Oleh: NUNIK HIDAYATI NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: NUNIK HIDAYATI NIM:"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia Oleh: NUNIK HIDAYATI NIM: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

2 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 ABSTRAK Judul : Penerapan Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang Penulis : Nunik Hidayati NIM : Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan 1) Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kimia menggunakan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia. 2) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode praktikum. Dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran kimia, peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga daya pikir peserta didik kurang berkembang. Penerapan metode ceramah menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir peserta didik untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan, serta kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan permasalahan yang dijumpai. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan taraf berfikir, pemahaman konsep serta keaktifan peserta didik. Obyek penelitian adalah peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 30 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tin dakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada peserta didik SMK Diponegoro dalam pembelajaran kesetimbangan kimia dengan mengunakan metode praktikum, belum baik. Hal ini terlihat pada siklus I, akan tetapi pada siklus II pola pikir peserta didik mulai terlihat adanya peningkatan yang baik sehingga peserta didik dapat mengolah pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar. Hasil yang di dapat dari pembelajaran praktikum, pada siklus I rata-rata belajar peserta didik 70,40 dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,67%, Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu sebesar 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,00% pada siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa taraf berfikir peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode praktikum meningkat. vi

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur alhamdulillah selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, inayah dan hidayahnya kepada penulis yang tidak memiliki kekuatan sedikit sehingga hanya berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan umat manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Skripsi ini berjudul Penerapan Pembelajaran Kimia Mengunakan Metode Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang, disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sulit terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan dan doa dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada : 1. DR. Suja i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2. Atik Rahmawati, S.Pd.,M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus Segenap dosen Kimia yang tidak bosan-bosannya memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. vii

8 5. H. Ali Sodiqin, S.Pd.I, selaku kepala sekolah SMK Diponegoro Banyuputih Batang dan seluruh guru, karyawan dan stafnya terimakasih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Arini Ainul Hanifah, S.Pd, selaku guru mata pelajaran kimia di SMK Diponegoro Bamyuputih Batang, terima kasih atas bantuan, arahan dan bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian. 7. Ayahanda Abdul Ghofur dan Ibunda Sadisah selaku orang tua penulis, yang telah memberikan segalanya baik doa semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan materil dan spritualnya. 8. Nenek tercinta Hj. Maryam, yang telah memberikan dorongan untuk menjadi yang terbaik beserta keluarga. 9. Teman-teman seperjuangan kimia angkatan 2008 yang memberikan semangat baik moral, material maupun spiritual. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca. Semarang, 15 April 2012 Penulis Nunik Hidayati NIM viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN KEASLIAN... PENGESAHAN... NOTA PEMBIMBING... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv vi vii ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5 BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka... 7 B. Metode Praktikum Pengertian metode praktikum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum Tahap-tahap Metode Praktikum Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Pengertian Berfikir Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir Konsep Kemampuan Berfikir Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi D. Kesetimbangan Kimia E. Rumusan Hipotesis ix

10 BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Pelaksana dan Kolabolator D. Rancangan Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Pencapaian BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pra Siklus Siklus Siklus B. Pembahasan Pra Siklus Siklus Siklus BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP x

11 3 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi ilmiah dalam pemecahannya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan setiap individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan pada dirinya. Pengajar bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu tercapai sebagaimana yang diinginkan. 1 Menurut pemikiran al-ghazali bahwa tujuan pendidikan adalah tingkat kedekatan diri kepada Allah yang kemudian berimbas secara empiris di masyarakat terutama dalam pembentukan moral. 2 Sebagaimana dalam firman Allah SWT yaitu, Q.S Ar-Rad ayat 11: yš#u r&!#sœî)uρ öνíκå à Ρr'Î/ $tβ (#ρç Éi tóム4 Lym BΘöθs)Î/ $tβ ç Éi tóムŸω!$# ÏΒ ÏµÏΡρߊ ÏiΒΟßγs9 $tβuρ çµs9 Št tβ Ÿξsù #[ þθß 5Θöθs)Î/ ª!$# Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. 3 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm Fadhal AR Badafal, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hlm

12 Tugas seorang pendidik yang berkewajiban untuk mengatasi berbagai masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Dan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. 4 Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), termasuk kimia, dikembangkan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami gejala alam. Rasa keingin tahuan mendorong ilmuan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah hingga ditemukan suatu jawaban yang kemudian menjadi produk sains, seperti konsep, prinsip, teori dan hukum. Dalam istilah psikologi pengetahuan tentang proses ilmiah disebut pengetahuan prosedural, dan pengetahuan yang berkaitan dengan produk ilmiah disebut pengetahuan deklaratif. 5 Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Untuk mengetahui ciri suatu senyawa, kita perlu mengetahui sifat-sifat fisisnya, yang dapat diamati tanpa mengubah identitasnya, dan sifat-sifat kimia, yang dapat ditunjukkan hanya melalui perubahan kimia. Ilmu kimia terkesan sulit pada tingkat dasarnya diantaranya: kimia memiliki perbendaharaan kata yang sangat khusus dan beberapa konsepnya bersifat abstrak. 6 Untuk mempelajari kimia tidak hanya dengan pemberian fakta dan konsep saja, tetapi peserta didik perlu dilatih untuk menemukan fakta dan konsep tersebut. Peserta didik tidak hanya mengetahui fakta, konsep atau prinsip, tetapi juga terampil untuk menerapkan pengetahuannya dalam Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 5 Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium, (Semarang: UNNES Press, 2008), hlm. 1. hlm Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jil. 1, 2

13 menghadapi masalah dalam kehidupan dan teknologi, hal ini dapat meningkatkan keterampilan berfikir tinggkat tinggi. Telah kita ketahui bahwa peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah. Pengajaran keterampilan berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam pembelajaran kimia. Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran kimia sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu peserta didik menjadi problem solving yang lebih baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan peserta didik mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Berdasarkan observasi awal dan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata pelajaran kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode ceramah. Guru hanya menerangkan dan peserta didik hanya mendengar. Sehingga peserta didik menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai harus ditunjang dengan metode yang efektif. Dan metode yang dapat mencapai tujuan pembelajaran. 7 Permasalahan yang sangat umum bagi kurang minat peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran kimia karena pembelajaran hanya menggunakan ceramah atau pembelajaran yang monoton. Sehingga, peserta didik kurang terampil dalam menemukan pengetahuan atau informasi sendiri. Dan sebagian besar peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang peran aktif sehingga sulit menangkap materi pelajaran. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses penyampaian pesan harus diciptakan atau diwujudkan 7 Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang), Tanggal 28 Nopember

14 melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. 8 Praktikum merupakan proses pemecahan masalah melalui kegiatan manipulasi variabel dan pengamatan variabel. Praktikum merupakan salah satu pengajaran yang berpusat pada peserta didik yang mengambarkan strategi-strategi pengajaran dimana guru lebih memfasilitasi dari pada mengajar langsung. Dalam strategi pengajaran yang berpusat pada peserta didik, guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial peserta didik. Tujuan-tujuan yang banyak dicapai dengan efektif dengan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik meliputi: pengembangan proses keterampilan berkomunikasi, pengembangan pemahaman yang mendalam tentang pelajaran kimia dan pengembangan keterampilan-keterampilan penelitian dan pemecahan masalah. Melalui praktikum peserta didik juga dapat mempelajari sains dan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains, dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Kemampuan ini bisa dikembangkan melalui kegiatan praktikum. Dalam mempelajari kimia tanpa menemukan fakta dan konsep adalah tidak sesuai dengan proses belajar bermakna. Kesulitan peserta didik dalam menemukan fakta dan konsep apabila tidak diatasi akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, keterampilan berfikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 8 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 1. 4

15 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012? 2. Apakah penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dilakukan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/ Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode praktikum kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain: 1. Bagi peneliti. Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penerapan metode-metode dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan metode praktikum. 2. Bagi peserta didik a. Memberikan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. 5

16 b. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kesetimbangan kimia. c. Meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi 3. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran kimia untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik. 4. Bagi Sekolah a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan diambil guna meningkatkan mutu peserta didik. b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk semua pelajaran. 6

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka peneliti akan memaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian ini. 1. Renee E. Weiss, Designing Problems To Promote Higher Order Thingking, New Directions For Taeching and Learning, No 95, Fall Penelitian ini bertujuan untuk mempromosikan pemikiran tingkat tinggi dikalangan mahasiswa dengan desain Problem Based Learning (PBL), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan PBL dapat meningkatkan pemikiran tingkat tinggi pada mahapeserta didik. 2. Michael H. Hopson, Richard L. Simms dan Gerald A. Knezek, Using a Technolog-Enriched Environment to Improve Higher-Order Thinking Skills, Journal of Research on Technology in Education, Volume 34, No 2, Penelitian ini meneliti efek dari teknologi dikelas pada pengembangan peserta didik keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap mahasiswa didik terhadap komputer. Dengan adanya teknologi menimbulkan efek positif pada peserta didik dalam kecakapan berfikir tingkat tinggi 3. Kartina A. Meyer, Face-To-Face Versus Theaded Discussions: The Role of Time and Higher-Order Thinking, JALN volume 7, Issue 3, Dalam penelitian ini membandingkan pembelajaran diskusi dengan tatap muka dan online dalam meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi, 7

18 dengan berbagai tema. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang lebih cocok digunakan untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dengan berdiskusi tatap muka. 4. Akyuni, Efektivitas Pembelajaran Praktikum Kimia Materi Pokok Reaksi Kimia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP IPA (Islam Plus Assalamah) Ungaran jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Menyimpulkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP melalui pembelajaran praktikum. Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan psikomotorik pada tiap siklusnya untuk melihat hasil belajar peserta didik yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. B. Metode Praktikum 1. Pengertian Metode Praktikum Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. 1 Dalam kitab-kitab klasik juga menjelaskan bahwa:. 1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm Muhammad Atiyah Al-Abrosyi, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, (tt: Rukhu al tarbiyah wa al ta lim, 1950), hlm

19 . Metode adalah media yang kita ikuti guna memahamkan atau memberikan pemahaman pada murid pada setiap pelajaran di berbagai materi. Metode adalah sebab-sebab yang digunakan guru guna meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan sampainya pengetahuan pada murid dengan cara termudah dan waktu tercepat. Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ada lima faktor yang dapat memfasilitasi keberhasilan pembelajaran praktikum yaitu: kurikulum, sumber daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar, dan strategi asesemen. a. Kurikulum Kurikulum dapat diidentifikasikan menjadi tiga fase yaitu: kurikulum yang diharapkan (intended curriculum), ditunjukkan pada tujuan kurikulum; kurikulum yang dipahami (perceived curriculum), direfleksikan oleh pandangan guru dan peserta didik; dan kurikulum yang diimplementasikan (implemented curriculum), tercermin dalam proses mengajar, belajar dan lingkungan belajar. 3 Muhammad Abdul Qodir, Thuruqu Ta limi Al-Lughoh Al-Arabiyah, (Kairo : Maktabah Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979), hlm

20 Dinamika kurikulum yang diimplementasikan sangat bergantung pada bahan-bahan kurikulum yang tersedia. Demikian juga pelaksanaan kegiatan praktikum sangat bergantung pada bahan-bahan kurikulum, misalnya: (a) petunjuk praktikum yang terdiri dari beberapa percobaan, baik yang terintegrasi maupun tak terintegrasi dengan kegiatan non praktikum, (b) lembar kerja, (c) buku teks yang memuat percobaan praktikum. 4 b. Sumber Daya Sumber daya, mencakup bahan dan peralatan, ruang dan perabotan, asisten dan tenaga laboran serta teknisi. 5 c. Lingkungan Belajar Keberhasilan belajar terkait dengan lingkungan tempat belajar itu terselengara, kegiatan di laboratorium bersifat kurang formal, peserta didik bebas untuk mengamati, berbuat dan berinteraksi secara individual maupun kelompok. 6 d. Keefektifan Mengajar Sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan belajar. Mengajar sebuah praktikum memerlukan penguasaan keterampilan proses ilmiah (metode ilmiah) dan pengetahuan materi subyek, serta memerlukan pengetahuan khusus tentang iklim kelas dan cara mengelolanya. 7 4 Wiyanto, Menyiapkan, hlm Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37 6 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37 7 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38 10

21 e. Strategi Asesmen Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ketika objek yang di pelajari diperlihatkan pada peserta didik, ternyata tes performance menunjukkan sebagai alat ukur yang lebih valid untuk mengukur keterampilan proses maupun penalaran logis, dibandingkan dengan mengunakan paper pencil test Tahap-tahap Metode Praktikum Pada pelaksanaan praktikum agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 9 a. Langkah persiapan Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Persiapan untuk metode praktikum antara lain: 1) Menetapkan tujuan praktikum. 2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3) Mempersiapkan tempat praktikum. 4) Mempertimbangkan jumlah peserta didik dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum 5) Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan dilakukan. 6) Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum. 7) Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum. 8 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38 9 Byarlina Gyamirti, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika Topik Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMP, (Bandung: UPI,2010), hlm

22 b. Langkah pelaksanaan 1) Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik mendiskusikan persiapan dengan guru, setelah itu baru meminta keperluan praktikum (alat dan bahan). 2) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum, guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok. c. Tindak lanjut metode praktikum Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah: 1) Meminta peserta didik membuat laporan praktikum. 2) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum. 3) Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua perlengkapan yang telah digunakan. 4. Kelebihan dan kekurangan metode praktikum Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 10 a. Kelebihan Metode Praktikum 1. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. 2. Dapat membina peserta didik untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. b. Kekurangan Metode Praktikum 1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi. 2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal. 10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm

23 3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. 4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian. Dari semua hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum merupakan suatu cara dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan ataupun hipotesis yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan mengembangkan sikap ilmiah dalam diri peserta didik, juga memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya penjelasan lisan sehingga sangat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi 1. Pengertian Berfikir Ketika seseong melakukan aktifitas yang terkait dalam jasmani dan rohani, maka aspek berfikir tidak dapat dilepaskan, terlebih jenis aktifitas tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluar. Dengan demikian, berfikir dapat dikatakan memegang peran dalam melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau telah dihadapi. Beberapa pendapat tentang definisi berfikir antara lain: 11 a. Suatu kondisi yang letak hubungannya diantara bagian pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dan dikontrol oleh akal. Jadi berfikir berarti meletakkan hubungan diantara bagian pengetahuan (mencakup segala konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki oleh manusia) yang diperoleh manusia. b. Menurut pandangan kaum assosiasionist, berfikir sebagai suatu proses asosiasi. Menurut pandangan kaum fungsionalist, berfikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut 11 Romlah, Psikologi Pendidikan,(Malang, UMM Press, 2010), Hlm

24 pandangan umum, berfikir adalah suatu kegiatan spikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih melalui proses berfikir. c. Berfikir adalah menemukan hubungan-hubungan, menetapkan sangkut-paut. Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa berfikir merupakan aktifitas psikis yang intensional terhadap suatu hal atau persoalan dan tetap berupaya untuk memecahkannya, dengan cara menghubungkan satu persoalan dengan yang lain, sehingga mendapatkan jalan keluar. Bentuk proses berfikir yang dilakukan oleh setiap orang dalam memecahkan masalah tidak harus sama, tetapi dapat disesuaikan dengan persoalan yang sedang dihadapinya. Hal ini sangat tergantung pada ringan dan beratnya persoalan yang sedang dihadapi. Ada dua cara yang harus digunakan oleh seseorang agar memperoleh pemahaman terhadap sesuatu hal atau hasil dari pemecahan persoalan yang dihadapinya. Adapun dua cara tersebut adalah: pengalaman dan pengertian ilmiah Oleh karena itu, proses dalam memperoleh pengertian dapat melalui beberapa tingkat antara lain: 12 a. Menganalisa Pada tingkat ini seseorang dapat mengadakan analisa jenis beserta ciri-cirinya. b. Mengadakan Komparasi Setelah mengetahui ciri-cirinya, maka ciri satu dengan yang lainnya dikomparasikan, sehingga menghasilkan ciri yang berbeda. c. Mengadakan Abstraksi Dalam tahap ini seseorang menyatukan ciri-ciri yang sama dan mengesampingkan ciri-ciri yang berbeda. 12 Romlah, Psikologi, Hlm

25 d. Kesimpulan Setelah mengadakan abstraksi, selanjutnya menarik kesimpulan dengan tetap memberikan batasan pada pengertian yang diangkat. 2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir Sesuai pandangan Piaget, struktur pengetahuan deklaratif merupakan hasil pembentukan yang bergantung pada tindakan (interaksi individu dengan lingkungannya), sehingga individu harus belajar bagaimana mengelola tindakannya. Untuk dapat bertindak, diperlukan pengetahuan prosedural yang dapat menuntunnya. Jadi proses mengetahui atau memperoleh pengetahuan deklaratif melibatkan pengetahuan prosedural (kertampilan berfikir), oleh karena itu pembelajaran diharapkan juga mampu mengembangkan pengetahuan prosedural itu. Piaget telah mengembangkan teori perkembangan pengetahuan prosedural atau pengetahuan operatif, yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0-18 bulan), pra operasional (18 bulan - 7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun). Implikasi dari pemahaman terhadap teori perkembangan berfikir tersebut pada pembelajaran kimia adalah bagaimana membantu peserta didik mengalami pergeseran proses berfikir. Jadi tugas guru adalah memfasilitasi perkembangan berfikir peserta didik. Di tingkat SD, sains akan lebih sesuai dibelajarkan melalui pengalaman empirik yang melibatkan pengamatan langsung, sehingga memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan melalui proses induksi. Selain itu bertolak dari pengamatan langsung itu peserta didik juga mulai dilatih untuk mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka... menurut Piaget mulai usia sekitar 11 tahun anak sudah mampu berfikir yang berawal dari kemungkinan, maka pembelajaran di SMP diharapkan dapat memfasilitasi terjadinya pergeseran tingkat berfikir ke arah itu dengan mulai melatih mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka... yang berawal dari kemungkinan-kemungkinan. Di tingkat SMK, kemampuan-kemampuan 15

26 tersebut perlu terus dikembangkan sehingga dapat menjadi kebiasaan dalam pemecahan masalah Konsep Kemampuan Berfikir Kemampuan berfikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul atau yang dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi dan komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan. Menurut beberapa pakar dalam bidang psikologi menyatakan bahwa pengertian kemampuan berfikir, sebagai berikut: 14 a. Menurut Beyer (1984), berfikir adalah upaya manusia untuk membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan. b. Menurut fraenkel (1980), berfikir merupakan pembentukan pengalaman dan penyusunan keterangan dalam bentuk tertentu. c. Menurut Moore dan Parker (1986), kemampuan berfikir adalah keyakinan berlandasan tindakan yang cermat dan disengaja dalam menerima, menolak dan menangguhkan suatu keputusan berhubungan dengan suatu dakwaan. 4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Peningkatan keterampilan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah. Pengajaran keterampilan berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam pembelajaran kimia. Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran kimia sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu 13 Wiyanto, Menyiapkan, hlm Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlm

27 peserta didik menjadi problem solver yang lebih baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan peserta didik mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: 15 (a) menghafal (recall thinking) adalah tingkat berfikir paling rendah. Keterampilan ini hampir otomatis atau refleksi sifatnya; (b) dasar (basic thinking), keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep; (c) kritis (critical thinking) adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk didalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis atau reflektif; (d) dan kreatif (creative thinking) yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan ini adalah sesuatu yang komplek. Kegiatan yang dilakukan diantaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru dan menentukan efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya mengeluarkan hasil akhir yang baru. Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kimia. D. Kesetimbangan Kimia Kimia adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat. Sedangkan ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural 15 S Krulik dan Rudnick, Innovative Tasks to Improve Critical-and Creative-Thingking Skills,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12, hlm

28 Science) yang mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan oleh ilmu kimia adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan perubahan menjadi benda lain (transformation of matter) secara permanen serta energi yang terlibat dalam perubahan termasud. 16 Chemical equilibrium is the state reached when the concertrations of reactants and products remain constant over time. 17 Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang dicapai ketika konsentrasi dari reaktan dan prodak konstan 1. Keadaan Kesetimbangan Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada dialam kita seperti reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah atau reaksi yang dapat balik (reversible). Contohnya: Campuran gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas amonia, reaksinya sebagai berikut: N 2 g 3H 2 g 2NH 3 g Amonia jika dipanaskan akan terurai menjadi gas nitrogen dan hidrogen, reaksinya sebagai berikut: 2NH 3 g N 2 g 3H 2 g Pengabungan antara kedua reaksi menjadi: N 2 g 3H 2 g 2NH 3 g 16 I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm 1 17 John E McMURRY and ROBERT C. FAY, Chemistry, (United States of America: Pearson), hlm

29 Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat. Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya. Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase atau lebih disebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas atau larutan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan komponen padat-gas atau cair-gas. Contoh kesetimbangan homogen: a. N 2(g) + 3H 2(g) 2NH 3(g) b. H 2 O (l) H + (aq) + H + (aq) Contoh kesetimbangan heterogen: a. Ag 2 CrO 4(s) 2Ag + 2- (aq) + CrO 4 (aq) 18 b. CaCO 3(s) CaO (s) + CO 2(g) 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Perubahan kondisi percobaan dapat menggangu kesetaraan dan mengeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau kurang. Ada suatu aturan umum yang membantu kita memprediksi kearah mana reaksi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu. Aturan ini dikenal dengan asas Le Chatelier, yang menyatakan bahwa: 18 Harun Nasution, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, (Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm

30 jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali. 19 Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut: Reaksi = - Aksi Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan: 20 a. Pengaruh Konsentrasi Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi bergeser ke arah hasil reaksi. Gejala perubahan dapat diperhatikan [Fe(SCN) 3 ] dalam air berwarna merah. Warna merah menunjukkan adanya ion FeSCN 2+. Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN 2+ yang tidak terurai dan Fe 3+ dan SCN - ditulis sebagai berikut: FeSCN 2+ (aq) Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) merah kuning pucat tidak berwarna Jika ditambah NaSCN pada larutan maka konsentrasi dari SCN - akan bertambah. Akibatnya ion Fe 3+ akan bereaksi dengan ion SCN -, sehingga kesetimbangan bergeser dari kanan ke kiri, dengan persamaan: FeSCN 2+ (aq) Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) hlm Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jild 2, 20 Raymond Chang, Kimia, hlm

31 Akibatnya warna merah dalam larutan akan bertambah tua. Jika 2- ditambah H 2 C 2 O 4 pada larutan awal C 2 O 4 akan berikatan dengan Fe 3+. Akibatnya ion Fe 3+ akan membentuk ion Fe(C 2 O 4 ) 3-3 yang dapat dilihat dari warna kuning dalam larutan. Persamaan yang terjadi antara lain: FeSCN 2+ (aq) Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) Dari eksperimen tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesetimbangan reaktan dan produk terdapat dalam sistem, kenaikan konsentrasi produk akan menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kiri dan penurunan konsentrasi produk akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan. Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi kesetimbangan. (a) larutan berair Fe(FCN) 3, warna larutan yang timbul karena spesi FeSCN 2+ yang merah dan spesi Fe 3+ yang kuning. (b) sesudah ditambahkan sedikit NaSCN kedalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kiri. (c) sesudah ditambah sedikit Fe(NO 3 ) 3 ke dalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kiri. (d) sesudah ditambahkan sedikit H 2 C 2 O 4 ke dalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kenan, warna kuning disebabkan oleh ion Fe(C 2 O 4 ) b. Pengaruh tekanan Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika semakin kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih banyak. 21

32 Contoh: 2PbS (s) + 3O 2(g) 2PbO (s) + 2SO 2(g) Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada 3 mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser ke arah produk (ke kanan). c. Pengaruh suhu Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik. Contoh: N 2(g) + 3H 2(g) 2NH 3(g) Jika suhu dinaikkan reaksi bergeser ke kiri (N 2 dan H 2 ) Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan. Reaksi Pembentukan NO 2 dari N 2 O 4 adalah proses endotermik, seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut : N 2 O 4(g) 2NO 2(g) 58,0 Dan reaksi baliknya adalah proses eksotermik: 2NO 2(g) N 2 O 4(g) 58,0 Jika temperatur dinaikkan, maka pada proses endotermik akan menyerap panas dari lingkungan sehingga membentuk molekul NO 2 dari N 2 O 4. Kesimpulanya, peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik. 22

33 (a) Gambar 2.2 (a) Dua bola mengandung gas NO 2 dan N 2 O 4 pada kesetimbangan. (b) Bila suatu bola direndam dalam air es (kiri), warnanya akan lebih muda, yang menunjukkan pembentukan gas N 2 O 4 yang tak berwarna. Bila bola lainnya direndam dalam air panas (kanan), warnanya akan menjadi lebih tua yang menunjukkan peningkatan NO 2. (b) d. pengaruh katalis Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan. Panambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi kita mungkin harus menunggu lama agar kesetimbangan terjadi. Pengaruh katalis terhadap kesetimbangan kimia ditunjukkan pada gambar

34 Tan Deng Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi balik. Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun ke kiri dan pengaruhnya sama. Keadaan setimbang tidak berubah (tidak dipengaruhi katalis) tetapi hanya mempercepat tercapainya kesetimbangan. E. Rumusan Hipotesis Tindakan Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran. Hipotesis yang di maksud adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini kemudian di perluas menjadi kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu di sempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. 21 Sehubungan dengan pengertian hipotesis tersebut, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah penerapan pembelajaran kimia mengunakan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/ Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif, (Semarang: IAIN Walisongo Press, 2009), hlm

35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas. PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, sekolah atau tempat ia mengajar dengan tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. PTK sesuai namanya bersifat terbatas dalam arti keluasan objek dan sasaran yang menjadi pusat perhatian penelitiannya. 1 Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang nyata yang terjadi di dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar. 2 Untuk mempermudah penerapan prinsip-prinsip tindakan, sebelum mulai melaksankan tindakan guru perlu menyusun rencana tindakan. Dalam penyusunan rencana, sebaiknya menggunakan prinsip perencanaan SMART yang artinya cerdas. Istilah tersebut adalah singkatan dari huruf depan katakata SMART, yang rinciannya adalah sebagai berikut: 1. S, kata depan dari specific, artinya khusus. 2. M, kata depan dari managable, artinya dapat dilaksanakan, tidak rumit. 1 Jasa Ungguh Muliawan, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth), (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm. 1. hlm Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), 25

36 3. A, kata depan dari acceptable, artinya dapat diterima oleh pihak pelaku tindakan atau achievable, artinya dapat dicapai. 4. R, kata depan dari realistic, artinya dalam kegiatan nyata, terdukung sumber daya yang ada. 5. T, kata depan dari time-bound, artinya dilaksanakan dalam batas waktu tertentu. 3 PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut: Permasalahan. Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I Siklus I Refleksi I Pengamatan data I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan Refleksi II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Pengamatan data II Gambar 3.1 Siklus PTK 4 3 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010) hlm Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm

37 Siklus-siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut: 5 1. Siklus I a. Perencanaan. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan melalui tindakan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. c. Pengamatan Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. d. Refleksi Refleksi atau peristiwa perenungan adalah langkah menggigat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik. 2. Siklus II Serupa dengan siklus I, siklus II terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan setiap tahap pada siklus II sama dengan pelaksanaan setiap siklus I B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang. 2. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan januari tahun 2012 sebagaimana dapat dilihat pada tabel Suharsimi Arikunto, Penelitian, hlm

38 No Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahapan 1. Observasi Awal Tanggal/ Bulan Nopember Pra Siklus 3 Desember Siklus I (pertemuan I) 4. Siklus I (pertemuan II) 5. Siklus II (pertemuan I) 7 Januari Januari Januari 2012 Alokasi Waktu Kegiatan 3 hari a. Wawancara dengan guru kimia kelas XI b. Persiapan dan pencarian data yang mendukung rencana pelaksanaan penelitian 2 x 45 a. Perkenalan peneliti menit dengan peserta didik b. Mengamati guru dalam mengajar kimia c. Mengamati keaktifan peserta didik 2 x 45 menit 2 x 45 menit 2 x 45 menit a. Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode praktikum b. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode praktikum pada materi kesetimbangan kimia. c. Pemberian pekerjaan rumah a. Pembahasan PR b. Persiapan tes evaluasi c. Pelaksanaan tes evaluasi siklus I dengan sub materi pokok kesetimbangan kimia. a. Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode praktikum. b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum pada sub materi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 28

39 6. Siklus II (pertemuan II) 28 Januari x 45 menit Kesetimbangan kimia. c. Pemberian pekerjaan rumah a. Pembahasan PR b. Persiapan tes evaluasi c. Pelaksanaan tes evaluasi siklus II dengan sub materi pokok Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan kimia. C. Pelaksana dan Kolaborator 1. Pelaksana dan Kolaborator Dalam penelitian PTK ini yang menjadi pelaksana adalah peneliti sendiri. Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama antara praktisi (guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan kerjasama tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting. Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masingmasing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir. 6 Tujuan dari kolaborator adalah untuk membantu kita dalam mengamati pelaksanaan tindakan kelas dan memberikan penilaian dari instrumen yang kita buat sebagai alat ukur penelitian. Selain itu kolaborator dapat memberikan umpan balik ( feedback ) pada saat evaluasi refleksi yang tujuannya perbaikan tindakan yang kita lakukan. Kolaborasi dalam 6 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Abdul Qodir, Muhammad, Thuruqu Ta limi Al-Lughoh Al-Arabiyah, Kairo : Maktabah Al-Nahdlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI PEMISAHAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM BERBASIS LABORATORIUM KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN GENUK

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI PEMISAHAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM BERBASIS LABORATORIUM KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN GENUK UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI PEMISAHAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM BERBASIS LABORATORIUM KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN GENUK SKRIPSI Disusun guna memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh :

SKRIPSI. Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DENGAN METODE JUMPING RABBIT PADA SISWA KELAS IV SD N 04 TEGALGEDE TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Belajar memiliki arti memperoleh pengetahuan atau menguasai

Lebih terperinci

ANALISIS JENIS MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI

ANALISIS JENIS MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI ANALISIS JENIS MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperolah gelar sarjana dalam Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pra Siklus Tahap pra siklus dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2011, peneliti mengamati proses pembelajaran kimia pada materi pokok laju

Lebih terperinci

SK R I P S I. Diajukanuntuk Memenuhi SebagianTugas dan Syarat gunamemperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SK R I P S I. Diajukanuntuk Memenuhi SebagianTugas dan Syarat gunamemperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN RANAH KOGNITIF BIDANG STUDI AL-QUR AN HADIS ANTARA LULUSAN MI DAN SD KELAS VII DI MTs IHYAULULUM WEDARIJAKSA PATI TAHUN AJARAN 2011/2012 SK R I P S I Diajukanuntuk Memenuhi SebagianTugas

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN THE LEARNING CELL

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN THE LEARNING CELL UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN THE LEARNING CELL (STUDI TINDAKAN DI KELAS XI MA NURIL HUDA TARUB TAWANGHARJO GROBOGAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Dalam kesetimbangan kimia terdapat 2 reaksi yaitu reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible (reaksi searah) adalah reaksi yang berlangsung searah.

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ISVIKAWATI NIM

Disusun Oleh: ISVIKAWATI NIM PENGARUH RESPON SISWA PADA PEMANFAATAN MEDIA FLASH PLAYER BERBASIS CHEMOEDUTAINMENT (CET) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X MA DARUL ULUM WATES NGALIYAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Biologi PENERAPAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA KELAS V SEMESTER I MI MIFTAHUL HUDA TEGALSAMBI TAHUNAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Tadris Kimia. Disusun Oleh: UMI ZAROH NIM:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Tadris Kimia. Disusun Oleh: UMI ZAROH NIM: STUDI KOMPARASI ANTARA METODE PEER LESSONS DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA TERPADU MATERI POKOK STRUKTUR PERMUKAAN BUMI SISWA KELAS IX MTs DARUL ULUM DEMAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EXPERIENTAL LEARNING

IMPLEMENTASI EXPERIENTAL LEARNING IMPLEMENTASI EXPERIENTAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KIMIA PADA MATERI ASAM BASA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA MAN 2 BOJONEGORO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI HABIS Reaksi satu arah REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI Irreversible / reaksi habis / Reaksi tidak dapat balik Reaksi satu arah REAKSI Reversible/ reaksi dapat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SISWA KELAS X MAN 1 SEMARANG SKRIPSI

EFEKTIVITAS VIDEO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SISWA KELAS X MAN 1 SEMARANG SKRIPSI EFEKTIVITAS VIDEO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SISWA KELAS X MAN 1 SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

Oleh: KHOLIDAH NIM:

Oleh: KHOLIDAH NIM: EFEKTIVITAS PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF DALAM MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK GERAK PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SEMESTER GENAP MTs

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prodi Tadris/Pendidikan Kimia.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prodi Tadris/Pendidikan Kimia. ANALISIS PEMBUATAN CATATAN PRA-PRAKTIKUM DALAM MENDUKUNG KETERAMPILAN PROSES PADA PROSES PRAKTIKUM BIOKIMIA MAHASISWA TADRIS KIMIA SEMESTER V IAIN WALISONGO SEMARANG TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Kimia.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Kimia. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN IBL (INQUIRY BASED-LEARNING) UNTUK MENINGKAKAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK BAHAN KIMIA DALAM MAKANAN SISWA KELAS VIII DI MTS NU 07 PATEBON. SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suhardjono dan Suharsimi menyatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan (action research)

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia. Oleh: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS INTEGRASI SAINS DAN AGAMA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

No Indikator Soal Valid

No Indikator Soal Valid 107 Lampiran 3 Rekapitulasi asi Instrumen TDM-TWO-TIER No Indikator Soal 1 Memahami kesetimbangan Reaksi kesetimbangan antara N 2 O 4 dengan NO 2 mengikuti persamaan kimia berikut ini : ator 1 :- dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemampuan penalaran matematika adalah salah satu tujuan terpenting dalam pembelajaran matematika, memberikan materi materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian

Lebih terperinci

Oleh. Dewi Candrawati

Oleh. Dewi Candrawati 126 Lampiran 4 Oleh Dewi Candrawati 2014 127 Petunjuk Pengerjaan: 1. Tes diagnostik ini terdiri dari delapan soal pilihan ganda dua tingkat. 2. Setiap soal memiliki 4 pilihan jawaban dan 5 pilihan alasan.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) MATERI POKOK BILANGAN PADA PESERTA DIDIK KELAS IV MI NEGERI KARANG POH KEC. PULOSARI KAB. PEMALANG

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) Ilmu Tarbiyah Jurusan PAI

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) Ilmu Tarbiyah Jurusan PAI Penerapan Strategi Klasikal Baca Simak dengan Panduan Al-Husna untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Al-Qur an Peserta didik Kelas VII SMP Islam Plus Assalamah Ungaran Semester Genap Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu PGMI. Oleh : ANNA FIKHUSNINA NIM:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu PGMI. Oleh : ANNA FIKHUSNINA NIM: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI METODE PROBLEM POSING DI KELAS 5 MI AN-NUR PENGGARON KIDUL PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang konsentrasi laju reaksi materi78.co.nr Kesetimbangan Kimia A. PENDAHULUAN Reaksi satu arah (irreversible) atau reaksi tidak dapat balik adalah reaksi yang terjadi pada satu arah, dan produknya tidak dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI Halim Hi. Djaham Lumuan Guru Fisika SMA Negeri 1 Banggai Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : AINUN MARDIAH Nim : Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan Oleh : AINUN MARDIAH Nim : Program Studi Pendidikan Matematika IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DALAM MENYELESAIKAN KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI EKSPONEN DI SMA NEGERI 1 RANTAU SELAMAT TAHUN PENGAJARAN. 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Oleh : AINUN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG Sheila Sandiya Putri, Muhardjito, Dwi Haryoto Universitas Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA PEMBELAJARAN PAI MATERI POKOK PUASA WAJIB KELAS V SEMESTER GENAP DI SD NURUL

Lebih terperinci

DI MI MIFTAHUS SIBYAN TUGUREJO SEMARANG

DI MI MIFTAHUS SIBYAN TUGUREJO SEMARANG UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN MATERI POKOK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TINGKAT PUSAT DAN DAERAH KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PBL SECARA KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMK-TR RAKSANA MEDAN OLEH

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PBL SECARA KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMK-TR RAKSANA MEDAN OLEH PENGARUH PENGGUNAAN METODE PBL SECARA KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMK-TR RAKSANA MEDAN OLEH KETUA : ELVIARNI (0103118401) ANGGOTA : OKKY HARZAINI NASUTION (vanessa.adha@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan era globalisasi menuntut sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas dari peran pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Mardasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Mardasah Ibtidaiyah. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK SUMBER DAYA ALAM DAN TEKNOLOGI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV MI NU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu data dan informasi dengan tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2006 : 3)

BAB III METODE PENELITIAN. suatu data dan informasi dengan tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2006 : 3) 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pengertian Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh suatu data dan informasi dengan tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2006

Lebih terperinci

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan tahapan atau cara dalam melakukan penelitian, Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI

A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI 4 KESETIMBANGAN KIMIA A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI Dalam kehidupan sehari-hari, sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi

I. PENDAHULUAN. yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini pendidikan masih belum lepas dari berbagai permasalahan. Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GALLERY WALK

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GALLERY WALK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GALLERY WALK DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT KELAS VII A MTs MU`ALLIMIN MU`ALLIMAT

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.2014/2015 Martogi Bangun Sianturi Guru Mata Pelajaran Fisika SMA

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI DALAM KEGIATAN MGMP TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA SMA WILAYAH KOTA SEMARANG

PENGARUH PARTISIPASI DALAM KEGIATAN MGMP TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA SMA WILAYAH KOTA SEMARANG PENGARUH PARTISIPASI DALAM KEGIATAN MGMP TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA SMA WILAYAH KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Progam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK AKHLAK TERPUJIPESERTA DIDIK DI MTS NU 02 AL-MA ARIF BOJA KENDAL

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK AKHLAK TERPUJIPESERTA DIDIK DI MTS NU 02 AL-MA ARIF BOJA KENDAL PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBENTUK AKHLAK TERPUJIPESERTA DIDIK DI MTS NU 02 AL-MA ARIF BOJA KENDAL SKRIPSI Program Sarjana Strata 1 (S1) Kendidikan Islam Disusun Oleh: ARIYANTO 083311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP MURNIYATI Guru SMP Negeri 3 Dumai mmurniyati7@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN. titik setimbang

KESETIMBANGAN. titik setimbang KESETIMBANGAN STANDART KOMPETENSI;. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR;.. Menjelaskan kestimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi Sebagin Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi Sebagin Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE DAN READING GUIDE PADA PEMBELAJARAN PKn MATERI CINTA LINKUNGAN SEKITAR DI KELAS II MI ISLAMIYAH BULUSARI SAYUNG

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian hasil belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\\\\\\\ PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson,

BAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Identitas Mata Pelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI IPA/ I : Kesetimbangan Kimia : 2 x 45 (1 kali pertemuan) 2. Standar

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PPKn MATERI ARTI SUMPAH PEMUDA KELAS III SEMESTER I di MI RAUDLATUL WILDAN WEDUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA DI SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL

ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA DI SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL ANALISIS ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA DI SMA NU 01 AL HIDAYAH KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110 ISSN: 1693-1246 Juli 2011 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110 J P F I http://journal.unnes.ac.id PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

Oleh: SUPRIHATI

Oleh: SUPRIHATI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MATERI PERISTIWA HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE YATSRIB MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING KELAS V MI AL-KHOIRIYYAH

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 i ANALISIS KADAR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DENGAN EKSTRAKSI PELARUT ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) MENGGUNAKAN ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) DI SUNGAI DONAN (CILACAP) PADA JARAK 2 KM SESUDAH PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA-KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA BATU Juwairiah 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk 1 Penerapan Pendekatan SETS Melalui Problem Based Instruction (PBI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Bioteknologi di Kelas XII IPA-1 SMA Negeri 3 Luwuk ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk Abstrak

Lebih terperinci

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengkulu Rosane Medriati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Salah satu faktor yang sangat menentukan mutu hasil pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA DI KELAS X SMAN 3 LAMONGAN Meiliyah Ulfa, Muchlis

Lebih terperinci

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG Hj. TUTI NURYATI SMP Negeri 3 Subang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN SEMBORO 01 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER TAHUN AJARAN 2014/2015 Wiwik Kusumawat 1

Lebih terperinci

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar)

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar) KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG : IPA : SMP Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Pedagogik 1. Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini terfokus dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kelangsungan peradaban di seluruh dunia. Di Indonesia, tujuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kelangsungan peradaban di seluruh dunia. Di Indonesia, tujuan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan penghubung antara sumber daya manusia dengan peradaban, dimana pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan ataupun kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN BUDAYA MUTU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN BUDAYA MUTU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN BUDAYA MUTU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 Semester 2 Tahun

Lebih terperinci