BAB VI PEMBAHASAN. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional
|
|
- Inge Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6.1 Karakteristik Subjek Penelitian BAB VI PEMBAHASAN Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional memiliki rerata usia (62,3 ± 5,795) pada kelompok Kinesiotaping (65,1 ± 6,691), dan pada kelompok MRP (62,6 ± 6,168). Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa Cerebro Vascular Accident memiliki keterkaitan resiko usia pada kategori tua. Faktor resiko kejadian stroke meningkat seiring bertambahnya usia, dan menjadi dua kali lipat setelah usia 55 tahun. Setiap tahun 28% terserang stroke dengan usia dibawah 65 tahun, dan 72% pasien stroke berusia lebih dari 65 tahun (American Hearth Assosiation, 2010). Mengingat bahwa sebagian besar penderita stroke adalah orang dewasa yang lebih tua (American Hearth Assosiation, 2010), penting untuk mempertimbangkan efek penuaan pada plastisitas dalam otak. Dalam penelitian ini karakteristik usia sampel memiliki rentang 55 hingga 73 tahun dimana usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi plastisitas dimana Fathi et al., (2010) menyampaikan bahwa plastisitas di korteks motorik berkurang pada lansia (usia 60-79) tapi tidak di paruh baya (usia 40-59) dewasa. Berdasarkan deskripsi sampel menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa sampel penelitian Kelompok Konvensional jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang dan perempuan sebanyak 5 orang. Kelompok Kinesiotaping jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 4 orang. Kelompok MRP jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 4 orang. 71
2 72 Hasil tersebut didukung oleh pernyataan Junaidi (2008) dan Pinzon et al. (2010) bahwa laki-laki cenderung lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan perempuan, dengan perbandingan 1,3:1. Tetapi dalam penelitian ini jenis kelamin bukanlah salah satu pertimbangan yang mempengaruhi aspek penilaian dalam penelitian. 6.2 Metode Konvensional Meningkatkan Pola Jalan Pasien Post stroke Rerata skor WGS pada kelompok perlakuan metode Konvensional, mengalami penurunan dari rerata sebelum dan setelah perlakuan. Pengujian beda rerata pola jalan sebelum dan setelah intervensi didapatkan nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan bermakna rata-rata nilai pola jalan sebelum dan setelah intervensi pada metode Konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan kepada kelompok Konvensional memberikan peningkatan pola jalan yang bermakna pada pasien post stroke di Klinik Ontoseno Malang. Defisit neurologis menyebabkan hilangnya kekuatan pada tungkai dan gangguan keseimbangan dimana keduanya memiliki peran penting dalam kemampuan berjalan (Collen and Wade,1990). Untuk meningkatkan gait function pasien post stroke, fokus utamanya adalah meningkatkan kekuatan kekuatan otot, dan mengurangi tonus otot (spastisitas) lower extremity (Pang et al., 2005). Menurut Sullivan (2007) terapi latihan adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi masalah mobilitas fisik setelah kerusakan otak. Metode konvensional yang dilakukan adalah memberikan latihan berupa ROM
3 73 exercise dengan teknik free active dan active assisted. Beberapa teknik latihan ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas motorik, sensitivitas reseptor dan juga proses pembelajaran motorik. Latihan tersebut dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, supaya derajat kekuatan otot pada penderita stroke dapat meningkat dan menunjukkan fungsi yang kembali optimal (Irfan, 2010) Makin sering dilakukan terapi latihan atau semakin besar intensitas waktu latihan maka semakin besar pula perbaikan kemampuan motorik pasien stroke, karena aktivasi jaringan saraf bersifat use-dependent, semakin sering digunakan semakin kuat dan semakin meningkat jumlah sinaps yang terbentuk (Bruno- Petrina, 2007). Latihan gerak secara berulang membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan berulang dengan kualitas sebaik mungkin. Dengan gerakan berulang dan terfokus dapat membangun koneksi baru antar neuron yang masih aktif (Levine, 2009) Sesuai dengan penelitian Milot et al.,(2013) dilakukan pada 30 pasien post stroke dengan intensitas latihan tiga kali dalam seminggu, selama enam minggu. Dalam penelitian ini dilaporkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan pada hip dan ankle setelah latihan dan menunjukkan peningkatan kecepatan pola jalan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Yulinda (2009), mengatakan bahwa pasien post stroke mendapatkan peningkatan yang signifikan pada perbaikan
4 74 kekuatan otot dan status fungsional pasien post stroke ischemic, setelah dilakukan terapi latihan selama empat minggu. Hal serupa juga disampaikan Irdawati, (2008), dengan memberikan perlakuan melatih ROM terhadap pasien post stroke selama 12 hari didapatkan hasil bahwa kekuatan otot setelah terapi latihan jauh lebih tinggi daripada sebelum terapi. Hal di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wildani et al. (2009), dimana dilakukan studi observasional di RSI Sultan Agung Semarang selama 1 tahun didapatkan hasil bahwa terapi latihan yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan otot ekstrimitas. 6.3 Aplikasi Kinesiotaping Meningkatkan Pola Jalan Pasien Post stroke Rerata skor WGS pada kelompok perlakuan Aplikasi Kinesiotaping, mengalami penurunan dari rerata sebelum dan setelah perlakuan. Pengujian beda rerata pola jalan sebelum dan setelah intervensi didapatkan nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan bermakna rata-rata nilai pola jalan sebelum dan setelah intervensi Kinesiotaping. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan kepada Kinesiotaping memberikan peningkatan pola jalan yang bermakna pada pasien post stroke. Gangguan berjalan merupakan salah satu permasalahan aktivitas pasien post stroke (Patterson et al., 2007). Gangguan sensory dan motor control akan berakibat pada gangguan kontrol postur ADL dan gait (Garland et al., 2003).
5 75 Somatosensory stimulation, dan muscle activity feedback exercise efektif dalam peningkatan fungsi berjalan pasien post stroke (Geurts et al., 2005) Kinesiotaping melalui reseptor di cutaneus dapat memberikan rangsangan pada sistem neuromuskuler dalam mengaktivasi kinerja saraf dan otot saat melakukan suatu gerak fungsional (Yasukawa et al., 2006). Kinesiotaping juga akan memfasilitasi mechanoreseptor untuk mengarahkan gerakan yang sesuai dan memberikan rasa nyaman pada area yang dipasangkan (Kase et al., 2003). Kinesiotaping juga bermanfaat dalam meningkatkan kontrol postural, membatasi gerakan yang berlebihan dan meningkatkan somato-sensory feedback, (Broglio et al., 2009). Cowderoy et al. (2009), mengatakan bahwa Kinesiotaping dapat meningkatkan sensitivitas perceptual-motor propioception. propioceptif merupakan salah satu sensory feedback yang diperlukan dalam informasi motor control, sehingga akan meningkatkan motor output dan movement respon. Sesuai dengan penelitian Ewa dan Carol (2006), bahwa Kinesiotaping dapat meningkatkan propioseptif feedback sehingga menghasilkan posisi tubuh yang benar, hal ini menjadi hal yang sangat dasar yang diperlukan ketika latihan untuk mengembalikan fungsi dari extrimitas dilakukan. Halseth et al. (2004), dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa Kinesiotaping dapat memunculkan posisi sendi pada ankle dengan gerakan lateral dan plantar fleksi untuk meningkatkan propioception. Aplikasi Kinesiotaping menurunkan spastisitas pada ekstrimitas inferior, dan meningkatkan pola jalan pasien post stroke. Aplikasi Kinesiotaping pada otot
6 76 tibialis anterior, otot soleus dan tendon acilles secara signifikan meningkatkan fungsi ankle joint (Michalak et al.,2009). Gangguan keseimbangan pada pasien post stroke adalah akibat dari penurunan propioception dari sendi ankle yang berfungsi untuk mendistribusikan berat badan dengan tepat selama melakukan gerakan. Hasil dari penelitian yang dilakukan (Kim et al., 2012) menunjukkan bahwa aplikasi Kinesiotaping pada sendi ankle meningkatkan ankle propioception sehingga efektif dalam meningkatkan keseimbangan dan kemampuan berjalan pasien post stroke. 6.4 Metode Motor Relearning Programme Meningkatkan Pola Jalan Pasien Post stroke Rerata skor WGS pada kelompok perlakuan metode Motor Relearning Programme, mengalami penurunan dari rerata sebelum dan setelah perlakuan. Pengujian beda rerata pola jalan sebelum dan setelah intervensi didapatkan nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan bermakna rata-rata nilai pola jalan sebelum dan setelah intervensi metode Motor Relearning Programme. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan kepada Kelompok Motor Relearning Programme memberikan peningkatan pola jalan yang bermakna pada pasien post stroke di Klinik Ontoseno Malang. Seorang penderita stroke memiliki defisit pada motor programmes, motor memory, dan terkait dengan mekanisme Somatosensory-feedback, dimana akan menghambat gerakan fungsional (Chan-Dora, 2000). Mekanisme yang mendasari proses pemulihan setelah stroke adalah pulihnya fungsi sel otak dan terbukanya kembali sirkuit saraf yang sebelumnya
7 77 tertutup. Kemampuan fungsional pulih sejalan dengan pemulihan neurologis yang terjadi (Wirawan, 2009). Otak manusia terbukti adaptif dan plastis serta dapat mengadakan perubahan struktural dan fungsional apabila diberikan stimulasi lingkungan, stimulasi sensoris yang diterima individu sebagai sebuah pengalaman dan respon tindakan (sensomotorik), (Michael et al., 2004). Menurut Edward (2002) tentang plastisitas otak menjelaskan bahwa plastisitas otak mendasari semua keterampilan belajar dan merupakan bagian sistem saraf pusat dalam keadaan sehat dan kerusakan otak individu dalam berbagai usia. Hal ini menunjukkan bahwa sensorik stimulasi, jika diberikan secara efektif dan cukup sering dapat memperluas daerah sensorik dari korteks dan dimungkinkan memiliki implikasi untuk terapi. Functional recovery memerlukan pengalaman dan pemahaman tertentu secara spesifik menurut tempat dan tugasnya, sehingga membutuhkan relearning dengan cara memberikan stimulasi sebanyak mungkin pada sisi yang sakit dan mengajarkan kembali pengaturan posisi dan gerak. Metode Motor Relearning Programme dapat memberikan proses pembelajaran aktivitas fungsional serta menerapkan premis dasar bahwa kapasitas otak mampu untuk reorganisasi dan beradaptasi, dan dengan latihan yang terarah dapat membaik. Metode Motor Relearning Programme dapat mengeliminasi gerakan yang tidak diperlukan dan meningkatkan kemampuan pengaturan postural dan gerakan, (Susanti dan Irfan, 2010).
8 78 Motor learning menjelaskan bagaimana pola-pola motorik dapat dimodifikasi melalui pengamatan dan praktek secara berulang-ulang (Chan et al., 2002). Pendekatan metode motor relearning programme membantu mencapai kemampuan motorik normal dengan feedback yang tepat dan partisipasi aktif dari pasien (Dean and Shepherd, 1997). Langhamer dan stanghelle (2000) melakukan penelitian dengan judul Bobath or Motor Relearning Programme: A comparison of two different approaches of physiotherapy in stroke rehabilitation didapakan hasil bahwa kedua metode, yaitu Bobath dan MRP memiliki efek yang signifikan pada semua bagian dari kualitas gerak penderita stroke. Seperti yang diungkapkan oleh Chan-Dora et al. (2004), Motor relearning Programme lebih efektif dari Metode Konvensional untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien stroke. 6.5 MRP Tidak Lebih Efektif Daripada Kinesiotaping Tetapi Lebih Efektif Daripada Metode Konvensional Dalam Meningkatkan Pola Jalan Pasien Post Stroke Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa metode Kinesiotaping memiliki penurunan skor WGS paling tinggi yaitu 8,25 (28,51%), diikuti dengan MRP dengan penurunan skor WGS sebesar 7,02 (25,48%), dan metode Konvensional memiliki penurunan skor WGS paling kecil yaitu 4,25 (14,28%). Pasien dengan kondisi stroke akan mengalami banyak gangguan-gangguan yang bersifat fungsional (Irfan, 2010). Aktivitas fungsional berjalan pasien post stroke menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
9 79 Otak manusia terbukti adaptif dan plastis serta dapat mengadakan perubahan struktural dan fungsional apabila diberikan stimulasi lingkungan, stimulasi sensoris yang diterima individu sebagai sebuah pengalaman dan respon tindakan (sensomotorik), (Michael et al., 2004). Plastisitas otak mampu mereorganisasi hingga tingkat tertentu tergantung dari input sensorik, pengalaman, dan pembelajaran. Derajad dan waktu pemulihan juga sangat dipengaruhi oleh letak dan luas dari kerusakan otak yang terjadi, (Chen, Cohen dan Hallet, 2002). Bergerak secara aktif merupakan cara terbaik untuk menstimulasi plastisitas otak, (Nelles et al., 2001). Pada Metode Konvensional dilakukan ROM exercise menggunakan teknik free active dan active assisted untuk meningkatkan gait function pasien post stroke, fokus utamanya adalah meningkatkan kekuatan kekuatan otot, dan mengurangi tonus otot (spastisitas) lower extremity (Pang et al., 2005). Latihan aktivitas motorik harus dilakukan dalam bentuk aktivitas fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar mengembalikan suatu pergerakan, akan tetapi mengembalikan fungsi (Irfan, 2010). Dalam metode MRP, Motor Learning menjelaskan bagaimana pola-pola motorik dapat dimodifikasi melalui pengamatan dan praktek secara berulang-ulang (Chan et al., 2002). Proses adaptasi dan skill learning merupakan komponen penting dari motor learning (Hallet dan Graftman, 1997). Pengaruh dari pengulangan gerak akan meningkatkan rangsangan pada primary motor cortex sehingga dapat berpengaruh pada proses plastisitas otak (Kawahira et al.,2010).
10 80 Manipulasi gait cycle dan fasilitasi gerakan involunter dapat meningkatkan kemampuan gerak pasien stroke dengan efektif tetapi memerlukan partisipasi aktif dari pasien (Van der Weel et al., 1991). Secara teori neuroplastisitas dimungkinkan terjadi jika terdapat aktivitas neuromuskuler dari berbagai stimulasi dan dilakukan berulang-ulang. Setiap pengulangan gerakan akan membentuk proses pembelajaran motorik, sehingga dengan latihan fungsional apapun akan berdampak pada proses pembelajaran motorik. Sifat plastisitas ini memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang diperoleh dari plastisitas adalah kemampuan yang selalu berkembang, sehingga dengan menggunakan metode yang tepat dapat menghasilkan pola gerak normal. Tetapi jika metode yang digunakan tidak tepat, pola gerakan yang terbentuk juga tidak tepat sehingga pola gerak tidak normal tersebut terus-menerus dilakukan, maka akan terjadi proses adaptasi yang mengakibatkan kompensasi gerak dan kesulitan gerak permanen (Irfan, 2010). Sesuai kriteria inklusi, sampel pada penelitian ini adalah pasien post stroke yang telah mampu berjalan dan memiliki gangguan berjalan. Pasien post stroke akan melakukan gerakan kompensasi untuk berjalan. Pola gerak tidak normal akan mengakibatkan terbentuknya aktivitas yang tidak efisien. Sebuah gerakan fungsional merupakan sebuah rangkaian interaksi dari kontrol motorik pada otak dan feedback dari somatosensoris, visual, dan vestibular, (Haim, 2011). Kinesiotaping dapat memfasilitasi mechanoreceptor untuk mengarahkan gerakan yang sesuai dan memberikan rasa nyaman pada area
11 81 yang dipasangkan (Kase et al., 2003). Kinesiotaping juga dapat meningkatkan propioseptive feedback sehingga menghasilkan posisi tubuh yang benar (Ewa dan Carol, 2006). Seperti yang diungkapkan Kim et al., (2012), bahwa penambahan Kinesiotaping pada ankle joint memberikan hasil yang lebih efektif daripada fisioterapi Konvensional dalam meningkatkan keseimbangan dan kemampuan berjalan pasien stroke. Tetapi dalam aplikasi Kinesiotaping tidak ada intervensi untuk mengkoreksi pola gerakan kompensasi yang sudah terbentuk. Mc Donnell, 2006 mengatakan bahwa mengkombinasikan appropriate afferent stimulation menggunakan task-specific training menghasilkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan latihan sendiri. Dalam penelitian ini didapatkan hasil uji LSD bahwa MRP sama efektifnya dengan aplikasi Kinesiotaping dalam meningkatkan pola jalan pasien post stroke, tetapi lebih efektif jika dibandingkan dengan Metode Konvensional. Waktu yang dibutuhkan untuk functional recovery berdasarkan teori plastisitas adalah 2 minggu hingga 2 bulan, jika diberikan latihan minimal 30 menit setiap hari dan juga tergantung dari tingkat kesulitan atau kompleks tidaknya sebuah gerakan (Hosp dan Luft, 2011). Pada penelitian ini diberikan intervensi selama 45 hingga 60 menit setiap 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Dari waktu intensitas intervensi yang dilakukan kemungkinan masih belum menunjukkan perubahan pada pola jalan
12 82 pasien post stroke, mengingat aktivitas fungsional berjalan merupakan sebuah rangkaian gerakan yang kompleks. 6.6 Kelemahan Penelitian Berbagai kelemahan dalam penelitian perbedaan efektivitas antara metode konvensional, Kinesiotaping, dan Motor Relearning Programme dalam peningkatan pola jalan pasien post stroke, Diantaranya sebagai berikut: 1. Jumlah total sampel 30 orang sehingga membutuhkan tim untuk menyelesaikan penelitian dalam waktu singkat. 2. Tidak adanya kontrol aktivitas sehari-hari yang ikut berperan terhadap hasil penelitian 3. Banyaknya faktor penganggu seperti usia, lama setelah serangan, jenis stroke, berat atau ringan serangan stroke tersebut, sehingga mempengaruhi hasil peningkatan pola jalan pasien post stroke. 4. Penilaian skor WGS hanya menggunakan observasi visual sehingga dibutuhkan video recording. 5. Tidak adanya kesamaan waktu perlakuan, yang berkisar menit sehingga tidak setiap pasien menerima perlakuan dengan waktu yang sama.
BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat. Aktivitas pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Pergerakan yang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dan memperkuat interpretasi hasil pengujian Hipotesis, maka dipaparkan deskripsi data berupa
Lebih terperinciDimas Sondang Irawan. Abstrak
METODE KONVENSIONAL, KINESIOTAPING, DAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME BERBEDA EFEKTIFITAS DALAM MENINGKATKAN POLA JALAN PASIEN POST STROKE DI KLINIK ONTOSENO MALANG Dimas Sondang Irawan Abstrak Pasien dengan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH MOTOR RELEARNING PROGRAM (MRP) TERHADAP PENINGKATAN KESIMBANGAN DUDUK PASIEN PASCA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rahma Hanifa Ristiawati J 120 110 063 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS
Lebih terperinciMETODE KONVENSIONAL, KINESIOTAPING,
METODE KONVENSIONAL, KINESIOTAPING, DAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME BERBEDA EFEKTIVITAS DALAM MENINGKATKAN POLA JALAN PASIEN POST STROKE DI KLINIK ONTOSENO MALANG Oleh : Dimas Sondang Irawan *, Nyoman Adiputra
Lebih terperinciIrawan, D.S Fisioterapis- Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bandung No. 1 Malang, Jawa Timur
METODE KONVENSIONAL, KINESIOTAPING, DAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME BERBEDA EFEKTIFITAS DALAM MENINGKATKAN POLA JALAN PASIEN POST STROKE DI KLINIK ONTOSENO MALANG Irawan, D.S Fisioterapis- Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 2005). Desain penelitian ini menggunakan randomized pre test and post
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental. Penelitian eksperimen adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subyek Penelitian Subjek pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang. Kelompok I diberikan
Lebih terperincipelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang
86 5.2 Pembahasan 5.2.1 Kondisi Subjek Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien sejumlah 32 orang pasca stroke yang telah melewati fase pasca akut mereka dan sedang menjalani periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan baik secara volunter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan menimbulkan gejala sesuai daerah otak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan penyebab kecacatan yang utama. Laporan WSO (World Stroke Organization, 2009) memperlihatkan bahwa stroke adalah penyebab utama hilangnya hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut
Lebih terperinciAda beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :
FISIOTERAPI Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya usia, kondisi lingkungan yang tidak sehat, baik karena polusi udara serta pola konsumsi yang serba instan ditambah lagi dengan pola rutinitas yang padat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
Lebih terperinciPENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE
PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU MARTHA PRABAWATI J 120 100 001 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian dalam beraktifitas menjadi kebutuhan utama pada pasien pasca stroke, kemampuan dalam transfer dan ambulasi sering menjadi prioritas yang pertama ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah utama dalam pelayanan kesehatan dan sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit yang ditakuti karena menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
BAB I PENDAHULUAN Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak
Lebih terperinciANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP
ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN HEMIPARISE PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI RS DR. KARIADI SEMARANG
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 23/19912 bahwa pembangunan nasional akan terwujud bila terjadi derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan gerak dan berpindah tempat dalam aktivitas sehari hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala bidang salah satunya dalam bidang kesehatan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung, juga merupakan penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju maupun di negara berkembang
Lebih terperinciREHABILITASI STROKE FASE AKUT
Instalasi Rehabilitasi Medik RS Stroke Nasional Bukittinggi 2017 Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga. Setiap orang tua mengharapkan memiliki anak yang normal, namun sering hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masyarakat di dunia dewasa ini yang dipengaruhi oleh semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK
PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK IM Mertha 1 dan Ade Laksmi 2 Abstract.Stroke causes a variety of neurologic deficit and impairment
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA
1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas- Tugas Dan Memenuhi Syarat-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial
BAB I PENDAHULUAN Membangun manusia seutuhnya adalah merupakan tujuan pembangunan nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan.setiap manusia memiliki potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak jenis kecacatan yang terjadi pada anak, diantaranya adalah Cerebral Palsy (CP). CP merupakan sekelompok gangguan gerak atau postur yang disebabkan oleh lesi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN OLEH : DWI ARISUMA J.100.050.039 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Oleh : ERMA PUTRI WIJAYANTI J100060055 Diajukan guna melengkapi tugas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat beresiko bagi setiap kehidupan anak,maka sangat penting untuk memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakikat sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus karena anak-anak tersebut sama dengan anak-anak pada umumnya yang memiliki kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menuju ke penyakit degeneratif dan traumatik menyebabkan prevalensi serangan stroke dari tahun ke tahun semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Data akurat tentang jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit sudah sejak zaman dahulu yaitu sekitar 2400 tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates yaitu ditemukannya gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab kematian dan kecacatan dari fungsional tubuh manusia setelah penyakit kanker dan jantung. Setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP terjadi akibat kerusakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah yang mengangkut
Lebih terperinciPENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI
PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ini: Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Notoatmojo, 2007). Batasan lanjut usia menurut dokumen perkembangan lanjut usia dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi sosial dan perekonomian masyarakat, semakin meningkatknya wawasan masyarakat yang bersamaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO. Oleh : KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE MOTOR RELEARNING PROGRAMME PADA KONDISI HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO Oleh : Arie Widyatama NIM. J 100 050 045 KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ANKLE JOINT SINISTRA AKIBAT POST FRACTURE CRURIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke adalah terganggunya fungsi otak baik lokal ataupun global yang berlangsung secara mendadak dan cepat sehingga menimbulkan gejala dan tanda klinis. Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke Organization (WSO) telah menetapkan stroke sebagai wabah dunia. Angka kejadian stroke dunia saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan oleh seseorang dengan cara berlatih serta melalui suatu proses latihan yang terprogram, tersusun,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT Disusun oleh : DWI RAHMAWATI NIM : J100 060 001 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciMANUSKRIP. Oleh: INDAH RAHMAWATI NPM
PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF-ASISTIF (SPHERICAL GRIP) TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT SYARAF (SERUNI) RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan menunjukkan bahwa saat ini
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan menggunakan rancangan penelitian pre and post test control group design, dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciRehabilitasi pada perdarahan otak
Rehabilitasi pada perdarahan otak Hal-hal yang timbul akibat perdarahan otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang drastis pada pertumbuhannya, baik pertumbuhan fisik, mental dan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat
Lebih terperinciYurida Olviani 1, Mahdalena 2, Indah Rahmawati. *Korespondensi Penulis. ABSTRAK
PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF-ASISTIF (SPHERICAL GRIP) TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATASPADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT SYARAF (SERUNI) RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara
Lebih terperinciOleh : DWI BRINA HESTILIANA J
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J 100 050 035
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI Disusun oleh : BAYU ARDIANSYAH NIM : J100 070 006 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas
Lebih terperinciPENGARUH CORE STABILITY EXERCISES DENGAN METODE BOBATH TERHADAP KESEIMBANGAN PADA PASIEN STROKE DI POLI IRM RSUD SALATIGA
PENGARUH CORE STABILITY EXERCISES DENGAN METODE BOBATH TERHADAP KESEIMBANGAN PADA PASIEN STROKE DI POLI IRM RSUD SALATIGA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata I pada Jurusan
Lebih terperinciPEMULIHAN KONTROL MOTORIK PENDERITA STROKE DENGAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME
PEMULIHAN KONTROL MOTORIK PENDERITA STROKE DENGAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME Oleh : B. Suhartini Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY Abstrak Masa era globalisasi adalah masa penuh persaingan
Lebih terperinci