Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank"

Transkripsi

1 Lampiran 1 Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Penyedia Kredit Pendukung Bank memiliki modal sebesar Rp ,00 dan ATMR sebesar Rp ,00. Bank tersebut hendak melakukan pengalihan aset senilai Rp ,00, dengan asumsi sebagai berikut: Nilai aset keuangan yang dialihkan (NAKYD) adalah sebesar nilai buku. Perolehan dari pengalihan aset keuangan adalah sebesar nilai buku (tidak terdapat keuntungan atau kerugian). Penerbitan EBA sebesar nilai aset keuangan yang dialihkan. Pembayaran atas pengalihan aset keuangan dilakukan secara tunai. Underlying EBA berupa tagihan kepada pihak ketiga dengan bobot risiko 100%. Sebelum Setelah Sekuritisasi Aset Sekuritisasi Aset Modal (c) ATMR (d) ( ) KPMM 8,14% 11,52% Nilai Aset Keuangan Yang Dialihkan (NAKYD) (a) ATMR atas NAKYD [ x 100%] Beban Modal [8% x NAKYD] (b) Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal yang menyediakan Kredit Pendukung berupa fasilitas penanggung risiko pertama dan fasilitas penanggung risiko kedua yang memenuhi persyaratan: Fasilitas penanggung Jumlah Formula (e) (7,78% dari NAKYD) [{(e) (a)} x 100%] risiko pertama Fasilitas penanggung (f) (2,22% dari NAKYD) [{(f) (a)} x 100%] risiko kedua 47

2 Jumlah Faktor pengurang (g) modal atas Fasilitas penanggung risiko pertama ATMR atas Fasilitas (h) penanggung risiko kedua Modal setelah Sekuritisasi Aset dan Fasilitas ATMR setelah Sekuritisasi Aset dan Fasilitas KPMM Bank setelah 8,22% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas (nilai terkecil antara beban modal dengan fasilitas) Formula [(b) >< (e)] [(f) x 100%] [(c) - (g)] [(d) + (h)] 2. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal yang menyediakan Kredit Pendukung berupa fasilitas penanggung risiko pertama yang tidak memenuhi persyaratan karena melebihi 10% dari Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan. Jumlah Formula Fasilitas penanggung (i) (11,11% dari NAKYD) [{(i) (a)} x 100%] risiko pertama Faktor pengurang (j) (nilai terkecil antara beban [(b) >< (i)] modal atas Fasilitas modal dengan fasilitas) penanggung risiko pertama ATMR atas Fasilitas (k) [(i) x 100%] penanggung risiko pertama Modal setelah Sekuritisasi [(c) - (j)] Aset dan Fasilitas ATMR setelah Sekuritisasi [(d) + (k)] Aset dan Fasilitas KPMM Bank setelah 7,84% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas 48

3 3. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank bukan sebagai Kreditur Asal yang menyediakan Kredit Pendukung: Jumlah Formula Sebelum penyediaan Fasilitas Modal (l) ATMR (m) KPMM 12,00% Kredit Pendukung (n) (11,11% dari NAKYD) [{(n) : (a)}x100%] Faktor pengurang modal (o) (Nilai terkecil [(b) >< (n)] atas Kredit Pendukung antara beban modal dengan kredit pendukung) Setelah penyediaan Fasilitas Modal [(l) - (o)] ATMR [(m)] KPMM 9,60% 49

4 Lampiran 2 Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Penyedia Fasilitas Likuiditas Bank memiliki modal sebesar Rp ,00 dan ATMR sebesar Rp ,00. Bank tersebut hendak melakukan pengalihan aset senilai Rp ,00, dengan asumsi sebagai berikut: Nilai aset keuangan yang dialihkan (NAKYD) adalah sebesar nilai buku. Perolehan dari pengalihan aset keuangan adalah sebesar nilai buku (tidak terdapat keuntungan atau kerugian). Penerbitan EBA sebesar nilai aset keuangan yang dialihkan. Pembayaran atas pengalihan aset keuangan dilakukan secara tunai. Underlying EBA berupa tagihan kepada pihak ketiga dengan bobot risiko 100%. Sebelum Setelah Sekuritisasi Aset Sekuritisasi Aset Modal (c) ATMR (d) ( ) KPMM 8,14% 11,52% Nilai Aset Keuangan Yang Dialihkan (NAKYD) (a) ATMR atas NAKYD [ x 100% ] Beban Modal [8% x NAKYD] (b) Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal yang juga sebagai penyedia Fasilitas Likuiditas yang memenuhi persyaratan: Jumlah Formula Fasilitas Likuiditas (e) (10,00% dari NAKYD) [{(e):(a)} x 100%] ATMR atas Fasilitas (f) [(e) x 100%] Likuiditas Modal setelah Sekuritisasi Aset [(c)] dan Fasilitas ATMR setelah Sekuritisasi [(d) + (f)] 50

5 Jumlah Aset dan Fasilitas KPMM Bank setelah 11,06% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas Formula 2. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal yang juga menyediakan Fasilitas Likuiditas yang tidak memenuhi persyaratan karena melebihi 10% dari Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan: Jumlah Formula Fasilitas Likuiditas (g) (11,11% dari NAKYD) [{(g) (a)} x 100%] Faktor pengurang modal (h) (nilai terkecil antara [(b) >< (g)] atas Fasilitas Likuiditas beban modal dengan fasilitas) ATMR atas Fasilitas (i) [(g) x 100%] Likuiditas Modal setelah Sekuritisasi [(c) - (h)] Aset dan Fasilitas ATMR setelah Sekuritisasi [(d) + (i)] Aset dan Fasilitas KPMM Bank setelah 7,84% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas 3. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank bukan sebagai Kreditur Asal yang memberikan Fasilitas Likuiditas yang tidak memenuhi persyaratan: Jumlah Formula Sebelum penyediaan Fasilitas Modal (j) ATMR (k) KPMM 12,00% Fasilitas Likuiditas (l) Faktor pengurang modal atas Fasilitas (m) Likuiditas [(b) >< (l)] Setelah penyediaan Fasilitas Modal [(j) -(m)] ATMR KPMM 9,60% [(k)] 51

6 Lampiran 3 Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Pemodal Bank memiliki modal sebesar Rp ,00 dan ATMR sebesar Rp ,00. Bank tersebut hendak melakukan pengalihan aset senilai Rp ,00 dengan asumsi sebagai berikut: Nilai aset keuangan yang dialihkan (NAKYD) adalah sebesar nilai buku. Perolehan dari pengalihan aset keuangan adalah sebesar nilai buku (tidak terdapat keuntungan atau kerugian). Penerbitan EBA sebesar nilai aset keuangan yang dialihkan. Pembayaran atas pengalihan aset keuangan dilakukan secara tunai. Underlying EBA berupa tagihan kepada pihak ketiga dengan bobot risiko 100%. Sebelum Setelah Sekuritisasi Aset Sekuritisasi Aset Modal (c) ATMR (d) ( ) KPMM 8,14% 11,52% Nilai Aset Keuangan Yang Dialihkan (NAKYD) (a) ATMR atas NAKYD [ x 100%] Beban Modal [8% x NAKYD] (b) Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal yang juga sebagai Pemodal yang memenuhi persyaratan: Investasi EBA senior Jumlah Formula (e) (7,78% dari NAKYD) [{(e) (a)} x 100%] tranche Investasi EBA junior (f) (2,22% dari NAKYD) [{(f) (a)} x 100%] tranche 52

7 Jumlah Formula Faktor pengurang modal (g) (nilai terkecil antara [(b) >< (f)] atas Investasi EBA beban modal dengan junior investasi EBA junior) ATMR atas investasi EBA (h) [(e) x 100%] senior Modal setelah Sekuritisasi Aset [(c) - (g)] dan Investasi EBA junior ATMR setelah Sekuritisasi Aset [(d) + (h)] dan Investasi EBA - senior KPMM Bank setelah 10,27% Sekuritisasi Aset dan Investasi EBA 2. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal yang juga sebagai Pemodal yang membeli EBA (senior tranche) dan memiliki EBA (junior tranche) melalui tukar-menukar dengan aset keuangan yang dialihkan yang tidak memenuhi persyaratan: Jumlah Formula Investasi EBA senior (i) (6,67% dari NAKYD) [{(i) (a)} x 100%] tranche Investasi EBA junior (j) (5,56% dari NAKYD) [{(j) (a)} x 100%] tranche Total EBA yang (k) (12,22% dari NAKYD) [{(k) (a)} x 100%] dimiliki Faktor pengurang (l) (nilai terkecil antara modal atas investasi beban modal dengan [(b) >< (k)] EBA investasi EBA) ATMR atas investasi (m) EBA [(k) x 100%] Aset dan Investasi EBA Modal setelah Sekuritisasi [(c) -(l)] ATMR setelah Sekuritisasi Aset dan Investasi EBA [(d) + (m)] KPMM Bank setelah 7,81% Sekuritisasi Aset dan Investasi EBA 53

8 Lampiran 4 Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum Bank untuk seluruh fasilitas yang disediakan Bank Bank memiliki modal sebesar Rp ,00 dan ATMR sebesar Rp ,00. Bank tersebut hendak melakukan pengalihan aset senilai Rp ,00 dengan asumsi: Nilai aset keuangan yang dialihkan (NAKYD) adalah sebesar nilai buku. Perolehan dari pengalihan aset keuangan adalah sebesar nilai buku (tidak terdapat keuntungan atau kerugian). Penerbitan EBA sebesar nilai aset keuangan yang dialihkan. Pembayaran atas pengalihan aset keuangan dilakukan secara tunai. Underlying EBA berupa tagihan kepada pihak ketiga dengan bobot risiko 100%. Sebelum Setelah Sekuritisasi Aset Sekuritisasi Aset Modal (c) ATMR (d) ( ) KPMM 10,00% 14,29% Nilai Aset Keuangan Yang Dialihkan (NAKYD) (a) ATMR atas NAKYD [ x 100%] Beban Modal [8% x NAKYD] (b) Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal sekaligus sebagai Penyedia Kredit Pendukung dan Pemodal EBA yang keduanya memenuhi persyaratan dengan total fasilitas tidak melampaui batas maksimum 20% dari Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan. 54

9 Jumlah Formula Fasilitas penanggung (e) (10,00% dari NAKYD) [{(e) (a)} x 100%] risiko pertama Investasi EBA - (f) (5,56% dari NAKYD) [{(f) (a)} x 100%] senior tranche Total fasilitas (15,56% dari NAKYD) [{(e)+ (f)} (a) x 100%] Faktor pengurang (g) (nilai terkecil antara [(b) >< (e)] modal atas Fasilitas beban modal dengan penanggung risiko fasilitas) pertama ATMR atas investasi (h) [(f) x 100%] EBA Modal setelah [(c) - (g)] Sekuritisasi Aset dan Fasilitas penanggung risiko pertama ATMR setelah [(d) + (h)] Sekuritisasi Aset dan Investasi EBA KPMM Bank setelah 10,60% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas penanggung risiko pertama serta Investasi EBA 2. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal sekaligus sebagai Penyedia Kredit Pendukung yang jumlah fasilitasnya melampaui batas maksimum 10% dan sebagai Pemodal EBA yang tidak melampaui batas maksimum 10% dengan total fasilitas tidak melampaui batas maksimum 20%, dari Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan. Jumlah Formula Fasilitas penanggung (i) (11,11% dari NAKYD) [{(i) (a)} x 100%] risiko pertama Investasi EBA - senior (j) (5,56% dari NAKYD) [{(j) (a)} x 100%] tranche Total fasilitas (16,67% dari NAKYD) [{(i)+ (j)} (a) x 100%] Faktor pengurang (k) (nilai terkecil antara [(b) >< (i)] modal atas Fasilitas beban modal dengan penanggung risiko fasilitas) pertama ATMR atas Fasilitas (l) [(i) x 100%] penanggung risiko 55

10 Jumlah Formula pertama ATMR atas investasi (m) [(j) x 100%] EBA Modal setelah Sekuritisasi [(c) - (k)] Aset dan Fasilitas penanggung risiko pertama ATMR setelah Sekuritisasi [(d) + (l) + (m)] Aset dan Fasilitas penanggung risiko pertama serta Investasi EBA KPMM Bank setelah 10,13% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas penanggung risiko pertama serta Investasi EBA 3. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal sekaligus sebagai Penyedia Kredit Pendukung, Penyedia Fasilitas Likuiditas dan Pemodal EBA masing-masing tidak melampaui batas maksimum 10% dengan total fasilitas melampaui batas maksimum 20% dari Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan. Jumlah Formula Fasilitas penanggung (n) (6,67% dari NAKYD) risiko pertama [(n) (a) x 100%] Fasilitas Likuiditas (o) (8,89% dari NAKYD) [(o) (a) x 100%] Investasi EBA - senior (p) (5,56% dari NAKYD) [(p) (a) x 100%] tranche Total fasilitas (21,11% dari NAKYD) [{(n)+ (o) + (p)} (a) x 100%] Jumlah maksimum (q) (20% dari NAKYD) fasilitas Kelebihan fasilitas (r) [{(n)+ (o) + (p)} - (q)] Faktor pengurang (s) (nilai terkecil antara [(b) >< (n)] modal atas Fasilitas beban modal dengan penanggung risiko fasilitas) pertama ATMR atas Fasilitas (t) [(o) x 100%] Likuiditas ATMR atas Investasi (u) [(p) x 100%] EBA Modal setelah Sekuritisasi Aset dan kelebihan [(c) - (r) - (s)] maksimum seluruh Fasilitas serta Fasilitas penanggung risiko pertama 56

11 Jumlah Formula ATMR setelah Sekuritisasi [(d) +(t)+ (u) + (a)] Aset, Fasilitas Likuiditas, Investasi EBA serta ATMR atas Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan karena melampaui batas maksimum Fasilitas KPMM Bank setelah 7,35% Sekuritisasi Aset dan Fasilitas 4. Contoh perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank sebagai Kreditur Asal sekaligus sebagai Penyedia Kredit Pendukung melampaui batas maksimum 10% dan Pemodal EBA tidak melampaui batas maksimum 10%, tetapi total fasilitas melampaui batas maksimum 20% dari Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan. Jumlah Formula Fasilitas penanggung (v) (11,11% dari NAKYD) [(v) (a) x 100%] risiko pertama Investasi EBA - senior (w) (10,00% dari NAKYD) [(w) (a) x 100%] tranche Total fasilitas (21,11% dari NAKYD) [{(v)+ (w)} (a)x 100%] Jumlah maksimum (x) (20,00% dari NAKYD) fasilitas Kelebihan fasilitas (y) [{(v)+ (w)} - (x)] Faktor pengurang modal (z) (nilai terkecil antara [(b) >< (v)] atas Fasilitas penanggung beban modal dengan risiko pertama fasilitas) ATMR atas Fasilitas (aa) penanggung risiko [(v) x 100%] pertama ATMR atas Investasi EBA (bb) [(w) x 100%] Modal setelah Sekuritisasi Aset dan Fasilitas penanggung risiko [(c) - (y) - (z)] pertama serta kelebihan maksimum seluruh Fasilitas ATMR setelah Sekuritisasi Aset [(d) + (aa) + (bb) + (a)] dan Fasilitas penanggung risiko pertama, Investasi EBA serta ATMR atas Nilai Aset Keuangan yang Dialihkan karena melampaui batas maksimum Fasilitas KPMM Bank setelah Sekuritisasi 6,83% Aset dan Fasilitas 57

12 Lampiran 5 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

13 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum disebutkan bahwa kelangsungan usaha bank tergantung pada kemampuan dan efektifitas bank dalam mengelola risiko kredit. Sekuritisasi aset merupakan alternatif cara mitigasi risiko kredit. Penyelenggaraan sekuritisasi aset kredit bank di samping perlu memperhatikan dan memenuhi prinsip kehati-hatian dalam rangka menghindari bank dari kemungkinan menghadapi risiko yang lebih besar juga perlu didukung dengan administrasi kredit yang baik. Kebutuhan masyarakat akan perumahan yang terus meningkat perlu didukung pasokan pembiayaan yang sustainable. Sehubungan dengan hal tersebut, sekuritisasi kredit pemilikan rumah merupakan alternatif dalam rangka mendukung kesinambungan pasokan pembiayaan perumahan. Dalam rangka mendukung efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan sekuritisasi kredit pemilikan rumah sekaligus mendukung pengembangan pasar sekunder kredit pemilikan rumah yang sehat serta tetap memperhatikan aspek transparansi dan perlindungan nasabah debitur kredit pemilikan rumah, perlu dilakukan pembakuan proses administrasi kredit pemilikan rumah yang dicakup pada Standard Operating Procedure Administrasi Kredit Pemilikan Rumah Dalam Rangka Sekuritisasi (SOP KPR). B. Cakupan Pedoman Penyusunan SOP KPR Pedoman Penyusunan SOP KPR merupakan acuan minimum bagi bank dalam rangka membakukan proses administrasi KPR yang ditujukan untuk mendukung kelancaran dan efisiensi proses sekuritisasi KPR bank. Pedoman Penyusunan SOP KPR mencakup pembakuan proses administrasi penyelenggaraan KPR sejak dari tahap originasi, yaitu bank sebagai originator KPR sampai dengan KPR disekuritisasi yaitu bank sebagai servicer KPR 59

14 C. Kewajiban Menyelenggarakan Administrasi KPR Dalam rangka menyelenggarakan administrasi KPR yang baik serta memperhatikan aspek transparansi informasi dan aspek perlindungan debitur KPR, setiap bank wajib memiliki SOP KPR tertulis yang paling kurang mencakup pembakuan proses administrasi KPR yang sesuai dengan Pedoman Penyusunan SOP KPR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. D. Dasar Hukum Pedoman Penyusunan SOP KPR Bank Indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap aktivitas perbankan dalam menyalurkan KPR. Penyaluran KPR penting untuk senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam rangka mendukung mitigasi risiko kredit melalui sekuritisasi. Penyelenggaraan administrasi KPR yang baik akan membantu bank untuk melakukan sekuritisasi KPR dengan lebih efisien. Dengan demikian, dasar hukum Pedoman Penyusunan SOP KPR adalah : 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum. 2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah. E. Definisi 1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit konsumi untuk kepemilikan rumah tinggal berupa rumah tapak atau rumah susun atau apartemen (tidak termasuk rumah kantor dan rumah toko) dengan agunan berupa rumah tinggal yang diberikan bank kepada debitur perorangan dengan jumlah maksimum pinjaman yang ditetapkan berdasarkan nilai agunan. 2. Loan to Value Ratio (LTVR) adalah angka rasio antara jumlah pinjaman yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan. 3. Sekuritisasi KPR adalah penerbitan surat berharga oleh penerbit efek beragun aset berupa KPR yang didasarkan pada pengalihan aset berupa KPR dari Kreditur Asal yang diikuti dengan pembayaran yang berasal dari hasil penjualan efek beragun aset berupa KPR kepada investor. 60

15 4. Efek Beragun Aset Kredit Pemilikan Rumah (EBA KPR) adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Penerbit berdasarkan aset berupa KPR yang dialihkan oleh Kreditur Asal. 5. Penerbit EBA KPR adalah badan hukum, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) atau bentuk lain sesuai ketentuan yang berlaku, yang mempunyai tujuan khusus melakukan aktivitas sekuritisasi aset berupa KPR. 6. Kreditur Asal (Originator) KPR adalah pihak yang mengalihkan aset berupa KPR kepada Penerbit. 7. Penyedia Jasa (Servicer) KPR adalah pihak yang menatausahakan, memproses, mengawasi, dan melakukan tindakan-tindakan lainnya dalam rangka mengupayakan kelancaran dari arus kas aset berupa KPR yang dialihkan kepada Penerbit sesuai perjanjian antara pihak tersebut dengan Penerbit, termasuk memberikan peringatan kepada Reference Entity apabila terjadi keterlambatan pembayaran, melakukan negosiasi dan menyelesaikan tuntutan. 8. Reference Entity adalah pihak yang berutang atau mempunyai kewajiban membayar dari aset berupa KPR yang dialihkan. 9. Refinancing KPR adalah aktivitas penyediaan dana kembali oleh Bank melalui penggantian pinjaman KPR debitur. 10. Repurchase Agreement (Repo) KPR adalah transaksi jual beli aset berupa KPR yang mewajibkan penjual untuk membeli kembali aset berupa KPR yang bersangkutan sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. 61

16 B A B II MANAJEMEN RISIKO Dalam rangka mendukung penyelenggaraan administrasi KPR yang baik sehingga memperlancar dan mempermudah proses sekuritisasi yang merupakan bagian dari mitigasi risiko kredit, diperlukan perhatian dari Dewan Komisaris dan Direksi Bank. SOP KPR wajib mencakup mengenai tanggung jawab Direksi dan pengawasan aktif Dewan Komisaris terkait dengan penyelenggaraan administrasi KPR yang paling kurang terdiri dari : 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; 2. Kecukupan kebijakan, sistem dan prosedur; 3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko; dan 4. Sistem pengendalian intern. A. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang mencakup : a. memberikan persetujuan atas SOP KPR Bank dalam rangka pembakuan proses administrasi KPR; dan b. mengevaluasi pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap implementasi SOP KPR. 2. Pengawasan aktif Direksi paling kurang mencakup : a. menetapkan SOP KPR Bank yang mencakup pembakuan proses administrasi KPR dan merupakan bagian dari kebijakan penyaluran KPR oleh Bank berdasarkan persetujuan Dewan Komisaris; b. memastikan bahwa pelaksanaan administrasi KPR di Kantor Pusat dan Kantor Cabang Bank telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan di dalam SOP KPR; 62

17 c. melakukan evaluasi SOP KPR Bank secara berkala, termasuk melakukan penyesuaian sehingga sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan d. memastikan bahwa SOP KPR Bank telah disebar luaskan dan disosialisasikan kepada seluruh pegawai unit KPR. B. Kecukupan Kebijakan, Sistem dan Prosedur Bank wajib memiliki kebijakan, sistem dan prosedur dalam menyelenggarakan administrasi KPR yang paling kurang mencakup : 1. kebijakan yang mengatur mengenai penetapan unit organisasi dan pegawai Bank dalam rangka penyelenggaraan proses administrasi KPR sejak dari tahap originasi sampai dengan KPR disekuritisasi; 2. kebijakan dan prosedur penata usahaan dokumen KPR; 3. kebijakan dalam rangka pengembangan sistem aplikasi untuk pemrosesan data dan/atau informasi berbasis teknologi; dan 4. kebijakan dalam rangka pengembangan sistem aplikasi untuk pelaporan kinerja debitur KPR. C. Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko Dalam rangka mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko penyelenggaraan adminsitrasi KPR, Bank wajib memastikan bahwa : 1. calon debitur KPR telah memahami hak dan kewajibannya yang terkait dengan pengadministrasian data dan informasi KPR debitur sebagaimana tercakup di dalam perjanjian KPR; 2. pegawai Bank pada unit kerja penyelenggaraan administrasi KPR telah melakukan verifikasi dalam rangka meyakini bahwa penatausahaan dokumen telah dijalankan sesuai prosedur yang berlaku; dan 3. penatausahaan dokumen KPR untuk setiap debitur dilakukan secara terpisah dengan memisahkan antara penatausahaan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi. 63

18 D. Sistem Pengendalian Intern Dalam rangka mendukung efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern di dalam penyelenggaraan administrasi KPR, maka Bank wajib : 1. melakukan evaluasi dan audit secara berkala terhadap kesesuaian penyelenggaraan administrasi KPR dengan SOP KPR bank; dan 2. menindak lanjuti dan menata usahakan dokumen hasil temuan audit terhadap penyelenggaraan administrasi KPR yang mencakup tanggapan Pengurus Bank atas hasil audit tersebut termasuk batas waktu perbaikannya. 64

19 B A B III PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KPR Dalam rangka menyelenggarakan proses administrasi KPR sehingga mampu mendukung kelancaran dan efisiensi proses sekuritisasi KPR serta memperhatikan aspek transparansi dan perlindungan debitur KPR, penyelenggaraan KPR oleh perbankan perlu didukung oleh pembakuan proses administrasi KPR sejak tahap originasi KPR sampai dengan KPR disekuritisasi. A. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Originasi KPR Dalam rangka originasi KPR oleh Unit KPR, Bank wajib paling kurang memisahkan pelaksanaan 5 proses sebagai berikut : 1. Penawaran KPR Dalam rangka penawaran KPR, Bank wajib menyediakan dokumen penawaran KPR tersendiri yang merupakan dokumen yang disampaikan kepada nasabah dalam rangka penawaran KPR yang paling kurang mencakup informasi sebagai berikut : a. Persyaratan calon debitur KPR yang paling kurang mencakup persyaratan kewarga negaraan dan persyaratan penghasilan. b. Persyaratan KPR yang paling kurang mencakup : 1) Persyaratan agunan KPR yaitu : a) Hak Tanggungan (HT) atas Tanah dan Bangunan; b) Akta Jaminan Fidusia atas : (1) semua tagihan, hak, wewenang dan klaim uang ganti rugi asuransi yang timbul berdasarkan polis asuransi kerugian dan asuransi jiwa debitur; dan (2) tagihan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang timbul karena terdapatnya pemutusan hak debitur atas tanah sebelum jatuh waktu berakhirnya hak tersebut. 65

20 2) Persyaratan minimum uang muka KPR sebagai berikut : a) paling kurang 20% (dua puluh per seratus) dari nilai harga jual tanah dan bangunan; atau b) apabila uang muka KPR kurang dari 20% (dua puluh per seratus) dari nilai harga jual tanah dan bangunan, maka KPR wajib dijamin oleh lembaga penjamin dengan besarnya penjaminan yang ditetapkan berdasarkan rasio antara jumlah maskimum pemberian KPR oleh Bank dibandingkan dengan nilai agunan. 3) Persyaratan asuransi yang mencakup kewajiban untuk : a) asuransi jiwa untuk masing-masing debitur KPR dengan nilai pertanggungan yang paling kurang sama dengan nilai KPR yang diberikan Bank; b) asuransi umum yang paling kurang mencakup proteksi terhadap kebakaran dengan nilai pertanggungan paling kurang sama dengan hasil penilaian bangunan rumah pada saat pemberian KPR; dan c) asuransi wajib dilengkapi dengan suatu bankers clause untuk kepentingan Bank sebagai originator. 4) Biaya KPR yang akan menjadi beban debitur KPR dan rinciannya. 5) Penalti yang dikenakan untuk pelunasan KPR yang dipercepat (prepayment penalty) dan pinalti atas keterlambatan debitur dalam pemenuhan kewajibannya. 6) Kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi debitur untuk bisa melakukan refinancing KPR. 7) Persyaratan dokumen untuk pengajuan permohonan KPR. c. Porsi pemberian KPR oleh Bank diatur sebagai berikut : 1) porsi pemberian KPR oleh Bank paling tinggi sebesar 80% (delapan puluh per seratus) dari harga jual tanah dan bangunan, sehingga angka rasio antara jumlah maksimum KPR yang bisa 66

21 diberikan bank terhadap nilai agunan (Loan to Value Ratio) paling tinggi adalah 80% (delapan puluh per seratus); 2) formula untuk penetapan jumlah maksimum KPR sebagai berikut : Jumlah Maksimum KPR yang bisa diberikan bank = 80% x nilai taksasi terhadap harga jual tanah dan bangunan yang terendah antara penilaian bank dan penilaian independent appraisal d. Sistem perhitungan angsuran KPR dan metode pembayaran angsuran KPR. e. Kebijakan bunga KPR dan sistem perhitungan bunga KPR yang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) tingkat bunga KPR; 2) bunga KPR tetap atau bunga KPR yang bisa disesuaikan; 3) formula perhitungan bunga KPR; dan 4) kondisi yang menyebabkan terjadinya penyesuaian bunga KPR. 2. Analisis Permohonan KPR Dalam rangka memelihara konsistensi di dalam melakukan analisis permohonan KPR, Bank wajib paling kurang membakukan hal-hal sebagai berikut : a. metode dan formula dalam rangka melakukan penilaian atas kemampuan membayar calon debitur; b. metode dan formula dalam rangka melakukan penilaian atas agunan; c. kriteria independent appraisal dalam rangka melakukan penilaian agunan; d. format Laporan Analisis Permohonan KPR; dan e. format Laporan Penilaian Agunan. 3. Pengambilan Keputusan KPR Dalam rangka pengambilan keputusan KPR, Bank wajib menetapkan prosedur baku paling kurang dalam rangka : 67

22 a. menyampaikan keputusan secara tertulis tentang penerimaan atau penolakan permohonan KPR calon debitur termasuk alasan apabila dilakukan penolakan; b. mengevaluasi hasil pengambilan keputusan kredit dalam rangka memastikan tidak terdapatnya penyimpangan di dalam proses pengambilan keputusan KPR serta menetapkan kebijakan perbaikan yang diperlukan; dan c. menatausahakan dokumen keputusan kredit dari masing-masing pemohon KPR. 4. Pelaksanaan Akad Kredit Dalam rangka pelaksanaan akad kredit, Bank wajib menetapkan prosedur baku paling kurang dalam rangka memastikan : a. Kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan untuk akad kredit. b. Terdapatnya surat keterangan resmi (cover note) dari Notaris yang menyatakan bahwa seluruh berkas agunan asli yang belum diterima masih digunakan dalam proses administrasi di instansi Pemerintah yang berwenang dan akan diserahkan kepada Bank pada waktu yang sudah disepakati setelah proses administrasi dimaksud selesai dilakukan. c. Perjanjian Kredit paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) Perjanjian KPR harus memuat : a) pernyataan debitur bahwa agunan yang diserahkan kepada Bank tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain; dan b) pernyataan debitur untuk tidak menjaminkan kembali agunan yang telah diserahkan kepada Bank. 2) Perjanjian KPR didukung oleh dokumen yang : a) memadai dan masih berlaku; b) dapat dilaksanakan berdasarkan hukum Indonesia; dan c) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 68

23 3) Perjanjian KPR memuat klausula yang menentukan bahwa hubungan antara kreditur dan debitur serta pernyataan jaminan antara kreditur awal dan debitur terkait dinyatakan berakhir, dalam hal terdapat pelunasan penuh atas jumlah yang wajib dibayar oleh debitur berdasarkan perjanjian KPR. 4) Perjanjian KPR memuat mekanisme penagihan angsuran KPR dan kemungkinan penggunaan jasa pihak ketiga untuk melaksanakan penagihan angsuran KPR secara kolektif. 5) Perjanjian KPR memuat sistem perhitungan suku bunga KPR, termasuk kemungkinan perubahan suku bunga KPR dan kondisi yang mendasari terjadinya perubahan suku bunga KPR serta waktu pemberlakukan perubahan suku bunga KPR. 6) Perjanjian KPR memuat persetujuan debitur kepada bank yang memungkinan bank untuk melakukan penjualan putus dalam rangka sekuritisasi atau kemungkinan untuk melakukan Repo terhadap KPR debitur. 7) Perjanjian KPR memuat hak dan tanggung jawab Bank dan debitur KPR dalam rangka pelaksanaan eksekusi agunan. 8) Perjanjian KPR memuat persetujuan debitur kepada Bank untuk menggunakan data/informasi terkait debitur dan/atau agunan KPR dalam rangka melakukan sekuritisasi KPR. 5. Pencairan Kredit Dalam rangka pencairan kredit, Bank wajib menetapkan prosedur baku paling kurang dalam rangka : a. Memastikan telah dipenuhinya kewajiban calon debitur KPR yaitu paling kurang sebagai berikut : 1) menyerahkan dokumen pendukung permohonan KPR yang sah yang antara lain terdiri dari sertifikat hak atas tanah, Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atau Akta Jual Beli (AJB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan lampirannya, Sertifikat Hak Tanggungan atas tanah dan bangunan yang telah ditanda tangani oleh calon debitur 69

24 KPR, dan polis asuransi jiwa dan polis asuransi kerugian atas bangunan; 2) menanda tangani perjanjian-perjanjian yang terkait dengan pengikatan agunan; 3) memberikan kuasa kepada Notaris atau PPAT untuk menyerahkan secara langsung kepada Bank dokumen-dokumen yang terkait dengan agunan seperti sertifikat hak atas tanah dan bangunan, Sertifikat Hak Tanggungan atas tanah dan bangunan dan/atau Sertifikat Fidusia yang disampaikan oleh penjual tanah dan bangunan; 4) membuka rekening pada Bank sebagai Kreditur Asal KPR dan memberikan kuasa pendebetan rekening tersebut kepada Bank dalam rangka pembayaran angsuran KPR; dan 5) melunasi biaya KPR. b. Menata usahakan dokumen pencairan kredit dari masing-masing debitur KPR. B. Pedoman Penyelenggaraan Service KPR Oleh Bank Dalam menjalankan fungsi sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR, Bank wajib melakukan hal-hal yang paling kurang sebagai berikut : 1. membangun komunikasi dengan debitur KPR melalui unit Customer Loan Service (CLS); Unit Customer Loan Service Bank paling kurang mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut : a. melayani kebutuhan informasi debitur KPR; b. memastikan penyelenggaraan penagihan angsuran KPR yang sesuai dengan kebijakan Bank; dan c. memastikan terselesaikannya permasalahan pinjaman KPR dari debitur. 2. menatausahakan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi; 70

25 Dalam rangka penatausahaan dokumen KPR yang merupakan aset bank dan dokumen KPR yang sudah disekuritisasi, Bank wajib memiliki prosedur baku paling kurang dalam rangka : a. penerimaan, penatausahaan, peminjaman dan penyerahan kembali dokumen KPR; b. pemeliharaan dokumen KPR; dan c. pengamanan dokumen KPR. 3. mengelola data dan informasi KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi; Dalam rangka pengelolaan data dan informasi KPR yang merupakan aset bank dan KPR yang sudah disekuritisasi, Bank wajib paling kurang memiliki sistem informasi untuk : a. mendukung pemantauan dan penyusunan laporan rutin kinerja debitur KPR; dan b. menyampaikan informasi kinerja debitur KPR dalam rangka memenuhi kewajiban transparansi kepada investor EBA KPR, bagi Bank yang telah melakukan sekuritisasi KPR. 4. memantau secara perodik kinerja debitur KPR yang menjadi aset Bank dan kinerja debitur KPR yang sudah disekuritisasi; Dalam rangka pemantauan secara periodik kinerja debitur KPR yang menjadi aset Bank dan KPR yang sudah disekuritisasi, Bank wajib paling kurang : a. memiliki format baku laporan kinerja debitur KPR yang paling kurang mencakup informasi tentang pembayaran angsuran KPR, tunggakan KPR, perubahan status debitur KPR, terjadinya pelunasan KPR yang dipercepat (prepayment) dan terjadinya refinancing; dan b. memiliki informasi mengenai kinerja debitur yang bersangkutan atas fasilitas kredit dari Bank selain KPR termasuk kartu kredit. 5. mendukung proses penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection); Dalam rangka mendukung kelancaran penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection), Bank wajib paling kurang menyusun sistem dan prosedur 71

26 operasional mengenai collection baik yang dilakukan oleh unit kerja Bank dengan menggunakan tenaga collector yang merupakan pegawai Bank maupun dengan menggunakan jasa pihak ketiga termasuk alternatif tindak lanjut penanganan permasalahan collection. 6. melaksanakan eksekusi agunan; Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan eksekusi agunan, Bank wajib paling kurang melakukan hal-hal sebagai berikut : a. menetapkan prosedur baku dalam rangka eksekusi agunan; b. memastikan proses dan tahapan eksekusi agunan berjalan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku; dan c. menetapkan jangka waktu penyelesaian eksekusi agunan. C. Pedoman Penyelenggaraan Service KPR Oleh Pihak Ketiga Dalam menjalankan fungsi sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR, Bank dapat menunjuk pihak ketiga untuk dan atas nama Bank bertindak sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR terbatas pada : 1. penyelenggaraan penatausahaan dokumen KPR; Dalam rangka penyelenggaraan penatausahaan dokumen KPR oleh pihak ketiga, Bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. terdapatnya kriteria yang paling kurang memperhatikan aspek keamanan dan kerahasiaan dokumen KPR debitur dalam rangka seleksi pihak ketiga yang menjadi mitra Bank sebagai penyelenggara penatausahaan dokumen KPR; dan b. terdapatnya perjanjian kerjasama secara tertulis antara Bank dengan pihak penyelenggara penatausahaan dokumen KPR yang paling kurang memuat : 1) wewenang dan tanggung jawab kedua belah pihak; 2) mekanisme penyelesaian permasalahan; dan 3) hal-hal yang menyebabkan berakhirnya perjanjian kerjasama. 2. penyelenggaraan penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection) atau penyelenggaraan eksekusi agunan; 72

27 Dalam rangka penyelenggaraan penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection) atau penyelenggaraan eksekusi agunan oleh pihak ketiga, Bank wajib paling kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. terdapatnya kriteria dalam rangka seleksi pihak ketiga yang akan menjadi mitra Bank sebagai penyelenggara collection atau penyelenggara eksekusi agunan; b. terdapatnya pedoman tertulis yang ditetapkan oleh Bank sebagai acuan penyelenggaraan collection atau penyelenggaran eksekusi agunan oleh pihak ketiga; dan c. terdapatnya perjanjian kerjasama secara tertulis antara Bank dengan pihak penyelenggara collection atau penyelenggara eksekusi agunan yang paling kurang memuat : 1) wewenang dan tanggung jawab kedua belah pihak; 2) mekanisme penyelesaian permasalahan; dan 3) hal-hal yang menyebabkan berakhirnya perjanjian kerjasama. 73

28 B A B IV SUMBER DAYA MANUSIA Penyelenggaraan administrasi KPR perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan memahami peranan dari administrasi KPR yang baik di dalam mendukung kelancaran dan efisiensi proses sekuritisasi KPR. Bank penyelenggara KPR wajib memiliki kebijakan SDM untuk menetapkan petugas administrasi KPR. Kebijakan SDM Bank dalam rangka mendukung penyelenggaraan administrais KPR paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Penetapan pegawai Bank yang ditunjuk sebagai petugas administrasi KPR. 2. Penetapan kriteria kompetensi sebagai dasar penunjukan SDM Bank sebagai petugas administrasi KPR yang paling kurang mencakup : a. pengetahuan di bidang pembiayaan perumahan; dan b. pengalaman bekerja di unit KPR Bank. 3. Penyusunan Pedoman Kerja tertulis bagi petugas administrasi KPR yang memuat tugas pokok dan tanggung jawab petugas administrasi KPR pada saat bertindak sebagai Kreditur Asal (Originator) KPR dan sebagai Penyedia Jasa (Servicer) KPR. 4. Menyelenggarakan pelatihan secara berkala dalam rangka meningkatkan kompetensi petugas administrasi KPR dan/atau mengikut sertakan petugas administrasi KPR di dalam pelatihan yang terkait dengan pengetahuan di bidang pembiayaan perumahan. 74

29 Lampiran 6 Format Laporan Transaksi Derivatif Bank Bank.. REKAPITULASI TRANSAKSI DERIVATIF Periode tanggal :*) Dalam Jutaan Rupiah POSISI VALUTA ASAL KEUNTUNGAN/(KERUGIAN) TRANSAKSI (dalam Rupiah) Keuntungan Kerugian Total (menurut jenis transaksi) Long Short Kumulatif Neto (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)+(5) I. Dengan Pergerakan Dana 1. Nilai Tukar Suku Bunga Kombinasi 1 dan II. Tanpa Pergerakan Dana 1. Nilai Tukar Suku Bunga Kombinasi 1 dan Jumlah Modal bank: 0 Margin deposit nasabah pihak terkait : 0 Margin deposit nasabah bukan pihak terkait : 0 Persentase Kerugian = Jumlah Total Kumulatif Neto x 100% Modal Bank 75

30 *) Diisi sesuai dengan periode : a. Minggu I setiap tanggal 1 s/d 7 b. Minggu II setiap tanggal 8 s/d 15 c. Minggu III setiap tanggal 16 s/d 23 d. Minggu IV setiap tanggal 24 s/d akhir bulan 76

31 Lampiran 7 Format Laporan Transaksi Derivatif Bank Bank.. REKAPITULASI TRANSAKSI DERIVATIF Periode tanggal :*) Dalam Jutaan Rupiah POSISI VALUTA ASAL KEUNTUNGAN/(KERUGIAN) TRANSAKSI (dalam Rupiah) Keuntungan Kerugian Total (menurut pihak lawan transaksi) Long Short Kumulatif Neto (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)+(5) I. Dengan Pergerakan Dana 1. Transaksi dengan Nasabah Pihak Terkait a. Bank b. Non-Bank Transaksi dengan Nasabah Bukan Pihak Terkait a. Bank b. Non-Bank II. Tanpa Pergerakan Dana 1. Transaksi dengan Nasabah Pihak Terkait a. Bank b. Non-Bank 2. Transaksi dengan Nasabah Bukan Pihak Terkait a. Bank b. Non-Bank Jumlah Modal bank: 0 0 Margin deposit nasabah pihak terkait : 0 Margin deposit nasabah bukan pihak terkait : 0 77

32 Persentase Kerugian = Jumlah Total Kumulatif Neto x 100% Modal Bank *) Diisi sesuai dengan periode : a. Minggu I setiap tanggal 1 s/d 7 b. Minggu II setiap tanggal 8 s/d 15 c. Minggu III setiap tanggal 16 s/d 23 d. Minggu IV setiap tanggal 24 s/d akhir bulan 78

33 Lampiran 8 PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF Laporan Transaksi Derivatif yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia adalah Laporan Rekapitulasi Transaksi Derivatif seperti contoh format pada lampiran 1 dan 2 pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tanggal 15 September 2005 atau pada Tabel 1 dan 2 pada Petunjuk Pengisian Laporan Transaksi Derivatif ini. Untuk keperluan pengisian format laporan tersebut, dapat digunakan format kertas kerja seperti pada Tabel 1a s/d 8b sebagai acuan. Kertas kerja tersebut tidak perlu disampaikan kepada Bank Indonesia. I. Rekapitulasi Transaksi Derivatif (Tabel 1 dan 2) 1. Kolom 2 Yang dilaporkan dalam kolom ini adalah penjumlahan dari seluruh posisi long untuk masing-masing kelompok Transaksi Derivatif dalam valuta asal yang pengisiannya dalam kolom ini dikonversikan ke dalam valuta Rupiah. Pengelompokan dimaksud dilakukan sebagaimana kolom 1 pada Tabel 1 dan Kolom 3 Yang dilaporkan dalam kolom ini adalah penjumlahan dari seluruh posisi short untuk masing-masing kelompok transaksi derivatif dalam valuta asal dikonversikan ke dalam valuta Rupiah. Pengelompokan dimaksud dilakukan sebagaimana kolom 1 pada Tabel 1 dan Kolom 4 Yang dilaporkan dalam kolom ini adalah penjumlahan keuntungan dalam equivalen Rupiah dari seluruh posisi untuk masing-masing kelompok 79

34 Transaksi Derivatif selama tahun berjalan terhitung sejak tanggal 1 Januari s/d tanggal akhir masa laporan. Pengelompokan dimaksud dilakukan sebagaimana kolom 1 pada Tabel 1 dan Kolom 5 Yang dilaporkan dalam kolom ini adalah penjumlahan kerugian dalam equivalen Rupiah dari seluruh posisi untuk masing-masing kelompok Transaksi Derivatif selama tahun berjalan terhitung sejak tanggal 1 Januari s/d tanggal akhir masa laporan. Pengelompokan dimaksud dilakukan sebagaimana kolom 1 pada Tabel 1 dan Kolom 6 Yang dilaporkan dalam kolom ini adalah penjumlahan (kumulatif) keuntungan dan kerugian dalam Rupiah dan tercatat dalam perkiraan rugi/laba untuk masing-masing kelompok selama tahun berjalan terhitung sejak tanggal 1 Januari s/d tanggal akhir masa laporan. Pengelompokan dimaksud dilakukan sebagaimana kolom 1 pada Tabel 1 dan 2. II. Kertas Kerja Tabel 1a s/d 8b 1. Kolom 2 & 3 Kolom ini adalah penjumlahan (kumulatif) dari masing-masing posisi baik long maupun short dalam valuta asal untuk setiap jenis pihak lawan transaksi dan setiap jenis Transaksi Derivatif yang pengelompokannya didasarkan kepada adanya pergerakan dana (Tabel 1a s/d 4b) dan tanpa pergerakan dana (Tabel 5a s/d 8b). Pengisian masing masing posisi tersebut, baik long maupun short, tidak dikompensasikan (set-off). Pencatatan posisi long maupun short dalam valuta asal yang ditatausahakan oleh masing-masing bank dilakukan berdasarkan kelaziman yang berlaku dalam praktek di pasar internasional, antara lain: 80

35 1.1 Untuk Transaksi Derivatif yang berkaitan dengan nilai tukar (Foreign Exchange) posisi dimaksud adalah dilihat dari posisi reference currencynya. Contoh : a) Untuk transaksi currency forward USD/IDR maka pencatatan posisi beli (long) maupun jualnya (short) adalah dengan melihat posisi USDnya sebagai reference currency sebesar nilai nominalnya. b) Untuk transaksi forex swap (transaksi spot dan forward yang dilakukan secara simultan ) dan forward forward, maka pencatatan posisi long maupun short-nya adalah dilihat dari posisi beli (long) maupun posisi jual (short) dari reference currency yang tanggal jatuh waktu/penyelesaiannya lebih panjang (far date atau forward date). Dengan demikian apabila bank memiliki posisi beli swap USD/IDR sebesar USD 5,000, dengan jangka waktu 6 bulan pada tingkat premi swap Rp atau dengan kata lain bank sebenarnya memiliki posisi jual spot sebesar USD 5,000, dan beli forward sebesar USD 5,000, maka bank mencatat posisi forex swap tersebut sebagai long swap USD/IDR sebesar USD 5,000, c) Untuk transaksi currency option, pencatatan posisi long maupun short-nya adalah dilihat dari posisi beli (long) maupun posisi jual (short) dari reference currency-nya. Dengan demikian, apabila bank memiliki posisi jual option call USD/beli put JPY maka bank mencatat posisi tersebut sebagai short call option USD/JPY sebesar nominal USD yang ditransaksikan. d) Untuk transaksi currency futures, pencatatan posisinya adalah dilihat dari posisi beli (long) maupun jual (short) dari indeks currency futures yang dimiliki. Dengan demikian, apabila bank memiliki posisi jual JPY futures maka bank mencatat posisi tersebut sebagai short JPY 81

36 futures sebesar nominal JPY yang ditransaksikan 1.2 Untuk Transaksi Derivatif yang berkaitan dengan suku bunga (interest rate) maka pencatatan posisi dimaksud dilihat dari suku bunga yang fixed sebesar nilai nominalnya yang biasanya nilai nominal dana pokok tersebut tidak bergerak (no movement of fund) atau lazim disebut sebagai notional amount. Contoh : a. Untuk Transaksi Derivatif interest rate swap/irs maka yang dicatat sebagai posisi long maupun short adalah dengan melihat posisi beli (long) maupun melihat posisi jual (short) dari suku bunga yang fixed sebesar nilai nominal notional amount yang ditransaksikan. b. Untuk Transaksi Derivatif interest rate option (cap atau floor), maka yang dicatat sebagai posisi long maupun short adalah dengan melihat posisi beli (long) maupun posisi jual (short ) dari cap dan floor suku bunga yang ditransaksikan. c. Untuk Transaksi Derivatif forward rate agreement (FRA), maka yang dicatat sebagai posisi long maupun short adalah dengan melihat posisi beli (long) maupun posisi jual (short) dari interest rate currency yang ditransaksikan dalam FRAs tersebut sebesar nilai notional amount-nya. 1.3 Untuk Transaksi Derivatif yang merupakan kombinasi dari nilai tukar dan suku bunga maka pencatatan posisi long maupun short-nya mengacu pada kelaziman yang berlaku dalam praktek di pasar international. 82

37 2. Kolom 4 dan 5 Kolom ini adalah penjumlahan (kumulatif) keuntungan dalam valuta asing dan rupiah yang timbul dari masing-masing posisi, baik long maupun short, untuk setiap jenis transaksi berdasarkan perhitungan mark to market. 3. Kolom 6 dan 7 Kolom ini adalah penjumlahan (kumulatif) kerugian dalam valuta asing dan rupiah yang timbul dari masing-masing posisi, baik long maupun short, untuk setiap jenis transaksi berdasarkan perhitungan mark to market. 4. Kolom 8 Kolom ini adalah kumulatif netto keuntungan dan kerugian dalam equivalen Rupiah. Konversi dari valuta asing dalam valuta Rupiah dilakukan dengan menggunakan kurs indikasi Reuters [(bid+ask)/2] pukul WIB pada tanggal akhir masa laporan. 83

38 Format Laporan Transaksi Tabel 1 Derivatif Bank-Bank BANK ABC REKAPITULASI TRANSAKSI DERIVATIF Periode tanggal s/d Dalam jutaan rupiah **) TRANSAKSI POSISI VALUTA ASAL KEUNTUNGAN/KERUGIAN (menurut jenis transaksi) Total Keuntungan (Kerugian) Long Short Kumulatif Neto (1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) + (5) I. Dengan Pergerakan Dana 1. Nilai Tukar Suku Bunga Kombinasi 1 dan II. Tanpa Pergerakan Dana 1. Nilai Tukar Suku Bunga Kombinasi 1 dan Jumlah Modal bank *) : 0 Margin Deposit nasabah pihak terkait : 0 Margin Deposit nasabah bukan pihak terkait: 0 *) Modal yang digunakan untuk laporan masa I, II, dan III adalah modal per tanggal akhir bulan sebelumnya, sedangkan untuk laporan masa IV menggunakan modal per tanggal akhir bulan yang bersangkutan. Persentase keuntungan/(kerugian)= Jumlah Total Kumulatif Neto x 100% Modal Bank **)Untuk mengkonversikan nilai valuta asal ke dalam valuta rupiah dipergunakan kurs indikasi Reuters [(bid+ask)/2] pukul WIB pada tanggal akhir masa laporan. 84

39 Format Laporan Transaksi Tabel 2 Derivatif Bank-Bank BANK ABC REKAPITULASI TRANSAKSI DERIVATIF Periode tanggal s/d Dalam jutaan rupiah TRANSAKSI POSISI VALUTA ASAL KEUNTUNGAN/KERUGIAN (menurut pihak lawan transaksi) Total Keuntungan (Kerugian) Long Short Kumulatif Neto (1) I. Dengan Pergerakan Dana (2) (3) (4) (5) (6) = (4) + (5) 1. Transaksi dengan Pihak Terkait a. Bank b. Non Bank Transaksi dengan Bukan Pihak Terkait a. Bank b. Non Bank II. Tanpa Pergerakan Dana 1. Transaksi dengan Pihak Terkait a. Bank b. Non Bank Transaksi dengan Bukan Pihak Terkait a. Bank b. Non Bank Jumlah Modal bank *) : 0 Margin Deposit nasabah group bank : 0 Margin Deposit nasabah non group bank : 0 Persentase keuntungan/(kerugian)= JJumlah Total Kumulatif Neto x 100% Modal Bank *) Modal yang digunakan untuk laporan masa I, II, dan III adalah modal per tanggal akhir bulan sebelumnya, sedangkan untuk laporan masa IV menggunakan modal per tanggal akhir bulan yang bersangkutan. **)Untuk mengkonversikan nilai valuta asal ke dalam valuta rupiah dipergunakan kurs indikasi Reuters [(bid+ask)/2] pukul WIB pada tanggal akhir masa laporan. 85

40 KERTAS KERJA Tabel 1a BANK ABC RINCIAN TRANSAKSI DERIVATIF DENGAN PERGERAKAN DANA Periode tanggal s/d (Dalam ribuan valuta asing dan jutaan rupiah) Keuntungan/ (Kerugian) TRANSAKSI/JENIS PRODUK POSISI (dalam valuta asal) Total Keuntungan (Kerugian) Kumulatif Neto Long Short Dalam Valas Dalam Rp Dalam Valas Dalam Rp Dalam Rp (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (5) + (7) 1.1 Transaksi Dengan Pihak Terkait -Bank A. Nilai Tukar 1. Currency Forward 2. Forex SWAP 3. Currency Option - Put Option - Call Option 4. Currency Futures /SGD 5. Lain-lain (diluar angka 1 s.d 4) 86

41 KERTAS KERJA TRANSAKSI/JENIS PRODUK B. Suku Bunga 1. Interest Rate Swap - Rp 2. Interest Rate Option - Rp 3. FRAS - Rp 4. Interest Rate Futures 5. Lain-lain (diluar angka 1 s.d 4) Tabel 1b BANK ABC RINCIAN TRANSAKSI DERIVATIF DENGAN PERGERAKAN DANA Periode tanggal s/d (Dalam ribuan valuta asing dan jutaan rupiah) POSISI (dalam valuta asal) Keuntungan Keuntungan/ (Kerugian) (Kerugian) Total Kumulatif Neto Long Short Dalam Valas Dalam Rp Dalam Valas Dalam Rp Dalam Rp (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (5) + (7) C. Lain-lain (produk-produk lainnya selain A&B atau kombinasi A&B Jumlah 87

42 KERTAS KERJA Tabel 2a BANK ABC RINCIAN TRANSAKSI DERIVATIF DENGAN PERGERAKAN DANA Periode tanggal s/d (Dalam ribuan valuta asing dan jutaan rupiah) Keuntungan/ (Kerugian) TRANSAKSI/JENIS PRODUK POSISI (dalam valuta asal) Total Keuntungan (Kerugian) Kumulatif Neto Long Short Dalam Valas Dalam Rp Dalam Valas Dalam Rp Dalam Rp (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (5) + (7) 1.2 Transaksi Dengan Pihak Terkait Non Bank A. Nilai Tukar 1. Currency Forward 2. Forex SWAP 3. Currency Option - Put Option - Call Option 4. Currency Futures /SGD 5. Lain-lain (diluar angka 1 s.d 4) 88

43 KERTAS KERJA TRANSAKSI/JENIS PRODUK B. Suku Bunga 1. Interest Rate Swap - Rp 2. Interest Rate Option - Rp 3. FRAS - Rp 4. Interest Rate Futures 5. Lain-lain (diluar angka 1 s.d 4) Tabel 2b BANK ABC RINCIAN TRANSAKSI DERIVATIF DENGAN PERGERAKAN DANA Periode tanggal s/d (Dalam ribuan valuta asing dan jutaan rupiah) POSISI (dalam valuta asal) Keuntungan Keuntungan/ (Kerugian) (Kerugian) Total Kumulatif Neto Long Short Dalam Valas Dalam Rp Dalam Valas Dalam Rp Dalam Rp (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (5) + (7) C. Lain-lain (produk-produk lainnya selain A&B atau kombinasi A&B Jumlah 89

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ 38 /DPNP tanggal 31 Desember 2010 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 45 /DPD tanggal 15 September 2005 PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF Laporan Transaksi Derivatif yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/4/PBI/2005 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM AKTIVITAS SEKURITISASI ASET BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/4/PBI/2005 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM AKTIVITAS SEKURITISASI ASET BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/4/PBI/2005 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM AKTIVITAS SEKURITISASI ASET BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha bank juga tergantung

Lebih terperinci

Aset. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Aset. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Prinsip Kehati hatian dalam Aktivitas Sekuritas Aset, Transaksi Derivatif dan Prinsip Kehati hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Kodifikasi Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung upaya Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan

Lebih terperinci

Aset. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Aset. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Prinsip Kehati hatian dalam Aktivitas Sekuritas Aset, Transaksi Derivatif dan Prinsip Kehati hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Ko A odifikas

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 7/ 51 /DPNP Jakarta, 9 November 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum Sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi makro ekonomi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Pihak Domestik. Bank. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 183). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DALAM RANGKA

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DAL

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DAL LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.358, 2014 KEUANGAN. OJK. Efek Beragun Aset. Partisipasi Pembiayaan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5632) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/7/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mencapai tujuan Bank Indonesia yakni mencapai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Operasi Moneter. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November 2008. S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November 2008. S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS - 7 - PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS UMUM 1. Laporan Profil Maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban, dan rekening administratif yang dipetakan dalam skala waktu. Pemetaaan dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

tetap yang disetujui selama jangka waktu yang disepakati dalam jangka waktu maksimum 1 tahun.

tetap yang disetujui selama jangka waktu yang disepakati dalam jangka waktu maksimum 1 tahun. Single Rate Forward Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/20/PBI/2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/13/PBI/2003 TENTANG POSISI DEVISA NETO BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/14/DPM tanggal 17 September

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N No. 15/11/DPNP Jakarta, 8 April 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru No.117, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Asing. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5702). PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Pihak Asing. Bank. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 184). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DALAM RANGKA PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/KMK.017/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/KMK.017/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/KMK.017/2000 TENTANG SYARAT, TATA CARA DAN KETENTUAN PELAKSANAAN JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyediaan informasi guna menunjang kelancaran kegiatan usaha

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 37 /PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/13/PBI/2003 TENTANG POSISI DEVISA NETO BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M No.73, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Modal Minimum. Modal Inti Minimum. Bank. Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5686) PERATURAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005

Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pengendali Bank Pengendali Akhir > 0% saham PT. A > 0% saham PT. A > 0% saham BANK Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, c SALINAN PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Single Rate Forward Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS UMUM A. Laporan Profil Maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban, dan rekening administratif yang dipetakan ke dalam skala waktu. Pemetaaan dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2015 KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Terproteksi. Penjaminan. Indeks. Pedoman Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5817).

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF. BAB I KETENTUAN UMUM No.286, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek Beragun Aset. Kontrak Investasi Kolektif. Penerbitan dan Pelaporan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

1. LPEI wajib mengelola dan memelihara posisi devisa neto (PDN) secara keseluruhan maupun neraca paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal.

1. LPEI wajib mengelola dan memelihara posisi devisa neto (PDN) secara keseluruhan maupun neraca paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal. TATA CARA PERHITUNGAN POSISI DEVISA NETO LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA 1. LPEI wajib mengelola dan memelihara posisi devisa neto (PDN) secara keseluruhan maupun neraca paling tinggi 20% (dua puluh

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

No.14/ 11 /DPM Jakarta, 21 Maret 2012. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.14/ 11 /DPM Jakarta, 21 Maret 2012. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.14/ 11 /DPM Jakarta, 21 Maret 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/42/DPD perihal Pembelian Valuta Asing terhadap

Lebih terperinci

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/2/DPM tanggal 28 Januari 2014 perihal

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.03/2016 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/6/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN

Lebih terperinci

2012, No Mengingat Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter; : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Neg

2012, No Mengingat Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter; : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2012 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5321) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 5 /PBI/2000 TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggerakkan perekonomian nasional diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL...

I. UMUM II. PASAL... PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM I. UMUM Dalam rangka mendukung tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Pihak Domestik. Bank. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5926) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan

Lebih terperinci

No. 15/44/DPbS Jakarta, 22 Oktober 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

No. 15/44/DPbS Jakarta, 22 Oktober 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA No. 15/44/DPbS Jakarta, 22 Oktober 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Umum Syariah. Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/6/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

No. 14/39/DPM Jakarta, 28 Desember 2012 S U R A T E D A R A N

No. 14/39/DPM Jakarta, 28 Desember 2012 S U R A T E D A R A N No. 14/39/DPM Jakarta, 28 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Perihal: Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/3/DPM tanggal 4 Februari 2011 perihal Laporan Harian Bank Umum. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Perbedaan pasar uang dan pasar modal yaitu: 1. Instrumen yang diperjualbelikan pasar modal yang diperjualbelikan adalah adalah surat-surat berharga jangka panjang seperti

Lebih terperinci

2 Proses pemurnian kegiatan usaha Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tersebut diberikan masa transisi sampai dengan tanggal 31 Desember Selain itu,

2 Proses pemurnian kegiatan usaha Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tersebut diberikan masa transisi sampai dengan tanggal 31 Desember Selain itu, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Penukaran Valuta Asing. Bukan Bank. Kegiatan Usaha. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 206) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar Pengelolaan Risiko Pasar Manajemen Risiko, Sesi 7 Latar Belakang Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/POJK.04/2014 TENTANG LAPORAN BULANAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET - 1 - LAPORAN BULANAN KIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Coupon Swap Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya: Lindung Nilai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5919 PERBANKAN. BI. Moneter. Operasi. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 172) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Produk Keuangan Luar Negeri. Keagenan. Prinsip. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5844) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-28 /PM/2003 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-28 /PM/2003 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-28 /PM/2003 TENTANG PEDOMAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci