ANALISIS DAMPAK PENAMBAHAN JUMLAH BANK PELAKSANA (BPD) DALAM PENYALURAN KUR MIKRO
|
|
- Hadi Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Policy Brief No. 001/2014 ANALISIS DAMPAK PENAMBAHAN JUMLAH BANK PELAKSANA (BPD) DALAM PENYALURAN KUR MIKRO Agus Eko Nugroho, Ph.D Economic Research Center Indonesian Institute of Sciences 4th-5th Fl. Widya Graha LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta Telp Bridging research to policy
2 POLICY BRIEF No. 001/2014 Economic Research Center Paper Series is published electronically by Economic Research Center, Indonesian Institute of Sciences Copyright is held by the author or authors of each Policy Brief Economic Research Center Policy Brief cannot be republished, reprinted, or reproduced in any format without the permission of the paper s author or authors. Note: The views expressed in each paper are those of the author or authors of the paper. They do not necessarily represent or reflect the views of the Economic Research Center, its Editorial Committee or of Indonesian Institute of Sciences. ISBN The Economic Research Centre - Indonesian Institute of Sciences (P2E-LIPI) is one of the Indonesian Government Research Institutes established in P2E-LIPI plays a leading role in the field of economic and development policy research. The Centre is previously known as The National Economic and Social Institution (Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional/ LEKNAS), then LEKNAS-LIPI was reorganized into the Centre for Economics and Development Studies - Indonesian Institute of Sciences (Pusat Penelitian Pengembangan Ekonomi dan Pembangunan/PEP- LIPI) in Based on President Decree No. 178/2000 on December 15th, 2000 and LIPI Director Decree No.1151/M/2001 June, PEP-LIPI has been renamed to the Economic Research Center Indonesian Institute of Sciences (Pusat Penelitian Ekonomi/P2E-LIPI) in P2E-LIPI consists of three Research Group: Regional Development, Industrial and Trade, Finance and Banking. The main objective of P2E is to advice the government on all economic and development issues, both on national and international economic issues. The focus issues are poverty reduction; economic governance and competitiveness; and infrastructure. The center also carries out joint research, in collaboration with domestic and international research institutions.
3 ANALISIS DAMPAK PENAMBAHAN JUMLAH BANK PELAKSANA (BPD) DALAM PENYALURAN KUR MIKRO RINGKASAN EKSEKUTIF Pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sejak tahun 2007 adalah upaya serius pemerintah untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia. Mengingat kegagalan program kredit bersubsidi di masa lalu, program KUR ini adalah solusi alternatif dalam pengembangan UMKM melalui kredit program dengan pendekatan komersial. Melalui pendekatan komersial, bank memainkan peran kunci dalam menyeleksi dan menentukan penerima KUR. Sementara, pemerintah memberikan skim penjaminan kredit melalui PT Jamkrindo dan Askrindo untuk memitigasi tingginya risiko kredit macet. Bank pelaksana akan termotivasi untuk menerapkan prinsip kehati-hatian karena penyaluran KUR bersumber dari dana bank itu sendiri. Program KUR juga secara signifikan berbeda dengan program kredit bersubsidi, dimana bank cenderung mengabaikan prinsip kehati-hatian karena peran mereka hanya sebagai agen penyalur (channeling agents). Penelitian terhadap kinerja KUR di sembilan belas (19) Bank Pembangunan Daerah (BPD) ini menemukan empat permasalahan pokok dalam penyaluran KUR kepada UMKM. Pertama, penetapan target penyaluran KUR yang didasarkan pada besar-kecilnya aset perlu dicermati lebih dalam lagi. BPD berskala besar (misalnya, Bank Jatim dan Bank Jabar-Banten) justru menghadapi tingginya NPL KUR, sebaliknya BPD berskala kecil, seperti Bank Nagari, Bank Bali dan Bank NTT memiliki NPL KUR jauh di bawah 5%. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya mengembangkan kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan BPD mana yang layak untuk dapat berpartisipasi dalam program KUR Mikro, dan seberapa besar target penyaluran KUR dapat diberikan kepada masingmasing BPD. Kedua, orientasi penyaluran kredit BPD untuk tujuan konsumtif mencerminkan minimnya pengalaman dan kemampuan bisnis BPD dalam membiayai sektor riil. Hal ini menjadi salah satu penyebab kredit bermasalah (Non-performing loan/npl) dari program KUR mereka. Ketiga, kurang memadainya kapasitas bisnis dan kualitas sumber daya manusia (SDM) menyebabkan ketidakmampuan BPD dalam mengembangkan inovasi managerial, seperti agunan sosial (social collateral) sebagai pengganti ketidakmampuan UMKM menyediakan agunan fisik. Agunan sosial ini antara lain berupa kuatnya relasi sosial antara bank dengan debitur UMKM dan kemampuan memanfaatkan kelembagaan sosial/masyarakat (social institutions) sebagai instrumen penting dalam mendorong kelancaran pengembalian kredit. Keempat, kualitas SDM BPD yang kurang memadai juga terkait dengan keterbatasan jumlah staf (account officer/ao) yang berkualitas untuk mengelola program KUR. Ketidak-cukupan pengalaman yang dimiliki analis kredit di beberapa BPD berakibat pada ketidakhati-hatian (imprudent) dalam penyaluran KUR. Penelitian ini mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan kinerja BPD dalam menyalurkan KUR. Pertama, pentingnya mengembangkan kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan BPD mana yang dapat berpartisipasi dalam program KUR Mikro, seperti kriteria 1 P o l i c y B r i e f N o
4 kemampuan finansial dan bisnis, kriteria kualitas SDM, kriteria kecukupan skala operasional dan kriteria kapasitas pasar. Kedua, pemerintah sebaiknya bekerja sama dengan Asosiasi Bank Daerah (Asbanda) untuk mendukung pengembangan SDM dengan memberikan berbagai pelatihan kepada staf KUR, terutama terkait dengan praktek perbankan mikro. Ketiga, pemerintah sangat penting melakukan kerjasama dengan BI dan OJK untuk mengembangkan database, informasi pemeringkatan (rating information) kualitas bisnis koperasi dan UMKM. Hal ini diperlukan untuk dapat menurunkan biaya transaksi dalam memberikan pinjaman KUR Mikro. Keempat, Pemerintah pusat dan daerah harus mengalokasikan anggaran yang memadai untuk melakukan promosi dan sosialisasi yng lebih intensif terhadap program KUR. 2 P o l i c y B r i e f N o
5 PERMASALAHAN UTAMA BPD DALAM MENYALURKAN KUR MIKRO Program KUR telah menunjukan kinerja yang signifikan dilihat dari besarnya penyaluran kredit, peningkatan jumlah bank pelaksana dan relatif rendahnya NPL. Penyaluran KUR meningkat dari Rp 11,5 triliun tahun 2008 menjadi Rp 50,3 triliun dengan melayani sekitar 12,1 juta debitur pada bulan Oktober Sedangkan, jumlah bank pelaksana meningkat dari 6 menjadi 33 bank. BRI menjadi bank terbesar dalam penyaluran KUR dengan nilai mencapai sekitar Rp 31,2 triliun atau 62% dari total pinjaman tahun 2014, dengan NPL rata-rata di bawah 3%. Namun demikian, program KUR ini masih menghadapi empat hambatan utama: Pertama, keterlibatan BPD dalam program KUR sejak tahun 2010 cenderung meningkatkan NPL KUR. Misalnya, sampai dengan bulan Oktober 2014 NPL KUR Bank Jabar- Banten mencapai sekitar 21,2%, Bank Sulteng (28,2%), Bank Sultra (13%), Bank Jatim (11,5%), dan Bank Sulut (11,5%). Akibatnya, rata-rata NPL KUR BPD sebesar 9,9%, NPL ini meningkat dibanding tahun 2012 yang sebesar 7% (Komite KUR 2014). Tingginya NPL KUR di BPD ini dapat menyebabkan besarnya pembiayaan klaim yang harus ditanggung oleh perusahaan penjaminan. Kedua, partisipasi BPD dalam program KUR belum didasarkan kemampuan keuangan dan kompetensi bisnis yang dimiliki. Cukup banyak BPD belum memiliki kemampuan bisnis yang memadai untuk menyalurkan KUR kepada UMKM. Hal ini terutama terkait dengan keterbatasan staf BPD dengan keahlian yang memadai untuk mengelola KUR. Staff analis kredit BPD kurang mampu menyalurkan KUR secara hati-hati akibat mereka hanya terbiasa mengelola kredit konsumtif. Di banyak BPD, staf analis kredit yang mengelola KUR juga harus bertanggung-jawab untuk mengelola skim kredit lainnya. Akibatnya, staf analis kredit tersebut tidak dapat memberikan perhatian penuh dalam penyaluran KUR sehingga berpotensi mengabaikan prinsip kehati-hatian. Belajar dari pengalaman BRI, penyaluran KUR harus dikelola oleh staf khusus, yang dikenal sebagai Mantri KUR. Untuk dapat mengimplementasikan prinsip kehati-hatian, Mantri KUR ini diberikan berbagai pelatihan dalam pengelolaan KUR. Ketiga, kelemahan SDM BPD dalam pengelola program KUR karena minimnya pelatihan yang diberikan kepada staf analis kredit untuk mengelola dan memasarkan KUR. Karena pertimbangan biaya, BPD juga enggan untuk merekrut staf baru, yang secara khusus ditujukan untuk mengelola program KUR. Hal ini karena BPD memahami program KUR hanya sebagai program skim kredit mikro biasa. Mereka belum memandang program KUR ini sebagai kesempatan baik untuk mengembangkan divisi bisnis mikro. Masih banyak BPD belum memiliki rencana bisnis (business plan) untuk program KUR, yang dikaitkan dengan pengembangan divisi mikro, termasuk penetapan prosedur operasional standar (SOP), pengembangan SDM, pelatihan, status pekerjaan, insentif dan jenjang karir yang baik untuk staf KUR mereka. Belajar dari pengelolaan program KUR di BRI-unit, mereka mengembangkan SOP yang jelas, memberikan status permanen kerja dengan jenjang karir yang bagus untuk menjadi seorang ahli pengelolaan perbankan mikro. Hal ini terbukti penting untuk meningkatkan produktivitas staf KUR. Keempat, ketidak-mampuan BPD dalam memperluas jangkauan pelayanan KUR kepada UMKM. Selain ketidak-cukupan jumlah staf dengan kualifikasi yang memadai, banyak BPD menghadapi keterbatasan jangkauan operasional. Hal ini terutama terkait dengan terbatasnya jumlah kantor cabang dan belum adanya divisi mikro, kantor kas keliling, dan pos pelayanan untuk menyalurkan 3 P o l i c y B r i e f N o
6 KUR. Sebagian besar BPD hanya memiliki kantor cabang di ibukota kabupaten dan propinsi. Dalam satu propinsi, masing-masing kantor cabang rata-rata menjangkau 2-3 kecamatan. Di luar Jawa, kantor cabang BPD biasanya kurang mampu untuk melayani UMKM di wilayah terpencil. Operasional BPD di kota-kota besar propinsi juga menghadapi tekanan persaingan dari bank-bank lain, termasuk BRI. Hal ini mungkin tidak menjadi masalah, jika BPD memiliki jumlah staf yang memadai untuk memberikan pelayanan yang baik kepada UMKM. Namun demikian, hal ini menjadi masalah serius ketika tekanan persaingan tersebut memunculkan masalah moral hazard yang menyebabkan ketidak hati-hatian dalam penyaluran KUR. Hal ini sangat mungkin terjadi karena adanya skim penjaminan mendorong analis kredit BPD untuk menyalurkan KUR secara kurang hati-hati. TINJAUAN KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN PROGRAM KUR SAAT INI Sebagai upaya mempercepat penyaluran kredit, kebijakan untuk menyertakan semua BPD dalam program KUR harus dicermati terkait dengan tingginya NPL KUR. Para pembuat kebijakan harus menyadari bahwa pendekatan komersial dalam program KUR memiliki kompleksitas permasalahan. Pertama, adanya kendala operasional BPD yang menghambat jangkauan pelayanan kepada debitur berskala mikro kecil (UMKM). Misalnya, trade-off muncul antara tujuan memaksimumkan keuntungan (profitability objective) dengan upaya memperluas pelayanan kepada UMKM (outreach objective). Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, BPD akan lebih memfokuskan pada pelayanan kepada UMKM yang prospektif sehingga mengabaikan UMKM yang kurang prospektif dan belum bankable. BPD cenderung memandang bahwa penyaluran KUR kepada UMKM yang kurang prospektif, meskipun belum bankable, akan meningkatkan risiko kredit macet. Kedua, dari sudut pandang BPD, trade-off juga berpotensi terjadi akibat adanya skim penjaminan kredit dalam program KUR. Skim penjaminan ini, di satu sisi, dapat menurunkan risiko kredi macet, tetapi di sisi lain berpotensi menyebabkan BPD menurunkan standar kehati-hatian dalam penyaluran KUR. BPD yang tidak kompeten juga terdorong untuk berpartisipasi dalam program KUR karena adanya skim penjaminan ini. Ketiga, dari sudut pandang UMKM, skim penjaminan berpotensi menciptakan moral hazard bagi debitur KUR untuk mengelola kredit secara ceroboh sehingga menyebabkan adanya kredit macet. Pembuat kebijakan yang menganggap bahwa program KUR hanya sebagai program penyaluran kredit kepada UMKM biasa menghadapi masalah interpretasi. Kesalahan interpretasi ini berakibat pada tidak-adanya kriteria-kriteria/persyaratan yang meyakinkan untuk menentukan BPD mana yang dapat berpartisipasi dalam program KUR. Akibatnya, semua BPD dapat berpartisipasi dalam program KUR, dan mengabaikan perbedaan kemampuan masing-masing BPD dalam mengelola kredit mikro. Hasilnya, banyak BPD berskala besar justru menghadapi tingkat NPL KUR yang tinggi. Program KUR semestinya tidak hanya dilihat sebagai praktek penyaluran kredit untuk mendapatkan keuntungan, tetapi dicermati sebagai kesempatan baik bagi BPD untuk mengembangkan divisi bisnis mikro. Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan bahwa pemerintah harus mengembangkan kriteria untuk menentukan BPD mana yang layak untuk berpartisipasi dalam program KUR Mikro. Kriteria yang dikembangkan harus dikaitkan dengan upaya meningkatkan kemampuan divisi mikro BPD. 4 P o l i c y B r i e f N o
7 Implementasi program KUR saat ini juga belum mendukung terjadinya keterkaitan operasional dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), seperti koperasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Skim linkage dalam penyaluran KUR seperti pola executing dan channeling belum berkembang secara baik. Hanya sebagian kecil BPD telah mengembangkan keterkaitan operasional dengan LKM dalam penyaluran KUR Mikro. Keterkaitan operasional dengan LKM berpotensi meningkatkan peran program KUR dalam melayani masyarakat miskin dengan kredit skala mikro. Seperti diketahui bahwa LKM, seperti koperasi dapat melayani masyarakat miskin dengan pinjaman di bawah Rp 5 juta, dibandingkan dengan besarnya rata-rata pinjaman KUR Mikro sebesar Rp 15 juta - Rp 20 juta per debitur. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya mengembangkan kriteria untuk mendorong BPD agar memperkuat keterkaitan dengan LKM dalam penyaluran KUR Mikro. Untuk mengurangi biaya dan risiko penyaluran KUR kepada LKM melalui pola executing, pemerintah dapat mengembangkan database dan rating informasi tentang kelayakan dan kemampuan bisnis LKM. Database dan rating informasi yang baik dapat mengurangi masalah asimetris informasi yang dihadapi oleh BPD dalam penyaluran KUR kepada LKM. REKOMENDASI KEBIJAKAN Penelitian ini menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan untuk perbaikan program KUR kedepan. Pertama, secara umum, masih banyak pemahaman yang belum seragam tentang berbagai peraturan dari program KUR antara bank peserta, pemerintah, perusahan penjaminan, Badan Auditor Pemerintah (BPKP) yang mengarah ke permasalahan dalam pembayaran premi asuransi (IJP) dan klaim atas kegagalan kredit. Dalam hal ini, pemerintah terlebih dahulu harus melibatkan perbankan dan otoritas moneter (OJK dan BI), BPK, KPK dan BPKP dalam proses amandemen peraturan KUR, untuk meminimalkan permasalahan pelaksanaan KUR di masa yang akan datang. Kedua, untuk memperluas promosi/sosialisasi program KUR Mikro kepada masyarakat umum, pemerintah harus lebih intensif melakukan sosialisasi program. Sosialisasi juga diperlukan untuk memperluas debitur potensial. Program sosialisasi sebaiknya melibatkan kelembagaan masyarakat, seperti asosiasi kemasyarakatan, klub olah-raga dan organisasi bisnis lokal (kelompok petani dan asosiasi pedagang). Namun demikian, skim penjaminan dan persyaratan kredit tanpa agunan dalam program KUR harus disosialisasikan secara hati-hati untuk menghindari munculnya masalah moral hazard bagi debitur UMKM. Rekomendasi kebijakan yang lebih spesifik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, untuk meminimalkan NPL dan memperluas jangkauan pelayanan, BPD harus secara konsisten meningkatkan kemampuan dan metode pelayanan kepada UMKM. Hal ini dapat dicapai dengan secara konsisten berupaya memenuhi ketentuan tentang kinerja keuangan perbankan menurut Bank Indonesia. Misalnya, NPL di bawah 5%, LDR antara 78%-92%, NIM di atas 8%, BOPO antara 60%-70% dan proporsi kredit UMKM terhadap total kredit di atas 20%. Pelatihan kepada staf KUR dan menerapkan SOP dalam penyaluran KUR Mikro juga sangat penting dilakukan untuk meminimalkan resiko. Dalam pelatihan dan penerapan SOP, staf KUR harus belajar bagaimana membangun dan memanfaatkan hubungan baik dengan UMKM. Hal ini sangat penting karena nilai moral persahabatan, seperti kejujuran dan hubungan timbal balik (reciprocity) dapat berfungsi sebagai agunan sosial. Agunan sosial ini juga harus dicermati sebagai cara memperkuat loyalitas nasabah sehingga berperilaku jujur dan menghindarkan adanya kredit macet. 5 P o l i c y B r i e f N o
8 Kedua, BPD harus menyadari bahwa adanya skim penjaminan dapat mendorong staf analis kredit menurunkan standar kehati-hatian dalam menyaluran KUR, untuk memenuhi target. Oleh karena itu, pemantauan dan evaluasi kinerja staf analis kredit dan prosedur mereka menerapkan SOP penyaluran KUR harus dilakukan secara rutin. Di sini, kepala divisi mikro harus memantau dan mengevaluasi kinerja staf analis kredit dengan melakukan pemeriksaan/kunjungan langsung secara acak pada debitur KUR. Untuk menghindari masalah moral hazard bagi UMKM, staf pemasaran harus secara hati-hati dalam memberikan informasi tentang adanya skim jaminan. Ketiga, setiap BPD seharusnya diwajibkan mengembangkan rencana bisnis dalam melaksanakan program KUR. Rencana bisnis ini seharusnya mencakup pengembangan divisi mikro, SDM dan program sosialisasi/promosi. Dalam pengembangan divisi mikro, BPD seharusnya menekankan pada struktur organisasi, tata kelola dan jumlah staf yang berkualitas, yang ada di setiap divisi dan disesuaikan dengan kondisi geografis. Hal ini sangat penting terkait dengan kelemahan BPD dalam menjangkau pelayanan kepada UMKM dan masih minimnya ketersediaan kantor bergerak dan pos pelayanan. Pengembangan divisi mikro BPD ini diarahkan untuk melayani setidaknya dua sampai tiga kecamatan. Keempat, dalam pengembangan SDM, penekanan harus diberikan pada keharusan memiliki staf KUR yang secara penuh bertanggung jawab pada pengelolaan KUR Mikro. Hal ini termasuk penentuan standar rasio jumlah debitur yang dapat dikelola oleh masing-masing staf (1 staf melayani debitur), target penyaluran kredit per staf (Rp juta per bulan per staf), ketentuan status pekerja serta jenjang karir dan sistem bonus dapat diberikan kepada staf yang paling produktif. Training perbankan mikro harus diberikan kepada staf KUR ini untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengimplementasikan SOP penyaluran KUR mikro secara hati-hati. Namun demikian, training ini harus dilihat sebagai pengetahuan dasar, sementara peningkatan kemampuan akan tumbuh seiring dengan pengalaman dalam menangani debitur UMKM. Oleh karena itu, BPD harus mampu memotivasi staf KUR untuk menjadi spesialis perbankan mikro. Kelima, untuk memperluas kapasitas pasar dari program KUR Mikro, BPD seharusnya mengembangkan kerterkaitan dengan BPR/S, koperasi, BMT, LKM dan lembaga sosial kemasyarakatan lainnya, seperti PNPM Mandiri, asosiasi bisnis dan asosiasi keagamaan. Manfaat adanya kerkaitan bisnis akan membantu BPD dalam menilai kelayakan UMKM, dan memperluas jangkauan pelayanan kepada UMKM. Untuk lembaga linkage, mereka dapat memperoleh tambahan modal dan meningkatkan kualitas layanan kepada UMKM. Selanjutnya, untuk mendorong BPD melakukan keterkaitan operasional dalam penyaluran KUR, pemerintah harus mengembangkan database tentang UMKM, lembaga linkage dan skim kredit program. 6 P o l i c y B r i e f N o
PENGUATAN PROGRAM LISTRIK PERDESAAN BERBASIS TENAGA SURYA
Policy Brief No. 001/IP/2016 PENGUATAN PROGRAM LISTRIK PERDESAAN BERBASIS TENAGA SURYA Maxensius Tri Sambodo, Ahmad Helmy Fuady, Siwage Dharma Negara, Felix Wisnu Handoyo, Erla Mychelisda, dan Rio Vandra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia
Lebih terperinciPNM Permodalan Nasional Madani
Mendorong Akselerasi Intermediasi kepada Usaha Mikro dan Kecil melalui Linkage Program Abdul Salam Direktur PT (Persero) Seminar Linkage Program Gema PKM & Bank Indonesia 27 Agustus 2004 PT. (Persero)
Lebih terperinciBoks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah
Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Ini mengingat, kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket
Lebih terperinciReview Dialog BENARKAH KUR TANPA JAMINAN? Jakarta, 5 November 2008, Gedung Jurnal Nasional Jam
Review Dialog BENARKAH KUR TANPA JAMINAN? Jakarta, 5 November 2008, Gedung Jurnal Nasional Jam 9.00-14.00 Jam 9.30 acara dibuka oleh Dibyo Pranowo selaku Pemred Jurnal Nasional, Bapak Suryadharma Ali tidak
Lebih terperinciDr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI
Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pilar perekonomian suatu negara tidak lepas dari bagaimana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjalankan perannya demi meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 SURABAYA, 8 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat berperan penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Terbukti pada krisis tahun 1998, dimana banyak perusahaan yang gulung tikar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan dalam industri perbankan di Indonesia paska krisis ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun 1997 1998 menuntut pelaku industri perbankan
Lebih terperinciTANYA-JAWAB SEPUTAR KUR
TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau
Lebih terperinciNo.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum
No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciPOIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS
Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade ini kita dapat melihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal ini terlihat dari semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.
Lebih terperinciPERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor
PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: oleh: Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K PT Bank Mandiri, Tbk. Jakarta,
Lebih terperinciPeran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan
1 2 Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian UU No.23 Tahun 1999 Sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Th 2004 BANK INDONESIA KEBIJAKAN MONETER KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN PENGATURAN/PENGAWASAN BANK SURPLUS
Lebih terperinciKEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015
KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN
Lebih terperinciPEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 JAKARTA, 15 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Syariah Berdasarkan Modal Inti, maka perbankan diharuskan untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehubungan dengan himbauan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan kepada Industri Perbankan Indonesia tentang peningkatan modal, yang mengacu pada Peraturan Bank
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara, karena perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN
Lebih terperinciPROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT
PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT http://www.siperubahan.com I. PENDAHULUAN Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dinyatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
Lebih terperinciBRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor
BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola secara perorangan yang disebut UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Menurut
Lebih terperinciPENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil
1 PENANDATANGANAN MOU Senin 29 Februari 2016. Penandatanganan MoU Penyaluran KUR Linkage merupakan bentuk kepercayaan BNI kepada BPR sebagai Lembaga Linkage yang mampu untuk menyalurkan KUR kepada UMKM.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, kegiatan bank menjadi semakin canggih dan
Lebih terperinciBAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) akan kekuatan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) A. Sejarah Ringkas Perjalanan sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia, termasuk terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, telah membangkitkan kesadaran
Lebih terperinciPerkembangan Perekonomian Daerah Propinsi Maluku Triwulan II 2008 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU
Boks 1 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU Peran perbankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sangat diharapkan oleh berbagai pihak, baik pelaku usaha, masyarakat pada
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analis data dan pembahasan dari hasil penelitian bab sebelumnya mengenai pengaruh kecukupan modal, dana pihak ketiga, risiko kredit, risiko pasar, dan biaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpunan dana dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kredit dalam suatu perbankan merupakan suatu hal yang sangat penting dikarenakan bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpunan dana dari masyarakat harus menyalurkannya
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN III.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung dengan pesat. Hal ini juga ditunjukkan dengan semakin banyaknya bank yang bermunculan di
Lebih terperinciNo. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro,
Lebih terperinciTENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM
Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah memperoleh banyak pelajaran berharga tentang pentingnya suatu kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor riil yang sangat penting keberadaannya adalah Usaha Mikro Kecil dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roda perekonomian negara Indonesia terdiri atas banyak sektor. Sektor perekonomian tersebut meliputi sektor riil dan non riil. Salah satu bagian dari sektor riil yang
Lebih terperinciPOKOK POKOK PENGATURAN TENTANG PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK KREDIT USAHA KECIL (KUK)
POKOK POKOK PENGATURAN TENTANG PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK KREDIT USAHA KECIL (KUK) Latar Belakang? Upaya mendorong penyaluran kredit kepada UMKM termasuk program Kredit Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan yaitu, menghimpun dana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berkontribusi cukup tinggi dalam perekonomian nasional, khususnya dalam membantu masyarakat membiayai usaha yang dijalankan.
Lebih terperinciPERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK
PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK Sehubungan dengan rencana penerbitan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) tentang: a. Komite Yang Dibentuk Dewan Komisaris Perusahaan Asuransi
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN A. Analisis Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Modal Kerja Untuk Koperasi di BNI Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2009 tercatat kontribusi UMKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan dalam suatu periode tertentu.
Lebih terperinciMENGURAI BENANG KUSUT DANAU RAWAPENING
Policy Brief No. 001/PD/2015 MENGURAI BENANG KUSUT DANAU RAWAPENING Achsanah Hidayatina Mochammad Nadjib Economic Research Center Indonesian Institute of Sciences 4th-5th Fl. Widya Graha LIPI, Jl. Jend.
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM
Lebih terperinciBAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA
BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA Untuk memenuhi solusi yang dijelaskan pada bab 3, perlu adanya rencana implementasi dan perkiraan kebutuhan sumber daya agar solusi tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu semata-mata ditujukan untuk membawa pada suatu keadaan perekonomian yang diharapkan. Hal ini dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1).
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan adalah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai pengumpul dana masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka menggerakan roda
Lebih terperinci- 1 - PROYEKSI RASIO-RASIO DAN POS-POS TERTENTU LAINNYA
- 1 - Format Proyeksi Rasio-rasio dan Pos-pos Tertentu Lainnya PROYEKSI RASIO-RASIO DAN POS-POS TERTENTU LAINNYA No. RASIO Aktual Maret Proyeksi Tahun ke-1 Juni 2018 2019 A. RASIO KEUANGAN 1 Rasio KPMM
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perbankan merupakan industri yang memiliki banyak risiko. Selain melibatkan dana masyarakat, bank harus memutarkan dana tersebut berupa: pemberian kredit, pembelian
Lebih terperinciRANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan berlakunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini banyak sekali lembaga Bank bermunculan dengan menawarkan berbagai macam produk dan layanan guna meraih kepercayaan dari masyarakat maupun pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya
Lebih terperinciINDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Prof. Dr. Sri Adiningsih Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016 RAKERNAS PERBARINDO
Lebih terperinciVI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG
VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI. Karyawan dan Kesehatan Bank Jabar Banten.
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa Faktor-Faktor Pendidikan, Motivasi, dan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan dan Kesehatan
Lebih terperinciLAPORAN KAJIAN PERAN LEMBAGA LINKAGE DALAM MENINGKATKAN PEMBIAYAAN/ KREDIT KEPADA UMKM
LAPORAN DALAM MENINGKATKAN PEMBIAYAAN/ KREDIT KEPADA UMKM KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan anugerah-nya, sehingga kami telah diberikan kesempatan dan
Lebih terperinciPeran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Seminar Jakarta Food Security Summit 3 Muliaman D Hadad, Phd. Ketua Dewan Komisioner Jakarta, 13 Februari 2015 1 Pembiayaan
Lebih terperincicommit to user 89 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, dan uraian pembahasan mengenai Perencanaan Penyaluran Produk Pembiayaan Mikro sebagai Produk Debt Based Financing pada PT Bank Syariah Mandiri
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.18, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5842) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dan analisis untuk menjawab rumusan masalah yang ada terkait dengan upaya apa saja yang dilakukan oleh UMKM Lokal yang berada di Provinsi Riau dalam mengikuti
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan good corporate governance, bank perlu
Lebih terperinciLEMBAGA KEUANGAN MIKRO LKM BY : NETTI TINAPRILLA
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LKM BY : NETTI TINAPRILLA ASPEK BPR/S KOPERASI LKM/S LAINNYA Regulasi UU tentang Perbankan UU tentang Koperasi PP 9 TH 95 KepMennegkop No.91/Kep/MKUKM/I X/2004 Regulator Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dalam Tesis ini dapat
86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dalam Tesis ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kredit mikro yang diberikan oleh Bank BNI disalurkan dalam
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan sistem ekonomi
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5841 KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 17) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan
Lebih terperinciHasil Survei Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)
Hasil Survei Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) Pendahuluan Deskriptif Survei Pendanaan UMKM Agenda Persiapan Pembentukan PPKD Pemahaman Mengenai Regulasi terkait PPKD Pemahaman Mengenai
Lebih terperinci