PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI"

Transkripsi

1 PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI Oleh : M I A W I D H I A S T U T I A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN MIA WIDHI ASTUTI. Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temprature) Pada PT. Indolakto-Sukabumi. (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO) Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat ( derajat Celsius) selama 2-5 detik (Amanatidis dalam Republika Juli 2005). Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah mengingat konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 62 juta liter per tahun. Oleh karena itu, pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT. Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu menyebabkan persaingan semakin meningkat sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan. PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Adanya perubahan permintaan konsumen terhadap susu UHT seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu, kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing-masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya persediaan, kelancaran produksi dan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang optimal sehingga perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang dilakukan perusahaan. (2) Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahanperubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto. (3) Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya. (4) Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari PT. Indolakto yang berlokasi di Jalan Raya Siliwangi, Cicurug, Sukabumi pada bulan April - Mei 2006 melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan karyawan, manajer, dan kepala divisi yang berkaitan. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, hasil laporan penelitian terkait, catatan perusahaan, literatur perusahaan dan instansi terkait serta literatur lainnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk menganalisis metode pengendalian persediaan bahan baku perusahaan di tahun 2005 akan digunakan model MRP teknik EOQ, dan PPB. Setelah itu dipilih satu model alternatif untuk digunakan dalam analisis pengendalian persediaan bahan baku di tahun 2006 berdasarkan perencanaan bahan baku hasil peramalan dekomposisi aditif. 2

3 Data produksi susu UHT PT. Indolakto (tahun ) adalah tidak stasioner, memiliki unsur tren dan musiman. Hal ini ditunjukkan dari sebaran data produksi yang tidak berada disekitar garis lurus dan memiliki kecenderungan meningkat serta nilai koefisien autokorelasi yang membentuk suatu siklus yang memiliki titik tertinggi, terendah dan berulang setiap tahunnya. Metode peramalan yang digunakan adalah metode dekomposisi aditif. Model ramalan yang terbentuk adalah Ý t = ( x t) + IMTt. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT. Indolakto belum optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan sistem pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB. Rencana produksi susu UHT untuk periode tahun 2006 diperoleh dari pengurangan jumlah produksi hasil ramalan dan persediaan akhir (persediaan pengaman) dengan persediaan awal tahun Persediaan pengaman dihitung berdasarkan tingkat pelayanan perusahaan di tahun 2005 yaitu persen. Perencanaan kebutuhan bahan baku SMP dan gula diturunkan dari rencana produksi susu UHT. Proporsi SMP dan gula dalam 1 kilogram susu UHT masingmasing sebesar 9 persen dan 6 persen. Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahanperubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto, yaitu melalui metode peramalan dekomposisi aditif. Metode peramalan tersebut menghasilkan penyimpangan yang rendah. Perencanaan kebutuhan bahan baku susu UHT pada PT. Indolakto melalui proyeksi hasil peramalan dekomposisi aditif untuk periode tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan bahan baku (SMP dan gula) akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT di tahun Total produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik persen menjadi kg. Produksi puncak perusahaan diperkirakan terjadi pada bulan September Metode MRP teknik PPB merupakan model alternatif yang digunakan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan hasil ramalan tahun 2006 karena model tersebut terbukti menghasilkan penghematan terhadap biaya persediaan dan biaya pembelian perusahaan pada tahun Sementara hasil analisis pengendalian persediaan bahan baku pada tahun 2006 dengan metode PPB masih memberikan penghematan terhadap biaya persediaan dan biaya pembelian perusahaan Oleh karena itu metode MRP teknik PPB direkomendasikan sebagai model alternatif dalam sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan bahan bakunya. Penggunaan metode MRP teknik PPB dapat dijadikan alternatif bagi pengendalian persediaan perusahaan karena metode ini menghasilkan periode gabungan yang akan meminimumkan biaya persediaan (biaya pemesanan dan biaya penyimpanan). Metode ini lebih dinamis dalam menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu, metode PPB dapat lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih SMP dan gula selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan. Metode PPB juga dapat menggabungkan periode gabungan lebih dari satu periode kebutuhan bersih bahan baku. 3

4 PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : M I A W I D H I A S T U T I A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5 Judul Skripsi : Perencanaan Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu UHT (Ultra High Temperature) Pada PT. Indolakto Sukabumi Nama : Mia Widhi Astuti NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Sri Hartoyo, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr NIP Tanggal lulus : 5

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU ULTRA HIGH TEMPERATURE PADA PT. INDOLAKTO-SUKABUMI BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juni 2006 Mia Widhi Astuti. A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1984 di Praya, Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penulis yang bernama lengkap Mia Widhi Astuti adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan ayahanda I Made Subamia dan ibunda Yuni Astuti. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sumbawa Besar tahun 1990 hingga tahun 1992, kemudian penulis pindah ke SDN 6 Sumbawa Besar hingga tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Sumbawa Besar hingga tahun Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 1 Mataram, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti Himpunan Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) periode sebagai staf IT (Information Technology) Departemen Informasi, Student Company Archipelago (GLOBE) UKM Century pada periode sebagai staf divisi Finance, UKM Century periode sebagai ketua divisi IT, klub fotografi (LENSA) periode , Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) periode sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi, dan terakhir menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Masyarakat (IMMA) NTB-Bogor periode

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah Penelitian... 4 Tujuan Penelitian... 6 Kegunaan Penelitian... 7 Batasan Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Persediaan Pengertian dan Peran Persediaan Bahan Baku Fungsi persediaan Jenis dan Tipe Persediaan Biaya Persediaan Model Pengendalian Persediaan Perencanaan Kebutuhan Bahan ( MRP) Economic Order Quantity (EOQ) Lot For Lot Part Periode Balancing (PPB) Peramalan dan Perencanaan Peran Peramalan Metode-metode Peramalan Identifikasi Pola Data Metode Kausal Metode Time Series Pemilihan Metode Peramalan Hasil Penelitian yang Relevan Keunggulan Penelitian Kerangka Pemikiran Penelitian

9 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Model Analisa Data Identifikasi Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Analisis Perbandingan Biaya dan Penghematan Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan Berdasarkan Data Historis Peramalan Produksi Metode Dekomposisi Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Hasil Ramalan Definisi Operasional IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Lokasi Perusahaan dan Tata Letak Bangunan Lokasi Perusahaan Tata Letak Bangunan Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur Organisasi Sistem Ketenagakerjaan Tenaga Kerja Strata Pendidikan Pekerja Waktu Kerja dan Sistem Intensif Jaminan Kesejahteraan dan Masa Cuti Proses Produksi V. SISTEM PENGADAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN 5.1 Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Jenis dan Asal Bahan Baku Biaya-biaya Persediaan Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Bahan Baku Pengendalian Kualitas Bahan Baku VI. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan Metode Material Requirement Planning (MRP) Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan

10 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Tahun VII. PERENCANAAN BAHAN BAKU Peramalan Produksi Identifikasi Pola Data Peramalan Produksi Perencanaan Produksi Perencanaan Kebutuhan Bahan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode MRP Teknik PBB untuk Periode Selanjutnya Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Periode Selanjutnya VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL Nomor Hal Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia)... 2 Tabel 2. Tabel Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP Tabel 3. Format Rencana MRP Tabel 4. Spesifikasi Fresh Milk yang diterima PT. Indolakto Tabel 5. Standar Mutu Skim Milk Powder (SMP) PT. Indolakto Tabel 6. Standar Mutu Gula PT. Indolakto Tabel 7. Biaya Pemesanan Bahan Baku PT. Indolakto per Pesanan Tabel 8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT. Indolakto per tahun Tabel 9. Persediaan Akhir Bahan Baku SMP dan Gula Selama Tahun Tabel 10. Biaya Persediaan Bahan Baku per tahun periode 2005 menggunakan Metode perusahaan Tabel 11. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode Perusahaan Tahun Tabel 12. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun Tabel 14. Perbandingan Frekuensi, Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Tahun Tabel 15. Penghematan Biaya Persediaan dengan Metode MRP Teknik EOQ dan PPB Tabel 16. Hasil Peramalan Produksi Susu UHT Periode Tahun 2006 dengan Metode Dekomposisi Aditif Tabel 17. Perbandingan Hasil Ramalan dengan Data Aktual Produksi Susu UHT PT. Indolakto Bulan Januari - Maret Tabel 18. Jumlah Penjualan, Produksi, Persediaan Pengaman, dan Rencana Produksi Susu UHT PT. Indolakto Tahun Tabel 19. Rencana Produksi (kg) dan Rencana Kebutuhan Bahan Baku (kg) Hasil Proyeksi Bulanan Tahun

12 Tabel 20. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode MRP teknik PPB tahun Tabel 21. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Metode PPB Tahun 2006 dengan Metode Perusahaan Tahun

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Hal Gambar B iaya Persediaan...13 Gambar P enggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi Operasi Gambar P ola Permintaan terhadap Suatu Barang atau Jasa Gambar B agan Kerangka Pemikiran Gambar B agan Kerangka Operasional Penelitian Gambar P lot Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode Gambar 7. Plot Data Hasil Peramalan Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode Tahun Gambar P lot Data Aktual, Ramalan dan Error dari Data Produksi Susu UHT PT. Indolakto Periode Tahun

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Hal Lampiran 1. Denah Lokasi Pabrik PT. Indolakto Lampiran 2. Denah Tata Letak Pabrik PT. Indolakto Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi PT. Indolakto Lampiran 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Susu UHT Lampiran 5. Bagan Alir Prosedur Penerimaan Bahan Baku di Warehouse Raw Material Lampiran 6. Perbandingan Antara Merode Pengendalian Persediaan Pada Keseluruhan Persediaan SMP dan Gula Tahun Lampiran 7. Data Produksi Bulanan Susu UHT PT. Indolakto Tahun Lampiran 8. Plot Autokorelasi (ACF) dan Autokorelasi Parsial (PACF) Produksi Susu UHT Lampiran 9. Hasil Differensing pertama Autokorelasi (ACF d1) dan Autokorelasi Parsial (PACF d1) Lampiran 10. Perbandingan Nilai MSE dari Beberapa Model Time Series yang Diujikan Lampiran 11. Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum (12 Bulan) Tahun Lampiran 12. Metode Dekomposisi Model Aditif (L= 12) Lampiran 13. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku SMP Tahun Lampiran 14. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Gula Lampiran 15. MRP untuk Bahan Baku SMP dengan Teknik EOQ Tahun 2005 (EOQ SMP = kg) (buffer stock = kg) Lampiran 16. MRP untuk Bahan Baku Gula dengan Teknik EOQ Tahun 2005 (EOQ Gula = kg) (buffer stock = kg) Lampiran 17. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode EOQ Tahun

15 Lampiran 18. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun 2005 dengan sediaan pengaman 50% Lampiran 19. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun 2005 (buffer 25%) Lampiran 20. Biaya Pembelian SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun Lampiran 21. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku SMP Tahun Lampiran 22. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Gula Tahun Lampiran 23. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku SMP Tahun 2006 dengan sediaan pengaman 50% Lampiran 24. MRP Teknik PPB yang disesuaikan untuk Bahan Baku Gula Tahun 2006 (buffer 25%)

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang banyak mengandung unsur-unsur penting yang diperlukan tubuh seperti: protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan unsur penting lainnya. Mengkonsumsi susu memberikan banyak manfaat, diantaranya mengurangi resiko kanker usus dan rectum (hasil penelitian di Harvard School of Public Health and Women), mencegah osteoporosis, hipertensi dan dianjurkan dalam DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) 1, mempunyai kemampuan untuk mengikat polutan yang membantu mengurangi dampak buruk polusi, serta mampu meningkatkan tubuh memproduksi melatonin di malam hari yang berfungsi sebagai hormon sekaligus antioksidan yang membuat tubuh bisa beristirahat. Upaya penggalakan minum susu dirintis oleh Prof. Poorwo Sudarmo (Bapak Gizi Indonesia) yang mencetuskan Empat Sehat Lima Sempurna pada tahun 1950-an. Berdasarkan jenisnya, susu yang kini beredar meliputi susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi dan susu Ultra Hight Temperature (UHT). Susu UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat ( derajat Celsius) selama 2-5 detik 1. Susu UHT memiliki keunggulan dalam hal penyimpanan yang lebih tahan lama (lebih dari 6 bulan tanpa disimpan dalam mesin pendingin), berkualitas tinggi, bebas dari mikroorganisme, dan adanya pengurangan waktu produksi, serta meminimalisasi jeda waktu antara pengiriman dan pendinginan. Susu UHT biasanya dikemas dengan kemasan aseptik yang 1 Republika,19 Juli

17 membuat susu dapat dikonsumsi kapan saja tanpa memerlukan alat pendingin khusus. Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah akan mengambil tanggung jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT 2). Mengingat pentingnya manfaat dan kegunaan dari susu dalam kehidupan sehari-hari, maka peluang dalam agroindustri susu masih terbuka lebar. Hal ini juga didukung oleh jumlah konsumsi susu nasional pada Tabel 1 yang menunjukkan peningkatan meskipun pada tahun 1996, 1997, 1998, dan 2001 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998, yaitu ton dari konsumsi tahun 1997 yang dipengaruhi oleh terjadinya krisis moneter. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu (Indonesia) Tahun (000 ton) Tahun Produksi Nasional Impor Ekspor Konsumsi Nasional * Sumber : Deptan, 2004 Keterangan : * Angka sementara 2004 Produksi susu nasional juga mengalami peningkatan meskipun beberapa tahun tertentu mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa impor susu Indonesia masih terus meningkat. Dengan kata lain, produksi susu dalam negeri masih belum dapat memenuhi konsumsi dalam negeri itu sendiri sehingga masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha pengolahan susu di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih mengkonsumsi susu olahan. Selain itu, berdasarkan hasil survei perusahaan riset 2 Kompas, 19 April

18 pasar global Canadean pada tahun ), konsumsi susu cair penduduk Indonesia baru mencapai 62 juta liter per tahun. Sementara Amerika Serikat (AS) mencapai juta liter, India juta liter, Cina juta liter, Pakistan juta liter, Spanyol juta liter. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu menyebabkan persaingan dalam industri tersebut semakin meningkat. Keunggulan kompetitif perusahaan akan menjadi penting untuk dapat bertahan dalam industri tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keuntungan dari pengembangan organisasi dalam globalisasi adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi. Manajemen produksi dan persediaan sangat memainkan peranan penting dalam penciptaan keunggulan kompetitif dari industri karena mempengaruhi formulasi dari strategi-strategi bisnis industri. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan bagian dari manajemen produksi dalam rangka memenuhi jumlah persediaan bahan baku, waktu, dan kualitas yang tepat. Bahan baku industri merupakan sumberdaya yang dapat memberikan value added komoditas/produk bila dipergunakan secara efisien dan efektif. Bahan baku membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi sehingga ketersediaan bahan baku sangat menunjang dalam menghasilkan produk jadi. Kelebihan persediaan mengakibatkan adanya biaya ekstra dari sudut biaya penyimpanan dan opportunity cost yang disebabkan nilai investasi pada persediaan yang menganggur sebenarnya dapat dialokasikan untuk kepentingan lain. Sebaliknya jika terjadi kekurangan persediaan dapat menghambat beberapa 3 Pikiran Rakyat, 30 April

19 hal, diantaranya proses produksi, pemenuhan permintaan pelanggan, dan peningkatan biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian. Dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif melalui manajemen pengendalian persediaan, maka diperlukan suatu perencanaan yang tepat. Perencanaan dan pengendalian untuk operasi menuntut penaksiran atas permintaan akan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan organisasi di masa mendatang (Buffa dan Sarin, 1996). Peramalan atau penaksiran bisnis ekonomi akan sangat membantu manajer untuk pengambilan keputusan dalam strategi bisnis. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi lingkungan manajemen, karena setiap bagian organisasi berkaitan satu sama lain, baik buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi (Makridakis et al, 1999). Salah satu manfaat yang diperoleh melalui peramalan adalah manajer dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan dan menentukan jumlah produksi berdasarkan hasil ramalan. Peningkatan efisiensi produksi akan dapat tercapai ketika ramalan yang akurat diperoleh sehingga pengalokasian biaya yang sia-sia dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. 1.2 Perumusan masalah PT. Indolakto merupakan salah satu produsen susu UHT yang sedang berkembang. Untuk menghadapi persaingan dalam industri susu UHT, PT. Indolakto merasa perlu menciptakan keunggulan kompetitif. Salah satunya melalui manajemen produksi dan persediaan yang optimal, yaitu melalui 19

20 perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT. Hal ini didasari dari beberapa permasalahan dalam manajemen produksi dan persediaan yang dihadapi PT. Indolakto, diantaranya: perubahan permintaan konsumen akan produk susu UHT, kapasitas gudang bahan baku yang tidak dapat menampung seluruh bahan baku yang diterima, dan keterlambatan kedatangan bahan baku dari pemasok. Ketersediaan bahan baku sangat menunjang kelancaran produksi perusahaan, terlebih ketersediaan untuk bahan baku utama. Skim Milk Powder (SMP) dan gula merupakan bahan baku utama dalam memproduksi susu UHT. Pada waktu-waktu tertentu perusahaan mengalami keterlambatan kedatangan bahan baku yang menghambat jalannya operasi dan di lain waktu, perusahaan mengalami kelebihan bahan baku dan produk jadi susu UHT yang disimpan di gudang sehingga mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan perusahaan dan berakibat pada berkurangnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang dilakukan oleh PT. Indolakto. Pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT yang baik membutuhkan perencanaan yang tepat. Perencanaan kebutuhan bahan baku dapat diturunkan dari perencanaan produksi produk jadi perusahaan. Adanya perubahan permintaan konsumen yang cepat terhadap produk jadi susu UHT yang di produksi oleh PT. Indolakto seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Menghadapi kondisi perusahaan dengan perubahan-perubahan tersebut maka 20

21 dibutuhkan suatu metode peramalan yang akurat, yaitu metode peramalan yang menghasilkan penyimpangan/selisih terkecil antara nilai ramalan dan nilai aktualnya. Sehingga masalah berikutnya yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahanperubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT serta implikasi dari hasil perencanaan tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya. Kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering kali dihadapkan pada dua kendala, yaitu jika perusahaan menginvestasikan dana terlalu banyak dalam persediaan bahan baku dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen, maka akan menimbulkan biaya yang besar terutama biaya penyimpanan. Sebaliknya jika perusahaan berupaya menekan persediaan dengan tujuan menurunkan biaya produksi, maka akan menimbulkan risiko tidak tersedianya produk untuk menjamin kelancaran produksi dan ketersediaan produk dalam memenuhi kepuasan konsumen. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan yang optimal dilihat dari biaya yang dikeluarkan karena adanya persediaan. Melalui sistem pengendalian persediaan yang optimal tersebut diharapkan perusahaan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku susu UHT yang dilakukan perusahaan. 21

22 2. Mengetahui apakah ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT. Indolakto. 3. Mengetahui implikasi dari hasil perencanaan yang lebih tepat tersebut dalam menentukan alternatif tingkat persediaan bahan baku PT. Indolakto untuk periode selanjutnya. 4. Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis maupun pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer dalam memberikan alternatif metode peramalan produksi yang akurat dan model pengendalian persediaan bahan baku yang optimal sehingga dapat meminimumkan biaya produksi perusahaan. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber informasi mengenai peramalan produksi dan pengendalian pesediaan bahan baku serta sebagai masukan bagi penelitianpenelitian selanjutnya. 1.5 Batasan Penelitian Secara umum, produk yang dihasilkan oleh PT. Indolakto adalah susu kental manis (SKM) dan susu Ultra High Temperature (UHT). Penelitian ini difokuskan pada produk susu UHT dengan formula recombined. Hal ini didasari 22

23 atas kecenderungan konsumsi masyarakat Indonesia yang meningkat terhadap susu cair olahan, salah satunya adalah susu UHT. Kajian yang dibahas dalam penelitian ini meliputi perencanaan kebutuhan dan pengendalian bahan baku khususnya bahan baku skim milk powder (SMP) dan gula yang merupakan bahan baku utama dalam memproduksi susu UHT dengan formula recombined. 23

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Pengertian dan Peran Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai aktiva yang meliputi barang jadi, barang dalam proses dan bahan baku yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin (Assauri, 1999; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali (Assauri, 1999). Dua alasan yang diutarakan Assauri (1999) mengenai perlunya persediaan bagi suatu perusahaan pabrik yaitu (1) waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi produksi dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain dan (2) alasan organisasi perusahaan Bahan Baku Pengertian dari bahan baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut (Assauri, 1999). Perusahaan yang memiliki penguasaan atas produksi bahan baku sendiri dapat lebih menjamin ketersediaan bahan baku dibandingkan bila pengadaan bahan baku tersebut dilakukan melalui pembelian. Namun bagi perusahaan yang pengadaan bahan bakunya berasal dari pembelian, maka kegiatan pembelian mempunyai peran yang sangat penting. Pembelian merupakan kegiatan yang penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan penjadwalan dan pengendalian pemasok (Gaspersz, 2002). 24

25 2.1.3 Fungsi persediaan Efisiensi operasional organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004) serta Heizer and Render (2004), fungsi persediaan terdiri atas (1) fungsi decoupling, dimana adanya kebebasan dalam operasi internal dan eksternal perusahaan; (2) fungsi economic lot sizing, dimana mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian; (3) fungsi antisipasi, diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode pemesanan Jenis dan Tipe Persediaan Persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (1) persediaan bahan baku (Raw materials stock), yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, (2) persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/komponents stock) yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, (3) persediaan barang-barang pelengkap (supplies stock) atau bahan penolong yang diperlukan dalam proses produksi, (4) persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik, dan (5) persediaan barang jadi (finished goods stock) yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain (Assauri, 1999; Handoko 2000 dan Rangkuti 2004). 25

26 2.1.5 Biaya Persediaan Menurut Handoko (2000) dan Rangkuti (2004), ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel yaitu (1) biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost) yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, (2) biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs/procurement cost) meliputi proses pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, pengeluaran surat-menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya utang lancar dan sebagainya, (3) biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost yang tediri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya persediaan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi dan sebagainya, dan (4) biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan dan termasuk biaya kekurangan bahan adalah kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya 2.2 Model Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena melibatkan sejumlah investasi yang besar. Tujuan pengendalian persediaan yaitu meminimalkan investasi dalam sediaan, namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat layanan yang diminta (Harding, 2001). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan model pengendalian persediaan yang tepat. Dalam model pengendalian persediaan perlu diketahui mengenai sifat dari permintaan untuk 26

27 suatu barang. Permintaan tersebut dapat bersifat independent (bebas) atau dependen (terikat). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), permintaan independent atas persediaan adalah untuk jenis barang-barang akhir dan permintaannya tidak tegantung (bebas) dari permintaan akan barang lainnya. Sedangkan permintaan dependent atas persediaan adalah untuk jenis-jenis persediaan komponen, bahan baku, dan barang dalam proses yang digunakan dalam produksi untuk menghasilkan barang jadi. Permintaan untuk jenis barang dengan permintaan terikat ini sangat tergantung dari permintaan jenis barang dengan permintaan bebas. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), model yang digunakan untuk analisis pengendalian persediaan pada barang dengan sifat permintaan independent adalah model perhitungan jumlah pemesanan kembali seperti sistem pemesanan tetap, sistem produksi tumpukan (batch), sistem periodik tetap, dan sistem minimum-maksimum. Sedangkan model pengendalian barang dengan sifat permintaan dependent menggunakan Material Requirement Planning (MRP). Beberapa model yang banyak digunakan dalam penentuan lot dalam MRP adalah model Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot, dan Part Periode Balancing (PPB). 2.3 Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP) Menurut Buffa (1996), Herjanto (1999), Rangkuti (2004), Indrajit dan Djokopranoto (2005), MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan persediaan untuk barang-barang dengan sifat permintaan dependent (terikat) dimana permintaan cenderung tidak berlanjut ke permintaan barang lain dan jumlahnya tertentu pada satuan waktu tertentu pula. Sasaran manajerial dalam 27

28 menggunakan MRP adalah menghindari kehabisan sediaan sehingga produksi berjalan mulus, sesuai rencana, dan menekan investasi sediaan bahan baku dan barang setengah jadi (Buffa, 1996). Jenis-jenis barang yang cocok untuk MRP adalah komponen produk yang tercantum dalam daftar bahan produk (product s bill of materials) yang menunjukkan kebergantungan dari komponen-komponen sub rakitan terhadap produk akhir (Buffa, 1996 dan Rangkuti, 2004). MRP merupakan sistem penjadwalan mundur yang dimulai dengan produk akhir, kemudian dikerjakan mundur yaitu menuju bahan baku melalui berbagai tingkat pabrikan dan pabrikasi. MRP memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem ukuran pesanan tetap untuk pengendalian barang-barang produksi. Kelebihan tersebut antara lain dapat mengurangi persediaan dan biaya gabungannya (inventory holding cost) karena biaya itu hanya sebesar materi dan komponen yang dibutuhkan (Rangkuti, 2004). Selain itu, kelebihan MRP dalam menangani barang-barang dengan permintaan terikat (Heizer and Render, 2004) adalah (1) meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan, (2) meningkatkan kegunaan fasilitas dan tenaga kerja, (3) perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik, (4) respon lebih cepat terhadap perubahan pasar, dan (5) mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan. Lebih lanjut Heizer and Render (2004) menegaskan beberapa hal yang harus diketahui manajer dalam merancang model persediaan terikat yang efektif yaitu (1) jadwal produksi induk/master production schedule (MPS) yang berkaitan dengan apa yang harus dibuat dan kapan, (2) spesifikasi daftar bahan/bill of materials (BOM) yang berkaitan dengan kebutuhan produk, (3) persediaan yang tersedia/inventory availibility, (4) perjanjian pesanan 28

29 pembelian/purchase orders outstanding, (5) waktu ancang-ancang (lead time), yang dibutuhkan untuk memperoleh barang Economic Order Quantity (EOQ) Model EOQ merupakan teknik pengendalian persediaan tertua dan paling umum dikenal (Herjanto, 1999). Teknik ini sering digunakan dalam persediaan barang-barang bebas dan dapat juga digunakan dalam teknik penentuan lot. Menurut Heizer dan Render (2004), beberapa asumsi yang digunakan dalam teknik EOQ antara lain (1) diketahuinya tingkat permintaan dan bersifat konstan, (2) waktu tenggang (lead time) bersifat konstan, (3) persediaan diterima dengan segera dalam bentuk kumpulan produk pada satu waktu, (4) diskon tidak diberikan, (5) biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan atau penyimpanan persediaan, dan (6) keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Biaya Total Biaya Total Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan EOQ Q (kuantitas) Gambar 1. Biaya Persediaan Sumber: Rangkuti, 2004 Metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya 29

30 kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2000). Meminimumkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, dapat berarti meminimumkan biaya total. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara biaya penyimpanan (holding/carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering atau set up cost), dalam bentuk grafik. Kuantitas pesanan tetap yang meminimumkan biaya tersebut terjadi pada saat kurva biaya pemesanan dan kurva biaya penyimpanan berpotongan, yaitu pada saat total biaya pemesanan sama dengan total biaya penyimpanan. Ukuran lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama dari biaya total terhadap kuantitas (Q) tahunan sama dengan nol (Buffa, 1996; Herjanto, 1999; Rangkuti, 2004) Lot For Lot Dalam teknik ini, ukuran satu batch yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Kebijakan Lot For Lot hanya efektif, bilamana biaya awal (penyetelan) sangat kecil dibandingkan dengan biaya penyimpanan (Buffa, 1996). Pemesanan dilakukan tepat sebesar yang dibutuhkan, tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Prosedur semacam ini konsisten dengan ukuran lot kecil, pesanan berkala, persediaan tepat waktu rendah, dan permintaan terikat (Heizer dan Render, 2004). Teknik Lot For Lot berusaha menghilangkan biaya penyimpanan atas persediaan yang dipegang melewati suatu persediaan. Menurut Herjanto, 1999 biaya yang ditanamkan dalam persediaan barang terikat dapat ditekan dengan teknik ini, apabila perusahaan mampu memiliki persediaan dengan kondisi dan 30

31 sifat yang sesuai. Teknik ini tidak dapat mengambil keuntungan ekonomis yang berhubungan dengan ukuran pesanan tetap Part Periode Balancing (PPB) Teknik penyeimbangan bagian periode merupakan pendekatan yang lebih dinamis yaitu menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Menurut Herjanto (1999), metode PPB secara sederhana menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai Economic Part Period (EPP), yang merupakan rasio antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan. Prinsip dari teknik ini adalah mencoba menggabungkan suatu periode dengan periode berikutnya kemudian menghitung kumulatif bersih dari periode gabungan tersebut serta kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengakumulasikan perkalian kebutuhan suatu periode dengan periode tambahan yang ditanggung. Tabel 2. menunjukkan penentuan ukuran lot dengan menggunakan EPP. Bagian periode yang paling mendekati nilai EPP merupakan gabungan periode yang dipilih (Herjanto, 1999). Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi, dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan. Tabel 2. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP Periode Kebutuhan Lama Penyimpanan (Periode) Periodebagian Akumulasi periode-bagian 1 1, 2 1, 2, 3 A B C Sumber: Herjanto, A x (0) B x (1) C x (2) A x (0) A x (0) + B x (1) A x (0) + B x (1) + C x (2) 31

32 2.4 Peramalan dan Perencanaan Pengertian peramalan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005) adalah kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Menurut Sugiarto (2000) peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola sistematis. Peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksi kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang dan menjadi dasar dalam penyusunan rencana (Assauri, 1999) Peran Peramalan Dalam dunia bisnis, hasil peramalan mampu memberikan gambaran tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen membuat perencanaan, menciptakan peluang bisnis maupun mengatur pola investasi mereka (Sugiarto et al, 2000). Salah satu peran peramalan adalah penyusunan rencana, dimana perencanaan yang dibuat oleh perusahaan salah satunya adalah perencanaan produksi. Menurut Assauri (1999), dalam menentukan atau merencanakan jumlah hasil yang akan diproduksi umumnya sangat ditentukan oleh jumlah atau besarnya permintaan akan produk tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan selalu memperkirakan atau meramalkan jumlah permintaan dari produknya. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan untuk operasi, maka subsistem produksi operasi merencanakan dan merancang sistem, menjadwalkan sistem dan mengendalikan sistem tersebut yang pada akhirnya akan menentukan hasil keluaran berupa barang dan jasa (Gambar 2). 32

33 Informasi tentang permintaan yang ada dan produksi Peramalan Permintaan untuk Operasi Perencanaan/Perancangan Sistem Perancangan produk Perancangan proses Investasi & penggantian peralatan Perencanaan kapasitas Penjadwalan Sistem Perencanaan produksi agregat Penjadwalan operasi Pengendalian Sistem Pengendalian produksi Pengendalian persediaan Pengendalian tenaga kerja Pengendalian biaya Keluaran Berupa Barang atau jasa Gambar 2. Penggunaan Peramalan Permintaan dalam Subsistem Produksi Operasi Sumber: Assauri, Metode metode Peramalan Secara umum terdapat dua macam metode peramalan menurut Gaynor dan Kirkpatrick (1994), yaitu: (1) Peramalan kualitatif, didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencana atau pengambil keputusan, sehingga relatif bersifat subjektif. Kelemahan metode ini adalah dapat memberikan hasil yang tidak baik ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan pribadi, atau posisi strategis dalam organisasi. Biasanya peramalan secara kualitatif didasarkan atas hasil penyelidikan seperti: Delphi, S Curve, Analogies dan penelitian bentuk Morphological research, atau didasarkan atas ciri-ciri normatif seperti decision matrices atau decisions trees. (2) Peramalan kuantitatif, didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu, sehingga lebih bersifat objektif. Kualitas hasil ramalan sangat bergantung pada kualitas data dan metode yang digunakan, yaitu sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode 33

34 yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan serendah mungkin. Menurut Makridakis et al (1999), syarat-syarat kondisi penerapan peramalan kuantitatif yaitu (1) tersedia informasi masa lalu, (2) informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan (3) pola data masa lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang Identifikasi Pola Data Menurut Assauri (1999), prakiraan atau peramalan permintaan suatu barang atau jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat berbentuk garis trend linear sesuai dengan perkembangan waktu, dan dapat berbentuk musiman atau tetap selalu konstan (Gambar 3). Untuk melihat pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut, maka dibutuhkan informasi tentang permintaan akan barang atau jasa tersebut selama ini. Permintaan Produk Trend Linear Musiman Konstan Waktu Gambar 3. Pola Permintaan terhadap suatu barang atau jasa Sumber: Assauri (1999) Identifikasi pola data dilakukan untuk memahami perilaku data time series dan membantu dalam penentuan metode peramalan yang terbaik. Menurut Makridakis (1999), pola data kuantitas memiliki empat unsur, yaitu (1) pola horizontal/konstan, terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan; (2) pola musiman, terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor 34

35 musiman (kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu); (3) pola siklis, terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis; dan (4) pola trend, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data Metode Kausal Menurut Makridakis (1999), metode ini mencoba mengajukan variabel lain yang berkaitan dengan rangkaian data dan mengembangkan suatu model yang menyatakan adanya saling ketergantungan fungsional diantara semua variabel terebut. Metode peramalan kausal/sebab-akibat juga didasarkan dari data yang lalu, tetapi menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau mempengaruhi pada masa depan (Assauri, 1984). Metode kausal yang dapat digunakan dapat berupa : (1) Metode regresi, yaitu mencoba memperkirakan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independen) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas (dependen) yang akan diramalkan (Makridakis et al, 1999). Metode ini banyak digunakan untuk meramalkan penjualan, perencanaan keuntungan, peramalan permintaan dan peramalan keadaan ekonomi. (2) Metode ekonometri, yaitu menggabungkan teori ekonomi dengan alat-alat matematis dan statistik untuk menganalisis hubungan ekonomi (Pappas & Hirschey, 1995). Menurut Assauri (1999) metode ekonometri didasarkan atas peramalan pada sistem persamaan regresi yang diestimasi secara simultan. Metode ini memiliki variabel eksogen dan variabel endogen. Metode ini juga dipergunakan untuk peramalan penjualan menurut kelas produk, atau peramalan keadaan ekonomi masyarakat, seperti permintaan, harga dan 35

36 penawaran. (3) Metode Input Output, yaitu menganalisis arus barang dan jasa antar industri dalam perekonomian atau antar departemen dari suatu organisasi besar yang ditunjukkan oleh tabel input-output. Menurut Assauri (1984) metode ini dipergunakan untuk menyusun proyeksi trend ekonomi jangka panjang. Metode ini banyak dipergunakan untuk peramalan penjualan perusahaan, penjualan sektor industri dan subsektor industri Metode Time Series Metode peramalan time series merupakan bagian dari peramalan kuantitatif dengan menggunakan data-data masa lalu dalam membuat ramalan untuk masa depan dengan mengidentifikasikan pola data historis dan mengekstrapolasi pola tersebut untuk masa mendatang (Buffa et al, 1996). Menurut Sugiarto et al (2000), beberapa asumsi penting yang mendasari penggunaan metode time series antara lain (1) adanya ketergantungan kejadian masa yang akan datang dengan masa sebelumnya, (2) aktivitas di masa yang akan datang mengikuti pola yang terjadi di masa lalu, (3) hubungan atau keterkaitan masa lalu dan masa kini dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian. Beberapa metode time series adalah metode naïve, metode rata-rata sederhana/simple average, metode rata-rata bergerak sederhana/simple moving average, metode rata-rata bergerak ganda/double moving average, metode pemulusan eksponensial/exponential smoothing, pemulusan eksponensial tunggal/single exponential smoothing, pemulusan eksponensial tunggal: pendekatan adaptif, double exponential smoothing: metode linear satu-parameter dari Brown, pemulusan eksponensial ganda: metode dua parameter dari Holt, pemulusan eksponensial tripel: metode kuadratik satu-parameter dari Brown, 36

37 triple Exponential Smoothing (Winters), metode dekomposisi, model Autoregresisve Integrated Moving Average (ARIMA) Pemilihan Metode Peramalan Penggunaan peramalan dalam pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting sehingga pemilihan teknik dan metode peramalan yang tepat sangat diperlukan untuk pemecahan suatu masalah atau keadaan tertentu. Ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode peramalan (Assauri, 1984), yaitu : (1) Horison waktu, (2) Pola data, (3) Jenis dari model, (4) Biaya, (5) Ketepatan (accuracy), (6) Mudah tidaknya penggunaan atau aplikasinya. Ukuran-ukuran akurasi model peramalan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar (Aritonang, 2002), yaitu: ukuran yang bersifat mutlak, terdiri atas mean error (ME), mean absolute error (MAE), mean squared error (MSE) dan ukuran yang bersifat relatif terdiri dari mean percentage error (MPE), mean absolute percentage error (MAPE), U dari Theil dan McLaughlin Batting Average (MBA). Dari semua ukuran tersebut ukuran yang lebih lazim digunakan adalah MSE, dengan pedoman bahwa semakin kecil nilai MSE berarti model itu semakin tepat untuk digunakan. 2.5 Hasil penelitian yang relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Widyastuti (2001) dengan judul Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis, studi kasus PT. Indolakto, Sukabumi. Penelitian tersebut menggunakan analisis EOQ, persediaan pengaman (safety stock), dan titik 37

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI Oleh : M I A W I D H I A S T U T I A14102009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Mengenai Pengendalian Persediaan Bahan Baku

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Mengenai Pengendalian Persediaan Bahan Baku II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Mengenai Pengendalian Persediaan Bahan Baku Febrina (2002) menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu Cakra dan Segitiga Biru pada PT. Kuala

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Menurut Sofyan Assauri (1984) dalam melakukan kegiatan usaha, setiap perusahaan harus memperkirakan semua yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan harus mampu mempersiapkan diri secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Kusuma (2004:13), peramalan (forecasting) adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Amsyah (2005), definisi sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan kerja dari prosedur

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Menurut (Herjanto, 1999): Secara umum, kegiatan produksi atau operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK SKRIPSI DILZAR DIAN WIJAYA

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK SKRIPSI DILZAR DIAN WIJAYA ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK SKRIPSI DILZAR DIAN WIJAYA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci