PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN JARINGAN LISTRIK DAN TELEPON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN JARINGAN LISTRIK DAN TELEPON"

Transkripsi

1 PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN JARINGAN LISTRIK DAN TELEPON Ema Umilia 2011

2 PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK

3 Kelistrikan Kebutuhan: permukiman, industri, dll. IINFRASTRUKTUR : bangkitan dan transmisi ALOKASI RUANG DAMPAK : sosial, ekonomi, fisik, lingkungan PERKEMBANGAN WILAYAH Penyediaan listrik

4 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Perkembangan Ketenagalistrikan SUEMBER ENERGI ALTERNATIF DAN TERBARUKAN

5 hidro Menurut Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (RIPEBAT) potensi energi mikrohidro (PLTMH) tersebut diperkirakan 458,75 MW.

6 angin Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat bh bahwa kecepatanangin minimum rata rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan k sebagai penyedia jasa energi adalah 4m/dt. Kendatipun demikian ada bb beberapa wilayah dimana sumber energi angin kemungkinan besar layak dikembangkan. Wilayah tersebut tantara li lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan lt dan Tenggara, Pantai iut Utara dan Selatan Jawa dan Karimun Jawa.

7 surya Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut turut untuk kawasan barat dan timur Indonesia. radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun, kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik

8 biomassa Sebagai sumber energi, limbah biomasa tersedia cukup melimpah dan berkelanjutan, terutama pada daerah industri pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

9

10 panas bumi Berdasarkan survei menunjukkan bahwa terdapat 70 lokasi panas bumi bertemperatur tinggi dengan kapasitas total mencapai MW. Sebagian besar dari lokasi tersebut belum dilakukan eksploitasi secara intensif. energi laut Luas lautan melingkupi 2/3 wilayah Indonesia, atau sekitar 4 juta km 2, dan garis pantai sepanjang 80,791 km sehingga laut atau samudera secara kualitatif kan menyimpn potensi sumber energi terbarukan (ET) yang cukup besar. Secara kuantitatif kandungan ET dari samudera yang dapat dikelola secara ekonomis masih memerlukan kajian lebih lanjut. Energi yang berasal dari samudera dapat diperoleh dari 3 bentuk sumber utama, yaitu : gelombang, pasang surut, dan perbedaan suhu antara permukaan dan bagian dalam air laut.

11 PERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KONVENSIONAL ALTERNATIF MINYAK BATU BARA AIR PANAS BUMI NUKLIR Biaya bahan bakar murah Komoditi ienergi yang sangat fleksibel cocok untuk kondisi geografis Indonesia Tidak memerlukan infrastruktur transportasi Masalah lingkungan Biaya Sumber daya transportasi energi yang dapat diperbarui Masalah dan tidak lingkungan g dapat diekspor Masalah lingkungan Biaya investasi relatif tinggi ; menaikkan ongkos produksi Tk Teknologi eksplorasi belum dikuasai Masalah lingkungan Keuntungan ekonomi skala besar Biaya awal tinggi Biaya bahan bakar murah Masalah lingkungan

12 PENERAPAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA surya termal Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga perkotaan. Secara non komersial dan tradisional, energi surya termal banyak digunakan untuk keperluan pengeringan berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, industri kecil, dan keperluan rumah tangga. Secara komersial, energi surya mempunyai potensi ekonomi untuk penyediaan panas proses suhurendah dh(/d (s/d 90 o C) menggunakan sistemenergi suryatermik (SEST) bagi keperluan pengolahan pasca panen komoditas tersebut dengan lebih efektif dan efisien. Pengalaman menunjukkan bahwa penerapan SEST untuk pengeringan dapat memberikan berbagai nilai tambah yang tinggi berupa: peningkatan dan jaminan kualitas produk, mengurangi rugirugi (losses) ) material selama produksi (a.l. rusak dan hilang), dan waktu pengolahan yang lebih singkat

13 sistem energi surya fotovoltaik Energi surya juga mempunyai potensi ekonomi untuk penyediaan listrik melalui penerapan sistem energi surya fotovoltaik (SESF) untuk kebutuhan listrikik skala kecil pada kawasan kawasanterpencilk dan/atau pulau pulau kecil yang tersebar antara lain dikawasan: Riau Kepulauan, Sangihe Talaud, Nusatenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Pedalaman di Irian Jaya. P k SESF i d i i ih did i i lh Pasar utama untuk SESF sampai dengan saat ini masih didominasi oleh proyek proyek pemerintah. Pelaksanaan proyek proyek tersebut terbagi kepada beberapa institusi, antara lain: Departemen teknis, Pemerintah Daerah dan Lembaga Penelitian (a.l. Litbang Departemen, BPPT, LIPI, RISTEK dan Perguruan Tinggi).

14 Aplikasi i SESF di perdesaan Indonesia pada umumnya digunakan untuk: penyediaan listrik perdesaan melalui sistem mini grid atau solar home system (SHS) jasa energi untuk sarana sosial sarana (pompa/penjernihan) air bersih rumah peribadatan sarana kesehatan perdesaan atau PUSKESMAS jasa energi untuk fasilitas umum telepon umum perdesaan rambu rambu lalu lintas dan alat bantu navigasi televisi umum penerangan jalan dan lain lain pemasok energi bagi kegiatan produktif, misal : irigasi, cold storage, sarana pengolahan produk pertanian, usaha nelayan, dan sebagainya

15 BIOMASSA

16 mikrohidro Pembangkit energi mikrohidro pada awalnya pengembangannya digunakan untuk berbagaib keperluan, seperti: penggilingan padi, pengolahan kopi, p,penggergajian g kayu, pompaair, p dan pembangkit listrik). Sampai saat ini belum dapat ditemukan semacam catatan sejarah yang menunjukkan kapan pembangkit mikrohidro persisnya diperkenalkan di Indonesia. Tetapi ada ditemukan pembangkit mikrohidro tipe Pelton kapasitas 50 kw yang dibangun pada th tahun 1892 yang saat ini masih beroperasi dan digunakan pada pabrik pengolahan teh Patuah Watee, Jawa Barat.

17 ASPEK PENYEDIAAN SUMBER ENERGI NUKLIR MINYAK AIR PANAS BUMI GAS ALAM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK PLTN PLTU, PLTG, PLTD PLTA PLTP PLTG

18 DASAR PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKITAN o Ketersediaan sumber daya energi primer dalam negeri o Pertimbangan ekonomi untuk membangun dan mengoperasikan setiap jenis pembangkitan o Kemampuan lingkungan

19 SISTEM JARINGAN TERPADU SISTEM INTERKONEKSI Sistem yang menghubungkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik

20 SISTEM JARINGAN TERPADU TEGANGAN TRANSMISI 500 kv, 150 kv, 75 kv Tegangan ekstra tinggi i (500 kv) digunakan untuk menyalurkan energi dari pusat listrik skala besar, seperti PLTU Suralaya (Jawa Barat), PLTU Paiton (Jawa Timur), dan PLTU Ujung Jati (Jawa Tengah) Tegangan tinggi (75 kv & 150 kv) digunakan sebagai fasilitas penyaluran energi dari pusat listrik skala menengah ke pengiriman dari satu lokasi ke lokasi lain

21 SISTEM JARINGAN TERPADU SISTEM DISTRIBUSI Untuk mendistribusikan listrik dalam wilayah pelayanan ke pengguna akhir Dioperasikan pada tegangan menengah dan rendah Untuk alasan estetika, di pusat kota yang padat biasanya menggunakan kabel bawah tanah

22 SISTEM JARINGAN TERPADU Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut sering pula dinamakan dengan sistem Saluran Udara Tegangan (Ekstra) Tinggi - SUTET

23 Contoh jaringan distribusi Listrik

24 Sistem Penyaluran Daya Listrik

25 CONTOH SISTEM DISTRIBUSI : SISTEM JARINGAN TERPADU RENCANA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK PROVINSI JAWA TIMUR Sumber: Hasil Rencana

26 KONSUMSI HARIAN LISTRIK

27 STANDAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN Dalam perhitungan kebutuhan prasarana, sebelumnya harus dilakukan perkiraan terhadap jumlah orang yang akan melakukan aktivitas di masing-masing sarana setiap harinya.

28 STANDAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN Kebutuhan listrik didasarkan pada standar pada masingmasing jenis sarana. Kebutuhan listrik akan disesuaikan dengan faktor kebutuhan masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan di kawasan perencanaan. Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan 2 % dari total kebutuhan sarana. Kebutuhan listrik untuk cadangan 5 % dari total kebutuhan sarana termasuk penerangan jalan. Kebutuhan listrik minimum adalah jumlah total kebutuhan masing-masing jenis sarana termasuk penerangan jalan dan cadangan. Kebutuhan listrik maksimum adalah sebesar 2 kali Kebutuhan listrik maksimum adalah sebesar 2 kali kebutuhan listrik minimum.

29 UTILITAS LISTRIK Jenis Kegiatan Permukiman informal Permukiman formal Fasilitas perdagangan tiap 500 m2 Fasilitas umum tingkat lingkungan tiap 200 m2 Fasilitas umum tingkat perkotaan lingkungan tiap 1000 m2 Kebutuhan Listrik 450 watt 900 watt 5000 watt watt watt Rumah tangga 170 watt/jiwa Fasilitas umum 80 KVA/Ha Fasilitas perdagangan dan industri 200 KVA/Ha Industri 250 KVA/Ha

30 Metoda analisis penempatan Prasarana dilakukan berdasarkan : 1. Jaringan atau penempatan prasarana sarana yang telah ada pada saat ini. 2. Kebijaksanaan Pembangunan prasarana yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. 3. Penetapan Lokasi Prasarana di dalam RTR diatasnya 4. Kriteria Lokasi Prasarana. 5. Hubungan Fungsional antar sarana dengan prasarana.

31 Untuk mendukung analisis kebutuhan dan penempatan prasarana, dibutuhkan data-data mengenai : Pola Budaya masyarakat dalam penggunaan prasarana. Jumlah dan Jenis Prasarana yang ada pada saat ini, mencakup lokasi, kondisi, dan intensitas pelayanan. Kebijaksanaan Pembangunan Prasarana yang sedang dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Rencana jumlah, jenis dan jaringan distribusi prasarana di kawasan perencanaan berdasarkan RTR diatasnya.

32

33 LISTRIK PRABAYAR bentuk layanan terbaru PLN; PEMBAYARAN LISTRIK MODEL PULSA Penggunaan setrum isi ulang dengan memasukan 20 digit it angka yang terdapat pada setrum isi ulang ke meter digital listrik ik prabayar. Secara otomatis meter prabayar akan menunjukkan jumlah kwh sesuai nilai nominal setrum yang dibeli.

34 PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN JARINGAN TELEPON

35 Jaringan Telekomunikasi Media penyalur berita-berita telekomunikasi AtiP Arti Penting Jaringan Tlk Telekomunikasi i Sebagai salah satu stimulan pertumbuhan ekonomi wilayah Berperan penting dalam pengembangan kualitas masyarakat (sosial-budaya)

36 PT Telkom TELKOM, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, merupakan penyedia utama layanan sambungantelepon tidak dkbergerakkbld kabel diindonesia. d PT Telekomunikasi lk k Selular l ( Telkomsel ), anak perusahaan TELKOM, juga merupakan operator telepon selular terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan beragam layanan telekomunikasi lainnya termasuk layanan interkoneksi, jaringan, data dan internet serta layanan terkait lainnya.

37 Sampai dengan 31 Desember 2007, jumlah pelanggan TELKOM mencapai 63,0 juta, terdiri dari 8,7 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 6,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 47,9 juta pelanggan telepon selular Pertumbuhan pelanggan mencapai 29,9% pada tahun 2007.

38 Infrastruktur Telekomunikasi Infrastruktur Jaringan Jaringan Telepon Tidak Bergerak dan Backbone a. Jaringan telepon tidak bergerak kabel Jaringan telepon tidak bergerak kabel TELKOM terdiri dari susunan sentral telepon mulai dari sentral telepon lokal sampai sentral jarak jauh. Tiap sentral telepon lokal dihubungkan dengan perangkat pelanggan melalui perangkat dan fasilitas yang dinamakan outside plant. Outside plant mencakup sambungan kabel (serat optik dan tembaga) dan penghubung penghubung transmisi lokal nirkabel, serta fasilitas fasilitas distribusi yang menyatukan mereka. Semua fasilitas switching di sentral telepon lokal ldan jarak jauh telah lhdigital. Peningkatan peningkatan substansial ini akan meningkatkan efisiensi jaringan, kinerja dan fleksibilitas routing panggilan. TELKOM memiliki 8,7 juta sambungan telepon tidak bergerak kabel yang,7 j g p g y g masih berfungsi di semua divisi sampai dengan 31 Desember 2007.

39

40

41 Next Programme

42

43 UTILITAS TELEPON PELAYANAN JARINGAN TELEPON PADA DASARNYA TERGANTUNG PADA PENINGKATAN PERMINTAAN SAMBUNGAN DAN KEMAMPUAN SATUAN SAMBUNGAN (SS) SENTRAL TELEPON. DENGAN DEMIKIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN TELEPON PERLU ADANYA KOORDINASI DENGAN PIHAK PENYEDIA. APABILA SATUAN SAMBUNGAN (SS) TERBATAS, PENGADAAN TELEPON UMUM DAN WARTEL SANGAT MEMBANTU KEBUTUHAN MASYARAKAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TELEPON.

44 Jenis-jenis Jaringan Telekomunikasi Berdasarkan bentuk fisik 1. Saluran Kawat Terbuka (Open Wire) di kota-kota kecil menghubungkan sentral telepon dengan pelanggan sentral biasanya masih bersifat manual 2. Kabel Berisolasi kumpulan urat-urat kabel tembaga yang dibungkus isolator (untuk menghindarkan saluran dari gangguan listrik, cuaca, korosi, dsb). umumnya digunakan untuk sistem jaringan dalam kota 3. Kabel Koaksial media penyalur memerlukan kapasitas besar 4. Kabel Serat Optik

45 Berdasarkan Cara Pemasangan Jaringan Atas Tanah Jaringan kabel telekomunikasi yang dipasang di atas tanah atau di udara. Untuk perentangan jaringan atas tanah biasanya digunakan tiang-tiang telepon dengan ukuran tertentu, dengan tujuan tidak mengganggu lalu lintas umum tidak mudah diganggu oleh tangan-tangan jahil tidak membahayakan keselamatan masyarakat tahan lama faktor estetis tidak mudah putus dan memudahkan pemeliharaan Dapat berupa open wire, kabel berisolasi, koaksial, serat optik

46 Jaringan Bawah Tanah Menuntut kualitas isolasi yang lebih baik : tahan air dan kelembaban. Jenisnya terdiri dari: o Kabel tanam langsung g menggali selokan, menempatkan kabel, menanam kabel kabel dibungkus selubung timah hitam (load mantel)

47 o o Kabel Duct Memasukkan kabel dalam pipa (duct), ditanam dibawah permukaan tanah dan dicor. Bahan pipa paralon yang tahan terhadap air dan kelembaban tanah Tiap 200 m dibuat manhole untuk tempat menarik kabel dan tempat-tempat p petugas memperbaiki kabel Keuntungan : lebih kuat, pemeliharaan mudah Kerugian : lebih mahal Kabel Laut o o o Dibentangkan di bawah permukaan laut Menggunakan jenis kabel berisolasi kuat, dilengkapi amplifier Untuk menyalurkan berita antar benua

48 Berdasarkan Fungsi Penggunaannya Jaringan Lokal Menghubungkan sejumlah pesawat pelanggan ke sentral telekomunikasi dalam satu wilayah kota o Jaringan Catuan Langsung Pelanggan mendapat pencatuan saluran dari KP (Kotak Pembagi) terdekat yang langsung dihubungkan dengan RPU (Rangka Pembagi Utama) tanpa melalui RK (Rumah Kabel). Semua urat pasangan kabel dari KP tersambung langsung ke RPU yg berada di kantor (sentral) telekomunikasi. Biasanya digunakan di kota-kota kecil yg jumlah pelanggannya masih sedikit sehingga jumlah KP juga sedikit. Digunakan juga dikota-kotabesar, khusus untuk daerah sekitar sentral telekomunikasi beradius m dari sentral.

49 FUNGSI PENGGUNAAN o Jaringan Catuan Tidak Langsung Saluran para pelanggan dicatu dari KP terdekat yang dihubungkan lebih dulu dengan RK. Banyak digunakan di kota-kota dengan jumlah pelanggan yang besar dan jarak lokasinya jauh dari sentral telekomunikasi

50 FUNGSI PENGGUNAAN Jaringan Junction (Penghubung) o o Jaringan yang menghubungkan antar sentral di tempat yang mempunyai sentral banyak Sentral telekomunikasi yang menjadi titik penghimpun sentral-sentral lokal : Jaringan penghubung bentuk bintang Jaringan mata jala Jaringan penghubung bentuk bintang mata jala

51 PENGATURAN RUTE JARINGAN TELEKOMUNIKASI Persyaratan dalam pembangunan jaringan telekomunikasi : Harus mencakup wilayah yang peminat jasa telekomunikasinya i banyak dan dapat mengantisipasi i i pertumbuhan lalu lintas telekomunikasi pada masa yang akan datang Memperhatikan syarat-syarat teknis transmisi Adanya kemungkinan untuk pengembangan lebih lanjut Dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi baru Memperhitungkan letak sentral yang akan dicatu

52 PENGATURAN TOWER TELEKOMUNIKASI

53 PENGATURAN TOWER TELEKOMUNIKASI

54 PENGATURAN TOWER TELEKOMUNIKASI

55 RUTE JARINGAN TELEKOMUNIKASI Jaringan telekomunikasi rural Jaringan lokal dalam kota bersentral satu Jaringan lokal multi exchange Jaringan wilayah Jaringan jarak jauh Pegawai telkom memeriksa boks jaringan kabel telepon, Jakarta, 9 Mei 2001 [Koran TEMPO/ Arie Basuki; K1A/331/2001; ].

56 STRUKTUR JARINGAN TELEKOMUNIKASI Wilayah Sentral (Exchange Area) Wilayah Lokal (Local Area) Wilayah Interlokal (Primary Area, Secondary Area, Tertiary Area)

57 PERENCANAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI Peramalan kebutuhan jaringan telekomunikasi Rencana Dasar Jaringan Kabel Penyusunan Rancangan Dasar Jaringan Pembuatan Rancangan Rinci Jaringan Pembuatan Gambar Rancangan Jaringan Spesifikasi Teknis Jaringan Telekomunikasi

58 PERAMALAN KEBUTUHAN JARINGAN Pengumpulan Data Jumlah penduduk, penyebaran penduduk, peta kota, rencana pembangunan permukiman baru, kapling siap bangun, potensi telepon, statistik gangguan, situasi bangunan, daftar tunggu,dll. Pengolahan Data Menggunakan perkiraan yang ada pada RTR dan evaluasi RTR Kebijakan lokasi kawasan industri, permukiman, pusat kegiatan, dan lain-lain. Kondisi lapangan

59 RENCANA DASAR JARINGAN KABEL Aspek yang dicakup Jumlah kebutuhan pelanggan, penyebaran demand, dana yang dibutuhkan, tipe konstruksi (diatas/dibawah tanah), multi/single exchange. Kota-kota besar : multi exchange system Kota-kota kecil : satu sentral Perkiraan demand A. Metode Makro untuk mengetahui total permintaan di suatu wilayah pelayanan Data : jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi wilayah

60 B. Metode Mikro untuk mengetahui jumlah permintaan di lokasi tertentu perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan, industri, dsb. Output : - jumlah permintaan pada suatu wilayah pelayanan - penyebaran permintaan - jumlah RK dan letaknya - volume kebutuhan material fisik - biaya yang diperlukan

61 STANDAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN Kebutuhan telepon didasarkan pada standar dan perkembangan kebutuhan pada masing-masing jenis sarana. Kebutuhan telepon minimum adalah jumlah total kebutuhan masing-masing i jenis sarana. Kebutuhan telepon maksimum kawasan permukiman adalah jumlah kebutuhan minimum ditambah 20% dari kebutuhan minimum. Kebutuhan telepon maksimum kawasan pusat pemerintahan adalah jumlah kebutuhan minimum ditambah 100 % dari kebutuhan minimum.

62 UTILITAS TELEPON Perumahan Menengah membutuhkan 1 satuan sambungan telepon Permukiman Mewah membutuhkan 2 satuan sambungan telepon Fasilitas perdagangan tiap 500 m2 membutuhkan 2 satuan sambungan telepon Fasilitas umum tingkat lingkungan tiap 200 m2 membutuhkan 1 satuan sambungan telepon Fasilitas umum tingkat perkotaan tiap 1000 m2 membutuhkan 2 satuan g p p sambungan telepon.

63 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Menentukan Batas Pelayanan Mempengaruhi administrasi jaringan, pemeliharaan, perbaikan gangguan, serta besar kecilnya anggaran yang diperlukan Batas Pelayanan KP (kotak pembagi) ditentukan berdasarkan pertimbangan kondisi lingkungan, efisiensi, dan estetika : kebutuhan jasa telepon untuk jangka waktu 15 tahun yang akan datang batas-batas nyata : batas geografis, batas persil, rel KA, sungai, jalan raya, tegangan tinggi, dan sebagainya kapasitas KP panjang saluran penanggal KP yang ada

64 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Lokasi Daerah Pelayanan KP Untuk daerah ah yang sudah mapan, maka kebutuhan telepon untuk jangka waktu 15 tahun menjadi pertimbangan utama. Bila pada daerah pelayanan sudah terdapat KP, maka interaksi i batas pelayanan KP perlu dilakukan k agar diperoleh penempatan KP yang tepat. Untuk daerah yang masih relatif kosong, maka penempatan KP harus mempertimbangkan faktor biaya investasi. i Dalam hal ini i harus dihindari d i pemasangan KP yang tidak bermanfaat.

65 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Jenis KP dan Penggunaannya SPAT (Sambungan Pembagi Atas Tanah) Biasanya dipasang pada daerah yang belum mapan, letak tiang harus aman dan tidak mengganggu lalu lintas, serasi dengan lingkungan sekitar, memudahkan pemeliharaan dan perbaikan SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah) Digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur, aman dari gangguan lalu lintas, dan tidak merusak pandangan sekitarnya

66 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Distribusi Rumah Kabel Batas pelayanan anan RK merupakan daerah ah pelayanan anan telepon dengan batas-batas tertentu yang perlu diperhatikan : Kebutuhan telepon di masa datang Kapasitas RK yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan telepon yang akan dicatu Batas geografi, penggunaan, wilayah administrasi, dan sebagainya.

67 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Penempatan RK Daerah sekitar RK memiliki konsentrasi kebutuhan telepon yang tinggi Tidak terlalu jauh dari lokasi manhole terdekat Lokasi RK serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya dan tidak menyulitkan petugas

68 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Pembenahan Kembali Daerah Pelayanan Daerah pelayanan yang sudah ada perlu ditata kembali karena kemungkinan sudah tidak sesuai lagi dengan kriteria batas pelayanan. Hal ini perlu dilakukan untuk : Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan Merapikan kembali sistem jaringan kabel sehingga dapat lebih memudahkan dan meningkatkan pelayanan serta pemantauan dalam pemeliharaan Mengganti atau memperbarui kembali jaringan kabel yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan persyaratan yang ada

69 PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN Pembuatan Rancangan Dasar Data yang diperlukan : peta dan gambar-gambar jaringan yang ada, daftar tunggu, peramalan permintaan, data jaringan dan pemeliharaannya, fundamental plan, master plan lokasi pelayanan yang sudah disusun Penyusunan buku laporan hasil survey yang digunakan untuk pembangunan jaringan kabel baru dan perluasan jaringan kabel lokal Menghitung kebutuhan pipa duct : (N x 1,5) + T + J + (O x 2/3) + R N = jumlah kabel untuk 20 tahun, T = jumlah trunk, J = jumlah junction, O = jumlah serat optik, R = jumlah pipa cadangan

70 PEMBUATAN RANCANGAN RINCI JARINGAN Rancangan rinci adalah gambaran perencanaan jaringan kabel telepon secara rinci yang merupakan penjabaran dari rancangan dasar dan harus dikerjakan secepat mungkin Survey harus dilakukan dengan tujuan : pemilihan dan penentuan tempat yang tepat untuk RK, TP, rute kabel duct, letak dan tipe manhole. pemilihan jenis peralatan yang tepat untuk RK, RP, manhole, RPU di gedung-gedung, dan tiang telepon pengukuran : mengukur semua jarak yang berkaitan dengan panjang kabel yang digunakan menurut jenis dan diameternya, jenis galian yang dilewati oleh rencana rute kabel, rute kabel duct menghitung peralatan yang diperlukan kabel dengan alat pembantunya, RK dan TP beserta material pembantunya pemilihan kapasitas, jenis, dan urat kabel

71 PEMBUATAN GAMBAR RANCANGAN JARINGAN Peta Umum Peta Skema Duct Peta Skema Kabel Primer Peta Skala Sistem Alarm Tekanan Gas Gambar Penyusunan Kabel Primer pada RPU Peta Daerah Pelayanan RK Peta Skema Kabel Sekunder Perhitungan Volume/Kuantifikasi

72 ISSUE-ISSUE DALAM PRASARANA TELEKOMUNIKASI Hubungan antara kemajuan teknologi di bidang telekomunikasi dengan pengurangan kebutuhan akan sarana ana transportasi tasi Perkembangan di bidang telepon selular dan teknologi informasi Belum meratanya pelayanan telepon

73 Sekian dan Terima kasih

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK)

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK) PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK) POKOK BAHASAN Jaringan fisik berdasarkan bentuk fisik Jaringan fisik berdasarkan cara pemasangan Jaringan fisik berdasarkan fungsi penggunaan TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Lebih terperinci

DasarJaringan Komunikasi

DasarJaringan Komunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya DasarJaringan Komunikasi Modul 5: Media Transmisi Fisik Prima Kristalina PENS (Maret 2015) POKOK BAHASAN 1. Jaringan fisik berdasarkan bentuk fisik 2. Jaringan fisik

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1] BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber daya energi tak terbarukan semakin lama semakin menipis. Pada Outlook Energi Indonesia 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Raya Palima Pakupatan, Curug Serang; Telp / Fax : 0254

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi listrik mengalami peningkatan inovasi di setiap tahunnya khususnya di bidang sumber energi terbarukan, hal ini dikarenakan jumlah penelitian, dan permintaan

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN 29 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN I. PENJELASAN UMUM Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE PERENCANAAN SISTEM TENAA LISTRIK Oleh : Bambang Trisno, MSIE PRORAM STUDI LISTRIK TENAA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI BANDUN 19 JUNI 2006 PERENCANAAN SISTEM TENAA LISTRIK I. PENDAHULUAN Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya

Lebih terperinci

Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS Jaringan Lokal Akses Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Memahami konfigurasi jaringan kabel telepon Memahami tentang rumah hkbl kabel Memahami tentang kotak DP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik

BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik Pada bab ini akan diuraikan penjelasan teori sistem informasi utilitas secara umum berikut istilah yang ada dalam sistem utilitas serta tahapan pekerjaan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

renewable energy and technology solutions

renewable energy and technology solutions renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR Dr. Bambang Istijono, ME Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Andalas Anggota KNI-ICID & HATHI EXTENDED ABSTRACT PENDAHULUAN Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011).

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011). SUMBER DAYA AIR Latar Belakang P emanfaatan aliran air sungai sebagai sumber energi di pedesaan telah menjadi alternatif ditengah keterbatasan kemampuan PLN. Diperkirakan hingga 10 tahun ke depan penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) Disusun Oleh : Hafidudin,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prodi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom 2015 Perencanaan Jarlokat

Lebih terperinci

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012 logo lembaga [ PKPP F.1 ] [ Optimalisasi Sistem Energi untuk Mendukung Ketahanan Energi dan Pembangunan Ekonomi Koridor 6 ] [ Adhi Dharma Permana, M. Sidik Boedyo, Agus Sugiyono ] [ BADAN PENGKAJIAN DAN

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN BAB 5 INFRASTRUKTUR 5.1. PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan memperlancar aksesibilitas dan membuka keterisolasian wilayah yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, baik untuk konsumsi beban skala kecil seperti rumah tangga maupun untuk skala besar seperti

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan telekomunikasi selular di Indonesia masih akan terus berkembang mengingat masih adanya area area yang mengalami blankspot atau tidak adanya layanan jaringan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan energi hampir semua negara meningkat secara sinigfikan. Tetapi jika dilihat dari energi yang dapat dihasilkan sangat terbatas dan juga masih sangat mahal

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU I. UMUM Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini secara nasional ketergantungan terhadap energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) sebagai sumber energi utama masih cukup besar dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG Konstruksi umum PLTSa pada dasarnya adalah merupakan PLTU dengan kekhususan pada pemrosesan bahan bakar sebelum masuk tungku pembakaran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai bidangnya. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN LISTRIK 2014 (KUESIONER LISTRIK 2014)

PEDOMAN PENGISIAN SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN LISTRIK 2014 (KUESIONER LISTRIK 2014) PEDOMAN PENGISIAN SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN LISTRIK 2014 (KUESIONER LISTRIK 2014) Kegiatan ketenagalistrikan adalah kegiatan yang melakukan pembangkitan tenaga listrik, pengoperasian jaringan transmisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin

Lebih terperinci

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

5

5 BAB II TEORI PERFORMANSI JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) yaitu jaringan yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Nama kelompok 1 : Ridho ilham 2016330024 Romi eprisal 2015330008 Yuri ramado 2015330005 Rawindra 2015330007 A. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Sistem penyaluran tenaga

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI DISAMPAIKAN DALAM ACARA SEMINAR NASIONAL tentang Sumber Daya Panas Bumi di Indonesia BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI BALI Denpasar,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA Indyah Nurdyastuti ABSTRACT Energy demand for various economic sectors in Indonesia is fulfilled by various energy sources, either

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2013 2017 DISAMPAIKAN OLEH Dr. Ir. YURIANTO, MA.M.Sc BAPPEDA PROVINSI DKI JAKARTA YOGYAKARTA, 13 AGUSTUS

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini BAB II JARINGAN PSTN 2.1 Umum Jaringan VoIP pada dasarnya pengembangan dari jaringan telepon konvensional atau yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini menghubungkan

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... viii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN Pendahuluan Segala sesuatu di dunia sangat bergantung kepada. Misalnya: - Air untuk mandi hasil pemompaan dengan - sikat gigi sesuatu yang dihasilkan dengan. (proses produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan primer dan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah tangga maupun sektor industri yang mengandalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target pembangunan bidang energi terutama pada ketergantungan terhadap energi tidak terbarukan berupa minyak

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik di Indonesia masih belum mencukupi. Sebagai contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di berbagai wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN [1] Gambar 1.1 Jumlah Konsumsi BBM Dunia per Hari Sumber :

BAB I PENDAHULUAN [1] Gambar 1.1 Jumlah Konsumsi BBM Dunia per Hari Sumber : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pemilihan Tipologi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan cadangan energi baik migas maupun-non migas yang berlimpah masih terhitung boros

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. Untuk itu sumber daya energi adalah aset untuk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Saat ini, listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Listrik dibutuhkan tidak hanya untuk penerangan, melainkan juga untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kemente

2017, No Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kemente No.275, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Penggunaan Produk Dalam Negeri. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN PORTOFOLIO IIF Sampai dengan Desember 2016

RINGKASAN PORTOFOLIO IIF Sampai dengan Desember 2016 RINGKASAN PORTOFOLIO IIF Sampai dengan Desember 2016 Sektor Ketenagalistrikan (ES) 1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) IIF bertindak sebagai Mandated Lead Arranger pembiayaan senior loan senilai US$

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci