PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG"

Transkripsi

1 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN CALON KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanaman teh merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan, untuk keberhasilan pengembangan teh diperlukan ketersediaan bahan baku tanam/benih unggul bermutu yang bersumber dari kebun sumber benih dan bersertifikat; b. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan kepada konsumen/produsen benih untuk penetapan calon kebun sumber benih, sertifikasi benih, dan evaluasi kebun sumber benih tanaman teh diperlukan Standar Operasional Prosedur; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dan agar pelaksanaan penetapan calon kebun sumber benih, sertifikasi benih, dan evaluasi kebun sumber benih tanaman teh dapat berhasil baik, perlu menetapkan Standar Operasional Prosedur Penetapan Calon Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) dengan Peraturan Menteri Pertanian. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3586); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

2 6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/ PD.310/10/2009 tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura; 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 623); 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/ OT.140/1/2013 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Perbanyakan Sumber Benih Teh (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133); 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/ SR.120/1/2014 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 54); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN CALON KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze). Pasal 1 Standar Operasional Prosedur Penetapan Calon Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 2 Standar Operasional Prosedur Penetapan Calon Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai acuan Pengawas Benih Tanaman dalam penetapan calon kebun sumber benih, sertifikasi benih, dan evaluasi kebun sumber benih tanaman teh. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 2

3 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 September 2014p MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 September September 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR

4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/Permentan/SR.120/9/2014 TANGGAL : 15 September STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN CALON KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) termasuk dalam famili Theaceae dengan genus Camellia. Dalam spesies teh dikenal beberapa varietas penting yaitu varietas Sinensis, varietas Assam, varietas Cambodia dan hibrida-hibridanya. Teh varietas Assam memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dari varietas Sinensis sehingga budidaya tanaman teh di Indonesia 99% merupakan teh varietas Assam. Produksi tanaman teh di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun. Pada Tahun 2010 luas areal tanaman teh mencapai ha dengan total produksi daun teh kering ton. Tingkat produktivitas daun teh kering di Indonesia saat ini hanya kg/hektar/tahun, jauh lebih rendah dari produktivitas potensial yaitu kg/hektar/tahun. Kondisi tersebut antara lain disebabkan karena sebagian besar areal tanaman teh belum menggunakan benih unggul, umurnya sudah tua/rusak/tidak menghasilkan, populasi per hektar tidak penuh dan pemeliharaan tanaman teh kurang intensif. Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan tanaman teh yaitu adanya dukungan ketersediaan bahan tanam unggul dan bermutu. Perbanyakan bahan tanam teh secara vegetatif merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam dalam jumlah banyak dan waktu tertentu. Bahan tanam teh yang unggul dan bermutu diperoleh dari kebun sumber benih teh yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan. Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/ 1/2014 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina bahwa benih yang beredar harus disertifikasi. Sertifikasi diselenggarakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih dan/atau produsen benih bina yang mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu. Pelaksana sertifikasi di lapangan yaitu Pengawas Benih Tanaman (PBT). Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140 /1/2013 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Perbanyakan Sumber Benih Teh bahwa kebun sumber benih harus ditetapkan dan dievaluasi. Penetapan kebun sumber benih teh dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Perkebunan. Sebelum kebun sumber benih ditetapkan, dilakukan penilaian kelayakan calon kebun sumber benih tersebut oleh Tim yang ditetapkan Direktur Jenderal Perkebunan dengan keanggotaan yang terdiri dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP), Pusat Penelitian/Balai Penelitian terkait dan Dinas yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Perkebunan Provinsi/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan. 4

5 Untuk menjamin kelayakan kebun sumber benih perlu dilakukan evaluasi paling kurang 1 (satu) kali setiap tahun, yang dilaksanakan oleh Tim yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan monitoring dan evaluasi kebun sumber benih yaitu Direktorat Jenderal Perkebunan dengan melibatkan PBT pada BBPPTP atau UPTD yang menangani pengawasan peredaran dan mutu benih tanaman perkebunan di setiap provinsi, serta petugas yang berkompeten pada Balai Penelitian/Pusat Penelitian yang terkait. B. Maksud Peraturan ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengawas Benih Tanaman dalam penetapan calon kebun sumber benih, penanganan sertifikasi benih, dan evaluasi kebun sumber benih tanaman teh secara baik dan benar. C. Tujuan Peraturan ini bertujuan untuk: 1. Menyempurnakan proses penetapan calon kebun sumber benih, sertifikasi benih, dan evaluasi kebun sumber benih tanaman teh; 2. Menertibkan penyelenggaraan penetapan calon kebun sumber benih, sertifikasi benih, dan evaluasi kebun sumber benih tanaman teh; 3. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. D. Ruang Lingkup 1. Prosedur penetapan calon kebun sumber benih teh; 2. Prosedur sertifikasi benih teh dalam bentuk setek; 3. Prosedur sertifikasi benih teh dalam polibeg (siap tanam); 4. Prosedur evaluasi kebun sumber benih teh. E. Pengertian Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. 2. Benih Tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman. 3. Perbanyakan Vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui penyerbukan. 4. Benih dalam Polibeg adalah tanaman yang berasal dari persemaian benih asal setek atau cara perbanyakan lainnya yang dikelola untuk bahan tanam. 5. Ranting Setek untuk Benih adalah tunas ranting yang keluar dari cabang primer yang dipelihara khusus untuk dijadikan benih setek. 6. Sumber Benih adalah tempat dimana suatu kelompok benih di produksi. 7. Sertifikasi Benih adalah serangkaian pemeriksaan dan/atau pengujian dalam rangka penerbitan sertifikat benih bina. 8. Sertifikat Mutu Benih adalah keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih yang disertifikasi atas permintaan produsen benih. 5

6 9. Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakan vegetatif suatu tanaman, ciri-ciri dari tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya. 10. Pemurnian Klon adalah kegiatan untuk mendapatkan pertanaman yang seragam dan benar menurut jenis klon sesuai dengan tata tanamnya. 11. Tahun Tanam adalah tahun yang berjalan pada waktu tanaman di tanam di lapangan. 12. Peta Blok adalah gambaran susunan blok pada bidang datar dengan skala tertentu melalui sistem proyeksi. 13. Taksasi Produksi Benih adalah kegiatan memperkirakan produksi yang akan dihasilkan pada periode atau musim panen tertentu. 14. Pengawas Benih Tanaman yang selanjutnya disebut PBT adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan benih tanaman yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. 15. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disebut UPTD perbenihan perkebunan adalah UPTD yang menyelenggarakan tugas dan fungsi perbenihan perkebunan dan melakukan sertifikasi, pengawasan serta peredaran benih. 16. Organisme Pengganggu Tumbuhan yang selanjutnya disebut OPT adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. 17. Polibeg adalah plastik tanaman untuk persemaian tanaman dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan jenis tanaman. 18. Mutu Genetis adalah kenampakan karakteristik menyeluruh dari klon atau varietas tertentu yang menunjukkan kesesuaiannya terhadap deskripsi klon atau varietas dimaksud. 19. Mutu Fisik adalah kenampakan karakteristik menyeluruh dari benih yang menunjukkan kesesuaiannya terhadap persyaratan mutu yang ditetapkan. 20. Mutu Fisiologis adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari benih yang menunjukkan kesesuaiannya terhadap daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh dan kesehatan benih sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan. 21. Tanaman Tipe Simpang (Off Type) adalah tanaman atau benih yang menyimpang dari sifat-sifat suatu varietas diluar batas kisaran yang telah ditetapkan. II. PROSES STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN CALON KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) 1. Untuk melakukan proses penetapan calon kebun sumber benih tanaman teh sebagaimana tercantum dalam Lampiran II; 2. Untuk melaksanakan proses sertifikasi benih teh dalam bentuk setek sebagaimana tercantum dalam Lampiran III; 3. Untuk melakukan proses sertifikasi benih teh dalam polibeg sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV; 4. Untuk melakukan proses evaluasi kebun sumber benih teh sebagaimana tercantum dalam Lampiran V. 6

7 III. HASIL DAN REKOMENDASI 1. Penetapan calon kebun sumber benih tanaman teh a. memenuhi syarat: - Semua syarat terpenuhi dan diterbitkan Keputusan dari Direktur Jenderal Perkebunan. b. belum memenuhi syarat: - Terdapat beberapa persyaratan yang belum dipenuhi (kebenaran, kemurnian dan isolasi/barier); - Melakukan perbaikan terhadap persyaratan yang belum dipenuhi; - Setelah dilakukan perbaikan, dilakukan pemeriksaan ulang; - Jika hasil pemeriksaan ulang tidak memenuhi syarat maka tidak diterbitkan Keputusan Penetapan. 2. Sertifikasi benih teh dalam bentuk setek a. memenuhi syarat: - Semua syarat terpenuhi (kebenaran varietas, keragaan benih (umur, tinggi, jumlah daun, diameter/lilit batang, warna daun), jumlah benih (tumbuh normal, tipe simpang, kerdil dan mati) dan kesehatan benih) dan diterbitkan Sertifikat Mutu Benih. - Sebelum benih diedarkan harus dilakukan pelabelan. b. tidak memenuhi syarat: - Tidak memenuhi syarat dan tidak diterbitkan sertifikat. 3. Sertifikasi benih tanaman teh dalam polibeg a. memenuhi syarat: - Semua syarat terpenuhi (kebenaran varietas, keragaan benih (umur, tinggi, jumlah daun, diameter/lilit batang, warna daun), jumlah benih (tumbuh normal, tipe simpang, kerdil dan mati) dan kesehatan benih) dan diterbitkan Sertifikat Mutu Benih. - Sebelum benih diedarkan harus dilakukan pelabelan. b. tidak memenuhi syarat: - Tidak memenuhi syarat dan tidak dikeluarkan sertifikat. 4. Evaluasi kebun sumber benih teh yang telah ditetapkan a. memenuhi syarat: - Semua syarat terpenuhi dan diterbitkan sertifikat kelayakan kebun sumber benih. b. memenuhi syarat dengan catatan: - Terdapat beberapa persyaratan utama yang belum dipenuhi seperti: kebenaran klon, keragaan sumber benih (populasi, kesehatan, kemurnian) harus dipenuhi; - Setelah dilakukan perbaikan, dilakukan penilaian ulang 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun setelah penilaian awal; - Apabila hasil penilaian memenuhi syarat akan diterbitkan sertifikat kelayakan kebun sumber benih. c. belum memenuhi syarat: - Tidak diterbitkan sertifikat; - Dilakukan perbaikan sampai kebun memenuhi syarat selama 3 (tiga) tahun; - Dilakukan penilaian setiap tahunnya; 7

8 - Apabila tidak memenuhi syarat selama 3 (tiga) tahun dilakukan pencabutan Keputusan penetapan kebun sebagai sumber benih. IV. PENUTUP Standar Operasional Prosedur Penetapan Calon Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Teh sebagai acuan dari aspek penyelenggaraan sertifikasi untuk menciptakan proses sertifikasi yang efisien, efektif dan konsisten dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 8

9 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/Permentan/SR.120/9/2014 TANGGAL : 15 September September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Penetapan Calon Kebun Sumber Benih Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) Nomor : Tanggal Revisi : Tanggal Ditetapkan : Tanggal Efektif : Disahkan oleh : Menteri Pertanian RI Halaman : A. TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan calon kebun sumber benih. 2. Hasil pemeriksaan calon kebun sumber benih akan ditindaklanjuti dengan penerbitan penetapan dari Direktur Jenderal Perkebunan. B. OBYEK YANG DIPERIKSA Kebun calon sumber benih C. PETUGAS PEMERIKSA Tim Penilai D. TEMPAT PEMERIKSAAN Kebun calon sumber benih E. PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan dokumen. 2. Pemeriksaan lapangan. 3. Pembuatan laporan hasil pemeriksaan. No Uraian Kegiatan Instruksi Kerja 1. Pemeriksaan dokumen 1. Dokumen yang diperiksa meliputi: a. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan; b. Dokumen riwayat calon kebun sumber benih (surat keterangan yang memuat asal benih setek); c. Dokumen Hak atas tanah; d. SDM yang memiliki pengetahuan di bidang perbenihan; e. Catatan kegiatan pemeliharaan kebun; f. Peta/Desain Kebun; g. Surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan akan memenuhi ketentuan yang berlaku. 2. Waktu penyelesaian 1 (satu) hari kerja 2. Pemeriksaan lapangan 1. Tahapan pemeriksaan lapangan: a. Periksa dan amati kebenaran klon masing-masing blok; b. Periksa kemurnian klon; c. Periksa kondisi kesehatan per tanaman; 9

10 d. Periksa dan amati hasil pekerjaan pemeliharaan kebun; e. Periksa kesesuaian lahan persyaratan lokasi; f. Catat tahun tanam dan umur tanaman; g. Periksa dan amati keragaan tanaman naungan; h. Periksa dan amati kondisi batas blok dan tanaman; i. Catat jarak tanam dan populasi tanaman per hektar; j. Buang tanaman tipe simpang (off type); k. Lakukan taksasi produksi benih setek. Waktu penyelesaian 3 (tiga) hari per hektar. 3. Standar kebun sumber benih [eratan Kebun Induk Kakao yaitu : No Kriteria Persyaratan a. Lokasi Lokasi berada di daerah pengembangan yang memiliki persyaratan tanah dan iklim untuk tanaman teh Status kepemilikan tanah harus jelas Bukan termasuk daerah endemik hama dan penyakit tanaman teh Dekat dengan jalan agar mudah melakukan pengangkutan dan pengawasan b. ph Tanah 4,5 s.d 5,6 c. Drainase Baik d. Kemiringan Lahan Maksimal 35 % e. Luas Minimal 0,25 Ha f. Ketinggian tempat Minimal 600 m dpl g. Suhu 13 s.d 25 0 C h. Curah Hujan Minimal mm/tahun i Bahan Tanam Klonal j. Populasi Minimal pohon/ha k. Jarak Tanam 1,2 m x 0,8 m l. Pembatas antar blok Minimal 1,5 m m. Naungan tetap Ada n. Kemurnian klon 100 % o. Pemangkasan Pangkasan produksi benih setek dilakukan minimal 1-2 kali setahun atau dilakukan 4 (empat) bulan sebelum pengambilan setek. p. Pemupukan Dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan analisa tanah dan daun. q. Penyiangan Penyiangan dilakukan 1,5 2 bulan sekali. r Pengendalian hama Harus dilakukan secara berkala penyakit 10

11 4. Prosedur pembuatan laporan hasil pemeriksaan a. Tim penilai membuat laporan hasil pemeriksaan sesuai Format- 1. b. Tim penilai menyampaikan laporan pemeriksaan kepada Pejabat yang berwenang. 5. Penetapan a. Penetapan Kebun Sumber Benih oleh Direktur Jenderal Perkebunan. b. Kebun sumber benih yang telah ditetapkan perlu dilakukan evaluasi setiap tahun oleh Tim. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 11

12 Format-1 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH I. UMUM 1. Nama Pemohon : 2. Alamat : 3. Lokasi Kebun Sumber Benih a. Desa : b. Kecamatan : c. Kabupaten : d. Provinsi : 4. Klon : 5. Luas Kebun Sumber Benih:... Ha 6. Tanggal Pemeriksaan : 7. Dasar Pemeriksaan : a. Surat Pemohon Nomor : b. Surat Perintah Tugas (SPT) Nomor : II. HASIL PEMERIKSAAN DOKUMEN No Dokumen yang Diperiksa Keterangan 1. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan 2. Riwayat Calon Kebun Sumber Benih (surat keterangan yang memuat asal benih setek) Ada/Tidak No...dan tanggal... Ada/Tidak No...dan tanggal Hak Atas Tanah Hak Milik/HGU/Sewa/Lainnya... No...dan tanggal SDM yang memiliki pengetahuan di bidang perbenihan Ada/Tidak 5. Catatan kegiatan pemeliharaan kebun Ada/Tidak 6. Peta/Desain Kebun Ada/Tidak 7. Surat pernyataan dari pemohon yang Ada/Tidak menyatakan akan memenuhi ketentuan yang berlaku III. HASIL PEMERIKSAAN LAPANGAN 1. Calon Kebun Sumber Benih No Pemeriksaan Lapangan Standar Hasil 1. Letak dan Kondisi Kebun - Lokasi Lokasi berada di daerah pengembangan yang memiliki Sesuai/Tidak sesuai 12

13 persyaratan tanah dan iklim untuk tanaman teh Status kepemilikan tanah harus jelas Bukan termasuk daerah endemik hama dan penyakit tanaman teh Dekat dengan jalan agar mudah melakukan pengangkutan dan pengawasan - Ph Tanah 4,5 s.d 5,6 Sesuai/Tidak sesuai - Drainase Baik Sesuai/Tidak sesuai - Kemiringan lahan Maksimal 35 % Sesuai/Tidak sesuai - Luas Minimal 0,25 Ha Sesuai/Tidak sesuai - Ketinggian tempat Minimal 600 m dpl Sesuai/Tidak sesuai - Suhu 13 s.d 25 0 C Sesuai/Tidak sesuai - Curah Hujan Minimal mm/tahun Sesuai/Tidak sesuai - Bahan Tanam Klonal Sesuai/Tidak sesuai - Populasi Minimal pohon/ha Sesuai/Tidak sesuai - Jarak tanam 1,2 m x 0,8 m Sesuai/Tidak sesuai - Pembatas antar blok Minimal 1,5 m Kondisi Barier :... - Naungan Tetap Ada Ada/Tidak Ada - Pemangkasan Pangkasan produksi benih setek dilakukan minimal 1-2 kali setahun atau dilakukan 4 (empat) bulan sebelum pengambilan setek. - Pemupukan Dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan analisa tanah dan daun. Sesuai/Tidak sesuai Jenis :... Dosis:... Waktu:... Cara :... - Penyiangan Penyiangan dilakukan Sesuai/Tidak Sesuai 1,5 2 bulan sekali. - Pengendalian hama penyakit Harus dilakukan secara berkala Dilakukan/Tidak 2. Kemurnian klon 100 % Sesuai/Tidak sesuai 3. Umur Tanaman Minimal 3 tahun...tahun...hektar...tahun...hektar 4. Tanaman tipe simpang (off tipe) Tidak boleh ada tanaman tipe simpang (off type) Ada / Tidak ada... batang 13

14 5. Taksasi Produksi Sesuai form taksasi kebun Hasil Taksasi :...setek/ha 6. Kesehatan tanaman Tingkat serangan hama penyakit < 5% ada /tidak Jika ada :... % Catatan : Isi dengan lengkap / coret yang tidak perlu IV. KESIMPULAN DAN SARAN... Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Tim Penilai, dst 14

15 Format-2 FORM ISIAN TAKSASI PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH Blok Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X dst Total Populasi Produktif Klon Komposisi Pohon Tipe simpang Mati Murni Jumlah Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Tim Penilai, dst 15

16 Format-3 FORM TAKSASI PRODUKSI BENIH BLANKO TAKSASI PRODUKSI SETEK Lokasi kebun Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Blok Luas Ha Populasi pohon Klon Nomor Tanaman Contoh Jumlah Rata - Rata Perhitungan : c = a x b Jumlah Ranting Setek Jumlah Setek per Ranting Potensi Setek per per pedu Setek Perdu a b c Hasil Taksasi/Blok = Rata-rata potensi setek/perdu x Jumlah tanaman/blok Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Penanggung jawab Kebun, Tim Penilai, dst 16

17 Format 4 BERITA ACARA HASIL PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH Pada hari ini,...tanggal...bulan...tahun..., telah dilakukan penetapan terhadap kebun sumber benih teh. 1. Nama Pemilik Kebun : 2. Keputusan Penetapan : 3. Alamat/Lokasi Kebun : a. Kampung : b. Desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten : e. Provinsi : f. Luas Kebun : g. Populasi : 4. Kondisi umum saat ini : Dari hasil evaluasi tersebut, maka kebun sumber benih...masih layak atau tidak layak* sebagai sumber benih. 6. Saran-saran perbaikan sebagai berikut:... Demikian berita acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Tim Penilai, Direktorat Jenderal Perkebunan... Pusat Penelitian/Balai Penelitian... Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan... UPTD Perbenihan Provinsi... Dinas Perkebunan Provinsi... *)coret yang tidak perlu 17

18 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/Permentan/SR.120/9/2014 TANGGAL : 15 September September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH TEH DALAM BENTUK SETEK Nomor : Tanggal Revisi : Tanggal Ditetapkan : Tanggal Efektif : Disahkan oleh : Menteri Pertanian RI Halaman : A. TUJUAN 1. Melakukan sertifikasi benih setek. 2. Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan penerbitan sertifikat mutu benih. B. OBYEK YANG DIPERIKSA Benih dalam bentuk setek C. PETUGAS PEMERIKSA PBT Perkebunan D. TEMPAT PEMERIKSAAN Kebun sumber benih E. PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan dokumen. 2. Pemeriksaan lapangan. 3. Pembuatan laporan hasil pemeriksaan. No Uraian Kegiatan Instruksi Kerja 1. Pemeriksaan dokumen 1. Dokumen yang diperiksa meliputi: a. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan; b. Dokumen yang mengesahkan sumber benih; c. Keberadaan SDM yang mempunyai pengetahuan dibidang perbenihan; d. Catatan kegiatan pemeliharaan kebun; e. Peta/Design kebun. 2. Waktu penyelesaian 1 (satu) hari kerja 2. Pemeriksaan lapangan 1. Tahapan pemeriksaan lapangan sebagai berikut: a. Periksa dan amati keragaan setek; b. Periksa dan amati kesehatan setek; c. Penetapan contoh: - Hitung jumlah seluruh setek yang diperiksa/diajukan. - Contoh setek diambil 10% dari jumlah setek yang diperiksa. - Hitung jumlah setek yang memenuhi syarat. 18

19 2. Waktu penyelesaian minimal 1 (satu) hari kerja 3. Standar mutu benih teh dalam bentuk setek 4. Prosedur pembuatan laporan hasil pemeriksaan 5. Prosedur penerbitan sertifikat 1. Standar mutu benih teh dalam bentuk setek: NO TOLOK UKUR STANDAR SETEK TEH 1 Klon Benih Bina 2 Asal Usul Setek Kebun Sumber Benih Bersertifikat 3 Bukti SK Penetapan Kebun Sumber Benih Ada Nomor/Tanggal:... 4 Masa Pengambilan Maksimal 2 (dua) hari 5 Kemasan Kantong plastik dengan ukuran 80x50 cm ketebalan 0,1 mm 6 Isi kemasan setek 7 Perlakuan Dicelupkan dalam larutan fungisida konsentrasi 0,2% selama 1 2 menit 2. Keragaan Setek NO TOLOK UKUR STANDAR SETEK TEH 1 Mutu Genetik Kemurnian 100 % 2 Mutu Fisik a. Fisik Tidak layu, segar dan berdaun mulus b. Panjang setek ± 5 cm (± 0,5 cm diatas daun, 4 5 cm dibawah ketiak daun dengan kemiringan potongan ± 45 0 ) c. Warna batang Hijau tua dan mengkilat 3 Kesehatan Bebas hama dan penyakit a. PBT membuat laporan hasil pemeriksaan sesuai Format-1. b. PBT menyampaikan laporan pemeriksaan kepada Pejabat yang berwenang. a. Laporan Hasil Pemeriksaan. b. Sertifikat Mutu Benih. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 19

20 Format-1 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SERTIFIKASI BENIH DALAM BENTUK SETEK I. UMUM 1. Nama Pemohon : 2. Alamat : 3. Lokasi Pengambilan Setek a. Blok : b. Desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten : e. Provinsi : 4. Klon : 5. Jumlah Setek : 6. Tanggal Pengambilan : 7. Tanggal Pemeriksaan : 8. Dasar Pelaksanaan : a. SPT Nomor : b. Surat Pemohon Nomor : II. HASIL PEMERIKSAAN DOKUMEN No Dokumen yang Diperiksa Keterangan 1. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan Ada/Tidak No...dan tanggal Dokumen yang mengesahkan sumber benih Ada/Tidak No...dan tanggal Dokumen hak atas tanah Ada/Tidak No...dan tanggal Keberadaan SDM yang mempunyai Ada/Tidak pengetahuan di bidang perbenihan 5. Catatan kegiatan pemeliharaan kebun Ada/Tidak 6. Peta/Design kebun Ada/Tidak III. HASIL PEMERIKSAAN LAPANGAN No Pemeriksaan Lapangan Standar Hasil 1. Mutu Benih Setek a. Klon Benih Bina Benih Bina :... b. Asal Usul Setek Kebun Sumber Benih Sesuai /Tidak Sesuai Bersertifikat c. Bukti SK Penetapan Ada Ada/Tidak Ada 20

21 Kebun Sumber Benih Nomor :... Tanggal :... d. Masa Pengambilan Maksimal 2 hari Sesuai/Tidak Sesuai e. Kemasan Kantong plastik dengan Sesuai/Tidak Sesuai ukuran 80 x 50 cm ketebalan 0,1 mm f. Isi kemasan setek...setek g. Perlakuan Dicelupkan dalam larutan fungisida konsentrasi 0,2% selama 1 2 menit Sesuai/Tidak Sesuai 2. Keragaan Setek a. Kemurnian 100 % Sesuai/Tidak Sesuai b. Fisik Benih Tidak layu, Segar dan Sesuai/Tidak Sesuai berdaun mulus c. Panjang setek ± 5 cm (± 0,5 cm diatas daun, 4 5 cm dibawah Sesuai/Tidak Sesuai ketiak daun dengan kemiringan potongan ± 45 0 ) d. Warna batang Hijau tua dan mengkilat Sesuai/Tidak Sesuai e. Kesehatan Bebas hama dan penyakit Sesuai/Tidak Sesuai IV. JUMLAH BENIH Klon Jumlah Setek Diajukan Diperiksa Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Jumlah V. KESIMPULAN 1. Benih setek yang memenuhi syarat sejumlah... setek. 2. Benih setek yang tidak memenuhi syarat sebanyak... setek. VI. SARAN... Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Pengawas Benih Tanaman dst 21

22 Format-2 FORM ISIAN PEMERIKSAAN LAPANGAN Sertifikasi Benih Dalam Bentuk Setek Kemasan URAIAN PEMERIKSAAN BENIH SETEK Ket Sampel Panjang Kesehatan Warna Fisik Benih Setek (cm) Benih Batang Rerata KERAGAAN SETEK 1 Mutu Fisik a. Fisik Benih Tidak layu, segar dan berdaun mulus b. Panjang setek ± 5 cm c. Kesehatan Benih Bebas Hama Penyakit Tanaman d. Warna batang Hijau tua dan mengkilat Tempat/Tanggal/Bulan/Tahun Pengawas Benih Tanaman, dst 22

23 Format-3 KOP SURAT Balai Besar atau UPTD Perbenihan Provinsi ===================================================== SERTIFIKAT MUTU BENIH Nomor : Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/ SR.120/1/2014) dan dari hasil pemeriksaan lapangan (teknis dan administrasi) yang dilaksanakan pada tanggal.. oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) Balai...terhadap: 1. Pemohon Sertifikasi a. Nama : b. Jabatan : c. Alamat : d. Jenis Usaha : e. No/Tgl Permohonan : 2. Lokasi Kebun Sumber Benih a. Desa : b. Kecamatan : c. Kabupaten/Provinsi : 3. Benih yang diperiksa a. Jenis Tanaman : b. Asal Usul Setek : c. Bentuk Benih : d. Klon : 4. Hasil Pemeriksaan Tolok Ukur Standar Mutu Benih Teh Dalam Bentuk Setek Kesegaran Fisik Tidak layu, Segar dan berdaun mulus Panjang Setek ± 5 cm Kesehatan Benih Bebas Hama Penyakit Tanaman Warna Batang Hijau tua dan mengkilat PBT : Hasil Pemeriksaan Kesimpulan: 1. Setek teh tersebut memenuhi syarat sebagai Benih Setek. 2. Sertifikat ini berlaku untuk setek yang diambil dari kebun sumber benih..., pengambilan setek tanggal...sejumlah Sebelum diedarkan benih tersebut wajib diberi label pada kemasan. 23

24 Demikian Sertifikat Mutu Benih ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya...,tanggal, bulan, tahun Kepala UPT Pusat atau Kepala UPTD Nama Terang 24

25 LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/Permentan/SR.120/9/2014 TANGGAL : 15 September September September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH TEH DALAM POLIBEG Nomor : Tanggal Revisi : Tanggal Ditetapkan : Tanggal Efektif : Disahkan oleh : Menteri Pertanian RI Halaman : A. TUJUAN 1. Melakukan sertifikasi benih teh dalam polibeg. 2. Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan penerbitan sertifikat mutu benih. B. OBYEK YANG DIPERIKSA Benih Teh dalam polibeg C. PETUGAS PEMERIKSA PBT Perkebunan D. TEMPAT PEMERIKSAAN Lokasi penangkaran/persemaian E. PROSEDUR PEMERIKSAAN KEBUN 1. Pemeriksaan dokumen 2. Pemeriksaan lapangan atau teknis No Uraian Kegiatan Instruksi Kerja 1. Pemeriksaan dokumen 1. Dokumen yang diperiksa meliputi: a. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan; b. Dokumen asal usul benih; c. Dokumen Hak Atas Tanah; d. Keberadaan SDM yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan; e. Catatan pemeliharaan pembenihan. 2. Pemeriksaan lapangan atau teknis 2. Waktu penyelesaian 1 (satu) hari kerja 1. Tahapan pemeriksaan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa dan mengamati kebenaran klon dan keragaan benih; b. Periksa/hitung jumlah bedengan; c. Periksa/hitung jumlah benih tiap bedengan; d. Tentukan petak contoh dalam bedengan; e. Cara penetapan contoh ada 3 yaitu: - Contoh bedengan diambil 10% dari jumlah bedengan; - Contoh tanaman diambil 1m 2 dari setiap bedeng contoh atau 10 benih/polibeg kali lebar bedengan (menyesuaikan bedengan); 25

26 - Tanaman yang diamati adalah seluruh jumlah benih dalam petak contoh. f. Petak contoh pertama ditetapkan 1 m dari bedeng pinggir. Kemudian petak contoh kedua dan seterusnya diambil dengan selang/jarak 1 m; g. Hitung jumlah benih yang tumbuh normal, tipe simpang, kerdil dan mati; h. Untuk keragaan tanaman, amati dan hitung jumlah daun, tinggi benih dan diameter batang; i. Jumlah daun yang dihitung adalah hanya daun normal; j. Tinggi benih diukur dari pangkal batang sampai pucuk daun muda dan diameter batang diukur 3-5 cm dari pangkal batang; k. Angka atau data yang didapat dijadikan angka prosentase kemudian di konversi ke jumlah benih seluruhnya/total; l. Blangko hasil pemeriksaan yang telah diisi harus ditanda tangani penanggung jawab kebun dan PBT. 2. Waktu penyelesaian disesuaikan dengan volume benih dan lokasi penangkaran/persemaian 3. Standar kebun persemaian 1. Standar kebun persemaian No Tolok Ukur Standar Kebun 1. Kondisi/lokasi Tanah datar, dekat sumber air, dekat jalan/mudah diawasi dan dekat lokasi penanaman 2. Drainase Baik 3. Ketinggian Tempat Minimal 600 m dpl 4. Curah Hujan Minimal mm/tahun 5. Suhu 13 s.d 25 0 C 6. Klon Benih Bina 7. Asal Benih Kebun sumber benih bersertifikat 8. Ukuran Bedengan Lebar : 1 s.d 1,25 m Panjang : maksimal 20 m Jarak antar bedengan 60 cm, parit sedalam 10 cm 9. Naungan Kolektif Tinggi 2 meter, jarak tiang 2,5x3 m, atap sasak bambu/ paranet, sinar masuk 25 30% 10. Sungkup Tinggi 75 cm, plastik sungkup lebar 2 m, tebal 0,08 mm, bagian tepi lembaran sungkup dibenam dan ditimbun tanah, tidak boleh bocor. Sungkup dibuka secara bertahap setelah benih berumur 3 4 bulan 11. Ukuran polibeg Ketebalan 12 x 25 cm 0,04 mm 26

27 12. Media Tanaman Top Soil : Sub Soil (2 : 1) 13. Pemupukan Dilakukan dengan pupuk cair konsentrasi 0,2% 14. Penyiangan Harus dilakukan sesuai keadaan gulma 15. Penyiraman Dilakukan/sesuai kebutuhan 16. Pengendalian OPT Harus dilakukan. Jenis, dosis disesuaikan dengan OPT 2. Standar mutu benih dalam polibeg yaitu: No Kriteria Standar 1. Umur benih Minimal 8 bulan 2. Tinggi benih Minimal 25 cm 3. Warna Daun Hijau tua segar 4. Jumlah Daun Minimal 5 helai 5. Diameter batang Minimal 3 mm 6. Kesehatan Bebas hama dan penyakit 7. Kenampakan visual Benih tumbuh sehat, kekar dan berdaun normal (jagur) 8. Sistem perakaran Baik 9. Perlakuan Telah mengalami adaptasi terhadap sinar matahari minimal 1 bulan 4. Prosedur pembuatan laporan hasil pemeriksaan 5. Prosedur penerbitan sertifikat a. PBT membuat laporan hasil pemeriksaan sesuai Format-1. b. PBT menyampaikan laporan pemeriksaan kepada Pejabat yang berwenang. a. Laporan Hasil Pemeriksaan b. Sertifikat Mutu Benih MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 27

28 Format-1 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BENIH DALAM POLIBEG I. UMUM 1. Nama Pemohon : 2. Alamat : 3. Asal benih : 4. Lokasi Persemaian b. Desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten : e. Provinsi : 5. Jumlah Benih yang Diajukan :... batang 6. Umur tanaman : 7. Klon : 8. Tanggal Pemeriksaan : 9. Dasar Pelaksanaan : a. SPT Nomor : b. Surat Pemohon Nomor : II. HASIL PEMERIKSAAN DOKUMEN No Dokumen yang Diperiksa Keterangan 1. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan Ada / Tidak No...dan tanggal Dokumen bukti asal usul benih Ada/Tidak No...dan tanggal Dokumen Hak Atas Tanah Milik Sendiri/Sewa/Kerjasama 4. Keberadaan SDM yang mempunyai Ada / Tidak pengetahuan di bidang perbenihan 5. Catatan pemeliharaan pembenihan Ada /Tidak III. HASIL PEMERIKSAAN LAPANGAN No Uraian Pemeriksaan Standar Hasil Pemeriksaan 1. Kebun persemaian teh Sesuai standar / Tidak a. Kondisi/Lokasi Tanah datar, dekat sumber Sesuai/Tidak Sesuai air, dekat jalan/mudah diawasi dan dekat lokasi penanaman b. Drainase Baik Sesuai/Tidak Sesuai c. Ketinggian tempat Minimal 600 m dpl Sesuai/Tidak Sesuai 28

29 d. Curah hujan Minimal mm/thn Sesuai/Tidak Sesuai e. Suhu 13 s.d 25 0 C Sesuai/Tidak Sesuai f. Klon Benih Bina Benih Bina :... Anjuran :... g. Asal benih Kebun sumber benih bersertifikat h. Ukuran bedengan Lebar : 1 s.d 1,25 m Panjang : maksimal 20 m Jarak antar bedengan 60 cm, parit sedalam 10 cm i. Naungan kolektif Tinggi 2 meter, jarak tiang 2,5 x 3 m, atap sasak bambu/paranet, sinar masuk 25 30% j. Sungkup Tinggi 75 cm, plastik sungkup lebar 2 m, tebal 0,08 mm, bagian tepi lembaran sungkup dibenam dan ditimbun tanah, tidak boleh bocor. Sungkup dibuka secara bertahap setelah benih berumur 3 4 bulan k. Ukuran polibeg Ketebalan 12 x 25 cm 0,04 mm l. Media tanaman Top Soil : Sub Soil 2 : 1 m. Pemupukan Dilakukan dengan pupuk cair konsentrasi 0,2% Sesuai/Tidak Sesuai Lebar :.. Panjang :. Sesuai/Tidak Sesuai Sesuai/Tidak Sesuai Sesuai/Tidak Sesuai Sesuai/Tidak Sesuai Dilakukan/Tidak Dilakukan n. Penyiangan Harus dilakukan Dilakukan/Tidak Dilakukan o. Penyiraman Dilakukan / sesuai kebutuhan Sesuai/Tidak Sesuai p. Pengendalian OPT Harus dilakukan. Jenis, dosis disesuaikan dengan OPT Dilakukan/Tidak Dilakukan 2. Memeriksa keragaan benih : Sesuai dengan standar Sesuai/Tidak Sesuai keragaan benih a. Umur benih Minimal 8 bulan Sesuai/Tidak Sesuai b. Tinggi benih Minimal 25 cm Sesuai/Tidak Sesuai c. Warna daun Hijau tua segar Sesuai/Tidak Sesuai d. Jumlah daun Minimal 5 helai Sesuai/Tidak Sesuai e. Diameter batang Minimal 3 mm Sesuai/Tidak Sesuai f. Kesehatan Bebas hama dan penyakit Sesuai/Tidak Sesuai g. Kenampakan visual Benih tumbuh sehat, kekar dan berdaun normal (jagur) Sesuai/Tidak Sesuai 29

30 h. Sistem perakaran Baik Sesuai/Tidak Sesuai i. Perlakuan Telah mengalami adaptasi Sesuai/Tidak Sesuai terhadap sinar matahari minimal 1 bulan 3. Periksa/hitung jumlah Sesuai dengan dokumen Jumlah bedengan bedengan : Periksa/hitung jumlah benih yang diperiksa Sesuai dengan dokumen Jumlah benih yang diperiksa :... IV. JUMLAH BENIH Klon Diajukan Jumlah Benih (batang) Memenuhi Diperiksa Syarat Tidak Memenuhi Jumlah V. KESIMPULAN 1. Benih teh dalam polibeg yang memenuhi syarat siap tanam sejumlah batang. 2. Benih teh dalam polibeg yang tidak memenuhi syarat sebanyak... batang dan yang dapat dilakukan pemeriksaan ulang sebanyak...batang. VI. SARAN 1. Benih yang belum memenuhi syarat agar dipelihara dan bisa dilakukan pemeriksaan ulang sebelum umur tanaman 18 bulan. Sedangkan benih yang tidak memenuhi standar mutu benih tidak boleh diedarkan. 2. Benih yang telah lulus sertifikasi apabila akan diedarkan wajib diberi label. 3. Rencana salur agar dilaporkan ke Balai/UPTD sertifikasi benih untuk mendapatkan pengawasan. Tempat/Tanggal/Bulan/Tahun Pengawas Benih Tanaman dst 30

31 Format-2 FORM HASIL PEMERIKSAAN LAPANGAN Sertifikasi Benih Dalam Polibeg No. Jumlah Benih Dalam Bedengan Jumlah Benih Dalam Petak Bedeng Contoh Lebar Panjang Total Umur Normal Callus Mati Total Keragaan Benih Benih Abnormal Tinggi Benih Diameter Batang Jumlah Daun STANDAR BENIH DALAM POLIBEG No Kriteria Standar Benih Teh Dalam Polibeg 1. Tinggi benih Minimal 25 cm 2. Jumlah Daun Minimal 5 helai 3. Diameter batang Minimal 3 mm 4. Umur Benih Minimal 8 bulan Tempat/Tanggal/Bulan/Tahun Pengawas Benih Tanaman, 31

32 Format-3 KOP UPT Pusat atau UPTD Perbenihan Provinsi ===================================================SERTIFIKAT MUTU BENIH Nomor : Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/ SR.120/1/2014) dan dari hasil pemeriksaan lapangan (Teknis dan Administrasi) yang dilaksanakan pada tanggal.. oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) Balai...terhadap: 1. Pemohon Sertifikasi a. Nama : b. Jabatan : c. Alamat : d. No/Tgl Permohonan : 2. Benih yang disertifikasi a. Jenis Tanaman : b. Bentuk Benih : c. Asal Benih : d. Klon : e. Kelas Benih : f. Umur Benih : g. Lokasi Persemaian : 3. Hasil Pemeriksaan Umur Benih Tinggi Benih Warna Daun Tolok Ukur Jumlah Daun Diameter Batang Kesehatan Standar Mutu Benih Teh Dalam Polibeg Memenuhi Syarat Minimal 8 bulan Minimal 25 cm Hijau tua segar Minimal 5 helai Minimal 3 mm Bebas hama dan penyakit PBT: 1.2 Hasil Pemeriksaan Kesimpulan: 1. Benih telah memenuhi syarat sebagai benih sebar sejumlah...batang dan harus diberi label. 2. Benih yang tidak memenuhi syarat standar mutu benih tidak boleh disalurkan dan benih yang disalurkan/diedarkan agar dilaporkan ke Balai...Provinsi Bila dalam penyaluran/peredaran terdapat benih yang tidak memenuhi syarat standar mutu benih, maka hal tersebut diluar tanggung jawab Balai...Provinsi...

33 4. Sertifikat Mutu Benih ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), 1 (satu) untuk arsip Balai...Provinsi...sedangkan untuk kepentingan penyaluran/peredaran harus menggunakan foto copy SMB yang dilegalisir oleh Balai...Provinsi Sertifikat Mutu Benih ini berlaku sampai dengan tanggal/bulan/tahun. Demikian Sertifikat Mutu Benih ini dibuat dan hanya berlaku untuk benih yang tercantum identitas dan jumlahnya seperti pada lembar Sertifikat Mutu Benih ini...,tanggal, bulan, tahun Kepala UPT Pusat/Kepala UPTD Nama Terang 33

34 LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/Permentan/SR.120/9/2014 TANGGAL: 15 September September September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) Nomor : Tanggal Revisi : Tanggal Ditetapkan : Tanggal Efektif : Disahkan oleh : Menteri Pertanian RI Halaman : A. TUJUAN : 1. Melakukan evaluasi kebun sumber benih. 2. Hasil pemeriksaan kebun sumber benih akan ditindaklanjuti dengan penerbitan sertifikat kelayakan kebun sumber benih oleh Kepala UPT Pusat/UPT Daerah. B. OBYEK YANG DIPERIKSA : Kebun sumber benih yang sudah ditetapkan. C. PETUGAS PEMERIKSA Tim Evaluasi. D. TEMPAT PEMERIKSAAN Kebun sumber benih. E. PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan dokumen. 2. Pemeriksaan teknis atau lapangan. 3. Pembuatan laporan hasil pemeriksaan. No Uraian Kegiatan Instruksi Kerja 1. Pemeriksaan dokumen 1. Dokumen yang diperiksa meliputi: a. Dokumen penetapan sebagai kebun sumber benih; b. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan; c. Dokumen Hak atas tanah; d. Keberadaan SDM yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan; e. Catatan kegiatan pemeliharaan kebun; f. Peta/Desain Kebun; g. Surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan akan memenuhi ketentuan yang berlaku. 2. Waktu penyelesaian 1 (satu) hari. 2. Pemeriksaan lapangan 1. Tahapan pemeriksaan lapangan: a. Periksa dan amati kebenaran klon masing-masing blok; 34

35 b. Periksa dan amati hasil pekerjaan pemeliharaan kebun; c. Catat tahun tanam dan umur tanaman; d. Periksa dan amati kondisi batas blok; e. Catat jarak tanam dan populasi tanaman per hektar; f. Catat tanaman tipe simpang (off type); g. Lakukan taksasi produksi: - Tetapkan pohon yang dijadikan sampel; - Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional dan harus bisa mewakili populasi tanaman; - Jumlah sampel setiap blok: Pengambilan sampel dalam 1 (satu) blok diambil 5 (lima) titik sampel secara zigzag dan tiap titik diambil 5 perdu; Perhitungan larikan dilakukan dengan perhitungan jumlah larikan dibagi hasil perbandingan antara jumlah tanaman contoh setiap blok dengan lima tanaman contoh dalam 1 (satu) larikan; Hitung jumlah ranting setek per perdu tiap sampel; Hitung rata-rata setek per ranting setek tiap sampel; Amati dan catat keberadaan hama dan penyakit. 2. Waktu penyelesaian minimal 1 (satu) hari perhektar 3. Standar Kebun sumber benih teh 1. Persyaratan Kebun Sumber Benih Teh yaitu: No Kriteria Persyaratan a. Lokasi Lokasi berada di daerah pengembangan yang memiliki persyaratan tanah dan iklim untuk tanaman teh Status kepemilikan tanah harus jelas Bukan termasuk daerah endemik hama dan penyakit tanaman teh Dekat dengan jalan agar mudah melakukan pengangkutan dan pengawasan b. ph Tanah 4,5 s.d 5,6 c. Drainase Baik d. Kemiringan Lahan Maksimal 35 % e. Luas Minimal 0,25 Ha f. Ketinggian tempat Minimal 600 m dpl g. Suhu 13 s.d 25 0 C h. Curah Hujan Minimal mm/tahun i. Bahan Tanam Klonal j. Populasi Minimal pohon/ha 35

36 k. Jarak Tanam 1,2 m x 0,8 m l. Pembatas antar blok Minimal 1,5 m m. Naungan tetap Ada n. Kemurnian klon 100 % o. Pemangkasan Pangkasan produksi benih setek dilakukan minimal 1-2 kali setahun atau dilakukan 4 (empat) bulan sebelum pengambilan setek. p. Pemupukan Dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan analisa tanah dan daun. q. Penyiangan Penyiangan dilakukan 1,5-2 bulan sekali. r. Pengendalian hama Harus dilakukan secara berkala penyakit 4. Prosedur pembuatan laporan hasil pemeriksaan a. Tim evaluasi membuat laporan hasil pemeriksaan sesuai Format-1. b. Tim evaluasi menyampaikan laporan pemeriksaan kepada Pejabat yang berwenang. 5 Penerbitan Penerbitan sertifikat kelayakan kebun sumber benih oleh Kepala UPT Pusat/UPT Daerah. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 36

37 Format-1 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH II. UMUM 1. Nama Pemohon : 2. Alamat : 3. Lokasi Kebun Sumber Benih: e. Desa : f. Kecamatan : g. Kabupaten : h. Provinsi : 4. Klon : 5. Luas Kebun Sumber Benih :... Ha 6. Tanggal Pemeriksaan : 7. Dasar Pemeriksaan : b. Surat Pemohon Nomor : c. SPT Nomor : III. HASIL PEMERIKSAAN DOKUMEN No Dokumen yang Diperiksa Keterangan 1. Dokumen penetapan sebagai kebun sumber benih 2. Izin Usaha Perbenihan atau Tanda Daftar Usaha Perbenihan Ada/Tidak No...dan tanggal... Ada/Tidak No...dan tanggal Dokumen Hak Atas Tanah Hak Milik/HGU/Sewa/Lainnya... No...dan tanggal Keberadaan SDM yang mempunyai pengetahuan dibidang perbenihan Ada/Tidak 5. Catatan kegiatan pemeliharaan kebun Ada/Tidak 6. Peta/Desain Kebun Ada/Tidak 7. Surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan akan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ada/Tidak IV. HASIL PEMERIKSAAN LAPANGAN 1. Kebun Sumber Benih No Pemeriksaan Lapangan Standar Hasil 1. Letak dan Kondisi Kebun - Lokasi Lokasi berada di daerah pengembangan yang Sesuai/Tidak sesuai 37

38 memiliki persyaratan tanah dan iklim untuk tanaman teh Status kepemilikan tanah harus jelas Bukan termasuk daerah endemik hama dan penyakit tanaman teh Dekat dengan jalan agar mudah melakukan pengangkutan dan pengawasan - Ph Tanah 4,5 s.d 5,6 Sesuai/Tidak sesuai - Drainase Baik Sesuai/Tidak sesuai - Kemiringan lahan Maksimal 35 % Sesuai/Tidak sesuai - Luas Minimal 0,25 Ha Sesuai/Tidak sesuai - Ketinggian tempat Minimal 600 m dpl Sesuai/Tidak sesuai - Suhu 13 s.d 25 0 C Sesuai/Tidak sesuai - Curah Hujan Minimal mm/tahun Sesuai/Tidak sesuai - Bahan Tanam Klonal Sesuai/Tidak sesuai - Populasi minimal pohon/ha Sesuai/Tidak sesuai - Jarak tanam 1,2 m x 0,8 m Sesuai/Tidak sesuai - Pembatas antar blok Minimal 1,5 m Kondisi Barier :... - Naungan Tetap: Ada Ada/Tidak Ada - Pemangkasan Pangkasan produksi benih setek dilakukan minimal 1-2 kali setahun atau dilakukan 4 Sesuai/Tidak sesuai (empat) bulan sebelum pengambilan setek. - Pemupukan Dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan analisa tanah dan daun. Jenis :... Dosis:... Waktu:... Cara :... - Penyiangan Penyiangan dilakukan 1,5 2 bulan sekali. Sesuai/Tidak Sesuai - Pengendalian hama penyakit Harus dilakukan secara berkala Dilakukan/Tidak 2. Kemurnian klon 100 % Sesuai/Tidak sesuai 3. Umur Tanaman Minimal 3 tahun...tahun...hektar...tahun...hektar 4. Tanaman tipe simpang (off type) Tidak boleh ada tanaman tipe simpang (off type) Ada/Tidak ada... batang 5. Taksasi Produksi Sesuai form taksasi kebun Hasil Taksasi:...setek/Ha 38

39 6. Kesehatan tanaman Tingkat serangan hama penyakit < 5% ada /tidak Jika ada :... % Catatan : Isi dengan lengkap / coret yang tidak perlu IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: Kebun Sumber Benih Teh tersebut masih layak atau tidak layak* sebagai Sumber Benih. Saran: 1. Perlu dilakukan pengendalian OPT Perlu dilakukan pemeliharaan Sebelum benih diedarkan agar dilakukan sertifikasi benih di UPT Perbenihan setempat/balai Besar. 4. Dst... Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Petugas evaluasi, dst *) Coret yang tidak perlu 39

40 Format-2 FORM ISIAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH Blok Klon Tipe simpang Komposisi Pohon Mati Murni Jumlah Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X dst Total Populasi Produktif Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Tim Evaluasi, dst 40

41 Format-3 FORM TAKSASI PRODUKSI BENIH BLANKO TAKSASI PRODUKSI SETEK Lokasi kebun Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Blok Luas Ha Populasi pohon Klon Nomor Tanaman Contoh Jumlah Rata - Rata Perhitungan : c = a x b Jumlah Ranting Setek Jumlah Setek per Ranting Potensi Setek per per pedu Setek Perdu a b c Hasil Taksasi/Blok = Rata-rata potensi setek/perdu x Jumlah tanaman/blok Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Penanggung jawab Kebun, Tim Evaluasi, dst 41

42 Format-4 Kop UPT Pusat atau UPTD Perbenihan Provinsi (Kop Surat) ===================================================== SERTIFIKAT KELAYAKAN KEBUN SUMBER BENIH Nomor : Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/ SR.120/1/2014) dan dari hasil pemeriksaan lapangan (Teknis dan Administrasi) yang dilaksanakan pada tanggal.. oleh Tim Evaluasi terhadap: 1. Kebun Sumber Benih a. Nama : b. Jabatan : c. Alamat : d. Jenis Usaha : 2.Lokasi Kebun Sumber Benih a. Desa : b. Kecamatan : c. Kabupaten : d. Provinsi : 3.Kebun Sumber Benih yang diperiksa a. Jenis Tanaman : b. Asal Benih : c. Kualitas Benih : 4. Hasil Pemeriksaan Lapangan Tolok ukur Standar Klon Benih Bina Luas (Ha) Minimal 0,25 hektar Umur tanaman Minimal 3 tahun Populasi Tanaman Minimal pohon/ha Kemurnian (%) 100% Kesehatan Hama penyakit < 5 % Produksi Benih : Setek Sesuai taksasi produksi benih Naungan Tetap ada Uraian Hasil Pemeriksaan Blok I Blok II Blok III Blok IV Kesimpulan : Kebun Sumber Benih Teh tersebut masih layak sebagai Sumber Benih dan sertifikat ini berlaku sampai dengan tanggal... 42

43 Demikian Sertifikat Kelayakan Kebun Sumber Benih ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya...,tanggal, bulan, tahun Kepala UPT Pusat/Kepala UPTD Nama Terang 43

44 Format 5 BERITA ACARA HASIL EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH Pada hari ini,...tanggal...bulan...tahun..., telah dilakukan evaluasi terhadap kebun sumber benih teh. 1. Nama Pemilik Kebun : 2. SK Penetapan : 3. Alamat/Lokasi Kebun : a. Kampung : b. Desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten : e. Provinsi : f. Luas Kebun : g. Populasi : 4. Kondisi umum saat ini : Dari hasil evaluasi tersebut, maka kebun sumber benih...masih layak atau tidak layak* sebagai sumber benih. 6. Saran-saran perbaikan sebagai berikut : a.... b.... c.... Demikian berita acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun Pelaksanaan Tim Evaluasi, Direktorat Jenderal Perkebunan... Pusat Penelitian/Balai Penelitian... Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan... UPTD Perbenihan Provinsi... Dinas Perkebunan Provinsi... *)coret yang tidak perlu 44

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma

Lebih terperinci

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur. No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L. 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 90/Permentan/OT.140/9/2013 TANGGAL : 16 September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KOPI (Coffea sp)

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.1176 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA DALAM (Cocos nuciferal.) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN AREN (Arenga pinnata,merr.)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN AREN (Arenga pinnata,merr.) 2013, No.1178 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN AREN

Lebih terperinci

2013, No I. PENDAHULUAN

2013, No I. PENDAHULUAN 2013, No.1177 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1322, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/SR.120/11/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.199, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pemasukan. Pengeluaran. Benih Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA Menimbang: a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam perkembangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.908, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Kakao. SNI. Pascapanen, Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN JAKARTA DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 04 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 320/Kpts/KB.020/10/2015 TANGGAL : 30 Oktober 2015

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 320/Kpts/KB.020/10/2015 TANGGAL : 30 Oktober 2015 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 320/Kpts/KB.020/10/2015 TANGGAL : 30 Oktober 2015 PEDOMAN PRODUKSI, SERTIFIKASI, PEREDARAN DAN PENGAWASAN BENIH TANAMAN PALA (Myristica fragrans)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.910, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pala. SNI. Pascapanen. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/SR.120/8/2012 ten

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/SR.120/8/2012 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1315, 2017 KEMENTAN. Benih Hortikultura. Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran. Perubahan Kedua. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/PERMENTAN/HR.060/9/2017

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000) STUDI KELAYAKAN PT. PERKEBUNAN GLENMORE SEBAGAI PRODUSEN BENIH KAKAO Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan - Surabaya I. Pendahuluan PT. Perkebunan Glenmore

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG SYARAT, TATA CARA DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN REKOMENDASI TEKNIS IZIN USAHA DI BIDANG PERTANIAN DALAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.680, 2015 KEMENTAN. Izin Usaha. Pertanian. Penanaman Modal. Rekomendasi Teknis. SOP. Tata Cara. Syarat. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/HK.140/4/2015

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.427, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Produksi. Peredaran. Benih. Bibit. Ternak. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 05 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 05 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 05 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Rekomendasi. Impor. Produk. Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/OT.140/1/2012 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/SR.120/8/2012

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 14 /V-PTH/2007 TENTANG TATA USAHA

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.911, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Nilam. SNI. Pascapanen. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Lada. SNI. Pascapanen. Pedoman PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 316/Kpts/KB.020/10/2015 TANGGAL : 30 Oktober 2015

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 316/Kpts/KB.020/10/2015 TANGGAL : 30 Oktober 2015 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 316/Kpts/KB.020/10/2015 TANGGAL : 30 Oktober 2015 PEDOMAN PRODUKSI, SERTIFIKASI, PEREDARAN DAN PENGAWASAN BENIH TANAMAN LADA (Piper nigrum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2 GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMANFAATAN KAYU LIMBAH PEMBALAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.913, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Tembakau. SNI. Pascapanen. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/PERMENTAN/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia No.1350, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Tanaman Hutan. Penyetoran. Pemungutan. Pengenaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/Permentan/OT.140/12/2013 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/Permentan/OT.140/12/2013 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) YANG BAIK Free download Lengkap dengan lampiran... PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/Permentan/OT.140/12/2013 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) YANG BAIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, SERTA LAMPIRAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 07 /V-PTH/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 07 /V-PTH/2007 TENTANG DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 07 /V-PTH/2007 TENTANG KRITERIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 62/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 62/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 62/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

Lebih terperinci

PRODUKSI BIBIT PALA MELALUI PERBANYAKAN GENERATIF DI MALUKU UTARA

PRODUKSI BIBIT PALA MELALUI PERBANYAKAN GENERATIF DI MALUKU UTARA STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PRODUKSI BIBIT PALA MELALUI PERBANYAKAN GENERATIF DI MALUKU UTARA Chris Sugihono Wawan Sulistiono BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1071, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Impor. Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN LAMPIRAN 8 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN A. Standar Mutu 1. Standar mutu benih terdiri dari : a. standar

Lebih terperinci

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih lada (Piper nigrum L) Standar Nasional Indonesia Benih lada (Piper nigrum L) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu...

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor: P. 01/V-PTH/2008 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN LAMPIRAN 9 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN A. Standar Mutu Bibit 1. Standar mutu bibit terdiri dari : a. standar

Lebih terperinci

SURAT TANDA DAFTAR USAHA BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN (STD-B) Kabupaten/Kota... Kecamatan...

SURAT TANDA DAFTAR USAHA BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN (STD-B) Kabupaten/Kota... Kecamatan... 31 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN SURAT TANDA DAFTAR USAHA BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN (STD-B) Kabupaten/Kota...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tanaman Hutan. Perbenihan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tanaman Hutan. Perbenihan. No.4, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tanaman Hutan. Perbenihan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.1/Menhut-II/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERBENIHAN

Lebih terperinci

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) Didiek Kristianto dan Ica Purwanti Balai Penelitian Tanaman Jeruk & Buah SubtropikaJl.Raya Tlekung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 telah ditetapkan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG KUALIFIKASI KEAHLIAN DAN KEMAMPUAN TERTENTU SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG HORTIKULTURA DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.816, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Budidaya. Ikan. Jenis Baru. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PERMEN-KP/2014 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN

Lebih terperinci

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG INTEGRASI USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN USAHA BUDI DAYA SAPI POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK KE DALAM DAN KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci