BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari
|
|
- Bambang Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten atau kota. Dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan urusan pilihan perdagangan pada sub urusan standardisasi dan perlindungan konsumen, khususnya penyelenggaraan metrologi legal telah dibagi menjadi: urusan Pemerintah Pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten atau kota. Oleh karena itu, daerah kabupaten atau kota diberi tugas dalam penyelenggaraan metrologi legal berupa tera, tera ulang, dan pengawasan. Menurut Ikatan Ahli dan Teknisi Metrologi Indonesia (Ikatmi), upaya melindungi kepentingan umum dilakukan dengan adanya jaminan kebenaran pengukuran, ketertiban, dan kepastian hukum. Hal ini digunakan dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, serta alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP). Upaya ini merupakan tugas yang diemban dan dilaksanakan oleh pemerintah dan aparatnya di bawah koordinasi menteri yang membidangi metrologi legal, yaitu Kementerian Perdagangan. Pelayanan tera dan tera ulang terhadap alat ukur dilakukan agar konsumen dapat memperoleh barang sesuai dengan ukuran yang seharusnya dan nilai tukar yang dibayarkan. Kementerian Perdagangan melaksanakan 1
2 2 pengawasan terhadap alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) dalam rangka meningkatkan perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas barang beredar dan jasa. Berdasarkan kajian Ikatmi (2015), pelaksanaan metrologi legal berupa tera dan tera ulang merupakan bagian kebutuhan fundamental bagi kehidupan masyarakat. Hal ini juga merupakan upaya melindungi kepentingan umum dengan adanya jaminan kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan UTTP. Penggunaan UTTP memerlukan keterlibatan peran pemerintah untuk melindungi konsumen dan kepentingan umum. Pelayanan tera dan tera ulang UTTP serta pengujian barang dalam keadaan terbungkus (BDKT) oleh dinas yang membidangi perdagangan di kabupaten atau kota merupakan sebuah langkah preventif. Kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya untuk memperoleh berbagai jenis pelayanan termasuk metrologi legal merupakan tantangan dan tanggung jawab besar bagi pemerintah dalam menciptakan keterbukaan, kemudahan pelayanan, serta akses informasi. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten atau kota melalui dinas yang membidangi perdagangan harus mengoptimalkan pelayanan tera, tera ulang, dan pengawasan (Ikatmi, 2015). Salah satu hak konsumen yang penting ialah memilih dan mendapatkan barang dan jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Untuk itu, informasi dan kondisi yang jujur dan benar mengenai barang yang ditransaksikan harus tersampaikan dengan
3 3 baik. Salah satu cara untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar dan kondisi yang seharusnya ialah dengan menjamin ketepatan dan kebenaran timbangan atau takaran yang digunakan pelaku usaha atau pedagang. Jaminan tersebut dilakukan melalui pelayanan tera dan tera ulang terhadap UTTP oleh pemerintah daerah setempat. Dengan demikian, konsumen dapat memperoleh barang sesuai dengan ukuran yang seharusnya dan nilai tukar yang dibayarkan (Sukesi, dkk., 2014). Peningkatan penyelenggaraan metrologi legal bertujuan untuk memperluas daya jangkau dan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan seberapa besar kepentingan umum dan kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, serta dalam rangka memasuki era Komunitas Ekonomi Asean Tiga aspek penting dalam penyelenggaraan metrologi legal untuk mewujudkan tertib ukur di segala bidang, yakni: (1) aspek filosofis; (2) aspek yuridis; dan (3) aspek sosiologis. Menurut Ikatmi (2015), pengukuran telah menjadi kebutuhan dasar bagi pemerintah, pedagang, produsen, pengusaha, konsumen, dan masyarakat luas. Pelayanan publik menjadi pandangan baru agar tujuan pelayanan yang terbaik pada masyarakat dapat terwujud serta lebih terarah dan lebih maksimal. Persyaratan kemetrologian jika tidak dipenuhi, maka akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat luas. Arti penting kemetrologian bukan semata-mata untuk menciptakan tertib ukur di lingkungan masyarakat, melainkan juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa sesuai Undang-Undang Dasar 1945.
4 4 Akurasi dan reliabilitas UTTP sebagai alat ukur barang yang diperdagangkan diperlukan agar masing-masing pihak memperoleh perlindungan yang setara. Pedagang dilindungi dari kerugian karena memberikan barang yang melebihi volume yang disepakati, sedangkan konsumen dilindungi dari kerugian karena menerima jumlah barang yang lebih rendah dari volume yang diminta atau dibayarkannya. Alat-alat UTTP digunakan sepanjang waktu dengan frekuensi yang cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadinya perubahan pada bagian tertentu. Hal tersebut berpotensi terjadinya kesalahan yang akan merugikan konsumen dan juga pelaku usaha. Untuk itu, tera dan tera ulang terhadap UTTP berperan penting dalam usaha perlindungan konsumen. Dari sisi pelaku usaha, mereka yang dalam melakukan transaksi dagangnya menggunakan UTTP wajib untuk memeriksakan atau melakukan tera ulang UTTP tersebut melalui sidang tera. Jika ada pelaku usaha yang tidak tertib dalam memeriksakan UTTP yang digunakan dan terbukti rusak atau tidak sesuai takaran, tetapi tidak diperbaiki, maka pelaku usaha tersebut bisa dikenakan sanksi (Sukesi, dkk., 2014). Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mengadakan kegiatan tera atau tera ulang setiap tahunnya. Kegiatan tersebut dilakukan pada tiap kabupaten atau kota se-sumatera Selatan dan dipungut retribusi. Pembiayaan tersebut berupa biaya pengesahan, penjustiran, pembatalan, pemeriksaan, pengujian, penelitian, serta biaya tambahan untuk UTTP. Pada tahun 2012, total retribusi pelayanan tera dan tera ulang Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp ,00.
5 5 Kegiatan tera dan tera ulang dilakukan di Kabupaten Lahat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan secara rutin setiap tahunnya hingga tahun Dasar penyelenggaraan kegiatan ini ialah Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Selatan Nomor 12 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Biaya Tera. Dalam lampiran Perda tersebut terdapat tarif yang menjadi acuan pembayaran biaya tera dan tera ulang UTTP. Latar belakang dipilihnya Kabupaten Lahat dalam penelitian ini selain karena kemudahan dalam mengakses data dan sebagai kontribusi peneliti bagi daerah asal, juga karena sebagai salah satu daerah kabupaten yang akan menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan wawancara awal, pemerintah Kabupaten Lahat belum memiliki data lengkap mengenai potensi retribusi pelayanan tera dan tera ulang karena pemerintah provinsi tidak mengalihkan data ke Kabupaten Lahat. Penelitian mengenai penghitungan potensi retribusi pelayanan tera dan tera ulang juga belum dilakukan di Kabupaten Lahat. Selain itu, Kabupaten Lahat mengalami kegagalan dalam meraih predikat Pasar Tertib Ukur (PTU) dan Daerah Tertib Ukur (DTU) pada tahun 2014 yang lalu. Kegiatan ini merupakan program prioritas yang diselenggarakan oleh Direktorat Metrologi yang melibatkan pasar dan daerah di seluruh Indonesia. Berdasarkan kajian Ikatmi (2015), permasalahan yang dihadapi terkait penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:
6 6 1) pelayanan tera dan tera ulang UTTP serta pengawasan bersifat mandatori bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang menggunakan UTTP untuk kepentingan umum; 2) masalah perwujudan tertib ukur di segala bidang atau penegakan hukum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang wajib dilakukan para kepala daerah bersama Pemerintah Pusat. Hal ini dilakukan tanpa melibatkan pemerintah daerah provinsi karena sudah tidak mempunyai kewenangan lagi; 3) masalah penyerahan personil, sarana dan prasarana, pendanaan, serta dokumen (P3D) dari pemerintah daerah provinsi harus diselesaikan sampai dengan tanggal 2 Oktober Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Metrologi Legal di daerah provinsi berjumlah 55 unit. Berdasarkan penelitian Gunartha dan Setiawina (2013), di Provinsi Bali terdapat potensi pelayanan tera ulang yang belum dipungut karena belum adanya Perda yang mengatur tentang retribusi secara keseluruhan. Namun, tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang tahun 2008 sampai tahun 2012 rerata sebesar 126,20%. Hal ini dikategorikan sangat efektif karena realisasi melampaui target yang ditetapkan. Provinsi Bali kehilangan potensi yang tidak bisa dipungut karena kekosongan aturan untuk melakukan pungutan retribusi tersebut. UPT dan UPTD masih menghadapi kendala dalam pelaksanaan pelayanannya. Hasil penelitian Puska Dagri (2013) dalam Sukesi, dkk (2014) menunjukkan bahwa jangkauan untuk pelayanan tera dan tera ulang di daerah penelitian hanya mencapai 30,6% dari keseluruhan populasi UTTP
7 7 yang digunakan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya anggaran untuk pelaksanaan tera dan tera ulang, jumlah sumber daya penera mengalami penurunan sebanyak 5% selama periode 2 tahun terakhir, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Selain itu, dalam satu tahun, UPTD provinsi hanya dapat melakukan pelayanan antara 32 hingga 48 hari untuk seluruh kabupaten kota yang ada di wilayah kerjanya. Jangkauan pelayanan tera dan tera ulang hanya 46,28% dari estimasi populasi jumlah UTTP. Faktor yang menyebabkan kondisi tersebut, ialah perencanaan yang kurang baik, anggaran yang terbatas, kurang optimalnya prosedur pelayanan tera ulang di luar kantor (khususnya di pasar tradisional yang belum pasar tertib ukur), kurangnya tenaga penera, kebijakan daerah kurang mendukung pelaksanaan pelayanan, serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Dengan jangkauan yang hanya sekitar 46,28%, maka sebuah pasar hanya dapat dilayani 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) tahun (Sukesi, dkk., 2014). Beberapa daerah di Indonesia telah menyusun regulasi terkait tera dan tera ulang. Dalam kajian Ikatmi (2015) diperoleh data beberapa daerah dengan penetapan regulasi tersebut, antara lain: 1. Kabupaten Bekasi telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Retribusi Biaya Tera dan Tera Ulang, sedangkan pelayanannya dilaksanakan setelah memperoleh penilaian dari Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen; penghitungannya berdasarkan tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas, dan peralatan pengujian yang digunakan; retribusi tidak dapat diborongkan;
8 8 2. Kabupaten Polewali Mandar telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Tera atau Tera Ulang, Perda ini mulai berlaku pada tanggal 11 Oktober 2011, rincian biaya tera belum termasuk biaya penggantian untuk perjalanan pegawai dan pengangkutan apabila pelaksanaan tera atau tera ulang di luar laboratorium metrologi; biaya retribusi dapat diborongkan. Selain itu, terdapat daerah dengan permasalahan serupa dengan Kabupaten Lahat, yakni: 1. Kabupaten Garut, dapat memperoleh PAD Rp ,00 setiap tahun, jika pada tahun 2016 menyelenggarakan sendiri kegiatan tera dan tera ulang UTTP. Kegiatan tersebut selama ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. PAD itu dipastikan belum termasuk kegiatan tera dan tera ulang pada pasarpasar desa, tera dan tera ulang meteran air, alat ukur listrik, serta jenis perangkat UTTP lainnya (Garutnews, 2015); 2. Kota Bekasi kehilangan PAD senilai Rp4 miliar. Menurut Walikota Bekasi, belum ada payung hukum atau Perda terkait pembuatan tera ulang untuk pungutan retribusi di pasar lingkungan. Potensi retribusi ini akan dapat meningkatkan PAD, sehingga diperlukan aturan yang jelas (Ade, 2016). Cakupan dalam penelitian ini menyangkut hasil penghitungan potensi retribusi tera dan tera ulang yang dapat digali di Kabupaten Lahat serta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh retribusi
9 9 pelayanan tera dan tera ulang tersebut bagi Kabupaten Lahat. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penelitian ini akan mengambil judul Analisis Potensi Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang (Studi pada Pemerintah Kabupaten Lahat). 1.2 Rumusan Permasalahan Dari pemaparan latar belakang tersebut, Kabupaten Lahat dinilai memiliki potensi retribusi pelayanan tera dan tera ulang, tetapi belum digali. Hal ini mengingat terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang sejalan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menteri Perdagangan juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang. Fokus investigasi dalam studi kasus ini ialah penghitungan potensi retribusi pelayanan tera dan tera ulang meter listrik (kwh meter) serta penghitungan biaya total untuk per unit UTTP yang diterakan. Selain itu, juga akan dibahas mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan dalam memperoleh retribusi tera dan tera ulang bagi Pemerintah Kabupaten Lahat. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, dapat disusun pertanyaan penelitian seperti berikut.
10 10 1. Bagaimana hasil penghitungan potensi retribusi melalui kegiatan pelayanan tera dan tera ulang di Kabupaten Lahat? 2. Apa langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh retribusi pelayanan tera dan tera ulang tersebut bagi Kabupaten Lahat? 1.4 Tujuan Penelitian Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, antara lain: 1. menghitung potensi UTTP meter listrik (kwh meter) secara keseluruhan berdasarkan tarif atau biaya tera yang terdapat dalam lampiran Perda Provinsi Sumatera Selatan Nomor 12 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Biaya Tera, sehingga diperoleh nilai penghitungan potensi retribusi pelayanan tera dan tera ulang di Kabupaten Lahat; 2. memberikan rekomendasi langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Lahat dalam memperoleh retribusi tersebut. 1.5 Motivasi Penelitian Arti penting penelitian ini didorong oleh hal-hal berikut: 1. bagi organisasi, penelitian ini didorong oleh keinginan untuk melihat potensi UTTP di Kabupaten Lahat dan juga memberikan pengetahuan baru bahwa ada sektor lain yang masih dapat dikembangkan. Potensi akan digali secara maksimal demi pembangunan daerah; 2. sisi keilmuan, metrologi ialah ilmu pengukuran yang bertujuan untuk mewujudkan tertib ukur di segala bidang dan melindungi konsumen;
11 11 3. bagi peneliti, didorong oleh rasa ingin berpartisipasi nyata bagi Kabupaten Lahat sebagai daerah asal. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapakan akan memberikan kontribusi, yakni: 1. dalam bidang akademis, penelitian ini akan memberikan tambahan informasi, pengetahuan, dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya; 2. dalam konteks praktis, penelitian ini akan memberikan hasil berupa rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Lahat dalam upaya perlindungan konsumen dan pedagang melalui tera dan tera ulang; 3. dalam bidang organisasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi telaah akademis dalam pengambilan kebijakan atau regulasi tentang retribusi tera dan tera ulang pada Pemerintah Kabupaten Lahat. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yakni: BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Permasalahan 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Motivasi Penelitian 1.6 Kontribusi Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah 2.2 Kewenangan Daerah Kabupaten atau Kota
12 Pelayanan Publik sebagai Fungsi Utama Pemerintahan 2.4 Metrologi dan Metrologi Legal 2.5 Tera dan Tera Ulang BAB III DESAIN RISET 3.1 Objek Penelitian 3.2 Gambaran Awal 3.3 Metode Penelitian 3.4 Proses Penelitian 3.5 Tahapan Penghitungan Potensi Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI 4.1 Hasil Wawancara 4.2 Perolehan Data Meter Listrik (kwh Meter) 4.3 Pandangan dan Pendapat Peneliti 4.4 Hasil Penghitungan Potensi dan Proyeksi Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang di Kabupaten Lahat 4.5 Langkah-Langkah untuk memperoleh Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang bagi Kabupaten Lahat BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI 5.1 Konklusi 5.2 Rekomendasi 5.3 Keterbatasan REFERENSI LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional pada era globaliasasi saat ini diarahkan dan diharuskan dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1565, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapan. Tera dan Tera Ulang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG
Lebih terperinciPROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA
PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PENGEMBANGAN SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb
No.1199, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. UTTP. Izin Pembuatan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG IZIN PEMBUATAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1150, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Metrologi Legal. UTTP. Tanda Tera. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/M-DAG/PER/10/2012 TENTANG TANDA TERA
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk selanjutnya disebut UUD 1945 yang berbunyi Kemudian dari pada
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 06 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014
Lebih terperinciPENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA UPTD METROLOGI KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017
PROPOSAL PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA UPTD METROLOGI KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja UPT/UPTD Dalam Pelayanan Tera dan Tera Ulang UTTP
2014 Laporan Analisis: Evaluasi Kinerja UPT/UPTD Dalam Pelayanan Tera dan Tera Ulang UTTP Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN
Lebih terperinci7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha
WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Metrologi DKI Jakarta adalah unit teknis yang membantu tugas kedinasan dengan tugas pokok menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kemetrologian,
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4.
WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperincij. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat
BAB XLIII BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BANTEN Pasal 198 Susunan Organisasi Balai Pengelola Laboratorium Metrologi pada Dinas Perindustrian Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu tentang ukur-mengukur secara luas. Di Indonesia, metrologi dikelompokkan menjadi 3 kategori utama yaitu metrologi legal, metrologi industri dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Gubernur Sulewesi Tengah, Menumbang : a. Bahwa semakin
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciPaparan Rancangan Undang-Undang Tentang Metrologi. Disampaikan Pada Acara Workshop Metrologi Lingkungan Tangerang, Oktober 2016
Paparan Rancangan Undang-Undang Tentang Metrologi Disampaikan Pada Acara Workshop Metrologi Lingkungan Tangerang, Oktober 2016 Kondisi Yang Diharapkan Sistem Metrologi Nasional REGULASI NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur secara luas (UUML, 1981). Upaya melindungi kepentingan umum dengan adanya jaminan kebenaran pengukuran serta
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN
Lebih terperinciDAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO
DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO NO INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA I. Informasi tentang Profil DINAS PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT METROLOGI
RENCANA KERJA T.A 208 DIREKTORAT METROLOGI Disampaikan pada : Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Konsumen & Tertib Niaga, 9 September 207 Outline 2 Sasaran dan Prioritas T.A. 208 3 PRIORITAS NASIONAL
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 633/MPP/Kep/10/2002 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN LABORATORIUM METROLOGI LEGAL
33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 633/MPP/Kep/10/2002 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN LABORATORIUM METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.
No.390, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG
R I A U PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 52/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balai Metrologi sebagai salah satu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, merupakan instansi yang berwenang
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 7 2013 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi kepentingan masyarakat
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2016 KEMENDAG. UPT. Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu. Orta PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/8/2016
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008
PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA, TERA ULANG DAN KALIBRASI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANGAN DAN PERLENGKAPANNYA SERTA PENGUJIAN KUANTA BARANG DALAM
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 06 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH,
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUpaya Perlindungan Konsumen di Daerah Masih Terkendala
SIARAN PERS Badan Perlindungan Konsumen Nasional Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Telp/Fax. 021-34833819, 021-3458867 www.bpkn.go.id Upaya Perlindungan Konsumen di Daerah Masih Terkendala Surabaya,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA
JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 15, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI BIAYA TERA, ALAT-ALAT UKUR,TAKAR,TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : NANCY ROSMA RINI L2D 300 370 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 14, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 NOMOR 35 TAHUN 2008
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciJAKARTA, 19 SEPTEMBER
PEMBACAAN RUMUSAN DAN SAMBUTAN PENUTUPAN SEKRETARIS DITJEN PADA SINKRONISASI KEBIJAKAN JAKARTA, 19 SEPTEMBER 2017 PEMBACAAN RUMUSAN DAN SAMBUTAN PENUTUPAN SEKRETARIS DITJEN PADA SINKRONISASI KEBIJAKAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2004 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perdagangan dan industri akhir-akhir ini mulai mengalami kemajuan yang baik. Barang-barang yang diproduksi ataupun dijual sudah banyak dibungkus dalam kemasan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN SELAYAR
BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang a. bahwa Peraturan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 180/MPP/Kep/5/2000. TENTANG TANDA TERA TAHUN 2001 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era desentralisasi fiskal seperti sekarang ini, fungsi dan peran pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara sangatlah penting. Sejalan dengan otonomi daerah
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/ TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.39, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Alat Ukur. Perlengkapan. Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG ALAT-ALAT UKUR,
Lebih terperinciMenjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan
BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 16/ M - DAG/
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1
No. 7, 2003 LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, telah merubah paradigma penyelenggaraan pemerintahan di daerah dimana kekuasaan yang bersifat sentralistik berubah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN
PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan
Lebih terperinciPEMBERIAN SUBSIDI DARI PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PENYELENGGARA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PEMBERIAN SUBSIDI DARI PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PENYELENGGARA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM www.medan.tribunnews.com I. PENDAHULUAN Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2007:67) prestasi kerja (job performance) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan tuntutan era globalisasi dewasa ini teknologi telah menggantikan sebagian besar tugas manusia. Akan tetapi, faktor manusia masih sangat menentukan keberhasilan
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1533, 2016 KEMENDAG. Tanda Sah. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG TANDA SAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Salah satu bentuk apresiasi terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Lebih terperinciBAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi berpedoman pada dokumen
Lebih terperinci: Syahrul Mamma : Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga. : Enggartiasto Lukita : Menteri Perdagangan. Jakarta, Januari2OlT
DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA Jalan M.l. Ridwan Rais No.5 Jakada 10110 Tel. 021-3,451692. 385171 Ext. 1225 Fax.021-3858205 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2Ot7 NOMOR: 0l/PKTN/PK/OI/201
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80,2012 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/M-DAG/PER/12/2011 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) DALAM PERDAGANGAN BARANG
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) DALAM PERDAGANGAN BARANG PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan barang dan jasa merupakan hal yang dibutuhkan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial pasti saling membutuhkan satu sama
Lebih terperinciSTRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA. Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017 1 Outline A. Dasar Hukum B. Tugas dan Fungsi Ditjen PKTN C. Struktur Organisasi Ditjen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
Lebih terperinciDD. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERDAGANGAN
LAMPIRAN XXXX PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 DD. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERDAGANGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Perdagangan Dalam Negeri 1. Pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan pembangunan nasional serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA
Lebih terperinci