PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)"

Transkripsi

1 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) A. Konsep Dasar PPN (Hukum) Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap nilai tambah (value added suatu barang/jasa) PPN tergolong Pajak Pusat/Pajak Negara dan termasuk pula sebagai pajak tidak langsung atau pajak yang bisa dibebankan ke pihak lain. B. Mekanisme PPN Mekanisme PPN bisa digambarkan sebagai berikut: Pengusaha Kena Pajak (Produsen) SAAT PEMBELIAN BAHAN Bh. Baku 500 Bh. Pembantu 300 Suku Cadang dll 200 Jumlah PPN masukan (10 %) SAAT PRODUKSI By.Gaji/Upah 300 By.Mnj 150 Bunga 100 Penyusutan 50 By.Prod 600 Laba 100 Jumlah 700 SAAT JUAL Harga Jual PPN Keluaran (10%x 1.700) Nilai Tambah Mekanisme pemungutan PPN : a. Saat Produsen membeli Bahan Baku, bahan Pembantu dan Suku Cadang sebesar Rp , maka Produsen tersebut harus membayar/dipungut PPN sebesar 10% x = 100 b. Saat Produsen menjual barang dagangan maka Produsen tersebut harus memungut PPN ke konsumennya sebesar 10% dari Harga Jual = 10% x = Rp. 170, PPN yang dipungut dari konsumen tersebut disebut PPN keluaran, sehingga yang diterima saat menjual sebesar Rp c. Pada saat akhir masa (akhir bulan), maka Produsen tersebut harus menyetorkan PPN terutang ke Kas Negara dengan perhitungan sebagai berikut : PPN Keluaran - PPN Masukan = Rp. 70. Jumlah PPN yang harus disetor Rp. 70 ini sama dengan = 10% dari Nilai Tambah atau 10% x 700 = 70. (bukti bahwa PPN dikenakan terhadap nilai tambah). C. Subyek Pajak PPN Subyek pajak dalam PPN diartikan sebagai pihak yang harus memungut PPN. Pihak yang harus memungut PPN ini disebut PKP (Pengusaha Kena Pajak). Pengusaha Kena Pajak (PKP), digolongkan menjadi: 1. PKP Otomatis. Adalah mereka yang secara otomatis/tanpa harus dikukuhkan sebagai PKP harus memungut PPN atau mereka harus memungut PPN karena Undang-undang. PKP Otomatis ini terdiri dari: Tahap I (sejak April 1985) a. Produsen/pabrikan BKP. b. Importir BKP. c. Agen/penyalur utama dari produsen dan importir BKP

2 d. Pemegang hak Patent/Hak Merk dari produsen dan importir BKP e. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dari produsen dan importir BKP f. Pengusaha yang bergerak dibidang jasa pembangunan barang tidak bergerak (kontraktor). Tahap II (sejak 15 Januari 1989) a. Pengusaha BKP oleh Pedangan Besar, kecuali pengecer. b. Pengusaha Jasa Telkom. c. Pengusaha Jasa Angkutan udara Domestik. d. Pengusaha Jasa lainnya, kecuali 12 jasa yang ditetapkan oleh undang-undang. Tahap III (sejak 1 April 1992) Pedagang Eceran Besar (PEB). Atau Pedagang Pengecer BKP omzetnya dalam 1 (satu) tahun diatas Rp. 1 Milyard. Tahap IV (sejak 1 Januari 1995) a. Pengusaha yang menyerahkan BKP/JKP di daerah Pabean dalam lingkungan daerah Pabean. b. Ekspor BKP oleh PKP. c. Pemanfaatan BKP tidak berwujud/jkp dari luar daerah Pabean di dalam daerah Pabean. d. Membangun sendiri tidak dalam lingkuangan pekerjaan/perusahaan. e. Penyerahan aktiva yang tidak menurut tujuan semula tidak diperjualbelikan, sepanjang PPN pada saat perolehan aktiva tersebut dapat dikreditkan. 2. PKP yang Non-Otomatis (PMPKP) Adalah pengusaha yang bisa memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PMPKP) atau tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Bila memilih dikukuhkan sebagai PKP, maka kewajiban dibidang PPN sama dengan PKP yang otomatis dan apabila tidak memilih dikukuhkan sebagai PKP, maka tidak punya kewajiban di bidang PPN. Yang termasuk pengusaha kelompok ini adalah:pengusaha Kecil. D. Pengusaha kecil adalah : 1. Pengusaha yang menyerahkan BKP, dimana omzet dalam 1 tahun tidak lebih dari Rp. 600 juta. 2. Pengusaha yang menyerahkan JKP, dimana omzet dalam 1 tahun tidak lebih dari Rp. 600 juta. 3. Pengusaha yang menyerahkan BKP dan JKP tidak lebih dari Rp ,-, jika penyerahan barang atau jasa kena pajak lebih dari 50% dari seluruh peredaran. E. Obyek PPN Obyek PPN adalah Penyerahan Barang Kena Pajak dan Penyerahan Jasa Kena Pajak, kecuali penyerahan barang dan jasa kena pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.144 tahun F. Penyerahan Kena Pajak dibedakan menjadi: a. Penyerahan hak atas BKP karena perjanjian Jual Beli (tunai dan atau kredit) Tukar menukar b. Pengalihan BKP karena sewa beli dan Perjanjian Leasing. c. Penyerahan BKP kepada Pedagang, Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang. d. Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma. e. Persediaan BKP dan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran Perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan boleh dikreditkan. f. Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang dan antar cabang. g. Penyerahan BKP secara Konsinyasi. G. Tidak termasuk Penyerahan Kena Pajak adalah: a. Penyerahan BKP kepada Makelar. b. Penyerahan BKP untuk jaminan Utang/Piutang. c. Penyerahan BKP dari Pusat ke cabang atau sebaliknya dan antar Cabang yang memperoleh ijin pemusatan tempat Pajak Terutang. d. Penyerahan BKP dalam rangka penggabungan usaha, perubahan bentuk usaha dan pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihak yang berhak atas BKP.

3 H. Barang Kena Pajak - Barang berwujud yang menurut sifat/hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak. - Barang tidak berwujud seperti: merk dagang, hak paten, hak cipta dll. I. Barang yang tidak dikenai PPN (bukan BKP) lihat PP No.144 tahun 2000 : a. Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan yang dipetik, disadap, diambil langsung dari sumber. b. Barang hasil peternakan, perburuan/penangkapan atau penangkaran yang diambil langsung dari sumbernya. c. Barang hasil penangkapan/budi daya perikanan yang diambil langsung dari sumbernya. d. Barang hasil pertambangan, oenggalian dan pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya. e. Barang kebutuhan pokok. f. Makanan/minuman yang disajikan di Hotel, restoran, rumah makan, warung. g. Listrik, kecuali listrik perumahan dengan daya diatas watt. h. Saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya. i. Air bersih yang disalurkan melalui pipa. J. Jasa Kena Pajak Setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang/fasilitas/kemudahan/hak tersedia untuk dipakai termasuk jasa menghasilkan barang berdasarkan pesanan permintaan dengan bahan atas petunjuk dari pemesan. K. Jasa yang tidak dikenakan PPN (bukan JKP) lihat PP no.144 tahun 2000 : a. Pelayanan Kesehatan Medik. b. Pelayanan Sosial c. Pengiriman surat d. Perbankan, asuransi, Sewa Guna Usaha dengan Hak OPSI. e. Keagamaan f. Pendidikan g. Kesenian h. Penyiaran i. Angkutan Umum (darat/laut/udara luar begeri) j. Tenaga Kerja k. Perhotelan (untuk penginapan/acara/pertemuan) l. Telekomunikasi (coin box/telegram). L. Jasa Perbankan yang dikenakan PPN : a. Jasa penyediaan tempat untuk penyimpanan Barang dan sebagainya. b. Jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak. c. Anjak Piutang. M. Dasar Pengenaan Pajak(DPP/Tax Base) : Nilai yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak adalah: a. Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta dalam penyerahan barang kena pajak, seperti biaya pengiriman, biaya garansi, komisi, premi asuransi, biaya pemasangan, biaya bantuan teknik dan biaya-biaya lainnya. b. Nilai Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha jasa karena penyerahan jasa tidak termasuk pajak pertambahan nilai dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. c. Nilai Import adalah harga patokan impor (CIF) sebagai dasar perhitungan bea masuk ditambah biaya lain menurut ketentuan peraturan perundang undangan pabean. d. Nilai Eksport adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. e. Nilai Lain

4 adalah suatu nilai yang besarnya ditentukan oleh Menteri Keuangan RI yang menjadi dasar pengenaan pajak.>>> lihat KMK Nomor.567/KMK.04/2000<<< Nilai lain yang telah ditetapkan menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 567/KMK.04/2000 adalah : 1. Harga jual atau penggantian tidak termasuk laba kotor, untuk : a. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. b. Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. 2. Perkiraan harga jual rata-rata, untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar. 3. Perkiaraan hasil rata-rata perjudul film, untuk penyerahan film cerita. 4. Harga pasar wajar, untuk : a. Persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran. b. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan pada saat pembubaran % (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau yang seharusnya ditagih untuk : a. Penyerahan jasa biro perjalanan/ pariwisata. b. Jasa pengiriman paket % (sepuluh persen) dari harga jual untuk kendaraan bermotor bekas 7. 5% (lima persen) dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provisi dan diskon untuk usaha anjak piutang % (dua puluh persen) dari jumlah seluruh penyerahan barang dagangan, Sebagai alternative bagi pedagang eceran demi kemudahan pelaksanaan pemungutan, penyetoran serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. Catatan : Pajak masukan yang berasal dari Jasa Giro Perjalanan pariwisata dan pengiriman paket tidak bisa dikreditkan (Bukan PPN masukan). Faktur Pajak (FP) >>> (PMK no.38/pmk.04/2010, PER-13/PJ/2010). Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender. PKP Pembeli = menerima faktur pajak dari Penjual >>> sebagai bukti Pajak Masukan PKP Penjual = wajib menerbitkan faktur pajak >>> sebagai bukti Pajak Keluaran. Jenis Faktur Pajak Faktur Pajak Faktur Pajak Gabungan Saat dibuatnya Faktur Pajak 1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak; 2. Saat menerima pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; 3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau 4. Saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Saat dibuatnya Faktur Pajak Gabungan Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak. Contoh :

5 - 10 Agustus 2010 PT.A menjual barang kena pajak pada PT. B dan barang diserahkan pada tanggal itu juga, maka PT. A wajib membuat faktur Pajak pada tanggal 10 Agustus Jika pembayaran Barang Kena Pajak tersebut diterima oleh PT. A dari PT. B sebelum tanggal 10 Agustus, misalkan 6 Agustus 2010, maka PT. A wajib membuat faktur pajak pada tanggal 6 Agustus JIka PT. A menjual Barang Kena Pajak pada PT. B tidak hanya pada tanggal 10 Agustus 2010 tetapi juga pada tanggal 16, 20 dan 26 Agustus 2010, maka atas kejadian ini PT. A boleh membuat faktur pajak per kejadian/transaksi, namun jika faktur pajak tidak dibuat pertransaksi maka PT. A wajib/harus membuat faktur pajak gabungan pada akhir Agustus Pada tanggal 6 Agustus 2010 PT. A menerima pembayaran atas penyerahan sebagian pekerjaan proyek pada PT. B, maka atas kejadian ini : PT. A wajib membuat faktur pajak atas penerimaan pembayaran penyerahan sebagian pekerjaan dari PT. B. - PT. A adalah rekanan Pemerintah dalam pengadaan barang-barang kebutuhan kantor. Ketika terjadi transaksi antara PT. A dengan Bendaharawan Pemerintah Daerah dalam hal pengadaan barang-barang kebutuhan kantor maka ; PT.A wajib membuat faktur pajak atas transaksi tersebut saat melakukan penagihan pada Bendaharawan dan Bendaharawan Pemerintah Daerah wajib memungut PPN dan PPh pasal 22 atas transaksi tersebut. Akuntansi PPN A. Pencatatan Pajak Masukan Pajak masukan adalah PPN yang terkait dengan transaksi pembelian/pemanfaatan BKP/JKP. Perlakuan Akuntansi Pajak Masukan dibedakan menjadi: B. Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan. Adalah Pajak Masukan atas pembelian/perolehan : - Pembelian barang persediaan yang akan diproduksi atau dijual kembali. - Pembelian barang modal yang ada kaitannya langsung dengan proses produksi/penjualan barang. a. Pada tanggal 5 Desember 2010 PT. Baskara Jaya membeli barang dagangan secara kredit kepada PT. Desi Alfa seharga Rp Jurnal yang harus dibuat oleh PT Baskara Jaya sebagai berikut : (menggunakan metode pencatatan phisik). Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut: Pembelian Rp PPN Masukan Rp >>Faktur Pajak dari PT. Desi Alfa>> Hutang Dagang Rp Bila terjadi Retur pembelian, maka retur tersebut akan mempengaruhi PPN Masukan yang telah dicatat saat pembelian (Mengurangi PPN Masukan). b. Pada tanggal 7 Desember 2010 terjadi retur pembelian senilai Rp Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut: Hutang dagang Rp Retur pembelian Rp PPN Masukan Rp >>Fak. Pajak dari PT.Desi Alfa >>

6 Mengingat saat pembuatan faktur pajak yaitu 1). Saat penyerahan barang kena pajak. 2). Penerimaan pembayaran apabila pembayaran dilakukan sebelum penyerahan barang kena pajak. Dan seterusnya >>> (PMK no.38/pmk.04/2010, PER-13/PJ/2010) : c. Pada tanggal 15 Desember 2010 terjadi pelunasan atas transaksi pada tanggal 5 Desember Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut: Hutang dagang Rp Kas/bank Rp Apabila mulai saat terjadi penyerahan barang kena pajak tgl. 5 Desember 2010 dan terjadi retur pembelian tgl. 7 Desember 2010 belum dibuatkan faktur pajak oleh PT. Desi Alfa dan syarat jual beli tersebut pada tanggal 5 Desember 2010 adalah 2/10, n/30 maka, pada saat PT.Baskara Jaya melakukan pelunasan pada tanggal 15 Desember 2010 pada PT. Desi Alfa jurnalnya : Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut: Pembelian Rp PPN Masukan Rp >>Fak. Pajak Gabungan dr PT.Desi Alfa<< Potongan Pembelian Rp Kas/bank Rp d. Pada tanggal 5 Januari 2009 PT. Baskara Jaya membeli mesin produksi (barang modal) seharga Rp PPN 10% dari PT. Desi Alfa secara tunai. Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut: Mesin Rp PPN Masukan Rp >>Fak. Pajak dari PT. Desi Alfa << Kas Rp PPN masukan akan dikreditkan dengan PPN keluaran masa Januari C. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berasal dari pembelian /perolehan barang/ jasa kena Pajak sebagai berikut : - Pembelian barang untuk kebutuhan kantor (supplies) Pajak masukan atas transaksi tersebut tidak dapat dikreditkan, harus dicatat dalam rekening Beban PPN (diexpenses). - Pembelian barang modal yang tidak ada kaitannya dengan proses produksi/penjualan barang. Pajak masukan atas transaksi tersebut tidak dapat dikreditkan dan harus dicatat sebagai penambah harga perolehan barang (dikapitalisasi). - Pajak masukan yang berasal dari pembelian jasa yang DPP-nya menggunakan nilai lain maka Pajak Masukannya harus dicatat sebagai Beban PPN (diexpenses). a. Pada tanggal 15 Januari 2009 PT Baskara Jaya membeli tunai Supplies kantor seharga Rp , harga belum termasuk PPN 10%. Jurnal bagi PT. Baskara Jaya : Persediaan supplies Rp Beban PPN Rp Kas Rp Beban PPN Rp dibebankan untuk tahun terjadinya.

7 b. Pada tanggal 20 januari 2009 PT. Baskara Jaya membeli kendaraan untuk Direktur seharga Rp , PPN 10% dari PT. Heru Joyo Motor tunai. Jurnal bagi PT. Baskara Jaya : Kendaraan Rp Kas Rp PPN Rp ditambahkan ke harga perolehan kendaraan. c. Pada tanggal 20 Januari 2009 PT. Baskara jaya membeli jasa paket/kiriman barang dari PT. Kilat Merdeka Express harga Jasa Rp PPN = 1% x = Rp dibayar tunai. Beban angkut pembelian Rp Beban PPN Rp Kas Rp PPN dibebankan pada tahun Bila terjadi Retur pembelian, maka retur tersebut akan mempengaruhi PPN Masukan yang telah dicatat saat pembelian (Mengurangi PPN Masukan). PT. Baskara Jaya mengembalikan barang dagangan dan yang dibeli seharga Rp , PPN 10%. Hutang Dagang Rp PPN Masukan Rp Retur pembelian Rp Harus ada nota retur sesuai dengan Kepmen. Keu.: 196/KMK.04/1994 Bila terjadi potongan pembelian, maka PPN dihitung dari harga setelah potongan. Pada tanggal 10 Januari 2009 PT. Baskara Jaya membeli barang dangang Rp potongan harga 5% tunai. Pembelian Rp PPN Masukan Rp Potongan pembelian Rp Kas Rp D. Pencatatan Pajak Keluaran Pajak keluaran adalah PPN yang terkait dengan transaksi penjualan/penyerahan Barang kena Pajak/Jasa kena Pajak. Perlakuan Akuntansi Pajak keluaran harus dicatat dalam rekening PPN Keluaran atau PPN terutang 1. Penjualan Biasa a. Pada tanggal 1 Februari 2009 PT. Baskara jaya menjual Rp PPN 10% Piutang dagang Rp PPN keluaran Rp Penjualan Rp b. Pada tanggal 3 Februari 2009 terjadi retur penjualan senilai Rp

8 Retur penjualan Rp PPN Keluaran Rp Piutang dagang Rp Pada tanggal 11 Februari 2009 terjadi pelunasan transaksi tanggal 1 Februari 2009 Kas/bank Rp Piutang dagang Rp Penjualan dengan Uang Muka PT. Baskara jaya menjual barang kepada PT. Bangun Sanjoyo senilai Rp , barang tersebut akan diterima dua bulan kemudian. Uang Muka yang diterima PT. Baskara Jaya Rp dan sisanya saat barang diterima. Kas Rp PPN keluaran Rp Uang Muka Penjualan Rp Jurnal Saat Pelunasan diterima: Kas Rp Uang muka Penjualan Rp PPN Keluaran Rp Penjualan Rp Penjualan Cicilan. PPN terutang saat Penjualan Cicilan terjadi. Tanggal 1 Maret 2009 PT. Baskara Jaya menjual Barang Dagangan seharga Rp , PPN 10% periode cicilan 5 bulan. Piutang Penjualan Cicilan Rp Penjualan cicilan Rp PPN Keluaran Rp PPN Keluaran Rp terutang untuk masa Maret 2009 dan saat diterima cicilan PPN sudah tidak terutang. 4. Pemakaian Sendiri/Pemberian Cuma-cuma Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma terutang PPN. PPN dihitung dari harga pokok barang. Tanggal 30 Maret 2009 PT. Baskara Jaya memakai sendiri produksinya untuk diberikan kepada relasi usahanya sebesar Rp , PPN 10% Jurnal bagi PT. Baskara Jaya : Beban pemasaran Rp PPN Keluaran Rp Persediaan barang Rp Kegiatan Membangun Sendiri

9 Kriteria membangun sendiri yang terutang PPN adalah: - Untuk tempat tinggal/tempat usaha - Bersifat permanent - Luas bangunannya di atas 400 m 2 (tidak termasuk nilai tambah) Dalam tahun 2009 PT. Baskara membangun gedung seluas 800m2 dengan taksiran biaya Rp (tidak termasuk nilai tambah) dan dalam bulan Januari 2009 telah dikeluarkan biaya Rp Maka PPN terutang untuk masa Januari 2009 = 10% x 40% X = Rp Jurnal bulan Januari: Bangunan dalam pelaks. Rp PPN Keluaran Rp Kas Rp (PPN terutang setiap masa/bulan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan tiap bulan dan harus disetor akhir bulan berikutnya sebelum SPT Masa PPN dilaporkan). E. Perlakuan PPN saat Akhir Masa/Akhir Bulan Saat akhir masa pajak/akhir bulan harus dihitung berapa PPN keluaran/ppn terutang dan PPN masukan dalam masa yang bersangkutan. Selisih PPN keluaran dengan PPN masukan tersebut adalah PPN kurang bayar atau PPN lebih bayar. Bila terjadi kurang bayar, maka harus dibayar paling lambat akhir bulan berikutnya sebelum spt masa ppn dilaporkan dan bila lebih bayar bisa dikompensasi ke masa berikutnya atau di restitusi. Selama masa pajak Januari 2009 PT. Baskara Jaya melakukan transaksi sbb: Tgl. 10 Januari membeli barang dagangan seharga Rp PPN 10% secara tunai. Tgl. 25 Januari menjual barang dagangan seharga Rp PPN 10% secara tunai. Jurnal bagi PT. Baskara Jaya dan perlakuan PPN akhir masa Januari 2001 sbb: 1. Saat membeli (tgl 10 Januari 2009) : Pembelian Rp PPN masukan Rp >> Menerima faktur pajak dr penjual << Kas Rp Saat menjual (tgl. 25 Januari 2009) : Kas Rp PPN Keluaran Rp >>Membuat fak.pajak>> Penjualan Rp Pada saat akhir masa pajak Januari 2009 : PPN Keluaran Rp PPN Masukan Rp PPN kurang bayar Rp Keterangan : PPN kurang bayar tersebut harus dilunasi paling lambat akhir bulan berikutnya sebelum spt masa ppn dilaporkan. Jurnalnya adalah sbb : PPN kurang bayar Rp Kas/bank Rp Catatan: Saat terutang PPN = saat terjasi transaksi baik tunai maupun kredit. Batas waktu penyetoran PPN = akhir bulan berikutnya sebelum spt masa PPN dilaporkan. Batas waktu pelaporan PPN = akhir bulan berikutnya. Bila dalam harga sudah termasuk (include) PPN, maka PPN dihitung = 10/110 x harga.

10

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011 Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam

Lebih terperinci

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola Pajak Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola Sejarah PPN Pajak Pembangunan I (PPb I) tanggal 1 Juni 1947 dikenakan atas Rumah Makan dan Penginapan Pajak Peredaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari penghasilan masyarakat, dalam proses pemungutan perlu diatur dalam undang-undang agar dapat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak dan Ciri Ciri Pajak Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

Lebih terperinci

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Disusun oleh : SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Oktober 2009 begawan5060@gmail.com begawan5060 1 Pasal 1 Pengertian 1 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Dalam membahas definisi mengenai pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Adriani di kutip

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MULTI STAGE LEVY namun NON KUMULATIF PABRIKAN PK = 100.000 PPN = 100.000 KN BKP HARGA JUAL =1.000.000 PPN 10% 100.000 PEDAGANG BESAR PM = 100.000 PK = 130.000 PPN = 30.000 KN BKP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 Menimbang : a. TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OBJEK PPN a. PENYERAHAN BKP DAN JKP DI DALAM DAERAH PABEAN YANG DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA; b. IMPOR BKP; c. PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DALAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya. BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak 1. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai wujud peran serta dalam pembangunan yang pengenaannya berdasarkan undang-undang dan tidak mendapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 75/PMK.03/2010 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 75/PMK.03/2010 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 75/PMK.03/2010 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

Bab 10. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Bab 10. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Bab 10 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah 10.1 Pengertian PPN dan PPn BM Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M. PENGANTAR Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 Presented by M. Marthadiansyah Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Pajak atas konsumsi barang dan

Lebih terperinci

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 139 BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PENGERTIAN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Amanita Novi Yushita, M.Si

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Amanita Novi Yushita, M.Si PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 1 TIPE PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Berdasarkan perlakuan terhadap perolehan barang modal, PPN atau Value Added Tax (VAT) dapat dibedakan dalam 3 tipe: 1. Consuption Type

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Apabila membahas pengertian pajak, banyak

Lebih terperinci

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN

Lebih terperinci

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM UU No.18 Tahun 2000 => 42 Th 2009 Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Definisi Pajak

Lebih terperinci

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN. Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN. Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 1 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Tanggal Diundangkan Pasal 19 UU PPN 4 Januari 2012 PP 143 Tahun 2000 Dasar Hukum Aturan

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) A KETENTUAN UMUM Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009

BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009 BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009 2.1. Konsep Dasar Pajak Pertambahan Nilai Untuk mengetahui konsep dasar PPN (Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai Menurut Andriani dalam Brotodiharjo,(2009:2) menyatakan: Pajak adalah iuran kepada negara (yang

Lebih terperinci

Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak 1 1. Hakikat dan Karakter Umum 2. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak 3. Penghitungan PPN 4. Pengukuhan dan Faktur Pajak 5. Sistem Kredit PPN 2 3 HAKIKAT PPN Di dalam daerah pabean. Kegiatan Konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Umum Tentang Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Adapun pengertian pajak menurut para ahli dalam Siti Resmi (2009:1) diantaranya: 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

PPN DAN PPn BM PENGUSAHA KENA PAJAK, DPP & TARIF, TEMPAT PAJAK TERUTANG, DAN FAKTUR PAJAK, NOTA RETUR

PPN DAN PPn BM PENGUSAHA KENA PAJAK, DPP & TARIF, TEMPAT PAJAK TERUTANG, DAN FAKTUR PAJAK, NOTA RETUR PPN DAN PPn BM PENGUSAHA KENA PAJAK, DPP & TARIF, TEMPAT PAJAK TERUTANG, DAN FAKTUR PAJAK, NOTA RETUR Mata Kuliah : Perpajakan II Ruang, Hari /Jam kuliah : M 504, Minggu, Jam :16.15 18.45 WIB Tatap Muka

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 Lampiran II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL: 28 Desember 2007

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Secara Umum Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Definisi Pajak Dalam Suandy (2011:5) Pajak di definisikan sebagai pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut Rachmat Soemitro (1990 : 5) menyatakan Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Fungsi Pajak 1. Pengertian Pajak Banyak pengertian dan batasan yang telah dikemukakan oleh para ahli ekonomi, yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009 Subyek PPN Pengusaha Kena Pajak (PKP) PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

B. SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN)

B. SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1108 (SPT MASA PPN 1108) A KETENTUAN UMUM Berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Umum Pajak Dalam sistem pemerintahan kita pajak merupakan sumber penerimaan yang mempunyai andil baik bagi pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah. Karena melibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1) BAB II LANDASAN TEORI A. Perpajakan Adapun pengertian pajak yang dikemukakan para ahli dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

Lebih terperinci

(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000

(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000 AKUNTANSI PERPAJAKAN 1. Akuntansi Pajak untuk Pendapatan (Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000 Pada Saat Mengakui Pendapatan/Penjualan (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang

Lebih terperinci

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Subject 4 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2013 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects

Lebih terperinci

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA KPP PRATAMA TIMIKA MEI 2015 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa Latar

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

Pjk Elearning-Modul #10

Pjk Elearning-Modul #10 Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Tarif

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 2009

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 2009 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984 Presiden Republik Indonesia, Menimbang: Bahwa dalam rangka pelaksanaan pemungutan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 198 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 Tanggal 9 Nopember 1994 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.

Lebih terperinci

AKUNTANSI PPN & PPnBM

AKUNTANSI PPN & PPnBM AKUNTANSI PPN & PPnBM Catatan PPN Sistem Kredit PPN Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN PPN Keluaran Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan kepada PKP Pembeli. PPN Masukan Merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Defenisi Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, B A B IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan tujuan perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak dan Fungsi Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Adriani dalam kutipan Soemarso (2007:2), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA G. Pengertian Pajak 1.Defenisi Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

Lebih terperinci

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK P2.1 Teori Faktur Pajak A. Definisi Pasal 1 huruf t UU PPN 1984 yang dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 menjadi Pasal 1 angka 23 merumuskan : Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian PPN Menurut Waluyo (2011:9), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas : a.penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; b.impor Barang Kena Pajak;

Lebih terperinci

UU 11/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 198 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

UU 11/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 198 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Copyright 2002 BPHN UU 11/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 198 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH *8743 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Akuntansi dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Ada beberapa definisi tentang ilmu akuntansi, antara lain : 1. Menurut American Institute of Certified

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE MODEL

Lebih terperinci

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3),

LANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3), BAB II LANDASAN TEORI II.1 Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3), Pajak adalah

Lebih terperinci

11/PMK.03/ PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/KMK.03/2001

11/PMK.03/ PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/KMK.03/2001 11/PMK.03/2007 PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/KMK.03/2001 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11/PMK.03/2007 Ditetapkan tanggal 14 Februari 2007 PERUBAHAN KETIGA ATAS

Lebih terperinci