KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A"

Transkripsi

1 KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 SUMMARY FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN. Level of Nitrate and Lead in Soil and Kangkung (Kind of Leafy Vegetables Growing in Water) with Wastewater Treatment (under supervision of SURIA DARMA TARIGAN and DWI PUTRO TEJO BASKORO) Bare land is usually utilized by farmer staying in cities for growing horticulture. Generally they use river and ditch water as an irrigation source. The use of contaminated river and ditch water to irrigate plants causes the contaminative agent to be absorbed by plants and it can endanger human body if human consumes the plants. To know the contamination level, a measurement of lead and nitrate substances contained in water, soil and plants were carried out. However, consentration of lead in the water (including Municipal Water Company, river and ditch water) was unmeasured. It was because lead substances which came from vehicles fumes was not soluble in water. It was found that the nitrate level in water was about ppm. That level was still below the standard level of water quality determined by The Ministry of Environmental Affairs (2001) which is 10 ppm for the 1 st and 2 nd class, and 20 ppm for the 3 rd and 4 th class. The lead level was found at about ppm, whereas the safe lead contained in soil is about 20 ppm (Davies, 1995). Nitrate contained in soil is found at the level point of ppm. The nitrate level in soil is not only influenced by the watering activities but also fertilizing activities. The lead level contained in plants was found at about ppm, while the safe level of leads is (Suhendrayatna). Nitrate level which was found in kangkung (kind of leafy vegetables growing in water) was found at ppm. The cause of the high amount of nitrate in kangkung is that kangkung is included in Angiospermae and Spinacia plant which have an ability to accumulate a large number of nitrate in their body. Based on the measurement of lead level in water, it is concluded that water is not a contaminative agent of lead toward plants. Lead contained by soil and plants came from lead particles of vehicles fumes which fall on the surface of soil and leaves. Lead that directly falls down on the surface of leaves is mostly absorbed and enter the leaves tissues. It is as the consequences of the large size of stomata compare to the lead particles. The high level of nitrate in many vegetables causes the high amount of nitrate that flows in human body. According to Joel Petterson research, 60% of nitrate in human body will be secreted by urine.

3 RINGKASAN FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN. Kandungan Nitrat dan Timbal pada Tanah dan Kangkung yang Diberi Pelakuan Air Limbah (di bawah bimbingan SURIA DARMA TARIGAN dan DWI PUTRO TEJO BASKORO) Pemanfaatan lahan kosong untuk menanam tanaman hortikultura banyak dilakukan oleh petani yang menetap di daerah perkotaan, mereka umumnya menggunakan air sungai dan air selokan untuk air irigasinya. Penggunaan air sungai dan air selokan yang tercemar sebagai sumber irigasi menyebabkan zat pencemar masuk ke dalam tanaman dan menyebabkan tanaman berbahaya jika dikonsumsi. Untuk mengetahui tingkat pencemaran maka dilakukan pengukuran, terutama terhadap unsur timbal dan nitrat pada sampel air, tanah dan tanaman. Hasil pengukuran timbal pada air PAM, air sungai dan air selokan, menunjukkan bahwa kadar timbal tidak terukur, karena timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor mempunyai sifat tidak larut dalam air. Kadar nitrat dalam air ditemukan pada kisaran ppm. Nilai tersebut masih berada di bawah standar baku mutu air yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup ( 2001) sebesar 10 ppm untuk kelas I dan II dan 20 ppm untuk kelas III dan IV. Kadar timbal pada tanah ditemukan dengan kisaran ppm, sedangkan kisaran yang aman untuk timbal sekitar 20 ppm (Davies, 1995). Kadar nitrat pada tanah ditemukan sebesar ppm. Selain disebabkan oleh penyiraman, kadar nitrat dalam tanah juga disebabkan oleh kegiatan pemupukan. Kadar timbal pada tanaman ditemukan sekitar ppm, sedangkan kisaran aman untuk timbal sekitar ppm (Suhendrayatna). Kadar nitrat yang ditemukan pada kangkung sebesar ppm. Besarnya jumlah nitrat dikarenakan kangkung merupakan tanaman Angiospermae dan spinasia yang dapat mengakumulasikan nitrat dalam jumlah besar. Berdasarkan hasil pengukuran kadar timbal pada air, dapat disebutkan bahwa air bukan sumber pencemar timbal pada tanaman. Timbal pada tanah dan tanaman berasal dari partikel timbal dari asap kendaraan bermotor yang langsung jatuh di permukaan tanah dan daun. Pada daun, timbal yang jatuh sebagian besar masuk ke dalam jaringan daun akibat ukuran stomata lebih besar dari ukuran partikel timbal. Tingginya jumlah nitrat yang terdapat dalam tanaman menyebabkan nitrat yang masuk ke dalam tubuh juga tinggi. Berdasarkan penelitian Joel Petterson nitrat yang masuk ke dalam tubuh 60% nya akan disekresikan melalui urin.

4 KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH Oleh : Fitria Aries Anggraeni Rachman A SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH NAMA MAHASISWA : Fitria Aries Anggraeni Rachman NOMOR POKOK : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc NIP NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Soepandi, M. Agr NIP Tanggal Lulus:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Abdul Rachman dan Ibu Trias Murdiana. Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Bumi Bekasi Baru V, Bekasi dan lulus tahun 1998, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Bekasi, lulus pada tahun Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 31 Jakarta, lulus tahun Pada tahun 2004 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis mendapatkan kesempatan menjadi asistem praktikum mata kuliah Kartografi pada tahun ajaran 2006/2007, asisten praktikum mata kuliah Fisika Tanah dan SIG pada tahun ajaran 2006/2007.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... x xi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Hipotesis Penelitian... 2 Tujuan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Kangkung... 4 Timbal... 5 Nitrat... 8 METODOLOGI Lokasi dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Tahap Persiapan Tahap Percobaan Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN Timbal dalam Air Timbal dalam Tanah Timbal dalam Tanaman... 17

8 Timbal Menurut Baku Mutu Nitrat dalam Air Nitrat dalam Tanah Nitrat dalam Tanaman Nitrat Menurut Baku Mutu KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks Komposisi Zat Gizi Kangkung per 100 gram Metode Analisis Tekstur, ph, Timbal dan Nitrat Kadar Timbal dalam Air Kadar Timbal dalam Tanah Pengaruh Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun Terhadap Konsentrasi Timbal dalam Tanah Kadar Timbal dalam Tanaman Kadar Nitrat dalam Air Kadar Nitrat dalam Tanah Pengaruh Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun Terhadap Konsentrasi Nitrat dalam Tanah Kadar Nitrat dalam Tanaman... 26

10 Lampiran Kisaran ph Tekstur Tanah... 36

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Petak Perlakuan Lampiran 1. Denah Lokasi Penanaman Kangkung Konvensional Pertumbuhan Kangkung Jalan Tol yang Berada di Selatan Lokasi Penelitian Air Sungai untuk Penyiraman Air Selokan untuk Penyiraman Lokasi Penanaman Lokasi Pengambilan Tanah Awal... 45

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Di negara berkembang seperti Indonesia, sempitnya lahan pertanian dan pertumbuhan penduduk yang pesat, menyulitkan penyediaan hasil pangan. Terbatasnya lahan pertanian di sebagian wilayah Indonesia karena pembangunan fisik yang semakin meningkat telah mengakibatkan petani memanfaatkan lahan kosong yang ada, seperti daerah bantaran kali, pekarangan, lahan tidur milik warga ataupun pemerintah. Sayuran merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani yang memanfaatkan lahan kosong, terutama petani yang menetap di daerah perkotaan. Hal itu terjadi karena sayuran merupakan salah satu bahan pangan yang relatif mudah dibudidayakan, tidak memerlukan biaya yang besar dalam perawatan dan dikonsumsi secara luas. Salah satu sayuran yang ditanam oleh petani adalah kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Kangkung merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap kondisi iklim dan tanah di daerah tropis, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Kangkung juga merupakan tanaman yang tidak selektif terhadap unsur hara tertentu, sehingga dapat menyerap semua unsur yang terkandung di dalam tanah. Selain itu, kangkung banyak disukai oleh masyarakat karena mempunyai nilai gizi yang baik, mudah diolah dan harganya relatif murah. Kangkung dapat tumbuh dengan baik pada badan air yang tidak terlalu dalam atau bantaran sungai, danau, dan selokan.

13 Sungai sudah selama bertahun-tahun lamanya telah memberi daya dukung terhadap bidang pertanian, sekaligus menjadi tempat penampungan berbagai bahan buangan yang berasal dari limbah domestik, pertanian maupun industri. Kegiatan pertanian yang dilakukan di daerah perkotaan terutama yang dilakukan di daerah bantaran sungai secara otomatis mendapatkan pengairan yang menggunakan air sungai yang telah tercemar, maka dengan sendirinya zat-zat pencemar akan masuk ke dalam tanaman dan tanaman akan mengandung zat-zat pencemar. Selain sungai, pengairan tanaman juga menggunakan air selokan. Seperti halnya air sungai, air selokan juga mengandung zat-zat pencemar yang umumnya berasal dari limbah rumah tangga. Dari semua bahan pencemar yang terkandung di dalam air sungai dan air selokan, timbal (Pb) dan nitrat (NO - 3 ) memiliki akibat serius jika masuk ke dalam tubuh manusia. Nitrat dapat menyebabkan gangguan GI (gastrointestinal), diare bercampur darah, coma dan bila tidak ditolong dapat mengakibatkan kematian. Nitrat juga dapat menyebabkan kanker lambung dan methemoglobinemia pada bayi atau yang dikenal dengan penyakit blue babies. Sedangkan akumulasi timbal organik yang berasal dari asap kendaraan bermotor menyebabkan encephalophaty, tekanan Liquor Cerebrospinalis (LCS) tinggi, insomnia diikuti somnolence. Pada keracunan akut menyebabkan meningitis, diikuti oleh stupor, coma dan kematian. Tujuan Penelitian Menganalisis kandungan nitrat dan timbal pada tanaman yang diberi perlakuan air irigasi dari sungai dan selokan yang tercemar.

14 Hipotesis Penelitian Penggunaan air sungai dan air selokan yang berada di dekat jalan raya yang merupakan tempat pembuangan limbah domestik untuk mengairi sayuran dapat mencemari sayuran tersebut. Pencemaran terjadi akibat adanya timbal yang berasal dari kendaraan bermotor dan nitrat yang berasal dari limbah domestik. Jika sayuran tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka nitrat dan timbal tersebut akan masuk ke dalam sistem pencernaan dan membahayakan kesehatan manusia.

15 TINJAUAN PUSTAKA Kangkung Kangkung tergolong sayuran yang sangat popular, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut swamp cabbage, water convovulus, water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Papua di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke (Anonim, 2006). Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkungkangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuhtumbuhan diklasifikasikan ke dalam : Divisi Sub-divisi Kelas Family Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Convolvulaceae : Ipomoea : Ipomoea reptans Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Ciri-ciri fisiologis : Warna bunga Batang Kebiasaan berbiji : putih bersih : putih kehijau-hijauan : berbiji banyak

16 Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, vitamin B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan (Anonim, 2006). Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Kangkung per 100 gram Zat Gizi Segar Rebus Kukus Energi kal) Protein (g) Lemak (g) Hidrat arang total (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Karoten total (mkg) Vit. A (S.I) Vit B1 (mg) Vit C (mg) Air (g) (DepKes RI, 1995) Timbal Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm 3 yang diketahui akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ tubuh manusia bila terakumulasi di dalam tubuh, seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), merkuri (Hg), arsen (As) dan sebagainya (Miller, 1986). Keberadaan zat tersebut ditentukan oleh kekuatan sumber, dispersi udara dan proses penyerapan. Ketika partikel-partikel Pb jatuh di daerah pertanian atau lapangan rumput, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan jalan raya, sebagian parikel-partikel akan terabsorpsi oleh tanaman dan lainnya jatuh di

17 permukaan tanah, yang akhirnya akan terserap oleh tanaman melalui akar (Miller, 1986). Di alam timbal sering ditemui terkandung dalam galena (timbal sulfida (PbS): 87% Pb), diikuti oleh anglesit (timbal sulfat (PbSO 4 ): 68% Pb) dan cerusit (timbal karbonat (PbCO 3 ): 77% Pb). Di alam timbal memiliki isotop 204 Pb, 206 Pb, 207 Pb, 208 Pb (Gerhardsson, 2004). Timbal juga terdapat di atmosfer yang berasal dari hancuran batuan, hempasan angin pada tanah dan letusan gunung berapi. Faktor-faktor di atas merupakan faktor-faktor minor jika dibandingkan dengan timbal yang berasal dari aktifitas manusia (Gerhardsson, 2004). Timbal termasuk ke dalam golongan IV A dalam Sistem Periodik Berkala. Timbal mempunyai berat atom , nomor atom 82, bobot isi mg/l, titik leleh o C dan memiliki titik didih 1749 o C. Timbal berwarna perak kebirubiruan dengan bilangan oksidasi 0, +2, +4. Garam garam timbal (II) berupa timbal sulfat dan timbal oksida memiliki sifat tidak larut dalam air (Gerhardsson, 2004). Timbal organik yang paling penting adalah tetraetil timbal dan tetrametil timbal yang berfungsi sebagai bahan tambahan pada bensin karena mempunyai kemampuan sebagai anti knocking agent (Gerhardsson, 2004). Tetraetil timbal (TEL) bersifat cair, tidak berwarna, mendidih pada suhu 200 o C. TEL memiliki berat jenis 1.65 g/ml dan tidak larut dalam air (Patnaik, 1999). TEL dibuat dengan mereaksikan etilklorida dengan campuran natruimtimbal. 4NaPb + 4 CH 3 CH 2 Cl (CH 3 CH 2 ) 4 Pb + 4 NaCl + 3 Pb

18 Pada saat (CH 3 CH 2 ) 4 Pb terbakar, menghasilkan tidak hanya karbon dioksida dan air tetapi juga timbal (CH 3 CH 2 ) 4 Pb + 13 O 2 CO H 2 O + Pb Timbal yang dihasilkan bereaksi lebih lanjut menjadi timbal oksida 2 Pb + O 2 2 PbO Timbal dan timbal oksida mudah terakumulasi dan merusak mesin (Anonim, 2008). Timbal adalah racun yang sistemik. Keracunan timbal dapat menyebabkan gejala rasa logam pada mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI (gastrointestinal), anorexia, ancephalytis, wristdrop. Timbal organik yang berasal dari asap kendaraan bermotor menyebabkan encephalophaty, tekanan Liqour Cerebrospinalis (LCS) tinggi, insomnia dan somnolence. Pada keracunan akut menyebabkan gejala meningitis, diikuti oleh stupor, coma dan kematian (Slamet, 1994). Menurut Darmono (2001), timbal logam bersifat kumulatif, sehingga gejala keracunannya dapat dibedakan menjadi beberapa organ, yaitu : 1. Hemopoletik : menghambat pembentukan hemoglobin (anemia) 2. Saraf pusat dan saraf tepi : encephalophaty dan gangguan saraf perifer 3. Ginjal :aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefrophaty, aetrophy glomeural 4. Gastrointestinal :konstipasi 5. Cardiovascular : peningkatan permeabilitas kapiler darah 6. Reproduksi : kematian janin waktu melahirkan

19 7. Endokrin : gangguan fungsi tiroid dan adrenal Nitrat Nitrat (NO - 3 ) dan nitrit (NO - 2 ) adalah ion-ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-tama menjadi amonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk amonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. (Utama, 2007). Menurut siklusnya, bakteri akan mengubah nitrogen menjadi nitrat yang kemudian digunakan oleh tumbuh-tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuhtumbuhan tersebut kemudian menggunakan nitrat untuk membentuk protein di dalam tubuh. Nitrat juga diubah menjadi nitrit pada traktus digestivus manusia dan hewan. Setelah itu, bakteri di lingkungan akan mengubah nitrit menjadi nitrogen kembali (Utama, 2007). Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari amonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat memiliki berat molekul 62.05, sedangkan nitrit mempunyai berat molekul Pada kondisi normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang stabil, tetapi pada suhu

20 tinggi dapat berubah menjadi tidak stabil dan dapat meledak pada suhu yang tinggi dan tekanan yang besar (Utama, 2007). Menurut Saeni (1989), walaupun orang dewasa memiliki toleransi yang tinggi untuk ion nitrat dalam air, tetapi ion nitrat toksik untuk bayi dan binatang memamah biak (binatang yang dibantu oleh bakteri di lambungnya untuk menghancurkan makanan yang tidak dapat dicerna ke dalam bentuk yang lebih sederhana). Dalam sistem pencernaan bayi dan binatang memamah biak nitrat direduksi menjadi nitrit. Nitrit dapat mengikat hemoglobin dalam darah, sehingga mengurangi kemampuan hemoglobin sebagai pembawa oksigen dalam darah. Keadaan tersebut dikenal sebagai methemoglobinemia, dimana korban yang mengalami penyakit ini seperti terkena penyakit jantung. Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit bayi biru (blue babies). Apabila nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka banyaknya zat makanan akan menghambat absopsi kedua zat ini dan baru akan di absopsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan menyebabkan mikroba usus mengubah nitrat menjadi nitrit, senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu, pembentukan nitrit pada intestinum mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Nitrit mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini mungkin disebabkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO atau NO - ) yang mengandung molekul yang berperan dalam mengkibatkan relaksasinya otot-otot polos (Utama, 2007). Nitrit di dalam rongga perut akan berikatan dengan protein membentuk N- nitroso, komponen ini juga terbentuk bila daging yang mengandung nitrat atau

21 nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Komponen ini sendiri dikenal sebagai bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker (Utama, 2007).

22 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penanaman kangkung dilakukan di Kompleks Perumahan Pekerjaan Umum Rawa Semut, Bekasi. Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bibit kangkung darat (Ipomoea reptans Poir), pupuk kandang, urea serta bahan-bahan untuk analisis kimia. Peralatan yang digunakan berupa peralatan menanam, alat-alat gelas, spektrofotometer, AAS dan seperangkat komputer. Metode Tahap Persiapan Tahap persiapan diawali dengan observasi di lapang untuk mencari daerah yang sesuai untuk percobaan. Pengambilan sampel tanah awal merupakan tahapan selanjutnya. Pengambilan sampel dilakukan pada saat tanah diberakan. Sampel tanah yang diambil adalah tanah yang biasa digunakan untuk menanam sayuran dan tanah yang tidak digunakan untuk menanam sayuran. Pengambilan sampel dilakukan secara komposit untuk kedua jenis tanah tersebut.

23 Tahap Percobaan Utama Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan penanaman kangkung. Sebelum penanaman dilakukan, lahan yang telah tersedia dibagi sembilan petak untuk setiap perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah petak yang disiram dengan air PAM (P) dengan tiga ulangan, petak yang disiram dengan air sungai (X) dengan tiga ulangan dan petak yang disiram dengan air selokan (S) tiga ulangan. Pembagian petak pertanaman diilustrasikan pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Gambar Petak Perlakuan (Tidak Berskala) Penanaman diawali dengan pembalikan tanah yang bertujuan untuk menggemburkan tanah dan untuk mengatur aerasi tanah agar kembali baik setelah digunakan pada musim tanam sebelumnya. Biji kangkung ditanam dengan cara disebar kemudian tanah ditutup dengan pupuk kandang. Penyiraman pertama

24 dilakukan sesaat setelah penutupan tanah oleh pupuk kandang. Untuk pemeliharaan dilakukan penyiraman sebanyak dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari ± 5L per petak per penyiraman. Pemberian urea dilakukan pada saat kangkung telah berusia hari. Pemanenan dilakukan pada saat kangkung telah berusia 21 hari. Setelah pemanenan dilakukan pengambilan sampel tanah akhir yang diambil secara acak kemudian dikomposit untuk setiap petak, sampel tanaman diambil ± 50 tanaman yang diambil secara acak kemudian dikomposit untuk setiap petak. Sampel air untuk nitrat dan timbal juga diambil setelah pemanenan selesai. Pengambilan sampel air dilakukan pada pagi hari, kemudian langsung di bawa ke laboratorium untuk dianalisis. Analisis Dalam penelitian ini dilakukan dua kali analisis. Analisis awal dilakukan untuk tekstur tanah, ph tanah, kadar timbal dan nitrat pada tanah sebelum diberi perlakuan. Analisis akhir dilakukan untuk timbal dan nitrat pada tanah setelah diberi perlakuan, air dan tanaman. Metode dan cara pengukuran tekstur, ph, timbal dan nitrat ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Metode Analisis Tekstur, ph, Timbal dan Nitrat Hal-hal yang dianalisis Metode Pengukuran Tekstur tanah Hidrometer Gravimetric ph H 2 O (1:1) tanah Aquades phmeter Timbal dalam air AAS Timbal dalam tanah Aqua regia AAS Timbal dalam tanaman Pengabuan kering AAS Nitrat di air Brusin-sulfanilat Spektrofotometer, λ 410 nm Nitrat di tanah Phi Spektrofotometer, λ 202 dan 275 nm Nitrat di tanaman Phi Spektrofotometer, λ 202 dan 275 nm

25 HASIL DAN PEMBAHASAN Timbal dalam Air Pencemaran oleh timbal pada tanaman diduga terjadi akibat penggunaan air sungai dan air selokan yang tercemar timbal digunakan untuk menyiram. Akan tetapi berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, timbal tidak ditemukan larut dalam air. Hasil pengukuran tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Timbal dalam Air Perlakuan Ulangan Kadar Timbal (ppm)* Air PAM 1 tt 2 tt Air selokan tt Air sungai 1 tt *)Batas Aman Timbal dalam Air untuk Pertanian Sebesar ppm Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa timbal tidak ditemukan larut dalam air. Tidak larutnya timbal dalam air disebabkan oleh partikulat-partikulat timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor mempunyai sifat tidak larut air. Timbal dalam air dapat bersumber dari tanah dan batuan yang mengandung timbal, industri dan bahan bakar bertimbal. Pada penelitian ini sumber timbal diduga berasal dari asap kendaraan bermotor. Namun, timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor juga tidak terukur. Partikulat timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor berada di udara dalam bentuk timbal oksida

26 (PbO). Timbal oksida merupakan salah satu dari garam timbal (II) yang mempunyai sifat tidak larut air. Timbal dalam Tanah Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa pada tanah dengan perlakuan air selokan mempunyai kadar timbal yang lebih rendah dibandingkan dua perlakuan lainnya. Hasil pengukuran timbal pada tanah yang mendapat perlakuan penyiraman dengan air PAM, air sungai dan air selokan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Kadar Timbal dalam Tanah Perlakuan Ulangan Kadar Timbal (ppm)* Rata-rata Air PAM a Air selokan a Air sungai a *)Batas Aman Timbal dalam Tanah Sebesar 20 ppm. Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan Uji Tukey dengan α 0.05 Berdasarkan hasil pengukuran yang ditampilkan pada Tabel 4, perlakuan tidak menyebabkan perbedaan yang nyata pada kadar timbal dalam tanah. Tidak adanya beda nyata menunjukkan bahwa kadar timbal dalam air tidak mempengaruhi kadar timbal dalam tanah. Akibat tidak ditemukannya pengaruh kadar timbal dalam air terhadap kadar timbal dalam tanah, diperoleh dugaan bahwa timbal yang ditemukan di tanah berasal dari udara. Walaupun tidak nyata, kadar timbal dalam tanah yang disiram dengan air selokan cenderung lebih

27 rendah. Rendahnya kadar timbal yang ditemukan disebabkan oleh lokasi petak yang diirigasikan menggunakan air selokan lebih rendah dibandingkan dengan petak untuk air sungai dan air PAM, terutama pada ulangan kedua (Gambar 1). Partikulat timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor jatuh ke permukaan tanah dan diakumulasikan pada bagian atas tanah pada kedalaman 2-5 cm. Selain dilakukan pengukuran pada tanah yang digunakan untuk lokasi percobaan setelah penanaman, pengukuran timbal juga dilakukan pada tanah yang digunakan untuk percobaan sebelum penanaman dilakukan dan pada tanah tidak digunakan untuk lokasi percobaan, yaitu pada tanah yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya hortikultura. Pada sampel tanah yang digunakan selama 10 tahun untuk hortikultura (lokasi percobaan sebelum penanaman) didapat kadar timbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang tidak digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura. Hasil pengukuran timbal pada kedua jenis tanah tersebut ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun Terhadap Konsentrasi Timbal dalam Tanah Perlakuan Ulangan Kadar Timbal (ppm)* Tanah yang disiram selama 10 tahun (digunakan untuk budidaya hortikultura) Tanah yang tidak disiram selama 10 tahun (tidak digunakan untuk budidaya hortikultura) *)Batas Aman Timbal dalam Tanah Sebesar 20ppm. Rata-Rata Tabel 5 menyajikan perbedaan kadar timbal berdasarkan penggunaan lahan. Pada lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya tanaman

28 hortikultura memiliki konsentrasi timbal yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya hortikultura. Kondisi ini terjadi karena pada lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura tidak mengalami kegiatan pemberaan tanah sehingga sebagian partikulat timbal yang jatuh pada area ini tidak langsung jatuh ke permukaan tanah tetapi tertahan oleh kanopi tumbuhan yang ada. Pada lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya hortikultura mengalami kegiatan pemberaan yang menyebabkan partikulat timbal jatuh langsung ke permukaan tanah. Akibatnya konsentrasi timbal pada lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya hortikultura jauh lebih besar dibandingkan dengan lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya hortikultura. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada sampel air, dapat disimpulkan bahwa timbal yang terdapat pada lahan yang digunakan untuk tanaman hortikultura dan lahan yang tidak digunakan untuk tanaman hortikultura berasal dari asap kendaraan bermotor dan merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya. Timbal dalam Tanaman Pada penelitian ini, kadar timbal pada kangkung yang mendapat perlakuan air sungai memiliki kadar yang paling rendah diantara dua perlakuan lainnya. Hasil pengukuran timbal dalam tanaman yang mendapat perlakuan penyiraman dengan air PAM, air sungai dan air selokan ditampilkan pada Tabel 6.

29 Tabel 6. Kadar Timbal dalam Tanaman Perlakuan Ulangan Kadar timbal (ppm)* Rata-rata Air PAM a Air selokan a Air sungai a *)Batas Aman Timbal pada Tanaman Sebesar 3 ppm Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan Uji Tukey dengan α 0.05 Pada Tabel 6 menyajikan hasil uji statistik yang tidak berbeda nyata. Tidak adanya beda nyata menunjukkan bahwa kadar timbal dalam air tidak mempengaruhi kadar timbal dalam tanaman. Walaupun tidak nyata, pada tanaman yang mendapat perlakuan air sungai mempunyai kadar timbal yang lebih rendah dibandingkan dua perlakuan yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh letaknya yang sedikit lebih jauh dari jalan tol dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 1). Di samping itu penyerapan timbal oleh tanaman melalui akar hanya terjadi sekitar 0.003% sampai 0.005% dari seluruh total timbal yang ada di tanah (NRCC (1978) dalam Gehardsson (2004)). Hanya sedikit dari timbal yang diserap dapat ditranslokasikan ke bagian atas tanaman. Penyerapan timbal oleh tanaman melalui akar hanya terjadi apabila timbal yang terdapat di dalam tanah berbentuk senyawa yang larut air. Penyerapan timbal oleh tanaman melalui daun terjadi melalui stomata. Melalui stomata sebagian dari partikulat timbal tersebut masuk ke dalam jaringan daun kangkung, sebagian lainnya tetap berada di permukaan daun. Stomata memiliki lebar celah antara 2-4 µm, sedangkan partikulat timbal memiliki

30 diameter rata-rata 0.2 µm. Karena ukuran partikulat timbal jauh lebih kecil dari ukuran lebar celah stomata menyebabkan partikulat timbal dapat dengan mudah masuk ke dalam jaringan daun melalui stomata. Di dalam jaringan daun timbal diakumulasikan diantara jaringan tiang dan jaringan bunga karang (spons). Penyerapan timbal melalui stomata bukan karena adanya kebutuhan tanaman untuk menyerap timbal tetapi karena adanya perbedaan ukuran antara partikulat timbal dengan stomata. Karena partikulat timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor bersifat tidak larut air, maka penyerapan timbal yang terjadi melalui daun. Timbal Menurut Baku Mutu Kangkung merupakan sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani yang menetap di daerah perkotaan seperti Bekasi. Penurunan luas lahan pertanian menyebabkan petani menggunakan lahan kosong yang ada untuk melakukan kegiatan bercocok tanam. Penanaman kangkung yang dilakukan di daerah bantaran kali memungkinkan terjadinya pencemaran oleh timbal yang berasal dari asap kendaraan bemotor. Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh penulis pada pukul WIB dan pukul WIB selama dua hari, jumlah kendaraan bermotor yang melalui daerah pertanaman hortikultura sebanyak 6165 dan Kendaraan yang dihitung adalah kendaraan bermotor yang melalui jalan di sekitar daerah pertanaman yang memiliki jarak antara lahan pertanaman dengan jalan raya lebih kurang 30 m. Menurut hasil pengukuran yang dilakukan pada sampel air menunjukkan bahwa konsentrasi timbal pada air tidak terukur, sehingga penggunaan air selokan

31 dan air sungai untuk menyiram kangkung tidak menjadi masalah. Padatnya kendaraan bermotor yang lewat di sekitar daerah pertanaman merupakan penyebab pencemaran timbal yang mungkin terjadi. Berdasarkan lampiran PP NO. 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR disebutkan kadar timbal dalam air untuk kelas I, II, III sebesar ppm, sedangkan kelas IV sebesar 1 ppm. Bagi pengolahan air minum secara konvensional, kadar timbal 0.1 ppm. Studi diet total oleh Food Drug and Administration (FDA) (dalam Kristiono, 1999) (termasuk air minum tetapi tidak termasuk kerang) menyarankan agar rata-rata asupan timbal setiap hari oleh masyarakat adalah sekitar 5-10 µg/orang/hari. Pada orang dewasa menyerap 5-15%, sedangkan pada anak-anak menyerap sekitar 50% dari timbal yang masuk lewat saluran pencernaan. Diusulkan timbal asupan timbal untuk anak-anak di bawah 10 tahun sebesar 6 µg/hari, untuk anak-anak berusia 7 tahun sebesar 15 µg/hari, untuk wanita hamil sebesar 25 µg/hari dan untuk orang dewasa sebesar 75 µg/hari. Waktu paruh timbal di dalam darah sekitar 35 hari, sedangkan di tulang dapat bertahan 5 tahun sampai beberapa tahun. Jika seseorang mengkonsumsi sebanyak 50 g kangkung dan di dalamnya terkandung timbal sebesar 5 ppm, maka timbal yang masuk ke dalam tubuh sebesar g. Jika yang terserap sekitar 15 %, yang terserap ke dalam darah sekitar g atau sebesar 0.75 mg atau sebesar 750 µg. Diusulkan timbal yang diserap oleh orang dewasa sekitar 75 µg/hari. Jika kangkung dikonsumsi pada tanggal 11 Januari, sebaiknya orang tersebut mengkonsumsi kangkung

32 kembali pada tanggal 21 Januari atau 10 hari kemudian. Berdasarkan hasil perhitungan di atas tidak disarankan untuk mengkonsumsi kangkung dalam waktu yang berdekatan. Timbal tidak mengkontaminasi tanah pada konsentrasi kurang dari 20 ppm (Davies, 1995). Menurut Suhendrayatna kadar timbal pada tumbuhan dalam keadaaan normal berkisar antara ppm. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, konsentrasi timbal dalam tanaman kangkung rata-rata sebesar ppm. Konsentrasi timbal yang terkandung telah melebihi ambang batas aman untuk di konsumsi. Timbal organik yang berasal dari asap kendaraan bermotor dapat menyebabkan encephalophaty, tekanan Liqour Cerebrospinalis (LCS) tinggi, insomnia dan somnolence. Pada keracunan akut dapat menyebabkan gejala meningitis, diikuti oleh stupor, coma dan kematian. Selain menyebabkan penyakit di atas, timbal dalam tubuh dapat masuk ke dalam sistem sirkulasi darah manusia dan di endapkan di dalam tulang. Selama timbal masih terikat di dalam tulang tidak menimbulkan gejala toksisitas. Nitrat dalam Air Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam keadaaan terlarut atau sebagai bahan tersuspensi, merupakan senyawa yang sangat penting dan memegang peranan yang sangat kuat dalam reaksi-reaksi biologis perairan. Pada penelitian ini kadar nitrat yang terukur pada air selokan mempunyai konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan degan air sungai dan air PAM. Hasil pengukuran nitrat pada tiga jenis air yang digunakan disajikan pada Tabel 7.

33 Tabel 7. Kadar Nitrat dalam Air Perlakuan Ulangan Kadar Nitrat (ppm)* Rata-rata Air PAM a Air selokan a Air sungai a *)Batas Aman Nitrat dalam Air Untuk Pertanian Sebesar 20 ppm Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan Uji Tukey dengan α 0.05 Berdasarkan uji statistik yang ditampilkan pada Tabel 7 terlihat tidak ada perbedaan nyata kadar nitrat dalam air PAM, air sungai dan air selokan. Walaupun demikian, kadar nitrat pada air selokan cenderung lebih rendah dibandingkan kadar nitrat pada kedua air lainnya. Hal ini terjadi karena selokan yang airnya digunakan untuk mengairi kangkung melewati gorong-gorong yang berada di bawah jalan bebas hambatan, satu buah rumah sakit dan satu kompleks perumahan, akibatnya sedikit dari sumber nitrat yang dilalui oleh selokan tersebut. Air PAM yang digunakan untuk menyiram kangkung, mempunyai kandungan nitrat yang paling tinggi jika dibandingkan dengan air sungai dan air selokan. Lebih tingginya kadar nitrat yang terukur disebabkan penggunaan nitrat sebagai penghilang nitrogen pada proses pengolahan air buangan. Penghilangan nitrogen dalam air buangan dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan nitrat sebagai penerima elektron, dengan cara membiarkan ion nitrat mengoksidasi metanol melalui media bakteri di bawah keadaan kekurangan oksigen. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

34 5 CH 3 OH + 6 NO H + 5CO N H 2 O Nitrat dalam Tanah Nitrat dalam tanah mempunyai konsentrasi jauh lebih tinggi dibandingkan nitrat dalam air. Hasil pengukuran nitrat pada tanah yang mendapat perlakuan penyiraman dengan air PAM, air sungai dan air selokan ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Kadar Nitrat dalam Tanah Perlakuan Ulangan Kadar Nitrat (ppm) Rata-rata Air PAM a Air selokan ab Air sungai b Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan Uji Tukey dengan α 0.05 Berdasarkan Tabel 8 terdapat beda nyata antara perlakuan tanah yang disiram oleh air PAM dengan air sungai. Pada tanah yang mendapat perlakuan air sungai didapat hasil pengukuran nitrat yang paling tinggi ditengarai akibat pemberian pupuk yang tidak merata. Keberadaan nitrat dalam tanah selain dipengaruhi oleh konsentrasi nitrat dalam air, dipengaruhi juga oleh pupuk. Pengambilan sampel tanah dilakukan 1 minggu setelah pemupukan dilakukan. Pada tanah masam (ph tanah pada lokasi percobaan berkisar antara 5,1 5,6) yang beraerasi baik, nitrat yang berasal dari urea akan lebih banyak terbentuk dibandingkan amonium. Di dalam tanah urea terurai oleh enzim urease yang menghasilkan amonium karbamat yang kemudian terurai menjadi amonia dan air.

35 Proses ini dikenal dengan nama aminisasi. Aminisasi adalah pembebasan aminaamina dan asam amino. Reaksi yang terjadi sebagai berikut : CO(NH 2 ) 2 + H 2 O H 2 NCOONH 4 2 NH 3 + CO 2 Setelah aminisasi proses selanjutnya yang terjadi adalah amonifikasi. Amonifikasi adalah pemanfaatan amina-amina dan asam-asam amino oleh bakteri heterotof dan membebaskan amonium. Amonium yang dihasilkan dari proses amonifikasi akan mengalami proses nitrifikasi dalam keadaan aerob dan terbentuk nitrat. Nitrifikasi merupakan proses perubahan amonium menjadi nitrat. Proses oksidasi biologis ini melibatkan dua tahap, yaitu perubahan amonium menjadi nitrit dan perubahan nitrit menjadi nitrat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut : + 2 NH O 2 2 NO H + + H 2 O NO 2 + O 2 2 NO 3 Pada tanah-tanah yang memiliki ph agak masam dan memiliki aerasi baik maka kecepatan oksidasi nitrit menjadi nitrat lebih cepat dibandingkan dengan amonium menjadi nitrit. Sebagai akibat peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya akumulasi nitrat di dalam tanah. Tabel 9. Pengaruh Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun Terhadap Konsentrasi Nitrat dalam Tanah Perlakuan Kadar nitrat Ulangan (ppm) Tanah yang disiram selama 10 tahun Tanah yang tidak disiram selama 10 tahun Rata-Rata

36 Tabel 9 menyajikan perbedaan kadar nitrat berdasarkan penggunaan lahan. Pada lahan 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura memiliki konsentrasi nitrat yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya hortikultura. Penjabaran di atas menjelaskan bahwa sampel tanah awal yang ditampilkan pada Tabel 9 mempunyai konsentrasi nitrat jauh lebih rendah dibandingkan sampel tanah akhir secara keseluruhan yang ditampilkan pada Tabel 8. Selain akibat proses di atas, perbedaan konsentrasi nitrat antara tanah awal dengan tanah akhir disebabkan juga oleh pengambilan sampel awal dilakukan pada saat pemberaan. Pemberaan menyebabkan proses penguapan dan proses pencucian nitrat terjadi secara maksimum. Pada Tabel 9 pada tanah yang digunakan untuk budidaya hortikultura nitrat dalam tanah tetap lebih rendah dari Tabel 8, tetapi tetap lebih tinggi dari tanah yang tidak digunakan untuk budidaya hortikultura. Adanya akumulasi nitrat pada tanah kemungkinan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Pada Tabel 9 juga ditampilkan perbedaan konsentrasi antara lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura dengan lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura. Perbedaan konsentrasi tersebut selain disebabkan oleh proses akumulasi nitrat yang terjadi akibat penambahan pupuk seperti yang dijabarkan di atas juga disebabkan oleh adanya proses penguapan, pencucian dan digunakan oleh mikroba tanah. Proses penguapan, pencucian dan penggunaan nitrat oleh mikroba tanah bukannya tidak terjadi pada sampel tanah akhir, hanya saja proses tersebut terjadi dalam jumlah kecil dibandingkan dengan jumlah akumulasi nitrat yang

37 terjadi. Selain itu faktor-faktor di atas, tidak adanya penambahan sumber nitrat pada lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura menyebabkan rendahnya konsentrasi nitrat pada lahan tersebut. Walaupun tidak adanya penambahan sumber nitrat tetapi nitrat tetap terukur pada tanah yang tidak digunakan untuk budidaya hortikultura. Kondisi ini disebabkan keberadaan partikel liat yang cukup tinggi pada tanah menyebabkan nitrat yang terlarut menjadi tertahan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dimana tekstur tanah yang terukur pada lokasi percobaan adalah liat. Nitrat dalam Tanaman Atmosfer dan tanah merupakan sumber nitrogen untuk tanaman. Di atmosfer, senyawa nitrogen tersedia dalam jumlah banyak, dengan unsur minor berupa gas amonia dan ikatan gas nitrogen lainnya. Pada penelitian ini ditemukan kadar nitrat pada kangkung yang diberi parlakuan air selokan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Hasil pengukuran nitrat pada tanaman yang mendapat perlakuan penyiraman dengan air PAM, air sungai dan air selokan ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Kadar Nitrat dalam Tanaman Perlakuan Ulangan Kadar Nitrat (ppm) Rata-rata Air PAM ab Air selokan b Air sungai a Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan Uji Tukey dengan α 0.05

38 Berdasarkan hasil pengukuran nitrat dalam tanaman yang ditampilkan pada Tabel 10, terdapat beda nyata antara perlakuan tanaman mendapat perlakuan air PAM dengan air selokan. Pada tanaman terdapat konsentrasi nitrat yang sangat tinggi dibandingkan dengan konsentrasi nitrat pada tanah dan air. Selain berasal dari air, nitrat dalam tanaman berasal dari pupuk kandang dan urea. Nitrat sudah mulai diserap oleh tanaman pada saat tanaman masih berupa biji. Pada saat penanaman kangkung, biji kangkung ditanam dengan cara di larikan kemudian permukaan tanahnya ditutup oleh pupuk kandang dan dilakukan penyiraman oleh perlakuan. Selain dari pupuk, penyiraman yang dilakukan sebanyak dua kali dalam satu hari menyebabkan konsentrasi nitrat dalam tanaman meningkat. Nitrat dan amonium merupakan sumber nitrogen anorganik utama yang diserap oleh akar tanaman tingkat tinggi. Sebagian besar amonium akan bergabung membentuk senyawa nitrogen organik di dalam akar, sedang nitrat bersifat mobil di xilem dan dapat disimpan di dalam vakuola, tunas dan organ penyimpanan. Nitrat yang terakumulasi di vakuola berfungsi untuk mengatur keseimbangan kation-anion dan untuk regulasi osmotik (osmoregulation). Selain untuk disimpan di dalam vakuola tanaman, ion nitrat diserap oleh tanaman dari tanah untuk mengubah glukosa hasil fotosintesis menjadi asam-asam amino yang nantinya akan digunakan untuk mensintesis protein. Angiospermae merupakan tanaman yang memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan baik pada daerah yang tergenang ataupun pada daerah kering yang memiliki akumulasi nitrat. Kebanyakan spesies ini dapat tumbuh dengan baik apabila nitrat dan amonium yang optimum, tetapi tumbuh lebih baik lagi jika nitrogen dalam bentuk nitrat terdapat dalam jumlah yang terbatas. Spinasia

39 merupakan tanaman yang dapat mengakumulasikan nitrat dalam jumlah besar di dalam tubuhnya. Kangkung merupakan tanaman Angiospermae dan spinasia, oleh karena itu tidak heran jika nitrat ditemukan dalam jumlah besar. Nitrat Menurut Baku Mutu Penyiraman kangkung menggunakan air selokan menyebabkan terjadinya kontaminasi nitrat yang berasal dari limbah domestik yang langsung di buang ke badan air tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Namun ternyata tidak hanya air limbah yang menyebabkan konsentrasi nitrat tinggi pada kangkung, pemberian pupuk juga menyebabkan konsentrasi nitrat pada kangkung tinggi. Pada tanah yang beraerasi buruk, laju denitrifikasi berjalan dengan cepat dan menyebabkan kehilangan nitrat menjadi lebih tinggi jika dibandingkan kehilangan nitrat karena pencucian. Pada tanah dengan aerasi baik dan memiliki kisaran ph netral, aktivitas bakteri nitrifier meningkat dan menyebabkan nitrat tersedia dalam jumlah besar sebagai sumber nitrogen. Pada kondisi ini dapat dikatakan nitrat merupakan sumber nitrogen utama. Berdasarkan lampiran PP NO. 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR disebutkan kadar nitrat dalam air sebesar 10 ppm untuk kelas I dan II, 20 ppm untuk kelas III dan IV. Hasil pengukuran nitrat yang dilakukan terhadap sampel air menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata nitrat yang terukur masih berada pada tingkat aman untuk digunakan sebagai air irigasi untuk tanaman. Hasil pengukuran nitrat pada tanaman menunjukkan konsentrasi nitrat dalam tanaman yang terukur sangat tinggi dan berada di atas ambang batas aman untuk dikonsumsi.

40 Beberapa sumber menyebutkan keberadaan nitrat dalam jumlah besar di dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan GI (gastrointestinal), diare bercampur darah, disusul oleh coma dan bila tidak ditolong dapat menyebabkan kematian. Nitrat juga dapat menyebabkan kanker lambung dan methemoglobinemia pada bayi atau yang biasa dikenal sebagai penyakit blue babies. Methemoglobinemia pada bayi atau yang biasa dikenal sebagai penyakit blue babies terjadi jika nitrat masuk ke dalam saluran percernaan dalam jumlah besar. Di dalam saluran pencernaan, nitrat diubah menjadi nitrit oleh sejenis bakteri di lambung. Adanya nitrit menyebabkan terbentuknya methemoglobin dan jika terjadi dalam jumlah besar menyebabkan methemoglobinemia. Methemoglobin terjadi karena hemoglobin yang seharusnya berikatan dengan oksigen ternyata berikatan dengan nitrit yang berada di dalam saluran pencernaan. Akibatnya tubuh kekurangan oksigen dan mengakibatkan gagal pernafasan. Methemoglobinemia sering dijumpai pada bayi karena sistem pencernaan yang belum terbentuk sempurna, sebagai akibatnya muka bayi akan berwarna biru karena kekurangan oksigen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joel Petersson, seorang ilmuwan Swedia disebutkan bahwa dengan mengkonsumsi banyak nitrat dapat mempertebal lapisan mukus lambung. Penebalan mukus lambung dan usus melindungi lambung dan usus dari asam hidroklorat yang terdapat di lambung. Menurut Joel Petterson (dalam Soetrisno (1999)), bakteri mulut memiliki peranan penting, karena bakteri mulut yang terdapat dalam saliva mengubah nitrat menjadi nitrit. Setelah tertelan, nitrit direduksi menjadi oksida nitrat oleh asam

41 lambung. Oksida nitrat yang nantinya akan mempertebal mukus lambung. Selain mempertebal mukus lambung, oksida nitrat dan asam nitrat dapat mengkontrol pertumbuhan Salmonella di dalam usus. Nitrat dan nitrit yang diberikan secara oral akan diabsorpsi oleh traktus digestivus bagian atas dan dipindahkan ke dalam darah. Di dalam darah, nitrit mengubah hemoglobin menjadi metheglobin yang kemudian teroksidasi kembali menjadi nitrat. Normalnya methemoglobin akan langsung diubah menjadi hemoglobin kembali menjadi proses enzimatik. Nitrat tidak diakumulasikan di dalam tubuh. Nitrat kemudian di distribusikan ke cairan-cairan tubuh seperti urin, air liur, asam lambung dan cairan usus. Sekitar 60% dari nitrat oral disekresikan melalui urin. Sisanya belum diketahui, tetapi metabolisme bakteri endogen mengeliminasi sisanya. Mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Joel Petersson dapat di tarik kesimpulan bahwa nitrat dalam jumlah tinggi aman untuk dikonsumsi.

42 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Air selokan ataupun air sungai yang digunakan untuk menyiram kangkung tidak mengandung timbal seperti yang dikhawatirkan. Timbal justru berasal dari partikulat-partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor yang lalu lalang. Partikulat timbal yang berada di udara akan langsung menempel pada daun yang sebagian besar disimpan di antara jaringan tiang dan jaringan bunga karang, sedangkan yang terdapat di tanah langsung diakumulasikan pada bagian atas tanah. Air selokan, air sungai dan air PAM mengandung nitrat dalam jumlah yang tidak terlalu besar, tetapi akibat penyiraman yang intensif menyebabkan banyaknya nitrat yang terserap oleh kangkung. Selain berasal dari air yang digunakan untuk menyiram kangkung, nitrat juga berasal dari penggunaan pupuk kandang dan urea. Penggunaan pupuk menyebabkan ketersediaan nitrat pada tanah meningkat. Kangkung merupakan tanaman yang tidak bersifat selektif dan mampu mengakumulasikan nitrat dalam jumlah besar, sehingga nitrat yang berasal dari air dan pupuk dapat terserap secara maksimum dan menyebabkan nitrat yang terukur besar. Penggunaan air sungai maupun air selokan yang berasal dari limbah domestik untuk penyiraman kangkung tidak menimbulkan bahaya, selama kangkung yang ditanam tidak berada di dekat jalan raya. Kangkung yang disiram dengan menggunakan air selokan ataupun air sungai aman untuk dimakan.

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A 24104090 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori LRB adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Doso Sarwanto 1) dan Eko Hendarto 2) ABSTRAK Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air yang dikonsumsinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

AKUMULASI NITRAT PADA KUBIS BUNGA (Brassica Oleraceae Var Botrytis L.) DI DESA PLUMBON KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

AKUMULASI NITRAT PADA KUBIS BUNGA (Brassica Oleraceae Var Botrytis L.) DI DESA PLUMBON KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Prabowo, R. dan Subantoro R AKUMULASI NITRAT PADA KUBIS BUNGA (Brassica Oleraceae Var Botrytis L.) DI DESA PLUMBON KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Rossi Prabowo, Renan Subantoro Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) Berkaitan dengan siklus oksigen Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA Zuchrotus Salamah 1. Suci Tri Wahyuni 1, Listiatie Budi Utami 2 1 =

Lebih terperinci

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus serta memiliki kandungan gizi yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Seperti struktur yang membentuk makhluk hidup, komponen yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah.

Lebih terperinci

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru Tujuan Instruksional Khusus Pada Akhir Perkuliahan Mhs memahami konsep dasar Kimia Tanah dlm hub.nya dg Kes.ling.,dan Kes.Masy.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( ) Sn & Pb Kelompok I Anggota: Dian Agustin (1113023010) Diantini (1113023012) Ika Nurul Sannah (1113023030) M Weddy Saputra (1113023036) Sumber dan Kelimpahan Sumber dan Kelimpahan Sn Kelimpahan timah di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko tercemar kadmium, tembaga dan timbal.makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4, 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Magnetit Pembentukan magnetit diawali dengan reaksi reduksi oleh natrium sitrat terhadap FeCl 3 (Gambar 1). Ketika FeCl 3 ditambahkan air dan urea, larutan berwarna jingga.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini menjadi isu yang paling hangat dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi termasuk manusia. Pelepasan gas-gas yang disebabkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA 4.DAUR BIOGEOKIMIA 4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA Dalam lingkungan, unsur-unsur kimia termasuk juga unsur protoplasma yang penting akan beredar di biosfer mengikuti jalur tertentu yaitu dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

Lestari Alamku, Produktif Lahanku KOMPOS ORGANIK GRANULAR NITROGEN Reaksi nitrogen sebagai pupuk mengalami reaksirekasi sama seperti nitrogen yang dibebaskan oleh proses biokimia dari sisa tanaman. Bentuk pupuk nitrogen akan dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 2.368 juta km 3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memilik umbi yang berlapis. Tanaman ini mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga, umbi terbentuk

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci