Studi Analisa Penegndelaiam Mutu Proyek Jalan Mlirip - Jampirogo. Kata Kunci : agregat, komposisi, gradasi, mix desain, spesifikasi, quarry.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Analisa Penegndelaiam Mutu Proyek Jalan Mlirip - Jampirogo. Kata Kunci : agregat, komposisi, gradasi, mix desain, spesifikasi, quarry."

Transkripsi

1 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 1 Studi Analisa Penegndelaiam Mutu Proyek Jalan Mlirip - Jampirogo ABSTRAK Dengan berkembangnya tehnologi khususnya pada bidang konstruksi jalan, banyak upaya pemerintah (Bina Marga) untuk terus berbenah akibat kegagalan-kegagalan pekerjaan yang terjadi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan oleh human error, yang banyak terjadi sering mengenyampingkan mutu bahan dan pelaksanaan. Untuk mendapatkan kualitas bahan dan pelaksanaan yang memenuhi persyaratan mutu banyak yang harus diperhatikan, terutama pada kemampuan sumber daya manusia. Kemampuan atau keterampilan melakukan pengujian dan pelaporan dengan benar merupakan kunci pengendalian mutu. Macam-macam pengujian yang dikerjakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan dan metode rencana pencampuran agregat A dan B yang melalui tahapan dari pengambilan, perumusan dan pemprosesan bahan hingga menjadi suatu bahan campuran lapis pondasi. Penentuan tempat pengambilan sirtu dievaluasi yang terkecil akibat dampak penambangan. Pemprosesan bahan dari sirtu melalui mesin pemecah batu menjadi fraksi sirtu dan batu pecah dan mencampurnya sesuai komposisi dan gradasi Mix Desain yang disetujui. Pengujian bahan dengan standar pengujian yang ditentukan tidak kurang dari batas-batas yang ditentukan spesifikasi. Untuk mendapatkan keseragaman pada sifat-sifat material, pada pengambilan sirtu tidak boleh lebih dari satu lokasi pengambilan (quarry). Didalam pelaksanaan kita sudah mengetahui kualitas bahan yang dikirim layak untuk diterima atau ditolak. Dan sampai akhir pekerjaan sudah bisa dijamin kualitasnya.dari hasil pengujian di laboratorium material sirtu dan batu pecah lolos saringan 1½ untuk agregat kelas A, dan lolos saringan 2 untuk agregat B, bila dicampur dengan komposisi 70 : 30 persen dengan perbandingan berat, akan didapat daya dukung tanah (CBR) sebesar 104,0 % untuk agregat kelas A dan 73,5 % untuk agregat kelas B. Kata Kunci : agregat, komposisi, gradasi, mix desain, spesifikasi, quarry. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG UMUM Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang lebih banyak dipakai oleh masyarakat di Indonesia. Untuk itu pelayanan, kenyamanan dan keamanan bagi pengguna prasarana ini perlu perhatian intensif supaya mendapatkan hasil pelayanan yang memuaskan. Departemen Pekerjaan Umum merupakan Departemen yang melaksanakan layanan Pemerintah untuk menjaga pelayanan transportasi darat menjadi aman dan nyaman bagi pemakai prasarana ini. Untuk meningkatkan pelayanan ini, pihak Departemen Pekerjaan Umum Menunjuk Kontraktor sebagai pelaksana, dan Konsultan sebagai perencana dan pengawas pelaksanaan.

2 2 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 Pada proyek proyek Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan di Dinas Bina Marga yang di kerjakan kontraktor kelas nasional maupun daerah, yang terjadi saat ini masih bisa dikatakan belum memenuhi pelayanan yang memuaskan. Hal ini bisa kita liat pada proyek proyek yang ada, di mana banyak sekali kita temui sebelum mencapai umur rencana dan pada waktu pelaksanaan sudah mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut belum mumpuni. Untuk memenuhi tuntutan mutu yang diminta perlu tenaga ahli dan pelaksana pekerjaan yang mempunyai dedikasi tinggi untuk mencapai mutu pekerjaan yang baik. I.2 PERUMUSAN MASALAH Pada Perencanaan di dapat tebal aggregat base klas A = cm, dan aggregat base klas B = cm. Yang menjadi permasalahan adalah : 1. Dengan keterbatasan tempat pengambilan material bisakah kontraktor mendapatkan bahan berkualitas dan proses pencampuran bahan dengan baik. 2. Dengan material yang tersedia, bagaimana mengolah material itu menjadi bahan badan jalan yang memenuhi yang disyaratkan. 3. Macam-macam metode pengujian apa saja yang diterapkan untuk mengetahui bahwa bahan itu bisa dipakai untuk bahan badan jalan. 4. Bagaimana penerapan pelaksanaan yang mudah dan bisa memenuhi persyaratan. I.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari Analisa Metode Pengendalian Mutu ini adalah Meninjau ke dalam pelaksanaan proyek ini untuk mengetahui alur metode pelaksanaan dan mengontrol mutu, sejak dari tempat pegambilan material, pengolahan sampai penghamparan dan pemadatan. Dan bagaimanakah pengujian dan pelaporannya. I.4 BATASAN MASALAH

3 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 3 Dalam penulisan tugas akhir ini lingkup pembahasan yang direncanakan akan diungkap antara lain adalah : 1. Proyek yang akan dibahas adalah Proyek Pembangunan Jalan Mlirip Jampirogo. 2. Analisa pemilihan metode dilakukan pada aspek aspek yang meliputi : Analisa Metode Pengendalian Mutu Konstruksi Jalan. Analisa Pekerjaan Pondasi aggregate klas A dan B Analisa Pengujian Laboratorium Analisa Pengujian Lapangan Analisa Pelaksanaan penghamparan dan pemadatan. TEORI PENUNJANG UMUM Pengendalian mutu merupakan suatu sistim pengumpulan, analisa dan penafsiran dari ukuran-ukuran serta data lain mengenai karakteristik yang ditetap akan dari suatu bahan, proses dan suatu produk untuk menentukan kesesuaiannya terhadap persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Pada pokoknya semua itu merupakan fungsi pengawasan. (Buku Pondasi Jalan, oleh Ir.Rudy Setiawan, tahun 1999) Tujuan pengendalian mutu adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan yang telah selesaikan, betul-betul memenuhi persyaratan dan rancangan yang telah direncanakan serta bahan-bahan dan keterampilan kerjanya juga memenuhi standar yang cukup tinngi untuk pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan (dan secara ekonomis) dalam jangka waktu yang diiginkan. Pengendali mutu dapat dianggap sebagai cara yang formal untuk mencapai hasil yang di inginkan dan secara berurutan pelaksanaannya adalah : 1. Program pengendalian mutu merupakan upaya untuk meyakinkan terhadap tercapainya kualitas hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan apa yang dikehendaki spesifikasi dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. 2. Pengendalian mutu dilaksanakan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pasca pelaksanaan. 3. Program pengendalian mutu harus disusun proyek / bagian proyek dan dibahas pada saat Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting / PCM). Program tersebut dapat direvisi sesuai dengan perkebangan lingkup pekerjaannya.

4 4 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: Progam pengendalian mutu proyek berisi paling tidak meliputi : 1) Informasi Proyek 2) Organisasi Pelaksanaan Proyek (termasuk Konsultan Supervisi dan Kontraktor) 3) Jadual Pelaksanaan 4) Langkah-langkah Pengendalian Mutu 5) Jadual pengujian yang telah dikaji Atasan Langsung Pimpro / Pimbagpro dari program pengendalian mutu pekerjaan proyek. 5. Untuk melaksanakan pengujian laboratorium dalam rangka pengendalian mutu pekerjaan, Proyek / Bagian Proyek harus mempedomani pemanfaatan laboratorium sebagai berikut : Tabel : II. 1 NO. 1. JENIS PENGUJIAN PERIODE TEMPAT PENGUJIAN PENGUJIAN Pengujian Dasar Persyaratan Dasar Awal Pelaksanaan Lab. DPU Bina Marga Prop. Jatim 2. Laboratorium Mix Formula Awal Pelaksanaan 3. Pengujian Rutin Selama Selama Pelaksanaan Pelaksanaan 4. Pengujian untuk pengawasan melekat 5. Pengujian Serah Terima Pekerjaan Lab. DPU Bina Marga Prop. Jatim Lab. Kontraktor / DPU Bina Marga / lainnya Lab. DPU Bina Marga Prop. Jatim Selama Pengawasan melekat Saat Serah Terima Lab. DPU Bina Marga Prop. Jatim Pekerjaan / PHO II.2 Pedoman Langkah-langkah Pngendalaian Untuk Bahan Mentah 1) Pra Pelaksanaan a. Pemilihan pabrikan / pemasok asal bahan yang menjamin pemenuhan mutunya. b. Pemilihan quarry asal bahan yang menjamin pemenuhan mutunya. c. Pemilihan metode produksi / penyiapan yang menjamin dihasilkannya bahan bermutu.

5 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 5 d. Pemilihan peralatan penghasil / pengolah yang menjamin dihasilkannya bahan bermutu. e. Pemilihan peralatan uji yang menjamin akurasi dan presisi mutu bahan. Dokumen hasil pengendalian mutu diantaranya : 1. Sertifikasi hasil uji mutu bahan dari laboratorium pabrikan. 2. Sertifikasi hasil uji mutu bahan dari laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa Timur. 3. Surat rekomendasi lembaga berwenang / prestasi kerja yang di akui pengguna mengenai kepekaan pengukuran dari peralatan uji. 4. Surat bukti kemampuan / pengakuan pemenuhan bahan / peralatan / metode menghasilkan bahan yang bermutu dari lembaga berwenang / pengguna sebelumnya. 5. Berita acara hasil pengujian mutu yang dibuat bersama oleh produsen / pemasok dan pengguna bahan. 2) Pelaksanaan i. Awal a. Pengujian dasar persyaratan penggunaan bahan. b. Pengujian formula campuran sample bahan yang akan digunakan / Laboratorium Mixed Formula. c. Kalibrasi penggunaan peralatan produksi dan pengukuran. Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya : 1. Sertifikat hasil uji mutu bahan dan laboratorium mixed formula dari laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa Timur. 2. Surat rekomendasi lembaga berwenang mengenai kemampuan peralatan menghasilkan bahan bermutu. 3. Sertifikat hasil kalibrasi / tera peralatan pengukur yang digunakan dari lembaga berwenang yang masih berlaku. 4. Berita acara yang dibuat bersama oleh kontraktor, proyek dan konsultan supervisi mengenai hasil kalibrasi peralatan produksi / pengukuran yang digunakan. ii. Produksi

6 6 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 a. Pengujian formula campuran bahan yang digunakan / job Mixed Formula. b. Pengujian ulang kalibrasi ukuran / volume / berat dari bahan komponen hasil produksi yang digunakan dasar pembayaran. Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya : 1. Sertifikat hasil uji mutu bahan yang diproduksi dan digunakan dari laboratorium proyek. 2. Berita acara Job Mixed Formula bahan diproduksi yang disahkan bersama oleh proyek, kontraktor dan konsultan supervisi. 3. Sertifikat hasil kalibrasi / tera penggunaan peralatan pengukur yang berlaku dari lembaga berwenang. 4. Berita acara hasil kalibrasi penggunaan peralatan produksi / pengukuran yang disahkan bersama oleh proyek, konsultan supervisi dan kontraktor. iii. Pengerjaan a. Pengujian rutin setiap hari, volume dan berat sesuai ketentuan standar spesifikasi dari laboratorium proyek. b. Percobaaan penentuan lintas pemadatan, ukuran pemadat dan pengujian kepadatannya. c. Pengujian kalibrasi volume tempat penampung bahan dan jumlah penggunaannya. Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya : 1. Sertifikat hasil uji mutu produksi bahan pada setiap tingkatan (sesuai ketentuan standar spesifikasi) dalam tahap pengerjaan dari laboratorium proyek. 2. Berita acara penggunaan formula pemadatan bahan yang dikerjakan dan disahkan bersama oleh proyek, konsultan supervisi dan kontraktor. 3. Berita acara kalibrasi penggunaan tempat penampung dan jumlah bahan yang dikerjakan dan disahkan bersama oleh proyek, konsultan supervisi dan kontraktor. iv. Akhir

7 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 7 a. Pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan yang dikerjakan. b. Pengujian kerataan dan kemiringan. c. Pengujian kekuatan. Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya : Sertifikat hasil uji mutu pengerjaan produksi bahan pada tahap pelaksanaan akhir sesuai ketentuan standar spesifikasi dari laboratorium proyek. 3) Pasca Pelaksanaan 1. Pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan yang diselesaikan. 2. Pengujian kerataan dan kemiringan. 3. Pengujian kekuatan, daya dukung. Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya : Sertifikat hasil uji mutu pekerjaan selesai sesuai kebutuhan yang dikerjakan. II.3 Pedoman Langkah-langkah Pengendalian Untuk Bahan Pabrikan Pengendalian mutu yang dilaksanakan meliputi : Menyerahkan hasil Job Mixed Formula dari Laboratorium produsen / pabrikan pemasok yang memenuhi ketentuan standar spesifikasi teknis yang diakui / Bina Marga mengenai komposisi bahan produksi yang digunakan sebagai dasar pedoman kerja produksi yang dipasok : 1. Menyerahkan hasil pengujian rutin persatuan ukuran / waktu produksi / pekerjaan selama proses pelaksanaan sesuai ketentuan standar spesifikasi teknis meliputi : a. Produksi b. Pengerjaan 2. Menyerahkan hasil pengujian selama proses akhir persatuan produksi / pekerjaan sesuai ketentuan standar spesifikasi teknis seperti di antaranya pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan serta kekuatan. 3. Pengujian pada proses pasca pekerjaan selesai di antaranya meliputi beberapa pengujian ulang, jika dibutuhkan.

8 8 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: Perkecualian diberikan untuk penggunaan hasil pengujian dari produsen (dalam negeri / luar negeri), laboratorium pengujian tanpa akreditasi apabila berdasarkan sifat serta kekhususan bahan / pekerjaan yang digunakan adalah: a. Menggunakan teknologi canggih dan di dalam negeri belum mampu dilakukan pengujian tersendiri. b. Teknologi yang digunakan tetapi di dalam negeri belum mampu di lakukan pengujian tersendiri. c. Teknologi yang digunakan merupakan hak eksklusif / paten produsen yang belum mampu diuji di laboratorium dalam negeri selain oleh laboratorium produsen. d. Teknologi yang digunakan belum mampu diuji laboratorium penguji dalam negeri yang telah memiliki akreditasi. II.4 Pedoman Penentuan Batasan Volume Menurut Kelompok Pekerjaan 1. Kelompok pekerjaan agregat Sesuai ketentuan pengujian dengan volume minimal standar pada spesifikasi Bina Marga : a. Volume di atas 1000 m³ pengujian rutin persetiap kelipatan produksi 1000 m³. b. Produksi pengujian untuk produksi mulai 200 m³. 2. Kelompok Pekerjaan Sejenis Volume / Produksi Kecil Di Bawah Ukuran Minimal Ketentuan Pengujian, Lokasi Tersebar Pada beberapa Paket Kontrak Tetapi Terletak Pada Satu Wilayah BPJ Serta Berasal Dari Satu Sumber Quarry / Produsen Pemasok Yang Sama, diharuskan ketentuan sebagai berikut : a. Satu Laboratorium Mixed formula dari laboratorium Dinas Pekerjaaan Umum Propinsi Jawa Timur yang berlaku untuk satu jenis volume / produksi kecil tersebar pada beberapa paket kontrak dalam satu wilayah BPJ. b. Diadakan pengujian rutin yang dapat menggambarkan mutu serta teknis pengerjaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan pada masing-masing lokasi pekerjaan yang meliputi semua tahapan yaitu : i. Produksi

9 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 9 ii. Pengerjaan. c. Pengujian selama proses akhir meliputi di antaranya pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan yang dipakai, kekuatan maupun daya dukung. II.5 Ringkasan Proses Pengendalian Mutu Konstruksi Jalan 1. Penyerahan lokasi pekerjaan ke proyek. 2. Kontrak. 3. Surat Perintah Mulai Kerja. 4. Penyerahan Lokasi Pekerjaan Ke Kontraktor. 5. Rapat Pra Konstruksi ( PCM ) : a. Jadual kerja. b. Mobilisasi Sumber Daya. c. Desain campuran. d. Pematokan. e. Tata kerja pengaujuan MC dan kelengkapannya. 6. Rekayasa Lapangan, Review design. 7. CCO / Addendum Kontrak. 8. Pembersihan, pengerjaan tanah dan persiapan tanah dasar, drainase dan gorong-gorong. 9. Teknik konstruksi lapis pondasi bawah dan atas. 10. Teknik konstruksi permukaan. 11. Teknik konstruksi pekerjaan pelengkap dan penunjang akhir. 12. Pernyataan pekerjaan selesai 100 % dan final addendum kontrak. 13. Proses PHO pekerjaan. 14. Masa pemeliharaan pekerjaan 15. Proses FHO pekerjaan 16. Penyerahan kembali hasil pekerjaan ke Pembina jalan. II.6 Peranan Pengendalian Mutu Pada Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Tanah Berbutir

10 10 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 Pengendalian pekerjaan-pekerjaan proyek dilaksanakan dengan cara melakukan inspeksi, pengukuran dan pengujian (testing). Hal ini terdiri dari metode utama pengendalian mutu dan keterampilan kerja serta pelaksanaan spesifikasispesifikasi untuk konstruksi jalan serta pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan. Pengendalian dan pengujian secara teratur, merupakan alat / cara yang diperlukan untuk menghindari hasil yang tidak diterima, yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti keterampilan kerja yang jelek, perubahan sumber-sumber bahan bermutu jelek, peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai dan kondisi yang merugikan pekerjaan di lapangan, berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Dalam pemeliharaan maupun pembangunan jalan, hasil penelitian di Indonesia maupun di Negara-negara lainnya dengan jelas menunjukkan bahwa pengendalian mutu yang baik dapat sangat meningkatkan kinerja jalan. Sesungguhnya bahwa, pengendalian mutu yang baik juga akan menghemat biaya lima sampai sepuluh kali lipat dari pada menggunakan uang yang sama itu membuat lapisan bahan yang lebih kuat atau lebih tebal. Bila semua faktor ini dijadikan satu, kita akan menyadari betapa pentingnya peranan petugas pengendali mutu dan jika ia bekerja dengan baik, ia dapat menjadi salah stu seorang tenaga yang paling produktif untuk pembangunan Nasional. Ada dua fungsi utama dari percobaan pengendalian mutu berdasarkan kontrak dan sangat penting bagi petugas pengendali mutu untuk memahami betul-betul perbedaan antara kedua fungsi ini yaitu : 1. Pengendalian mutu bahan, yang diperlukan untuk menjamin bahwa bahanbahan yang diusulkan kegunaanya untuk pekerjaan lapisan pondasi jalan tanah berbutir adalah sesuai dan memuaskan serta memenuhi persyaratan spesifikasi. Hal ini penting karena bahan-bahan tersebut harus diperiksa dan diuji mutunya (seperti batas-batas Atterberg, gradasi, CBR dan lain-lain). Sebelum dimasukkan ke dalam pekerjaan dan dilaporkan kepada Direksi Teknik. 2. Pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan, yang dilaksanakan untuk menjamin bahwa pekerjaan dari kontraktor yang telah diselesaikan memenuhi standar perencanaan dan standar konstruksi yang telah ditetapkan. Hasil pekerjaan tersebut (seperti tingkat pemadatan yang didapat dalam pondasi agregat dan

11 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 11 lain-lain). Diperlukan oleh Direksi Teknik untuk menentukan pekerjaan itu diterima atau ditolak. 3. Pengendalian mutu pekerjaan memerlukan pengawasan (konsultan supervisi) terus menerus selama pelaksanaan pekerjaan. II.7 Tugas Dan Tanggung Jawab Pengendali Mutu Pengendali mutu harus memastikan terhadap pelaksanaan pekerjaan kontraktor semua pengujian-pengujian yang diperlukan menurut spesifikasi atau menurut keperluan Direksi dilaksanakan secepat mungkin dan keputusannya dicatat dengan sempurna, disimpan dan secepatnya diserahkan kepada Pengendali Mutu Lapangan dan Direksi Pengawas Lapangan supaya pekerjaan yang berkualitas jelek tidak diterima. Untuk mencapai tujuan di atas, pengendali mutu harus melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut : 1. Mengawasi terus menerus teknisi kontraktor dalam melaksanakan persyaratan pengujian yang telah ditentukan, pengawasan pengambilan bahan contoh, ketelitian pengujian dan laporan. 2. Memberi petunjuk kepada kontraktor di mana contoh yang cocok harus diambil dan menentukan bahwa frekwensi pengambilan contoh dan pengujian telah mencukupi dan memenuhi persyaratan-persyaratan frekwensi yang di tetapkan. 3. Menentukan semua pengujian-pengujian pada semua material dan pekerjaan lapangan telah dicatat dengan sempurna oleh teknisi kontraktor ke dalam laporan harian dan disimpan secara tersendiri dari kontraktor, simpanan terpisah yang terdiri daripada semua laporan-laporan dan hasil-hasil pengujian 4. Memastikan bahwa teknisi kontraktor melaporkan hasil-hasil pengujian dengan menggunakan formulir laboratorium yang standar. 5. Menyerahkan ringkasan laporan mingguan untuk semua hasil-hasil pengujian kepada Direksi Pengawas Lapangan berikut saran-saran mengenai diterima atau ditolaknya material pekerjaan, berdasarkan hasil pengujian dan pengamatan prosedur yang dilaksanakan oleh teknisi kontraktor. Sebagai pengendali mutu harus memberikan petunjuk kepada staf kontraktor dalam pengambilan contoh dan terus juga bekerja sama dengan teknisi kontraktor melakukan pengujian, dia harus diberikan surat kuasa dari Pemimpin Proyek

12 12 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 untuk menentukan bahwa dia bisa melaksanakan tugas degan efektif sebagai wakil Direksi dalam hal-hal pengambilan contoh dan pengujian. Kontraktor adalah bertanggung jawab dibawah ketetapan-ketetapan kontrak, untuk bekerjasama dengan wakil yang diberi kuasa dari Direksi (yaitu pengendali mutu) dalam melaksanakan pengujian-pengujian yang ditentukan. Pengendali mutu tidak harus melakukan pekerjaan pengambilan bahan contoh atau pengujian, tetapi secara seksama mengawasi teknisi kontraktor sewaktu mereka melaksanakan pekerjaan dan harus melaporkan secepat mungkin kepada Direksi Lapangan atau Pemimpin Proyek Jika : a. Ketidak cukupan jumlah pengujian-pengujian yang telah dilakukan (yaitu pengujian-pengujian kurang dari pada yang telah ditentukan dalam volume 3 spesifikasi dari dokumen kontrak). b. Prosedur pengambilan contoh yang digunakan adalah salah. c. Prosedur pengujian yang digunakan adalah salah. d. Alat-alat laboratorium kontraktor di bawah standar yang sepantasnya atau tidak mencukupi (yaitu jika tiap hal dari daftar lampiran, volume 3 dari spesifikasi tidak dipunyai oleh laboratorium lapangan atau dipunyai tetapi tidak berfungsi). e. Pencatatan atau pelaporan untuk hasil-hasil pengujian adalah salah satu dipalsukan dengan bebagai cara. f. Pengendali mutu harus mendorong kontraktor untuk mengelola laboratorium lapangan dengan cara yang efisien dan profesional, sehingga memberikan hasil / produk yang lebih tepat. II.8 Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Jalan Berbutir Aspek pengendalian mutu yang berhubungan dengan pekerjaan pondasi jalan tanah berbutir dan kegiatan tertentu yang harus dilaksanakan meliputi sebelum, selama dan setelah konstruksi pekerjaan pondasi jalan tanah berbutir. Lapisan pondasi bawah dan pondasi atas adalah lapisan konstruksi yang berfungsi sebagai pembagi beban lapis kedua yang berupa bahan berbutir yang terletak di atas lapis tanah dasar (subgrade) yang telah dibentuk berupa embankment dan dipadatkan serta langsung berada di bawah lapis pondasi atas perkerasan.

13 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 13 Pekerjaan subgrade sudah harus selesai / sempurna dilaksanakan sebelum peerjaan subbase / base dimulai seperti batang melintang, kerataan memanjang, ketebalan dan kepadatan. Pengendalian mutu subase / base dilakukan dengan memeriksa sifat-sifat agregat subase /dan base. Agregat biasanya diambil dari sumber bahan / quarry pada lokasi sumber bahan dan pertama-tama yang harus dipelajari adalah keadaan lapangan agar didapat contoh tanah yang kira-kira dapat mewakili. Agregat yang berasal dari quarry dan tambahan batu pecah hasil dari lokasi pencampuran yang memenuhi spesifikasi setela dilakukan pemeriksaan dan uji, sebagian harus disimpan di Direksi Kit untuk mengecek apakah agregat yang diuji sesuai dengan agregat yang diangkut kelapangan. Macam pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari : 1. Batas Atterberg 2. Indeks Plastisitas 3. Analisa Saringan untuk menentukan gradasi 4. CBR untuk menentukan daya dukung tanah 5. Kepadatan Laboratorium untuk menetapkan tingkat kepadatan lapangan 6. Sand Cone II.9 Ringkasan Standar Pengujian Lapangan dan Laboratorium yang digunakan pada pekerjaan Pondasi Jalan tanah Berbutir Secara umum standar pengujian lapangan dan laboratorium mengandung informasi tentang : 1. Ukuran benda uji 2. Nomor Pengujian Standar 3. Daftar Peralatan dan Bahan 4. Kekerapan pengujian 5. Metode uji 6. Lokasi 7. Rumus-rumus dan blangko pengujian II.10 PENGUJIAN SUB BASE / BASE SEBELUM KONSTRUKSI

14 14 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 Semua bahan yang digunakan untuk subbase / base harus diperiksa terlebih dulu di laboratorium untuk menentukan sifat-sifat teknisnya. Bahan yang diambil dari sumber bahan untuk diperiksa harus mendapat persetujuan Direksi. Pengambilan contoh bahan dari sumber bahan harus dihadiri oleh Direksi. Jenis pemeriksaan yang dilakukan tergantung pada spesifikasi yang digunakan. Material yang ada mungkin terdiri dari 2 atau 3 jenis gradasi, oleh karena itu harus dilakukan pencampuran bahan agar spesifikasi tercapai sehingga dapat ditentukan komposisi (presentase) masing-masing bahan. a) Pembuatan lapis pondasi atas kelas A dan kelas B Lapis pondasi atas kelas A adalah agregat batu pecah disaring dan digradasi yang merupakan batu pecah keras dan bersih serta semuanya lolos saringan 37,5 mm. Lapis pondasi bawah kelas B juga meliputi agregat kasar yang tertahan pada saringan 4,75 mm bilamana dihasilkan dari kerikil tidak kurang dari 50 % terhadap berat, merupakan partikel-partikel yang memiliki paling sedikit satu bidang pecah. Agregat halus lolos saringan 4,75 mm dan terdiri dari kerikil halus dan pasir alami atau debu crusher. Prosentase berat agregat tipis / pipih (perbandingan tebal dengan panjang lebih dari 1 : 5) maksimum 5 %. Gradasi lapis pondasi Kelas A dan B harus memenuhi syarat-syarat spesifikasi menurut gradasi persen berat yang lolos adalah : Tabel : II.2. ASTM (mm) KelasA Kelas B ½ 37, , /8 9, # 4 4, # 10 2, # 40 0, # 200 0, b) Jenis-jenis pengujian sebelum konstruksi pekerjaan LPA dan LPB meliputi : 1. Analisa saringan dari agregat halus dan kasar

15 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) Batas Cair 3. Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah 4. Keausan dari agregat kasar berukuran kecil dengan Mesin Los Angeles 5. Hubungan kelembaban kepadatan dari tanah dengan penumbuk seberat 4,54 kg dan tinggi 457 mm. 6. Karakteristik agregat 7. Kepadatan tanah ditempat dengan metode kerucut pasir 8. CBR Sifat-sifat lapis pondasi agregat : Tabel : II.3. Sifat-sifat Kelas A Kelas B Abrasi dari Agregat Kasar 0 40 % 0 40 % Indeks Plastisitas Hasil kali Indeks Plastisitas dengan % Maks 25 - lolos ayakan No. 200 Batas Cair Bagian yang Lunak 0 5 % 0 5 % CBR Min 90 % Min 35 % II.11 PENGUJIAN SUB BASE / BASE SELAMA KONSTRUKSI 1. Bahan yang di angkut ke lapangan haruslah bahan yang sesuai dengan spesifikasi. Bahan yang tidak sesuai tidak boleh dicampur dengan bahan yang sudah sesuai spesifikasi. Bahan yang terlanjur dihampar / dipadatkan harus dibongkar dan diganti dengan material yang sesuai dengan spesifikasi serta dipadatkan kembali. 2. Penghamparan harus dibuat lebih tebal dari tebal padat rencana dan disesuaikan dengan bentuk melintang jalan yang diperiksa dengan mal lengkung. Tebal hamparan dapat mencapai 1,2 1,5 tebal padat. 3. Lapis pondasi agregat harus dibawa ke tempat pada badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kelembaban dalam bahan harus tersebar secara merata.

16 16 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: Masing-masing lapisan harus dihampar pada satu operasi pada tingkat yang merata yang akan menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut harus diusahakan sama tebalnya. 5. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang menyebabkan segregasi dari partikel agregat kasar dan partikel agregat halus. Material yang segregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. 6. Tebal minimum lapisan gembur yang untuk setiap lapisan konstruksi harus dua kali lipat ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal maksimum lapisan gembur tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. II.12 PENGUJIAN SUB BASE / BASE SETELAH KONSTRUKSI 1. Pengecekan bentuk melintang permukaan dengan mal lengkung atau mal miring tiap 5 10 meter. Bentuk permukaan harus sesuai dengan rencana. 2. Pengecekan kerataan memanjang permukaan dengan mal datar. 3. Pengecekan Kepadatan Lapangan. Pengecekan kepadatan lapangan umumnya dilakukan menggunakan sand cone dengan interval berselang tidak lebih dari setiap 200 meter panjang permukaan subbase / base dan letak titik pemeriksaan di buat zig-zag. Setiap kepadatan lapangan dibuat harus 100 % kepadatan laboratorium, apabila γd lapangan belum 100 % kepadatan laboratorium, harus dilakukan pemadatan ulang. 4. Pemeriksan Visual. Pemeriksaan visual dilakukan untuk mengecek apakah terdapat bagian-bagian lembek, genangan-genangan air, tonjolan-tonjolan besar dan lain-lain. Apabila terdapat bagian-bagian lembek harus dibongkar dan dipadatkan kembali. 5. Bagian-bagian pekerjaan subbase / base yang telah selesai harus dilindungi misalnya terhadap lalu-lintas yang lewat, mencegah terjadi kerusakan pada subbase / base. Sebaiknya subbase / base yang sudah selesai dikerjakan, harus ditutup segera dengan base / lapis permukaan untuk mencegah kerusakan pada subase / base.

17 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) Pemeriksaan uji petik gradasi, Atterberg dan CBR lapangan terhadap hasil produk yang telah padat terhampar di lokasi jika diperlukan. II.13 PEMADATAN Pada pembuatan timbunan untuk jalan raya, dam dan banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk : a) Meningkatkan berat volumenya. b) Meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya. c) Mengurangi besarnya penurunan / compressbility tanah yang diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments). d) Memperkecil pengaruh air terhadap tanah. Pemadatan adalah suatu proses di mana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis. Proses pemadatan berlainan sama sekali dengan proses konsolidasi dan kedua istilah tersebut tidak dapat dicampur adukkan. Cara mekanis yang dipakai untuk memadatkan tanah untuk memadatkan tanah bermacam-macam dilapangan biasanya dipakai cara menggilas dan di laboratorium dipakai cara memukul. Penggilas besi berpermukaan halus(smoothwheell rollers) dan penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk pemadatan tanah berbutir (granular soil) sampai ke dalam yang cukup besar dari permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistim ini disebut vibroflotation (pemampatan getar apung). 1. Prinsip-prinsip Pemadatan Umum Tinglat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air terebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikelpartikel tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat / padat. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat. Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat jumlah padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat secara bertahap pula. Setelah mencapai kadar air tertentu,

18 18 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 adanya penambahan kadar air justru cenderung menurun berat volume kering dari tanah. Hal ini di sebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruangruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air di mana harga berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum. Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum dilakukan untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah Proctor Compaction test. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepadatan. Pada pembahasan pemadatan tanah menunjukkan bahwa kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kepadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Disamping kadar air, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pemadatan tanah adalah : a. Kadar air b. Jenis tanah c. Usaha pemadatan d. Tebal lapisan tanah yang dipadatkan e. Intensitas tekanan yang dihasilkan alat pemadat f. Luasan muka tanah di mana tekanan pemadat bekerja II.14 Pengujian Pemadatan Pekerjaan Sub Base dan Base 1. Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test) Pada uji Proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume 1/30 ft³ (= 943,3 cm³). Diameter cetakan tersebut adalah 4 inch (= 101,6 mm). Selama percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelem pada sebuah pelat dasar dan di atasnya diberi perpanjangan (juga berbentuk silinder). Tanah dicampur air dengan kadar air yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan penumbuk khusus. Pemadatan tanah tersebut dilakukan dalam 3 lapisan (dengan tebal tiapan kira-kira 1,0 inch) dan jumlah tumbukan adalah 25 kali setiap lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5 lb (= 2,5 kg) dan tingi jatuh sebesar 12 inch (= 304,8 mm). Untuk setiap percobaan, besar γ dari tanah yang dipadatkan tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

19 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 19 γ = W V(m) Di mana : W = Berat tanah yang dipadatkan di dalam cetakan V(m) = Volume cetakan (= 1/30 ft³ = 943,3 cm³) Juga pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan tersebut dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar air tersebut diketahui, berat volume kering γd dari tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut : γ d = 1 + γ w (%) 100 Di mana w (%) = Presentase kadar air Harga γd dari persamaan rumus tersebut dapat digambarkan terhadap kadar air untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum. Prosedur pelaksanaan Uji Proctor Standar telah dirinci dalam ASTM Test Designation D dan dalam AASHTO Test Designation T-99. Untuk kadar air tertentu, berat volume kering secara teoritis didapat bila pada pori-pori tanah tidak ada udaranya lagi, yaitu pada saat di mana derajat kejenuhan tanah sama dengan 100 %. Jadi berat volume kering maksimum (teoritis pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero air voids (pori-pori tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat ditulis sebagai : γzav = Gs 1 + e Di mana : γzav = berat volume pada kondisi zero air void γw = berat volume air e = angka pori Gs = berat spesifik butiran padat tanah Untuk keadaan tanah jenuh 100 %, e = wgs, Jadi :

20 20 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 γzav = Gs γw 1 + wgs γw = w + 1 Gs Di mana w = kadar air Untuk mendapat variasi dari γzav terhadap kadar air, gunakanlah prosedur berikut : a. Tentukan berat spesifik butiran tanah b. Cari berat volume air (γw) c. Tentukan sendiri berapa harga kadar air w,misalnya ; 5%, 10%, 15%...dan seterusnya. d. gunakanlah persamaan rumus di atas untuk mencari γzav dari kadar-kadar air tersebut. 2. Percobaan Proctor Modified (Modified Proctor Test). Cara melakukan ini tidak banyak berbeda dengan cara melakukan percobaan standard. Cetakan yang dipakai sama dan banyaknya pukulan pada setiap lapisan juga sama. Tetapi di sini berat alat pemukul lebih besar yaitu 10 pound dan tinggi jatuhnya 18 inch. Juga di sini tanah dipadatkan dalam 5 lapisan. Dari grafik yang khas hasil dari penggabaran kedua macam percobaan tersebut dapat dibuat suatu garis zero air voids line. Atau garis derajat kejenuhan 100 %. Garis ini adalah hubungan teoritis antara berat isi kering dengan kadar air bilamana derajat kejenuhan adalah 100 %, yaitu bila pori tanah sama sekali tidak mengandung udara. Garis tersebut dapat dihitung dengan memakai rumus: γd = G. γw 1 + wg Garis tersebut berguna sebagai petunjuk pada waktu digambarkan grafik hasil percobaan pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong garis zero air

21 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 21 voids line ini, dan pada kadar air yang tinggi mestinya menjadi sejajar dengan garis tersebut. II.15 Pengujian Pemadatan Lapis Agregat Pondasi Bawah danpondasi Atas di Lapangan 1. Pemadatan Pemadatan dilakukan lapis demi lapis maksimum 20 cm dengan peralatan yang sesuai, agar tercapai kepadatan yang diinginkan. Pemadatan dilakukan sekitar kadar air optimum ( W opt ± 1,5 % ), tetapi sebaiknya pada kadar air W opt + 1,5 %. Pengaturan kadar air dilakukan dengan sprinkle truk sehingga dapat diketahui jumlah kadar air. Penggilasan dimulai dari tepi ke tengah ( center line ) pada jalan lurus, penggilasan mulai dari bagian terendah ke bagian yang tertinggi untuk tikungan. 2. Pengujian a) Jumlah dari data pendukung pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal dari bahan akan seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, tetapi akan mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan, paling sedikit tiga contoh yang mewakili dari sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili mutu rentang / sebaran dari bahan yang cenderung akan diperoleh dari sumber tersebut. b) Menyusul persetujuan mengenai mutu dari bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh rentang pengujian, bahan yang dilakukan selanjutnya harus diulangi atas pertimbangan Direksi Teknik, dalam hal tampak perubahan bahan atau sumbernya atau metode produksinya. c) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus dilaksanakan untuk pengendalian ketidak seragaman bahan yang dibawa ketempat pekerjaan. Cakupan pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi unutk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit meliputi tidak kurang dari lima ( 5 ) pengujian gradasi partikel, lima ( 5 ) indeks plastisitas, satu ( 1 ) penentuan

22 22 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 kepadatan kering maksimum menggunakan AASHTO metode D. Pengujian CBR harus dilakukan sewaktu-waktu tertentu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. d) Kepadatan dan kadar air dari bahan yang dipadatkan harus secara rutin ditentukan, menggunakan AASHTO T 191. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman menyeluruh dari lapisan tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi tidak boleh berselang dari 200 meter. II.16 Peralatan Pekerjaan Pemadatan Lapangan yang sesuai untuk Lapis Agregat Pondasi Bawah dan Atas Untuk pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi jalan tanah berbutir secara keseluruhan sejak pengambilan bahan di quarry sampai dengan diselesaikannya lapis pondasi padat terhampar meliputi ; a) Di quarry dan lokasi pencampuran : 1. Dump truck / truck 2. Loader / Excavator 3. Stone Crusher Plant b) Di lokasi penghamparan dan pemadatan ( lapangan ) 1. Dump truck / truck 2. Truck tangki air ( Water tank ) / Truck Sprinkler 3. Motor Grader 4. Pemadat roda besi 5. Pemadat roda karet Hampir semua pemadatan tanah dilakukan dengan penggilasan ( roller ). Jenis penggilas yang paling umum dipakai adalah : i. Penggilas besi berpermukaan halus ( penggilas bentuk drum ) Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah dasar ( subgrade ) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada timbunan tanah pasir atau lempung. Penggilas tipe ini dapat memadatkan 100 % luasan muka tanah yang dilalui roda dengan tekanan kontak antara tanah dan roda sebesar antara 45 sampai 55 psi ( antara 310 sampai 380

23 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 23 kn/m² ). Penggilas tipe ini tidak cocok untuk pekerjaan yang tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan yang tebal. ii. Penggilas ban karet ( angin ) Penggilas ban karet dalam banyak hal masih lebih baik dari pada penggilas besi berpermukaan halus. Penggilas ban karet ini pada dasarnya merupakan sebuah kereta bermuatan berat dan beroda karet yang tersusun dalam beberapa baris. Baris-baris ban karet ini berjarak dekat satu sama lain di mana pada setiap baris ban terdapat empat sampai enam buah ban. Tekanan kontak di bawah ban berkisar antara 85 sampai 100 psi. ( 585 sampai 690 kn/m² ), dan baris-baris ban tersebut memadatkan antara 70 sampai 80 % luasan tanah yang dilalui penggilas. Penggilas ban karet ini dapat digunakan pada pemadatan tanah pasir dan tanah lempung. Pemadatan dicapai dari kombinasi antara tekanan dan kneading action (pemadatan dengan meremas-remas). iii. Penggilas kaki kambing Penggilas kaki kambing adalah berupa silinder ( drum ) yang mempunyai banyak kaki-kaki yang menjulur keluar dari drum. Kaki-kaki ini mempunyai luas proyeksi penampang sekitar 4 sampai 13 inc² (1380 sampai 6900 kn/ m²). pada waktu pemadatan di lapangan, mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari lift. Pada lintasan-lintasan berikutnya barulah tanah dibagian tengah dan atas dari lift ikut dipadatkan. iv. Penggilas getar Penggilas getar sangat berfaedah untuk pemadatan tanah berbutir ( pasir, kerikil dan sebagainya ). Alat getar dapat saja dipasang pada penggilas besi berpermukaaan halus, penggilas ban karet, atau pada penggilas kaki kambing untuk menghasilkan getaran pada tanah. Getaran dihasilkan dari berputarnya suatu beban yang tidak sentris. v. Penggilas besi berporos dua permukaan halus tanggung / getar Penggilas besi berporos dua permukaan tanggung / getar sangat efektif dalam pemadatan tanah berbutir bila ruang gerak yang tersedia tanggung ukurannya. Mesin penggilas ini terutama digunakan pada tempat-tempat dimana suang geraknya tetapi tetap leluasa untuk penggilas getar yang

24 24 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 besar seperti untuk pelebaran jalan yang sempit, bahu jalan sempit, penambahan perkerasan luas tanggung dan terpencar. vi. Pemadat plat getar dioperasikan dengan tangan ( stamper ) Pelat penggetar yang dioperasikan dengan tangan sangat efektif dalam pemadatan tanah berbutir bila ruang gerak yang tersedia sangat terbatas. Model pelat penggetar seperti ini ada yang dilengkapi dengan mesin yang dapat menggetarkan beberapa plat sekaligus. Mesin seperti ini dapat digunakan di tempat-tempat dimana ruang geraknya lebih leluasa tetapi tidak cukup leluasa untuk penggilas getar yang besar. METODOLOGI PENELITIAN Persiapan 1. Sebelum menentukan tempat pengambilan material sirtu (pasir batu), pertama kali kita lakukan adalah survey beberapa quarry secara visual kualitas dan volume sudah mencukupi untuk kebutuhan material di proyek. Kualitas jenis bahan bisa diprediksi kekerasan dan keausannya dari pengalaman pada pengujian. 2. Menentukan lokasi (base camp) untuk penyimpanan material sebelum diolah maupun sesudah diolah. 3. Pembangunan mesin pemecah batu (stone crusher) untuk memecah batu secara mekanis untuk mendapatkan keseragaman gradasi, ukuran maksimum butiran pecah bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

25 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 25 III.3 Pemisahan Sirtu dan Batu Pecah dari Stone Crusher Pemasangan screen pada mulut jaw, ukuran screen di sesuaikan dengan kebutuhan, untuk pembuatan agregat kelas A dipakai screen 1 1/2 inch, dan untuk agregat kelas B screen yang digunakan 2 inch. Material yang lolos bisa dinamakan material sirtu (rounded Material), dan bagian yang tertahan akan jatuh di Jaw untuk di pecah sesuai ukuran yang kita inginkan. Artinya bahwa material hasil dari stone crusher menjadi dua stock pile yaitu pile sirtu dan pile batu pecah. III.4 Pengujian Bahan dan Pembuatan JMF Sampling bahan / material hasil dari mesin pemecah batu bersama-sama teknisi proyek, konsultan supervisi dan kontraktor untuk diuji kualitas, dan penentuan komposisi masing-masing. Macam-macam pengujiannya adalah: 1) Tes Abrasi material kasar 2) Analisa Saringan 3) Pemeriksaan Specific Grafity (SPGR), dan penyerapan air (Absorption). 4) Penentuan komposisi 5) Pemeriksaan batas-batas Atterberg 6) Pemeriksaan bagian yang lunak 7) Pemeriksaan kepadatan laboratorium 8) Pemeriksaan CBR laboratorium Dan untuk menghitung kemampuan produksi dilakukan pengujian / pengukuran: a) Kalibrasi volume produksi b) Berat isi material III.5 Pencampuran Agregat A dan Agregat B Setelah JMF selesai dan disetujui oleh Proyek, Konsultan Supervisi dan Kontraktor, maka dipakailah komposisi hasil percobaan (JMF). Pencampuran bahan unutuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang di setujui, dengan menggunakan pemasok mikanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Untuk metode

26 26 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 pencampuran yang dipakai adalah perbandingan volume mengingat perlatan untuk pencampuran (blending) yang dipakai adalah bucket loader. Kedua fraksi agregat itu ditakar, dicampur dan diaduk dengan loader untuk mendapatkan keseragaman gradasi. Penyimpanan material disarankan tidak melebihi ketinggian 5 meter untuk mencegah terjadinya segregasi. Dalam kondisi apaun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan. III.6 Pengujian Agregat A dan B Sebelum Dibawa Ke Lapangan Material bisa dibawa ke lapangan apabila sudah dilakukan kontrol pengujian bersama teknisi proyek, konsultan supervisi dan kontraktor. Pengujian bisa dilakukan sejak volume campuran 200 m³, namun ketentuan yang ada tidak lebih dari 1000 m³ sudah dilakukan pengujian di antaranya : 1) Analisa Saringan (sebanyak 5 kali pengujian) 2) Indeks Plastisitas (sebanyak 5 kali pengujian) 3) Pengujian Kepadatan Laboratorium (sebanyak 5 kali pengujian) 4) Pengujian CBR kalau diperintahkan oleh Direksi III.7 Pengiriman Material Jika uji kontrol sudah memenuhi syarat spesifikasi material sudah siap di angkut ke lapangan. Untuk pengiriman material menunggu konfirmasi dari Direksi lapangan untuk memastikan lokasi penempatan dan volume yang akan dikirim. Dari base camp campuran material dinaikkan dengan loader ke atas dump truck dan dikirim ke lapangan sesuai dengan lokasi dan formasi yang sudah dipersiapkan. III.8 Penghamparan dan Pemadatan Material yang didrop di lapangan dihampar dengan alat motor grader dengan ketebalan dan kemiringan yang direncanakan. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan tekanan merata agar menghasilkan tebal padat yang

27 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 27 diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih satu lapis maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya. Tebal padat minimum untuk setiap lapisan tidak kurang dari dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air berada dalam rentang 3 % dibawah kadar optimum sampai 1 % di atas kadar aiar optimum. Untuk langkah awal perlu dilakukan percobaan pemadatan untuk mengetahui persentase penurunan gembur menjadi padat. Dengan kapasitas alat yang dipakai juga dicoba untuk mengetahui jumlah lintasan alat tersebut agar mencapai kepadatan minimum 100 %. Penghamparan selanjutnya sudah mempunyai acuan lintasan pemadatan dan penghamparan gembur. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, pada bagian yang bersuperelevasi penggilasan dimulai dari bagian yang terendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata. Jika ada lokasi yang tidak dapat di jangkau dengan pemadat besar, maka dilaksanakan dengan alat pemadat yang disetujui oleh Direksi. III.9 Pengujian Kepadatan Lapangan Setelah selesai pemadatan, langkah selanjutnya pengecekan elevasi memanjang dan melintang, apakah sudah memenuhi dari ketebalan rencana. Apabila masih kurang atau lebih supaya dilakukan perbaikan. Jika dari pengukuran elevasi sudah mencukupi bisa dilanjutkan dengan pengujian kepadatan lapangan dengan kerucut pasir (sand cone). Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak berselang lebih 200 meter. Apabila hasil kepadatan tidak masuk maka perlu pengerjaan ulang, dan jika sudah memenuhi syarat kontraktor bisa mengajukan pekerjaan selanjutnya. III.10 Pelaporan

28 28 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14 Untuk semua hasil pengujian dilaporkan dalam format standar sesuai dengan jenis pengujiannya. Proyek, konsultan supervisi dan kontraktor masing-masing harus punya arsip data pengujian yang telah dilaksanakan. Dan menyatakan bahwa kualitas pekerjaan yang sudah di uji memenuhi syarat dan bisa diterima dengan melaporkaan hasil pemeriksaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Abrasi Pemeriksaan ini untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula, dalam persen. 1. Perlatan : a) Mesin Los Angeles. Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28 ) panjang dalam 50 cm (20 ). Silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada proses mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56 ). b) Sarigan no. 12 dan saringan-saringan lainya seperti tercantum dalam daftar : Tabel : IV. 1. Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram) Lewat Tertahan (mm) (mm) 76,2 63, ,5 50, ,8 38, ,1 25, ,4 19, A B C D E F 5000 G

29 Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 19,05 12,7 12,7 9,51 9,51 6, ,35 4, ,75 2,36 Jumlah bola Berat bola (gram) ± 25 ± 20 ± 25 ± 25 ± 25 ± 25 ± 25 c) Timbangan, dengan ketelitian 5 gram. d) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1⅞ ) dan berat masingmasing antara gram. e) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)ºC. 2. Benda uji : a) Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan tabel IV.1.1b) b) Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai berat tetap. 3. Cara melakukan : a) Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles. b) Putar mesin dengan kecepatan rpm, 500 putaran untuk gradasi A, B, C dan D ; 1000 putaran untuk gradasi E, F dan G. c) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan no. 12. butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih, slanjutnya dikeringkan dalam oven suhu (110 ± 5)ºC sampai berat tetap. 4. Perhitungan : Keausan = a b a x 100 % a = berat benda uji semula (gram) b = berat benda uji tertahan saringan no. 12 (gram) 5. Pelaporan : Keausan dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen.

TUGAS MEKANIKA TANAH

TUGAS MEKANIKA TANAH TUGAS MEKANIKA TANAH PEMADATAN TANAH DOSEN : SIANA DEWI ARTHA, ST. NAMA : RESTU ILLAHI NIM : DBD 111 0120 JURUSAN : TEKNIK PERTAMBANGAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST Anwar Muda Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII/Kementerian Pekerjaan Umum Dosen Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

: FAHMI YAHYA : DBD TEKNIK PERTAMBANGAN MAKALAH MEKANIKA 1.3. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH 1.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PEMADATAN

: FAHMI YAHYA : DBD TEKNIK PERTAMBANGAN MAKALAH MEKANIKA 1.3. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH 1.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PEMADATAN NAMA : FAHMI YAHYA NIM : DBD 111 0022 TEKNIK PERTAMBANGAN Dosen Pengajar : SIANA DEWI ARTHA, ST TUGAS MAKALAH MEKANIKA TANAH 1.1. PEMADATAN 1.2. PRINSIP PEMADATAN 1.3. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH 1.4. FAKTOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SPESIFIKASI UMUM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN FINAL April 2005 PUSAT LITBANG PRASARANA TRANSPORTASI BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

Makalah Pemadatan TANAH

Makalah Pemadatan TANAH Makalah Pemadatan TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG A. Pemadatan Tanah Pada pemadatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas haruslah

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Laboratorium Hasil penelitian laboratorium yang diperoleh dari pengujian material sirtu Sungai Alo sesuai dengan sifatsifat lapis pondasi agregat yang disyaratkan

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah. 5.1.1 UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT 1) Uraian a) Lapis Fondasi Agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak diantara lapis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010 Surabaya, 18 Juni 2014, ISSN 23016752 PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM DAN Fadly Achmad dan Nospiati Sunardi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Pemadatan Tanah (Compaction) dan CBR (California Bearing Ratio) DR. Ir. Imam Aschuri, MSc

Pemadatan Tanah (Compaction) dan CBR (California Bearing Ratio) DR. Ir. Imam Aschuri, MSc Pemadatan Tanah (Compaction) dan CBR (California Bearing Ratio) DR. Ir. Imam Aschuri, MSc 1 Definisi pemadatan (compaction) Proses menaikkan berat jenis tanah dengan energi mekanis agar partikel solid

Lebih terperinci

Keausan Agregat dengan Alat Abrasi Los Angeles (Los Angeles Abrassion Test)

Keausan Agregat dengan Alat Abrasi Los Angeles (Los Angeles Abrassion Test) Keausan Agregat dengan Alat Abrasi Los Angeles (Los Angeles Abrassion Test) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengn cara mekanis dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya Sandro Carlos Paulus Kumendong Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Universitas Sam Ratulangi Fakultas

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S Indria Eklesia Pokaton Oscar Hans Kaseke, Lintong Elisabeth Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA LAPORAN AKHIR PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Dalam penelitian ini tipe stone crusher yang digunakan adalah tipe stone crusher jaw to jaw yang banyak dan sering digunakan di lapangan dimana jaw pertama sebagai crusher primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 Pengujian Agregat Pengujian agregat bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakteristik agregat yang diperoleh dari hasil pemecahan stone crusher (mesin pemecah batu).

Lebih terperinci

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan :

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : IV. PEMADATAN TANAH PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : Maksud : Cara : Menumbuk Menggilas usaha secara mekanis agar bahan-bahan tanah lebih merata dan akan mengeluarkan udara yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010 Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur Bali, 25 April 2015 KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI 1987 Construction s Materials Technology Pasir Beton Pengertian Pasir beton adalah butiranbutiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirnya sebagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI CBR DENGAN VARIASI GRADASI BATAS BAWAH TERHADAP BATAS TENGAH PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A

PENENTUAN NILAI CBR DENGAN VARIASI GRADASI BATAS BAWAH TERHADAP BATAS TENGAH PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A Jurnal POROS TEKNIK, Volume 7 No. 2, Desember 2015 : 54-105 ISSN 2085-5761 (Print) PENENTUAN NILAI CBR DENGAN VARIASI GRADASI BATAS BAWAH TERHADAP BATAS TENGAH PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A Ahmad

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanah ekspansif tanpa campuran bahan gypsum atau arang, serta tanah ekspansif yang telah diberi campuran bahan gypsum atau

Lebih terperinci

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL Skh 6.8.1. UMUM 1) Uraian Cape Buton Seal (C BS) adalah jenis lapis permukaan yang dilaksanakan dengan pemberian lapisan aspal cair yang diikuti dengan penebaran dan pemadatan

Lebih terperinci

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Static Immersion Test Perendaman statis merupakan jenis pengujian yang paling sederhana. Pengujiannya dengan cara melapisi agregat dengan aspal ukuran butiran 14 mm tertahan saringan,

Lebih terperinci

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran

Lebih terperinci

PEMADATAN TANAH (ASTM D a)

PEMADATAN TANAH (ASTM D a) VII. PEMADATAN TANAH (ASTM D 698-00a) I. MAKSUD: 1. Maksud percobaan adalah untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan (berat volume kering) tanah apabila dipadatkan dengan tenaga pemadatan

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian untuk melaksanakan riset tentang daya dukung tanah gambut yaitu dibagi pada dua tempat. Yang pertama pengujian daya dukung

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. Kesimpulan Tugas Akhir ini dengan judul Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : 1. Berdasarkan metode yang

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang Selamat Datang Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang OPTIMALISASI PENGGUNAAN MATERIAL HASIL COLD MILLING UNTUK CAMPURAN LAPISAN BASE COURSE DENGAN METODE CEMENT TREATED RECYCLED BASE

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

OL O EH E H : DE D V E I V OK O T K AV A I V AN A A N A LAT A IF 06/09/2012 1

OL O EH E H : DE D V E I V OK O T K AV A I V AN A A N A LAT A IF 06/09/2012 1 OLEH : DEVI OKTAVIANA LATIF 06/09/2012 1 Pengenalan umum : Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis disebut pemadatan. Maksud :usaha secara mekanis agar bahan-bahan tanah lebih merata

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC- 41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 PEMADATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 PEMADATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 PEMADATAN TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 KONSOLIDASI VS PEMADATAN Konsolidasi : pengurangan secara perlahan-lahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

UJI KOMPAKSI ASTM D698 DAN ASTM D1557

UJI KOMPAKSI ASTM D698 DAN ASTM D1557 1. DEFINISI Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan suatu cara mekanis (digilas/ditumbuk). Pada proses pemadatan untuk setiap daya pemadatan tertentu, kepadatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT 5.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa yosomulyo, Kota Metro Timur. Sampel tanah yang diambil adalah tanah terganggu (disturbed soil)

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perbaikan Tanah adalah kumpulan upaya-upaya yang dapat dilakukan terhadap tanah yang memiliki karakteristik teknis (engineering properties) yang bermutu rendah menjadi

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Campuran agregat sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan raya sangat

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR

METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR SNI 03-2828-1992 BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN PASIR GUNUNG DONGGALA SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA

KAJIAN PENGGUNAAN PASIR GUNUNG DONGGALA SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA KAJIAN PENGGUNAAN PASIR GUNUNG DONGGALA SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA Fadly Achmad Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Sudirman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemecah Batu (stone crusher) Agregat yang digunakan dalam campuran aspal dapat diambil dari alam (quarry) yang berupa pasir, kerikil atau batuan. Kadang batuan dari alam

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Sumber Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Gambar 3. Denah Lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi, 30 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi, Lampung Timur 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai

Lebih terperinci

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar BABV CARA PENELITIAN Tempat yang digunakan didalam penelitian ini adalah di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Lokasi pengambilan sampel tanah organik ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak tiga buah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL QUARRY LONGALO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI ATAS JALAN RAYA

PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL QUARRY LONGALO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI ATAS JALAN RAYA PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL QUARRY LONGALO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI ATAS JALAN RAYA Fadly Achmad Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo Email: fadly_achmad30@yahoo.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR Michael Kevindie Setyawan 1, Paravita Sri Wulandari 2, Harry Patmadjaja

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON 2.1. Umum Beton merupakan hasil campuran Semen Portland (PC), agregar halus (pasir), agregat kasar (krikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah (admixtures) dengan proporsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan RAP diperoleh dari jalan Pantura. Agregat yang digunakan adalah dengan spesifikasi (AC-WC) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci