KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, W i d o d o 2014 LAK DITJEN SPK 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, W i d o d o 2014 LAK DITJEN SPK 1"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR S egala bentuk pujian, sanjungan, dan pujaan hanyalah milik Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Kami bersyukur kepada-nya karena atas pertolongan-nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Laporan ini disusun sebagai wujud penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perdagangan. Isi laporan terdiri dari 4 (empat) bab. Bab pertama yaitu pendahuluan berisi penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal SPK, struktur organisasi, aspek strategis serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi. Bab kedua perencanaan kinerja yang mencakup perencanaan strategis, rencana kinerja tahunan, kontrak kinerja, dan rencana aksi Direktorat Jenderal SPK. Bab ketiga yaitu akuntabilitas kinerja yang mencakup Capaian Kinerja Organisasi, analisis dan evaluasi capaian kinerja, serta Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal SPK. Adapun bab keempat adalah penutup yang merangkum simpulan umum serta capaian kinerja organisasi serta langkah untuk meningkatkan kinerja. Pada Bab III Huruf B LAK Direktorat Jenderal SPK Tahun 2014 dipaparkan kinerja dalam mewujudkan 11 (sebelas) target indikator kinerja (IK) pada kontrak kinerja Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Setiap IK dijelaskan informasi dampaknya, disebutkan data realisasi dan capaiannya, dievaluasi keberhasilannya, dan dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Penjelasan capaian kinerja tersebut dilengkapi sajian data, tabel, grafik, dan foto yang relevan selama Tahun Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada para direktur dan pejabat beserta segenap pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh karena itu kami menunggu kritik dan saran dari yang bersifat membangun. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dan semoga apa yang telah kami kerjakan bernilai sebagai ibadah di sisi Allah SWT. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, W i d o d o 2014 LAK DITJEN SPK 1

3 RINGKASAN EKSEKUTIF D irektorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen telah berkinerja dalam memenuhi Kontrak Kinerja Tahun 2014 yang diperjanjikan kepada Menteri Perdagangan. Pada tahun 2014 telah tersusun 2 (dua) rumusan sebagai bahan masukan dalam perundingan terkait harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan, yaitu rumusan Identifikasi Kesiapan Industri Peralatan Listrik dan Elektronika dalam Menghadapi AEC dan Identifikasi Kesiapan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Peralatan Listrik dan Elektronika dalam Menghadapi AEC, sehingga capaian 100%. Akumulasi jumlah rumusan standar barang dan jasa perdagangan mencapai 10 (sepuluh) rumusan. Jumlah standar ukuran yang tertelusur secara nasional dan internasional berhasil terealisasi sebanyak 26 standar, meliputi 5 standar gaya dan tekanan, 6 standar suhu, 6 standar KLH, 4 standar listrik, dan 3 standar massa serta 2 standar panjang. Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk 159 unit dimana pada Tahun 2014 telah difasilitasi pembentukan 48 unit BPSK. Akumulasi jumlah SDM Perlindungan Konsumen sebanyak orang yang terdiri dari orang motivator perlindungan konsumen; orang PPNSK-PK, orang PPBJ; 282 orang PPNS metrologi legal; 262 orang pengamat tera; 843 orang pegawai berhak bidang metrologi legal, serta 304 orang petugas penguji mutu barang. Waktu penyelesaian perizinan/pendaftaran di bidang SPK tercapai 4 hari dari target 5 hari. Angka ini merupakan rata-rata dari waktu yang diperlukan dalam penyelesaian pendaftaran LPK 4 hari, pendaftaran/pembebasan label 5 hari, perizinan bidang metrologi legal 5 hari, dan pengurusan NRP 3 hari. Dalam rangka penertiban di bidang metrologi legal, telah dilaksanakan tera dan tera ulang terhadap alat UTTP sebanyak unit (tercapai 117%). Selain itu jumlah UPT & UPTD yang dibina dan dinilai yaitu 50 UPTD dari target 47 UPTD. Persentase tindak lanjut hasil pengawasan barang beredar dan jasa tercapai 70%. Tindak lanjut yang dilakukan antara lain berupa 74 surat apresiasi dan 189 surat teguran. Akumulasi jenis barang beredar ber-sni Wajib yang diawasi (notifikasi WTO) telah tercapai sebanyak 23 jenis, jauh melebihi target yang ditetapkan yaitu 10 jenis. Kinerja ini didukung melalui pengawasan berkala, khusus, dan crash programme. Adapun jumlah pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib telah terlaksana pada 7 daerah yaitu Medan, Pekanbaru, Surabaya, Jawa Barat, Palembang, Semarang dan Tangerang. Evaluasi pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib telah dilaksanakan 8 kali sesuai target yaitu di Surabaya, Medan, Pekanbaru, Sidoarjo, Semarang, Palu, Palembang dan Lampung. Rata-rata capaian target indikator kinerja adalah 138%. Keberhasilan ini didukung karena perencanaan yang tepat dan telah mempertimbangkan kemampuan organisasi dan SDM, pelaksanaan kegiatan yang terkoordinasi, serta pemantauan yang terkendali. Rata-rata capaian anggaran sebesar 88%. Capaian realisasi anggaran tertinggi dilaksanakan oleh Direktorat Metrologi dan BSML yaitu 96,29%. Adapun yang terendah berada pada Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yaitu tercapai 75,27%. 2 LAK DITJEN SPK 2014

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF... 2 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 6 BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA A. Perencanaan Strategis B. Rencana Kinerja Tahunan C. Kontrak Kinerja dan Rencana Aksi BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja C. Akuntabilitas Keuangan BAB IV PENUTUP Lampiran Lampiran Lampiran LAK DITJEN SPK 3

5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Program dan kegiatan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tabel 2 Penjelasan indikator kinerja pada kontrak kinerja Tabel 3 Kegiatan-kegiatan pendukung IK 7, IK 8 dan 9, IK 10, serta IK Tabel 4 Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Tabel 5 Target dan capaian IK 1Tahun Tabel 6 Daftar industri yang disurvei dan kesiapannya Tabel 7 Daftar industri yang disurvei dan kesiapannya Tabel 8 Target standar yang telah tertelusur secara nasional dan internasional Tabel 9 Target dan capaian IK 2 dari Tahun Tabel 10 Daftar BPSK yang terbentuk pada Tahun 2014 berdasarkan Keppres Tabel 11 Target dan capaian IK 3 Tahun Tabel 12 Lima kota dengan BPSK paling banyak menerima pengaduan kasus Tabel 13 Target dan capaian IK 4Tahun Tabel 14 Target dan capaian IK 5 Tahun Tabel 15 Data pelayanan tera dan tera ulang Tabel 16 Target dan capaian indikator Jumlah UTTP yang ditera-tera ulang Tahun Tabel 17 Pelaksanaan kebijakan tertib ukur Tabel 18 UPTD Metrologi Legal Terbaik Tahun Tabel 19 Target dan capaian IK 7 Tahun Tabel 20 Tindak lanjut hasil pengawasan barang beredar dan jasa Tahun Tabel 21 Target dan capaian IK 8 Tahun Tabel 22 Target dan capaian indikator Akumulasi jenis barang beredar ber-sni Wajib yang diawasi (notifikasi WTO) dari Tahun Tabel 23 Rekapitulasi hasil pengawasan barang LAK DITJEN SPK 2014

6 Tabel 24 Target indikator dan capaian Jumlah pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib dari Tahun Tabel 25 Jumlah pelaku usaha yang sudah mendaftarkan NPB dan NRP Tabel 26 Target dan capaian IK 11 dari Tahun Tabel 27 Hasil evaluasi pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib Tabel 28 Penerbitan SPB, NPB, dan NRP Tahun Tabel 29 Realisasi Anggaran Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun LAK DITJEN SPK 5

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Fungsi-fungsi yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen... 9 Gambar 2 Ilustrasi strategic issue bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Gambar 3 Visi dan misi Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Gambar 4 Tujuan Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Gambar 5 Keterkaitan sasaran, tujuan, dan misi Direktorat Jenderal SPK dengantujuan Kementerian Perdagangan Gambar 6 Kebijakan Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Gambar 7 Strategi pengembangan standardisasi di bidang perdagangan Gambar 8 Strategi peningkatan kesadaran dan memberdayakan masyarakat konsumen serta Penguatan pengawasan barang beredar dan jasa perdagangan dan penegakan hukum Gambar 9 Kegiatan-kegiatan pendukung IK 1, IK 2, dan IK Gambar 10 Kegiatan-kegiatan pendukung IK Gambar 11 Perbandingan kinerja IK 1 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 12 Kunjungan ke LPK dan industri peralatan listrik dan elektronika Gambar 13 Evaluasi program/kegiatan IK Gambar 14 Perubahan target IK Gambar 15 Perbandingan capaian kinerja IK 2 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 16 Kegiatan penelusuran standar gaya dan tekanan di Australia Gambar 17 Perbandingan capaian kinerja IK 3 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 18 Jumlah BPSK yang telah beroperasi Gambar 19 Jenis barang yang diadukan ke BPSK Gambar 20 Jenis jasa yang diadukan ke BPSK Gambar 21 Perbandingan capaian kinerja IK 4 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 22 Penutupan diklat PPNS-PK tanggal 4 Juli LAK DITJEN SPK 2014

8 Gambar 23 Perbandingan capaian kinerja IK 5 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 24 Perbandingan capaian kinerja IK 6 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 25 Menteri Perdagangan RI didampingi Dirjen SPK menganugerahkan penghargaan Perusahaan Peduli Tertib Ukur 2014 pada acara Temu Pelanggan Direktorat Metrologi Tahun Gambar 26 Perbandingan capaian kinerja IK 7 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 27 Hasil Pengawasan Tahun Gambar 28 Perbandingan capaian kinerja IK 8 dengan tahun sebelumnya Gambar 29 Hasil pengawasan Tahun 2014 berdasarkan jenis pelanggaran Gambar 30 Perbandingan capaian kinerja IK 9 dengan tahun sebelumnya Gambar 31 Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melakukan kegiatan crash program di Jakarta dan menemukan produk mainan anak yang belum sesuai ketentuan Gambar 32 Perbandingan capaian kinerja IK 10 dengan tahun-tahun sebelumnya Gambar 33 Perbandingan capaian kinerja IK 11 dengan tahun sebelumnya Gambar 34 Diagram Penerbitan SPB, NPB, dan NRP periode Tahun Gambar 35 Diagram Penerbitan SPB, NPB, dan NRP periode Tahun Gambar 36 Diagram pagu dan realisasi anggaran pada Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun 2014 (rupiah) Gambar 37 Capaian kinerja anggaran pada Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun 2014 berdasarkan unit organisasi (%) Gambar 38 Grafik realisasi anggaran per IK Ditjen SPK Tahun Gambar 39 Bagan struktur organisasi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen LAK DITJEN SPK 7

9 BAB I PENDAHULUAN P ada bab ini akan disajikan penjelasan umum organisasi, struktur organisasi, aspek strategis serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi pada Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Pembangunan nasional di Indoesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Adapun arah pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional yaitu tercapainya struktur ekonomi yang seimbang yang di dalamnya terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta merupakan pangkal tolak bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri. Sektor perdagangan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi sehingga harus dikembangkan secara seimbang dan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia. Pengembangan kebijakan di bidang standar produk serta peningkatan dan pengawasan mutu barang sangat penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan perdagangan. Semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kepastian atas mutu, jumlah, serta keamanan barang dan/atau jasa yang diperolehnya di pasar. Dalam rangka meningkatkan harkat dan martabatnya, konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab. Pengembangan kebijakan di bidang perlindungan konsumen, pengawasan barang beredar dan jasa, serta pengaturan di bidang kemetrologian harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. A Penjelasan umum organisasi Liberalisasi perdagangan menjadi sebuah tantangan bagi seluruh elemen Bangsa Indonesia. Masuknya barang impor dengan bebas tanpa hambatan ke pasar Indonesia akan menciptakan sebuah pasar persaingan sempurna, dimana produk impor akan bersaing secara terbuka dengan produk domestik. Kondisi ini dikhawatirkan akan merugikan produsen domestik. Ketidakmampuan produsen dalam negeri untuk bersaing pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan angka pengangguran di Indonesia. Pada 27 Juli 2010 oleh Menteri Perdagangan-Mari Elka Pangestu menetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan yang mengamanatkan bahwa tugas dan fungsi dalam mengamankan perdagangan dalam negeri diemban oleh Direktorat Jenderal Standardisasi 8 LAK DITJEN SPK 2014

10 dan Perlindungan Konsumen. Selanjutnya pada 31 Agustus 2012, dilakukan penyempurnaan struktur organisasi dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan oleh Menteri Perdagangan R.I., Bapak Gita Irawan Wirjawan. Sampai dengan saat ini, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dasar hukum sebagaimana tersebut di atas. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen dapat dijelaskan sebagai salah satu unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyelenggarakan beberapa fungsi. Pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Perumusan kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Gambar 1. Fungsi-fungsi yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. B Struktur organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 31 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 57 Tahun 2012, dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas sebagaimana dikemukakan di atas, susunan organisasi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen terdiri dari: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen; 2. Direktorat Standardisasi; 3. Direktorat Pemberdayaan Konsumen; 4. Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa; 5. Direktorat Metrologi; dan 6. Direktorat Pengembangan Mutu Barang LAK DITJEN SPK 9

11 DITJEN SPK Dit. Standardisasi Dit. Pemberdayaan Konsumen Dit. Pengawasan BBJ Dit. Metrologi Dit. PMB Sekretariat Ditjen SPK Sekretariat Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Direktorat Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi barang dan jasa sektor perdagangan. Direktorat Pemberdayaan Konsumen mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan konsumen. Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan barang beredar dan jasa. Direktorat Metrologi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang metrologi legal. Direktorat Pengembangan Mutu Barang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan mutu barang. 10 LAK DITJEN SPK 2014

12 C Aspek strategis serta permasalahan utama (strategic issue) Globalisasi perdagangan dunia memberikan dampak yang bersifat positif maupun negatif. Di satu sisi, globalisasi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi perkembangan perdagangan di pasar dalam negeri maupun industri domestik. Tumbuhnya persaingan usaha yang kian ketat menuntut pelaku usaha untuk selalu meningkatkan daya saingnya, baik dari segi kualitas produk maupun harga melalui efisiensi produksi. Pada sisi lain, maraknya barang dan jasa yang beredar diduga diikuti dengan banyak pula barang dan jasa yang tidak sesuai ketentuan sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan merugikan konsumen. Selain itu, globalisasi perdagangan juga membawa dampak bagi perkembangan dan keberlangsungan produk-produk barang maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha serta industri dalam negeri. Peningkatan kualitas dan daya saing bagi produk-produk yang dihasilkan di dalam negeri menjadi mutlak diperlukan jika tidak ingin kalah bersaing dengan derasnya arus barang impor. Daya saing dan pentingnya standar dalam perdagangan Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) yang akan dimulai awal tahun 2016 memberikan dampak positif maupun negatif. Terbukanya akses ekonomi mengakibatkan terciptanya pasar yang lebih luas, sekaligus menyebabkan persaingan di sektor usaha yang jadi semakin tinggi. Permasalahannya, daya saing produk dalam negeri masih lemah. Sebagian besar pelaku usaha belum siap bersaing dengan luar negeri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran diambil alihnya pasar domestik. Dalam rangka memperlancar kerjasama ekonomi ASEAN dan untuk membuka peluang bagi pelaku usaha dan sektor industri, dilakukan dengan cara mengurangi hambatan teknis di setiap negara. Upaya yang dapat dilakukan melalui harmonisasi standar, peraturan teknis dan perjanjian saling pengakuan dalam penilaian kesesuaian di tingkat regional, bilateral dan multilateral. Harmonisasi standar dan peraturan teknis dapat menyederhanakan dan mengurangi persyaratan standar dan peraturan teknis yang berbeda-beda di banyak negara tujuan ekspor sehingga akan menurunkan biaya produksi dan lebih lanjut akan menurunkan harga dan meningkatkan daya saing produk di pasar internasional. Namun demikian perlu dilakukan pembenahan inftrastruktur standar dan penilaian kesesuaian (conformity assessment) melalui pemetaan kesiapan pelaku usaha maupun Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK). Untuk itu perlu dilaksanakan identifikasi kesiapan pelaku usaha maupun industri dalam menghadapi AEC. Upaya perlindungan konsumen: pemberdayaan dan penanganan sengketa Aspek penanganan terhadap sengketa konsumen menjadi permasalahan strategis dalam rangka perlindungan konsumen di Indonesia. Sebenarnya, pengadilan sebagai lembaga penegak hukum dapat menjalankan perannya untuk menyelesaikan perkara antara konsumen dengan pelaku usaha. Akan tetapi, pada pelaksanaannya timbul kendala yang menyebabkan konsumen enggan menempuh jalur hukum di pengadilan, antara lain karena biaya dan waktu. Oleh karena itu dibentuklah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yaitu badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen di tingkat kabupaten/kota. Pada Tahun 2010, jumlah BPSK baru sekitar 10% dari jumlah kabupaten/kota seluruh Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah pusat supaya dapat ditingkatkan. Lingkup kegiatan perlindungan konsumen 2014 LAK DITJEN SPK 11

13 sangat luas. Besarnya lingkup kegiatan perlindungan konsumen terkait dengan jumlah konsumen di Indonesia yang harus dilindungi. Hal ini masih dianggap permasalahan karena upaya perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri belum dilaksanakan secara optimal. Sosialisasi sebagai upaya penyebarluasan pemahaman dan pencerdasan konsumen terkendala SDM dan dana. Harus ada cara yang tepat dan cepat untuk mencerdaskan konsumen secara preventif dan juga untuk memperkuat pengawasan. Pembentukan SDM di bidang perlindungan konsumen dan pengawasannya masih harus ditingkatkan. Peredaran barang dan jasa yang tidak sesuai ketentuan mengancam konsumen Seiring dengan penerapan pasar bebas, peredaran barang juga meningkat pesat. Banyak dijumpai kasus yang membahayakan keselamatan konsumen. Kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa penting dilaksanakan dalam mengawasi penerapan parameter-parameter yang diatur dalam peraturan perlindungan konsumen yang meliputi standar, label, klausula baku, pelayanan purna jual, cara menjual, pengiklanan. Pengawasan terhadap barang beredar dan jasa masih terkendala SDM dan cakupan wilayah yang luas. Lebih jauh dari hal itu adalah tindak lanjut hasil pengawasan yang telah dilakukan, uji laboratorium, penanganan kasus, penyidikan, dan seterusnya. Pengelolaan standar dan UTTP secara nasional serta verifikasinya Permasalahan strategis lain terkait dengan jaminan kepada konsumen atas ketertelusuran standar ukuran, kepastian alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP), serta layanan tera dan tera ulang UTTP. Standar ukuran seperti standar massa, panjang, dan suhu serta standar ukuran lain yang harus dijamin ketertelusurannya. Dengan sistem ketertelusuran yang jelas dan tidak terputus, maka dapat memberikan jaminan bahwa hasil pengujian yang dilakukan dapat diakui di Indonesia secara Regional dan Internasional. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan terhadap produk-produk Alat - Alat Ukur, Takaran, Timbangan, dan Perlengkapannya (UTTP) yang diuji di Indonesia. Saat ini, rantai ketertelusuran dan sistem penilaian metrologi legal belum sepenuhnya dapat tertata dengan baik. Belum memadainya infrastruktur pengelolaan standar nasional metrologi di Indonesia mempengaruhi jalur ketertelusuran dan proses verifikasi standar kerja yang dimiliki oleh Balai Standar Nasional Satuan Ukuran Metrologi Legal. Pelaksanaan verifikasi standar dilakukan tidak terpusat pada satu institusi melainkan tersebar ke beberapa institusi yang memiliki standar dengan level yang lebih tinggi dan tertelusur. Jumlah UTTP yang demikian banyak dan penyebarannya yang luas sesuai wilayah Indonesia juga menjadi tantangan, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan tera dan tera ulang, karena produk UTTP yang dipasarkan/digunakan untuk kegiatan transaksi perdagangan serta dan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) harus diawasi, maka jumlah konsumen pengguna UTTP dan BDKT yang harus dilindungi sejumlah penduduk Indonesia, berkisar 230 juta jiwa. Sementara itu, kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen di bidang metrologi legal meliputi pelayanan tera dan tera ulang UTTP, pengawasan UTTP, BDKT dan penggunaan Satuan SI, penyidikan tindak pidana, sampai pada penanganan kasus dan pengaduan konsumen. Untuk meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang oleh Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) metrologi legal dalam rangka perlindungan konsumen, maka perlu dikelola sistem atau mekanisme penilaian kemampuan pelayanan tersebut sehingga dapat terpantau dan terkendali kualitas pelayanan UPTD. 12 LAK DITJEN SPK 2014

14 Tantangan seputar mutu produk impor dan pengembangan produk dalam negeri Pengawasan yang tidak kalah penting adalah dari sisi mutu terhadap produk dalam negeri dan produk impor yang SNI-nya diberlakukan secara wajib. Hal ini penting karena untuk memberikan jaminan mutu dan keamanan kepada konsumen/masyarakat terhadap barang yang akan beredar di masyarakat dengan instrumen yang digunakan adalah standar berupa Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemahaman masyarakat dan pelaku usaha terhadap pemberlakuan SNI wajib terhadap produk-produk tertentu dirasa masih kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka dirasa perlu untuk meningkatkan pertemuan-pertemuan teknis yang melibatkan berbagai pihak pemangku kepentingan. Selain itu, evaluasi pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib masih penting dan diperlukan. Untuk itu perlu ditingkatkan kegiatan yang berisi monitoring di pelabuhan bongkar, pabrik dan pasar terhadap pencantuman label NPB untuk produk impor dan NRP untuk produk dalam negeri pada kemasan produk yang akan diedarkan di masyarakat. Konsumen Indonesia sebagai konsumen cerdas, mandiri dan cinta produk Indonesia Konsumen Indonesia sebagai target pasar,nrimo, orientasi produk impor, kurang peduli terhadap lingkungan Peran Ditjen SPK dalam mentransformasi KAMI MAU PRODUK BERMUTU KAMI MAU PELAYANAN KAMI MAU PRIMA LABEL INDONESIA Gambar 2. Ilustrasi strategic issue bidang standardisasi dan perlindungan konsumen LAK DITJEN SPK 13

15 BAB II PERENCANAAN KINERJA B ab ini berisi penjelasan secara ringkas yang berkaitan dengan dokumen perencanaan strategis, rencana kinerja tahunan, serta kontrak kinerja dan rencana aksi. Dalam rangkamenjawab setiap tantangan yang dihadapi dan mengambil kesempatan atas potensi yang dimiliki maka Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen telah melakukan analisis dan evaluasi kondisi umum standardisasi dan perlindungan konsumen dewasa ini, potensi dan permasalahan yang akan, serta rencana strategis pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen. A. PERENCANAAN STRATEGIS Perencanaan strategis Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Tahun sebagaimana terakhir diubah pada 3 Desember Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) periode menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode bertujuan untuk memantapkan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah dan berbagai kecenderungan pembangunan perekonomian ke depan, Kementerian Perdagangan menetapkan visi organisasi. Dari visi tersebut, ditetapkan 2 (dua) prioritas pembangunan yakni prioritas bidang perdagangan luar negeri dan dalam negeri. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen diamanatkan untuk mendukung prioritas perdagangan dalam negeri. Pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen diarahkan untuk mewujudkan tujuan Kementerian Perdagangan pada pengamanan pasar dalam negeri serta peningkatan pengawasan dan perlindungan konsumen. Visi Perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing ekonomi serta pencipta kemakmuran rakyat yang berkeadilan Misi Pengamanan pasar dalam negeri Peningkatan pengawasan dan perlindungan konsumen Gambar 3 Visi dan misi Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Untuk dapat mewujudkan visi dan misi, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menetapkan tujuan yang merupakan penjabaran mengenai bagaimana misi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tersebut dapat dicapai. 14 LAK DITJEN SPK 2014

16 Dalam mewujudkan misi pertama Mengembangan Sistem Standardisasi dan Perlindungan Konsumen diperlukan terciptanya dua kondisi yakni tersedianya kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen serta tersedianya kelembagaan dan sumber daya manusia yang akan menggerakkan kebijakan tersebut. Adapun dalam mewujudkan misi kedua Mengamankan Pasar Dalam Negeri diperlukan tiga kondisi yakni terselenggaranya pengawasan barang beredar dan jasa, tertib ukur, dan pemberdayaan konsumen. Pengembangan kebijakan standardisasi dan perlindungan konsumen Pengembangan kelembagaan standardisasi dan perlindungan konsumen TUJUAN Pengembangan SDM perlindungan konsumen Peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa Peningkatan layanan perlindungan konsumen dan kemetrologian Peningkatan pengawasan di bidang mutu barang Gambar 4 Tujuan Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun Setelah menetapkan tujuan, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menetapkan sasaran. Sasaran merupakan indikasi yang mengambarkan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sasaran tersebut kemudian diukur melalui Indikator Sasaran yang dijadikan ukuran keberhasilan pencapaian sasaran itu sendiri. Misi merupakan konsekuensi institusi untuk mewujudkan suatu visi yang telah dirumuskan, dan untuk mewujudkannya perlu adanya penetapan tujuan sasaran yang konkrit sebagai acuan pelaksanaan program yang harus dijalankan. Komponen-komponen misi, tujuan dan sasaran mempunyai keterkaitan. Keterkaitan pola pencapaian visi dari tingkat misi, tujuan, hingga ke sasaran adalah sebagaimana pada gambar di bawah ini LAK DITJEN SPK 15

17 TUJUAN KEMENDAG Peningkatan daya saing ekspor Peningkatan akses pasar ekspor & fasilitas ekspor Peningkatan pengawasan dan perbaikan iklim usaha perdagangan luar Peningkatan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, serta ekonomi kreatif Peningkatan pengawasan & perlindungan konsumen Stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri Peningkatan peran &kemampuan diplomasi perdagangan internasional Penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang efisien Gambar 5 Keterkaitan sasaran, tujuan, dan misi Direktorat Jenderal SPK dengan tujuan Kementerian Perdagangan Arah pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen ke depan secara konsisten akan mengacu pada arah pembangunan perdagangan nasional periode Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Arah pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen dapat dijabarkan menjadi 6 (enam) kebijakan sebagaimana tercermin pada tujuan Pengembangan standardisasi bidang perdagangan Peningkatan kesadaran dan memberdayakan masyarakat konsumen Penguatan pengawasan barang beredar dan jasa perdagangan dan penegakan hukum Peningkatan tertib ukur Optimalisasi pengendalian mutu komoditas ekspor dan impor Peningkatan penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah Gambar 6 Kebijakan Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun LAK DITJEN SPK 2014

18 Berdasarkan 6 (enam) kebijakan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, ditetapkan beberapa langkah strategis, yaitu: Peningkatan tertib ukur dilakukan melalui: a. Peningkatan pelayanan di bidang metrologi legal mencakup ketertelusuran standar, pembinaan SDM Kemetrologian, pembinaan UPT dan UPTD Metrologi Legal, pelayanan tera dan tera ulang serta perijinan di bidang kemetrologian. b. Peningkatan pengawasan terhadap UTTP, BDKT, dan penggunaan SI. c. Pembentukan Pasar Tertib Ukur dan Daerah Tertib Ukur. Penyusunan kebijakan pro konsumen berbasis standardisasi Peningkatan partisipasi aktif dalam forum nasional, regional dan internasional terkait standardisasi Pengembangan standardisasi bidang perdagangan Peningkatan peran pemangku kepentingan seperti pelaku usaha/asosiasi, akademisi, lembaga penelitian, dan lain-lainnya dalam pengembangan standardisasi Gambar 7 Strategi pengembangan standardisasi di bidang perdagangan Peningkatan kesadaran dan memberdayakan masyarakat konsumen Penguatan pengawasan barang beredar dan jasa perdagangan dan penegakan hukum Peningkatan penyelesaian pengaduan konsumen Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan instasi terkait penyelenggaraan pengawasan dan penegakan hukum Penguatan lembaga perlindungan konsumen Peningkatan kemampuan aparat/sdm pengawas dan penegak hukum Peningkatan program konsumen cerdas dan edukasi kepada masyarakat Aktivasi penyelenggaraan pengawasan dan penegakan hukum pada instansi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota Peningkatan pembinaan dan pengembangan motivator perlindungan konsumen Peningkatan publikasi terhadap hasil temuan pengawasan barang beredar dan jasa yang tidak memenuhi ketentuan Peningkatan pemahaman tentang standardisasi dan perlindungan konsumen bagi masyarakat konsumen dan pelaku usaha Gambar 8 Strategi peningkatan kesadaran dan memberdayakan masyarakat konsumen serta Penguatan pengawasan barang beredar dan jasa perdagangan dan penegakan hukum 2014 LAK DITJEN SPK 17

19 Optimalisasi pengendalian mutu komoditas ekspor dan impor dilakukan melalui: a. Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait pelaksanaan pengawasan pra-pasar. b. Pembinaan terhadap pelaku usaha dalam negeri dalam penerapan standar bagi komoditas ekspor dan konsumsi dalam negeri. c. Peningkatan kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian dan tenaga penguji mutu barang. Peningkatan penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah dilakukan melalui: a. Monitoring implementasi kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah. b. Pengembangan sarana dan prasarana standardisasi dan perlindungan konsumen berbasis teknologi informasi.tenaga penguji mutu barang. Pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen dilaksanakan melalui Program Peningkatan Perlindungan Konsumen yang akan didukung dengan 8 (delapan) kegiatan yaitu: Tabel 1 Program dan kegiatan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kegiatan Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Pengembangan standardisasi bidang perdagangan Pengembangan kebijakan dan pemberdayaan konsumen Penjelasan Kegiatan dilaksanakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Output yang diharapkan adalah: (1) terwujudnya tata kelola yang baik, berkualitas layanan, dukungan yang tinggi terhadap unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen dan (2) tingkat kepercayaan pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal yang tinggi. Kegiatan pengembangan standardisasi bidang perdagangan ini dilakukan melalui perumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan; partisipasi aktif dalam negosiasi pada sidang internasional yang terjadual; penyusunan regulasi teknis berbasis standar; perumusan standar jasa bidang perdagangan, penelaahan kesesuaian sertifikat kesesuaian yang diterbitkan oleh LPK terdaftar, serta pelatihan dan pengembangan SDM standardisasi bidang perdagangan. Dalam rangka penguatan infrastruktur mutu ekspor, dilaksanakan penyusunan roadmap and guidelines on Export Quality Infrastructure (EQI) melalui dana hibah TSP II dari EU. Output yang diharapkan adalah tersusunnya kebijakan standardisasi bidang perdagangan yang pro konsumen. Kegiatan dalam rangka pemberdayaan konsumen dan pelaku usaha dilakukan melalui penyusunan dan penyempurnaan kebijakan di bidang perlindungan konsumen, peningkatan pemberdayaan perlindungan melalui sosialisasi, pelatihan, forum-forum koordinasi, dan klinik 18 LAK DITJEN SPK 2014

20 Kegiatan Peningkatan efektivitas pengawasan barang beredar dan jasa Peningkatan tertib ukur Penguatan lembaga perlindungan konsumen nasional Peningkatan perlindungan konsumen daerah Peningkatan pengawasan mutu barang Penjelasan konsumen. Output yang diharapkan adalah terlaksananya kebijakaan pemberdayaan perlindungan konsumen. Kegiatan dilakukan dalam rangka pengawasan dan perlindungan konsumen melalui penyusunan dan penyempurnaan kebijakan terkait pengawasan barang dan jasa, peningkatan kualitas SDM pengawasan barang dan jasa, sosialisasi dan publikasi hasil pengawasan, dan peningkatan kegiatan pengawasan. Output yang diharapkan adalah meningkatnya efektivitas sistem pengawasan barang dan jasa. Kegiatan dilakukan untuk mendukung pengembangan dan penguatan metrologi legal yang menitikberatkan pada peningkatan tertib ukur melalui penyusunan dan penyempurnaan kebijakan terkait kemetrologian, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kemetrologian, peningkatan jenis dan jumlah alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) yang ditera dan tera ulang, peningkatan ketertelusuran standar secara nasional, serta penilaian dan pembinaan terhadap UPT dan UPTD metrologi legal. Output yang diharapkan adalah meningkatnya efektifitas kebijakan yang menunjang pengembangan dan pembangunan metrologi legal. Kegiatan dilakukan dalam rangka perlindungan konsumen nasional melalui fasilitasi pembentukan BPSK (Badan Penyelesaian sengketa Konsumen), penguatan LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat), dan fasilitasi BPKN (Badan perlindungan Konsumen Nasional). Output yang diharapkan adalah meningkatnya pelaksanaan perlindungan konsumen dalam hal penyelesaian sengketa, pemberdayaan, pencerdasan, dan evaluasi penyelenggaraan perlindungan konsumen di Indonesia. Kegiatan dekonsentrasi standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah pada dasarnya merupakan tugas Pemerintahan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah yang menjadi wewenang dan tanggungjawab Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, namun mengingat keterbatasan sumber daya dan pertimbangan efisiensi dan efektifitas, maka kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan oleh dinas provinsi pada pemerintah provinsi yang membidangi perdagangan. Output yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas pelaksanaan perlindungan konsumen daerah. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pengawasan dan pelayanan di bidang mutu barang yang menitikberatkan pada pengawasan pra pasar mutu barang impor dan barang produksi dalam negeri yang SNI nya diberlakukan secaa wajib, pembinaan, bimbingan dan evaluasi terhadap SDM fungsional Penguji Mutu Barang, bimbingan mutu barang serta peningkatan kerjasama jejaring lembaga penilaian kesesuaian sebagai infrastruktur yang berperan dalam tugas pengawasan mutu. Output yang diharapkan adalah terjaminnya mutu barang, meningkatnya kapasitas pengawasan mutu barang serta meningkatnya 2014 LAK DITJEN SPK 19

21 Kegiatan Penjelasan B. RENCANA KINERJA TAHUNAN kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan. Program peningkatan pengawasan mutu barang dilaksanakan melalui peningkatan pemahaman pelaku usaha dan pengawasan pemenuhan ketentuan SNI Wajib. Hal ini didukung dengan kegiatan-kegiatan antara lain pertemuan teknis pengawasan mutu produk ekspor, pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib, evaluasi pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib, pengawasan pra-pasar terhadap mutu barang impor dengan mekanisme pendaftaran Nomor Pendaftaran Barang/Surat Pendaftaran Barang (NPB/SPB), pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor melalui mekanisme pendaftaran Nomor Registrasi Produk (NRP), pengawasan mutu produk ekspor, bimbingan teknis kepada jejaring kerja pengawasan mutu barang, pemantauan kemampuan Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK), serta pembinaan pejabat fungsional penguji mutu barang. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan penjabaran dari tujuan, sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Tersedianya rumusan standar barang dan jasa perdagangan Peningkatan dan penguatan daya saing produk dalam negeri serta untuk memfasilitasi kerjasama ekonomi ASEAN dalam rangka mengurangi hambatan teknis di setiap negara tujuan ekspor melalui harmonisasi standar, peraturan teknis dan perjanjian saling pengakuan dalam penilaian kesesuaian adalah tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan Rumusan standar barang dan jasa perdagangan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah tersusunnya 2 (dua) rumusan standar barang dan jasa sebagai rumusan hasil identifikasi kesiapan industri dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) untuk produk elektronik dan peralatan listrik dalam menghadapi AEC. Terjaminnya kepastian standar ukuran dan ketepatan alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya Terjaminnya kepastian standar ukuran dan ketepatan alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya adalah kinerja yang direncanakan untuk mewujudkan jaminan dan kepastian terhadap suatu standar ukuran serta UTTP yang digunakan dalam transaksi perdagangan. Dampak dari kinerja ini adalah perlindungan kepada konsumen. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja ini ada 2 (dua) yaitu: a. Jumlah standar ukuran yang tertelusur secara nasional maupun internasional, dan b. Jumlah UTTP yang ditera-tera ulang. Meningkatnya kelembagaan standardisasi dan perlindungan konsumen Kinerja peningkatan kelembagaan standardisasi dan perlindungan konsumen direncanakan dapat mewujudkan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang lebih efektif. Kinerja ini diukur dengan 2 (dua) indikator kinerja. 20 LAK DITJEN SPK 2014

22 a. IK pertama yaitu akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk. b. IK yang kedua adalah UPT & UPTD yang dibina dan dinilai. Meningkatnya akumulasi jumlah SDM perlindungan konsumen Rencana kinerja meningkatnya akumulasi jumlah SDM perlindungan konsumen adalah kinerja Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen untuk menjawab tantangan sekaligus permasalahan yang berkaitan dengan luasnya cakupan sosialisasi kebijakan dan pengawasan barang beredar maupun mutu barang. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja ini yaitu akumulasi jumlah SDM perlindungan konsumen. Meningkatnya layanan perlindungan konsumen, kemetrologian, dan pengujian mutu barang Kinerja meningkatnya layanan perlindungan konsumen, kemetrologian, dan pengujian mutu barangdirencanakan untuk mendukung iklim usaha perdagangan yang kondusif. Indikator untuk mengukur kinerja ini yaitu waktu penyelesaian perizinan/pendaftaran di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen. Efektivitas pengawasan barang beredar dan jasa Kinerja pengawasan barang beredar dan jasa yang efektif ditujukan untuk mendukung perlindungan kepada konsumen dari penggunaan barang dan jasa yang tidak memenuhi ketentuan. Kinerja ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja. a. IK pertama yaitu akumulasi jenis barang beredar ber-sni Wajib yang diawasi (notifikasi WTO). b. IK kedua adalah persentase tindak lanjut hasil pengawasan barang beredar dan jasa. Meningkatnya pengawasan di bidang mutu barang Kinerja meningkatnya pengawasan di bidang mutu barang direncanakan untuk mendukung pengamanan pasar dalam negeri dan perlindungan pada konsumen sekaligus. Kinerja ini juga diukur dengan 2 (dua) indikator yaitu: a. Jumlah pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib, dan b. Evaluasi pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib. Target pada Tahun 2014 untuk IK pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib yaitu 7 daerah sedangkan untuk evaluasi pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib adalah 8 kali. C. KONTRAK KINERJA DAN RENCANA AKSI Kontrak Kinerja atau Penetapan Kinerja adalah bagian dokumen SAKIP yang harus dibuat oleh kementerian, unit Eselon I dan II, unit kerja mandiri, dan perwakilan perdagangan diluar negeri, yang merupakan perwujudan kesepakatan antara atasan dan bawahan dalam menetapkan kinerja sesuai tujuan dan sasaran pada rencana strategis dan mengacu pencapaian tujuan dan sasaran rencana strategis atasannya. Kontrak kinerja ini disusun setelah diterimanya DIPA dan harus ditandatangani oleh pihak-pihak yang menyepakati. Kontrak Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan instansi pemerintah atau unit organisasi yang menerima amanah atau tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah atau tanggung jawab. Kontrak kinerja merupakan suatu janji kinerja yang wajib diwujudkan oleh penerima amanah kepada atasan langsungnya. Kontrak kinerja suatu instansi pemerintah atau unit kerja akan 2014 LAK DITJEN SPK 21

23 menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah atau unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Adapun rencana aksi merupakan langkah-langkah mewujudkan kontrak kinerja. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyusun kontrak kinerja meliputi program, indikator kinerja, serta anggaran selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 2 Penjelasan indikator kinerja pada kontrak kinerja Indikator Kinerja Jumlah rumusan standar barang dan jasa perdagangan Jumlah standar ukuran yang tertelusur secara nasional dan internasional Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk UPT & UPTD yang dibina dan dinilai Akumulasi jumlah SDM Perlindungan Konsumen Penjelasan Indikator kinerja ini digunakan untuk mengukur tersedianya rumusan harmonisasi standar barang dan jasa sebagai rumusan hasil kegiatan identifikasi kesiapan industri dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) peralatan listrik dan elektronika dalam menghadapi AEC Rumusan digunakan sebagai masukan untuk Kementerian/Lembaga terkait serta pelaku usaha dalam pelaksanaan harmonisasi standar barang dan jasa. Ketelusuran merupakan sifat dari hasil pengukuran atau nilai dari standar acuan yang dapat dihubungkan ke suatu standar yang sesuai, biasanya berupa standar nasional atau internasional melalui rantai perbandingan yang tidak terputus, yang masingmasing rantai mempunyai nilai ketidakpastian (The International Vocabulary of Basic and General Terms in Metrologi). Adapun standar-standar yang akan ditelusurkan meliputi standar ukuran massa, panjang, volume, KLH, listrik, tekanan dan gaya serta suhu yang berada dalam pengelolaan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen dan dibentuk pada kabupaten/kota. Indikator yang digunakan dalam mengevaluasi kemampuan pelayanan tera dan tera ulang adalah jumlah UPT dan UPTD yang dinilai dan dibina pada Tahun 2010 hingga Tahun Indikator yang digunakan untuk melihat akumulasi jumlah SDM perlindungan konsumen adalah tercetaknya SDM di bidang perlindungan konsumen, meliputi: 1. Penyidik Pengawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK), 2. Petugas pengawas barang beredar dan jasa (PBBJ), 3. Motivator perlindungan konsumen, 4. Pengamat tera, 5. Penera, 6. Tenaga penguji mutu barang, dan 7. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi (PPNS-Met) Waktu penyelesaian Membaiknya layanan perizinan/ pendaftaran di bidang 22 LAK DITJEN SPK 2014

24 Indikator Kinerja perizinan/pendaftaran di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen Jumlah UTTP yang ditera-tera ulang Persentase tindak lanjut hasil pengawasan barang beredar dan jasa Akumulasi jenis barang beredar ber-sni Wajib yang diawasi (notifikasi WTO) Jumlah pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib Penjelasan standardisasi dan perlindungan konsumen sebagai pengendalian dalam hal minimasi waktu layanan maupun transparansi layanan. Indikator yang digunakan untuk waktu penyelesaian pendaftaran/perizinan di bidang perizinan/ pendaftaran di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen adalah jumlah hari penyelesaian perizinan/pendaftaran di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen. Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya UTTP yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku adalah Jumlah UTTP yang ditera/tera ulang. Menera ialah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku,atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawaipegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang belum dipakai. Sedangkan tera ulang ialah hal menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawaipegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang telah ditera. Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya tindak lanjut hasil temuan adalah jumlah pelaksanaan kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa yang ditangani dan ditindak lanjuti. Kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa dilaksanakan dalam mengawasi penerapan parameter-parameter yang diatur dalam peraturan perlindungan konsumen, meliputi standar, label, klausula baku, pelayanan purna jual, cara menjual, pengiklanan. Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya jenis barang beredar ber-sni wajib yang diawasi adalah jumlah jenis barang beredar ber-sni Wajib yang diawasi (notifikasi WTO). Target yang ditetapkan pada Tahun 2014 adalah 36 jenis barang beredar ber-sni Wajib. Pengawasan mutu terhadap produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib penting karenauntuk memberikan jaminan mutu dan keamanan kepada konsumen/masyarakat terhadap mutu barang yang digunakan melalui standar berupa SNI. Melalui pertemuan teknis pengawasan mutu produk dalam negeri dan produk impor SNI wajib ini diharapkan dapat memberikan penyebaran informasi mengenai jenis produk yang SNI-nya telah diterapkan secara wajib dan sudah dinotifikasi ke WTO baik yang berasal dari produk impor maupun produksi dalam negeri, 2014 LAK DITJEN SPK 23

KATA PENGANTAR. Jakarta, 25 Maret 2014 Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, W i d o d o. LAK Direktorat Jenderal SPK 1

KATA PENGANTAR. Jakarta, 25 Maret 2014 Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, W i d o d o. LAK Direktorat Jenderal SPK 1 KATA PENGANTAR Sebagai wujud penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) sehubungan dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2013, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Direktorat

Lebih terperinci

LAK 2012 Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

LAK 2012 Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen LAK 2012 Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen i KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Sekretaris Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, Inayat Iman. LAK Setditjen SPK

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Sekretaris Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, Inayat Iman. LAK Setditjen SPK KATA PENGANTAR egala bentuk pujian, sanjungan, dan pujaan hanyalah milik Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Kami bersyukur kepada-nya karena atas pertolongan-nya dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 NOMOR 35 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 NOMOR 35 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Perdagangan Dalam Negeri PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Perdagangan Dalam Negeri PEMERINTAH - 824 - DD. PEMBAGIAN URUSAN AN PERDAGANGAN SUB 1. Perdagangan Dalam Negeri 1. Penetapan pedoman serta pembinaan dan pengawasan pemberian izin usaha perdagangan (SIUP). 1. Pembinaan dan pengawasan dalam

Lebih terperinci

DD. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERDAGANGAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA SUB BIDANG

DD. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERDAGANGAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA SUB BIDANG - 624 - DD. PEMBAGIAN URUSAN AN PERDAGANGAN 1. Perdagangan Dalam Negeri 1. Penetapan pedoman serta pembinaan dan pengawasan pemberian izin usaha perdagangan (SIUP). 1. Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

JAKARTA, 19 SEPTEMBER

JAKARTA, 19 SEPTEMBER PEMBACAAN RUMUSAN DAN SAMBUTAN PENUTUPAN SEKRETARIS DITJEN PADA SINKRONISASI KEBIJAKAN JAKARTA, 19 SEPTEMBER 2017 PEMBACAAN RUMUSAN DAN SAMBUTAN PENUTUPAN SEKRETARIS DITJEN PADA SINKRONISASI KEBIJAKAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT METROLOGI

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT METROLOGI RENCANA KERJA T.A 208 DIREKTORAT METROLOGI Disampaikan pada : Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Konsumen & Tertib Niaga, 9 September 207 Outline 2 Sasaran dan Prioritas T.A. 208 3 PRIORITAS NASIONAL

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2016 KEMENDAG. UPT. Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu. Orta PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/8/2016

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

DD. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERDAGANGAN

DD. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERDAGANGAN LAMPIRAN XXXX PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 DD. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERDAGANGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Perdagangan Dalam Negeri 1. Pemberian

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA. Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA. Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017 STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017 1 Outline A. Dasar Hukum B. Tugas dan Fungsi Ditjen PKTN C. Struktur Organisasi Ditjen

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks No.565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Standadisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG STANDARDISASI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KONSUMEN MELALUI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Oleh : Arrista Trimaya *

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KONSUMEN MELALUI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Oleh : Arrista Trimaya * OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KONSUMEN MELALUI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh : Arrista Trimaya * Perlindungan Konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1565, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapan. Tera dan Tera Ulang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG

Lebih terperinci

Upaya Perlindungan Konsumen di Daerah Masih Terkendala

Upaya Perlindungan Konsumen di Daerah Masih Terkendala SIARAN PERS Badan Perlindungan Konsumen Nasional Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Telp/Fax. 021-34833819, 021-3458867 www.bpkn.go.id Upaya Perlindungan Konsumen di Daerah Masih Terkendala Surabaya,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN BARANG BEREDAR YANG SNI NYA DIBERLAKUKAN SECARA WAJIB

KEBIJAKAN PENGAWASAN BARANG BEREDAR YANG SNI NYA DIBERLAKUKAN SECARA WAJIB KEBIJAKAN PENGAWASAN BARANG BEREDAR YANG SNI NYA DIBERLAKUKAN SECARA WAJIB JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN KEMENTERIAN PERDAGANGAN R.I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pilar-pilar Peningkatan Daya Saing & Perlindungan Konsumen

Pilar-pilar Peningkatan Daya Saing & Perlindungan Konsumen Pilar-pilar Peningkatan Daya Saing & Perlindungan Konsumen Standardisasi Pemberdayaan Konsumen Pengawasan Barang Beredar & Jasa Metrologi Pengembangan Mutu Barang DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO NO INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA I. Informasi tentang Profil DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA Disampaikan pada : Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Konsumen & Tertib Niaga, 19 September 2017 Outline Sasaran dan Prioritas Isu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P No.783, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Nama Jabatan dan Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG NAMA JABATAN DAN KELAS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. No.390, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 18 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 18 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN PERMENDAG NO. 20/M- DAG/PER/5/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA

PENYEMPURNAAN PERMENDAG NO. 20/M- DAG/PER/5/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA PENYEMPURNAAN PERMENDAG NO. 20/M- DAG/PER/5/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2014 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2014 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A214 Halaman : 1 9 9.1 9.1.1 372 373 374 375 376 377 378 379 371 3711 3712 3713 3714 3973 5112 9.1.2 3718 9.2 9.2.9 3716 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 383.245.165 216.729.74 1.191.665.246

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional pada era globaliasasi saat ini diarahkan dan diharuskan dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT PEMBERDAYAAN KONSUMEN

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT PEMBERDAYAAN KONSUMEN RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT PEMBERDAYAAN KONSUMEN Disampaikan pada : Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan & Tertib Niaga, 19 September 2017 Outline Sasaran dan Prioritas Isu Strategis Sinergi Pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Dalam gambaran umum Kementerian Perdagangan akan diuraikan mengenai Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Agenda pembangunan bidang ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 adalah meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 Halaman : 1 090 090.01 090.01.01 3702 3703 3704 3705 3706 3707 3708 3709 3710 3711 3712 3713 3714 3973 090.01.02 3718 090.02 090.02.09 3716 3719 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 251.685.124 226.258.680 1.725.984.194

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2015 Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A216 Halaman : 1 9 9.1 9.1.1 372 373 374 375 376 377 378 379 371 3711 3712 3713 3714 3725 3973 5112 9.1.2 3718 9.2 9.2.9 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 474.268.93 28.188.643 1.549.93.158

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DAN TATA KERJA PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN KENDAL

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Periode 2015-2019. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A215 Halaman : 1 9 9.1 9.1.1 372 373 374 375 376 377 378 379 371 3711 3712 3713 3714 3725 3973 5112 9.1.2 3718 9.2 9.2.9 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 439.728.89 276.43.977 1.127.398.698

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.308, 2009 DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 86/M-IND/PER/9/2009 TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 43 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI

Lebih terperinci