T. Sangkoy 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah Hak Tenaga Kerja atas Jamsostek yang mengalami

Lebih terperinci

Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I. PT. SURVINDO DWI PUTRA diwakili oleh : Nama : Ricky Wibowo Tjahjadi Jabatan : Direktur Utama Alamat : Wima

Lebih terperinci

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA, MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN PT.

PERATURAN PERUSAHAAN PT. PERATURAN PERUSAHAAN PT. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian 1. Perusahaan : Adalah yang bergerak di bidang, yang didirikan berdasarkan akta notaris nomor,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H. 1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA /IKL/PJ/.. /01. Pada hari ini, tanggal, bulan., tahun.. telah diadakan perjanjian kerja antara :

PERJANJIAN KERJA /IKL/PJ/.. /01. Pada hari ini, tanggal, bulan., tahun.. telah diadakan perjanjian kerja antara : PERJANJIAN KERJA /IKL/PJ/.. /01 Pada hari ini, tanggal, bulan., tahun.. telah diadakan perjanjian kerja antara : I. Direksi PT ISTANA KARANG LAUT, dalam hal ini diwakili oleh Cecilia SH, selaku Business

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGADAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL (NON PNS) BLUD RSUD SEKAYU KABUPATEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK 2. BAB I : KETENTUAN UMUM a. Pasal 1 : Pengertian b. Pasal 2 : Maksud dan tujuan c. Pasal 3 : Lingkup peraturan pokok kepegawaian di GKJW Jemaat Waru. d. Pasal 4

Lebih terperinci

BAB III DATA PERUSAHAAN. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai perusahaan serta mengumpulkan

BAB III DATA PERUSAHAAN. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai perusahaan serta mengumpulkan BAB III DATA PERUSAHAAN III.1 Gambaran Umum Perusahaan Untuk memperoleh gambaran umum mengenai perusahaan serta mengumpulkan data perusahaan yang diperlukan, penulis melakukan observasi secara langsung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985

PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985 PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

Lebih terperinci

Bismillahirrohmaanirrohim

Bismillahirrohmaanirrohim SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : /MUI/VII/2016 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Bismillahirrohmaanirrohim Dewan

Lebih terperinci

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003 1 42 ayat 1 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri/pejabat Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun 42 ayat 2 Pemberi kerja perorangan dilarang mempekerjakan orang asing Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 171 Barangsiapa : a. tidak memberikan kesempatan yang sama kepada

Lebih terperinci

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN) PASAL 159 PASAL 162 2 PENGERTIAN PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2012 BADAN WAKAF INDONESIA. Kepegawaian. Administrasi. PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :...

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... Yang bertanda tangan dibawah ini : N a m a :... J a b a t a n :... A l a m a t :............ Dalam Perjanjian kerja ini bertindak untuk dan atas nama perusahaan...,

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB X PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN Bagian Kesatu Perlindungan Paragraf 1 Penyandang Cacat Pasal 67 1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat

Lebih terperinci

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya

Lebih terperinci

Employee Handbook Employee Relation Department

Employee Handbook Employee Relation Department Employee Handbook 2014 2016 Employee Relation Department ISTILAH DAN PENGERTIAN (1) ANAK : anak kandung atau anak angkat yang sah berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, belum berusia 21 (dua puluh satu)

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN (UNDANG UNDANG No : 13 TAHUN 2003) PERLINDUNGAN 1.PENYANDANG CACAT 1. ANAK 2. PEREMPUAN 3. WAKTU KERJA 4. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 1 PENYANDANG CACAT

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN CV.PLANET-WEBHOST

PERATURAN PERUSAHAAN CV.PLANET-WEBHOST PERATURAN PERUSAHAAN CV.PLANET-WEBHOST Nomor: 001/IT/PP-PWH/V/2016 BAB I HARI KERJA DAN WAKTU KERJA Pasal 1 HARI KERJA DAN WAKTU KERJA 1. Hari dan atau jam kerja pegawai berbeda satu dengan lainnya sesuai

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) KANTOR PENGELOLAAN TAMAN PINTAR

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG WAKTU KERJA, HAK CUTI DAN KERJA LEMBUR BAB I WAKTU KERJA Pasal 1 1. Hari dan/atau jam kerja karyawan berbeda satu dengan lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, JakartaSelatan12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN

Lebih terperinci

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia +622183782121 info@tiket.com http://www.tiket.com SURAT PERJANJIAN KERJA NO. 069/GTN/SPK-III/2013 Surat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN

PERATURAN PERUSAHAAN PERATURAN PERUSAHAAN 2017 2019 DAFTAR ISI Halaman MUKADIMAH 1 KEPUTUSAN DIREKSI TENTANG PERATURAN PERUSAHAAN 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Istilah - istilah 3 Pasal 2 Maksud dan Tujuan 4 BAB II HUBUNGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Industrial Relation in Indonesia UU No. 13, Tahun 2003 HRM - IM TELKOM 1 DEFINISI KETENAGAKERJAAN. Segala yang berhubungan dengan tenaga kerja pada saat sebelum, selama, dan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 78/MEN/2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS BEBERAPA PASAL KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000

Lebih terperinci

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) * * Pasal 150 UUK *Mencakup pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta, pemerintah,

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih 1 Lampiran : Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikan STMIK Prabumulih Nomor : 018/STMIK-P/III/2014 Tanggal : 4 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Trading/Perdagangan dengan jenis barang adalah lukisan dari dalam dan luar negeri.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Trading/Perdagangan dengan jenis barang adalah lukisan dari dalam dan luar negeri. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Sejarah Umum Perusahaan PT Linda Gallery Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Trading/Perdagangan dengan jenis barang adalah lukisan dari dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN BURUH/PEKERJA INFORMAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I KETENTUAN U M U M UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013 KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / 413.032 / 2013 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan Tenaga Harian

Lebih terperinci

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Jam Kerja, Cuti dan Upah Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal peraturan yang terkait dengan jam kerja, cuti dan upah Waktu Kerja Watu Istirahat Waktu Kerja

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Tempat dan tanggal lahir : Pendidikan terakhir : Jenis kelamin : Agama : Alamat : No. KTP / SIM : Telepon :

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA NON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI NON PEGAWAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja 2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi. Proses manajemen terdiri

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR 3.1. Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja oleh majikan adalah jenis PHK yang sering terjadi,

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) NON PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

Kepada : SURAT- EDARAN NOMOR: 01/SE/1977 TENTANG PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Kepada : SURAT- EDARAN NOMOR: 01/SE/1977 TENTANG PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL Kepada : Jakarta, 25 Pebruari 1977 Yth. 1. Semua Menteri yang memimpin Departemen. 2. Jaksa Agung. 3. Semua Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara. 4. Semua Pimpinan Lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA BERSAMA. antara PT. BETTS INDONESIA. dengan

PERJANJIAN KERJA BERSAMA. antara PT. BETTS INDONESIA. dengan PERJANJIAN KERJA BERSAMA antara PT. BETTS INDONESIA dengan SERIKAT PEKERJA KIMIA, ENERGI dan PERTAMBANGAN SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA UNIT KERJA PT. BETTS INDONESIA Periode 2014-2016 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

Pasal 71. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 71. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Pasal 71 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR TIDAK MASUK BEKERJA (2014)

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR TIDAK MASUK BEKERJA (2014) 1. DASAR PEMIKIRAN 1.1. Cuti atau istirahat tahunan pada dasarnya adalah hak karyawan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Kerja No.13 Tahun 2003 pasal 79. 1.2. Pada dasarnya istirahat tahunan (cuti)

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN DASAR Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 1 (1) Badan Usaha ini adalah koperasi Pekerja dan Pengusaha Media dengan nama Koperasi

Lebih terperinci

1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan

1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS 1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan kampus, yaitu : a. Merokok

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang

Lebih terperinci

Peraturan Perusahaan Tahun

Peraturan Perusahaan Tahun Peraturan Perusahaan Tahun 2017-2019 PT. Teknika Sarana Gardian Komplek Golden Plaza Jl. RS Fatmawati No. 15 Blok E/40 Phone: 021-75914343 ; Fax: 021-7666602 Website : www.tsg.co.id i DAFTAR ISI PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan 2.1.1. Pengertian Ketenagakerjaan Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang Ketenagakerjaan menyatakan

Lebih terperinci

LeIP. Peraturan Lembaga Manajemen Kepegawaian. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kepegawaian. 1. Kategorisasi Pegawai

LeIP. Peraturan Lembaga Manajemen Kepegawaian. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kepegawaian. 1. Kategorisasi Pegawai Peraturan Tentang 1. Kategorisasi Pegawai 1.1. Pegawai dibagi dalam kategori sebagai berikut : a. Pegawai Tetap b. Pegawai Tidak Tetap 1.2. Pegawai Tetap adalah pegawai yang diangkat Lembaga untuk bekerja

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I Nama : H. Faris Ardiansyah Jabatan : General Manager Alamat: Jl. Semarang 116 D-E Surabaya SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Agenda 1. Sejarah perkembangan perusahaan Fase awal pendirian perusahaan Fase pengembangan I Fase pengembangan II Fase pengembangan III 2. Visi dan Misi Perusahaan 3.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci