STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA DI PANTAI TELENG RIA, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA DI PANTAI TELENG RIA, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2014 Vol. 3 No.2 Hal : ISSN Available online at: E-ISSN STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA DI PANTAI TELENG RIA, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR (Ecotourism Strategy Management in Teleng Ria Beach, Pacitan Regency, East Java) Ani Rahmawati 1*, Santoso Rahardjo 2, dan Luky Adrianto 2 1Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km.4, Pakupatan Serang *Korespondensi : anierahma@gmail.com 2Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Jl. Agahthis Kampus IPB Dramaga Bogor Diterima: 26 Agustus 2014 / Disetujui: 08 Oktober 2014 ABSTRACT Teleng Ria Beach region is an area that has managed to be a tourism. Activities that can be done at this beach including surfing, fishing, swimming, sports tourism, beach recreation, and others. This study aimed to assess the suitability of ecological regions, estimate the area carrying capacity and ecological carrying capacity for beach tourism activities, knowing the perception of tourists and local people on the ecological quality of Teleng Ria beach and identify opportunities spectrum for coastal ecotourism. The combination of parameters to form a spectrum of opportunities for development in a tourism area. The results of the analysis of the suitability of entry criteria region S1 is no limiting factors are serious enough to make Teleng Ria Beach region as a tourism area. Estimation of the carrying capacity of the sandy beaches in the Teleng Ria Beach area are 250 people with the needs of the Inn at 4,17 ha of land and clean water needs of liters per day. Ecological carrying capacity Teleng Ria Beach area is 359 people per day. Teleng Ria Beach region has a good ecological quality and beautiful natural scenery, which is sufficient to provide comfort for the tourists. The spectrum of opportunities that with the advanced coastal ecotourism potential physical parameters with no override parameters and social management. Keywords: area carrying capacity, ecological carrying capacity, opportunity spectrum, suitability of ecology, Teleng Ria beach. ABSTRAK Kawasan Pantai Teleng Ria merupakan suatu kawasan yang telah dikelola menjadi kawasan wisata. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di pantai ini antara lain surfing, memancing, berenang, wisata olahraga, rekreasi pantai, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesesuaian ekologis kawasan, mengestimasi daya dukung kawasan dan daya dukung ekologis Pantai Teleng Ria untuk kegiatan wisata pantai, mengetahui persepsi wisatawan dan penduduk sekitar terhadap kualitas ekologis kawasan wisata Pantai Teleng Ria dan mengidentifikasi spektrum peluang ekowisata pantai. Kombinasi dari parameter-parameter membentuk suatu spektrum peluang untuk pengembangan di suatu kawasan wisata. Hasil analisis

2 100 RAHMAWATI ET AL. JIPP kesesuaian kawasan masuk kriteria S1 yaitu tidak ada faktor pembatas yang cukup serius untuk menjadikan kawasan Pantai Teleng Ria sebagai kawasan wisata. Estimasi daya dukung pantai berpasir di kawasan Pantai Teleng Ria adalah 250 orang dengan kebutuhan lahan penginapan sebesar 4,17 Ha dan kebutuhan air bersih liter per hari. Daya dukung ekologis kawasan Pantai Teleng Ria adalah 359 orang per hari. Kawasan Pantai Teleng Ria memiliki kualitas ekologis yang baik dan panorama alam yang indah, sehingga cukup memberikan kenyamanan bagi para wisatawan. Spektrum peluang ekowisata pantai yaitu dengan mengedepankan potensi parameter fisik dengan tidak mengesampingkan parameter pengelolaan dan sosial. Kata kunci: daya dukung kawasan, daya dukung ekologi, kesesuaian kawasan, Pantai Teleng Ria, spektrum peluang PENDAHULUAN Salah satu kawasan pesisir di Pantai Selatan Pulau Jawa yang terkenal dengan wisata pantainya adalah Kabupaten Pacitan. Kabupaten yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta ini merupakan pintu gerbang bagian barat dari Propinsi Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur yang membujur dari Gunung Kidul ke Trenggalek menghadap ke Samudera Hindia. Luas keseluruhan Kabupaten Pacitan sebesar 1.419,44 km², berada di BT dan LS, dengan garis pantai sepanjang 70,709 km yang membentang sepanjang tujuh kecamatan (Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pacitan 2004 diacu dalam Widyamayanti 2005). Kabupaten Pacitan terkenal dengan wisata pantai yang mempesona dengan pantai andalan adalah Pantai Teleng Ria selain wisata goa-goa alam yang tidak kalah menariknya. Kawasan pantai ini terletak kurang lebih 3 km dari pusat kota Pacitan ke arah selatan, berada pada 08 13'15" LS dan '44" BT yang memiliki potensi besar untuk pengembangan kegiatan wisata dan perikanan. Kawasan Pantai Teleng Ria menjadi kawasan wisata sejak tanggal 30 Desember 1997 dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan. Kegiatan wisata pantai yang dapat dilakukan di pantai ini antara lain surfing, memancing, berenang, jogging dan lain-lain. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang besar dengan membangun berbagai fasilitas pendukung guna memberikan kenyamanan kepada seluruh wisatawan. Berbagai sarana prasarana yang telah dibangun antara lain pelabuhan, gardu pandang untuk menikmati desiran ombak laut selatan, kolam renang dan arena bermain anak-anak, kedai makan, tempat pelelangan ikan, penginapan, kios cenderamata, areal perkemahan, arena pemancingan serta baywatch. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesesuaian ekologis kawasan, mengestimasi daya dukung kawasan dan daya dukung ekologis Pantai Teleng Ria untuk kegiatan wisata pantai, mengetahui persepsi wisatawan dan penduduk sekitar terhadap kualitas ekologis kawasan Pantai Teleng Ria serta mengidentifikasi spektrum peluang ekowisata pantai. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Teleng Ria, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada bulan Mei 2008 sampai Agustus Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas keadaan umum lokasi,

3 Vol. 3, 2014 Strategi Pengelolaan Ekowisata Pantai 101 persepsi terhadap kawasan, kebijakan pengelolaan, isu-isu dan permasalahan yang terjadi serta kualitas perairan. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer selama penelitian adalah wawancara dan observasi lapang. Wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling yang terdiri dari penduduk sekitar, pengelola kawasan wisata, dan pegawai dalam kawasan wisata. Sementara itu, penentuan responden wisatawan dilakukan dengan metode accidental sampling. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, kebijakan pengelolaan, isu-isu serta permasalahan yang terjadi. Sumber data sekunder yang dikumpulkan berupa buku penunjang, laporan, penelitianpenelitian sebelumnya, serta bentukbentuk artikel dan jurnal. Jenis data yang dikumpulkan dari sumber tersebut antara lain peta lokasi, jumlah penduduk, ketersediaan air tawar, jumlah wisatawan, pendapatan asli daerah dari sektor wisata dan sebagainya. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kesesuaian wilayah untuk wisata pantai, daya dukung kawasan untuk wisata pantai, daya dukung ekologis, persepsi terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan dan analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS). Analisis kesesuaian wilayah untuk wisata pantai dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki empat klasifikasi penilaian (Yulianda 2007). Rumus yang digunakan adalah rumus kesesuaian wisata pantai: IKW Ni Nmaks x100% Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian wisata Ni = Nilai parameter ke-i Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Analisis kesesuaian wilayah dikaitkan dengan kegiatan di sekitar pantai seperti berjemur, wisata olahraga, berenang dan aktivitas lainnya. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar. Daya dukung kawasan untuk wisata pantai dilakukan dengan membandingkan panjang pantai dan jumlah maksimum wisatawan yang mengunjungi kawasan pada periode tertentu berdasakan Wong (1991). Berdasarkan pengalaman Eropa dan Amerika dalam Wong (1991) diketahui standar kebutuhan ruang fasilitas wisata di wilayah pesisir untuk menghitung daya dukung seperti disajikan pada Tabel 1. Penentuan daya dukung ekologis ini dilakukan karena sumberdaya wisata pesisir bersifat mudah rusak dan ruang untuk wisatawan sangat terbatas. Berdasarkan Yulianda (2007) seperti pada Tabel 2 dan 3. Penghitungan daya dukung ekologis wisata pantai dilakukan menggunakan rumus : DDK K x Lp Wt x Lt Wp Keterangan: DDK = Daya dukung ekologis K = Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area Lp = Luas atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari Wp = Waktu yang dihabiskan wisatawan untuk kegiatan tertentu

4 102 RAHMAWATI ET AL. JIPP Tabel 1 Standar kebutuhan ruang fasilitas wisata di wilayah pesisir No Parameter Faktor pembatas 1 Kapasitas pantai a. Kelas rendah b. Kelas menengah c. Kelas mewah d. Kelas istimewa m 2 /orang orang / m 2,0 5,0 1,5 3,5 1,0 3,0 0,7 1,5 2 Air bersih a. Penginapan daerah pesisir liter/hari b. Penginapan daerah pantai tropik liter/hari 3 Akomodasi (penginapan) a. Ekonomi : 10 m 2 / bed b. Menengah : 19 m 2 / bed c. Istimewa : 30 m 2 / bed atau bed / ha Sumber : Berdasarkan pengalaman Eropa dan Amerika dalam Wong (1991) Tabel 2 Potensi ekologis wisatawan (K) dan luas area kegiatan (Lt). Jenis kegiatan K ( wisatawan) Unit area (Lt) Keterangan Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai Wisata olah raga 1 50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai Berenang 1 50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai Berjemur 1 50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai Memancing 1 10 m 1 orang setiap 10 panjang pantai Area berkemah m² 5 orang setiap 100 m² Sumber : Modifikasi Yulianda (2007) Tabel 3 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp - (jam) Total waktu 1 hari Wt - (jam) 1. Berenang Berjemur Rekreasi pantai Wisata olah raga Memancing Berkemah Sumber : Modifikasi Yulianda (2007) Penilaian terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan (kuisioner) yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah keindahan alami, tidak termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus (Yulianda 2004): ERs Ka ERo Keterangan : Ers x100% : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Ka : Nilai keindahan alam (%) Kriteria/nilai keindahan alam: Ka 75% : indah (3) 40% Ka 75% : cukup indah (2) Ka < 40% : tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap rasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda 2004) : Na ERs x100% ERo Keterangan : Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh responden Na : Nilai kenyamanan alam (%) Kriteria/nilai kenyamanan alam : Na 75% : nyaman (3) 40% Na 75% : cukup nyaman (2) Na < 40% : tidak nyaman (1)

5 Vol. 3, 2014 Strategi Pengelolaan Ekowisata Pantai 103 Recreation Opportunity Spectrum (ROS) merangkum keragaman dari recreation setting (kondisi rekreasi) berdasarkan pengalaman tertentu yang terdiri dari parameter fisik atau lingkungan (physical attribute), sosial (social attribute) dan pengelolaan (managerial attribute) (Clark dan Stankey 1979; Clark 1982 diacu dalam Parkin et al. 2000). Clark dan Stankey (1979) mendefinisikan bahwa ROS merupakan kombinasi dari kondisi fisik, biologi, sosial dan pengelolaan yang memberikan nilai bagi suatu kawasan. ROS menciptakan peluang rekreasi berdasarkan kombinasi parameter fisik, bologi, sosial dan pengelolaan dimana dilakukan identifikasi kelas lahan berdasarkan pengalaman rekreasi (Stanis et al. 2009). Masing-masing parameter kawasan rekreasi memiliki bobot berdasarkan tingkat kepentingan. Parameter fisik atau lingkungan merupakan parameter yang paling penting (bobot 0,5); parameter pengelolaan memiliki bobot 0,3 dan parameter sosial memiliki bobot 0,2. Skala pada penelitian ini terdiri atas 3 tingkatan untuk masing-masing parameter yaitu 1 untuk kondisi kurang baik, 2 untuk kondisi sedang dan 3 untuk kondisi baik. Salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert merupakan ukuran yang didasarkan pada struktur intensitas pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian, skala Likert sebenarnya bukan skala, melainkan suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks (Singarimbun dan Effendi, 1995 in Waryanto dan Millafati 2006). Nilai skoring sub parameter dikalikan dengan bobot masing-masing parameter. Hasil penjumlahan dari masing-masing parameter di buat dalam grafik. Pemberian skor dan bobot disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Pemberian skor dan bobot Cukup 0,5 2 Kurang 0,5 1 No Parameter Kriteria Bobot Skor Fisik (P) - Potensi Sumber Daya Alam Pantai, perikanan, mangrove, terumbu Baik 0,5 3 karang, lamun Perikanan, pantai Cukup 0,5 2 Tidak ada sumberdaya yang dapat Kurang 0,5 1 dimanfaatkan - Topografi wilayah Pantai berpasir, dengan kemiringan < 10 o Baik 0,5 3 Pantai berpasir hitam dengan sedikit karang, dengan kemiringan o Pantai lumpur berbatu terjal, dengan kemiringan > 45 o - Oseanografi Arus 0 0,17 m/dtk, tinggi gelombang Baik 0,5 3 (untuk surfing) >50 cm Arus 0,17 0,51 m/dtk, tinggi gelombang Cukup 0,5 2 (untuk surfing) cm Arus > 0,51 m/dtk, tinggi gelombang (untuk Kurang 0,5 1 surfing) 0 30 m - Kualitas Perairan Secara umum sesuai baku mutu Baik 0,5 3 Kurang sesuai dengan baku mutu Cukup 0,5 2 Tidak sesuai dengan baku mutu Kurang 0,5 1 - Klimatologi Curah hujan sedang, angin dengan kecepatan 0 10 knot dan suhu udara o C Curah hujan sedang, angin dengan kecepatan knot dan suhu udara 27 Baik 0,5 3 Cukup 0,5 2

6 104 RAHMAWATI ET AL. JIPP No Parameter Kriteria Bobot Skor 32 o C Curah hujan tinggi atau rendah, angin dengan kecepatan > 35 knot dan suhu udara > 32 o C Kurang 0,5 1 2 Pengelolaan (M) - Ketersediaan sarana prasarana Lengkap dan tidak ada yang rusak Baik 0,3 3 Lengkap dan ada yang rusak Cukup 0,3 2 Tidak lengkap dan ada yang rusak Kurang 0,3 1 - Transportasi Tersedia sarana transportasi dalam jumlah Baik 0,3 3 yang memadai, kawasan mudah dijangkau Tersedia sarana transportasi dalam jumlah Cukup 0,3 2 yang kurang memadai, kawasan mudah dijangkau Tersedia sarana transportasi dalam jumlah Kurang 0,3 1 yang kurang memadai, kawasan susah dijangkau - Media Informasi dan komunikasi Jaringan telepon, televisi, radio, koran, Baik 0,3 3 majalah, internet Televisi, radio, koran, majalah Cukup 0,3 2 Televisi, radio Kurang 0,3 1 Pengelolaan (M) - Kondisi wisata Baik sudah dikelola Baik 0,3 3 Baik belum dikelola Cukup 0,3 2 Kurang baik, tidak dikelola Kurang 0,3 1 - Kondisi perikanan Potensi banyak, pemanfaatan optimal Baik 0,3 3 Potensi banyak, pemanfaatan belum Cukup 0,3 2 optimal Potensi kurang, pemanfaatan tidak optimal Kurang 0,3 1 atau tidak adanya potensi - Pembuangan limbah cair Dilakukan pengelolaan secara sistematis, ada pembatasan Baik 0,3 3 Pengelolaan sederhana Cukup 0,3 2 Belum dikelola, di buang begitu saja ke perairan Kurang 0,3 1 Sosial (S) 3 - Tingkat pendidikan SLTA Akademi/PT Baik 0,2 3 SD-SLTP Cukup 0,2 2 Tidak sekolah SD Kurang 0,2 1 - Tenaga kerja Penduduk sekitar Baik 0,2 3 Orang luar dan penduduk sekitar Cukup 0,2 2 Orang luar Kurang 0,2 1 - Demografi Kepadatan rendah Baik 0,2 3 Kepadatan sedang Cukup 0,2 2 Kepadatan tinggi Kurang 0,2 1 - Persepsi terhadap kawasan Indah dan nyaman Baik 0,2 3 Cukup indah dan cukup nyaman Cukup 0,2 2 Tidak indah dan tidak nyaman Kurang 0,2 1 - Isu Tidak terdapat permasalahan Baik 0,2 3 Permasalahan tidak mempengaruhi kawasan Cukup 0,2 2 Permasalahan mempengaruhi kawasan Kurang 0,2 1 Sumber : Modifikasi Cemporaningsih (2007), Yulianda (2007) dan Masrul (2002)

7 Rata -rata (bobot x skor) Vol. 3, 2014 Strategi Pengelolaan Ekowisata Pantai 105 Hasil yang diperoleh tersebut kemudian dibuat grafik (Gambar 1). Grafik dibuat untuk masing-masing parameter untuk melihat faktor-faktor yang memiliki nilai yang lebih baik sehingga diketahui spektrum peluang ekowisata pantai ( P)/n ( M)/n ( S)/n Fisik (P) Pengelolaan (M) Sosial (S) Parameter Gambar 1 Grafik hasil perhitungan parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting Attribute) HASIL DAN PEMBAHASAN Pantai Teleng Ria Pantai Teleng Ria terletak di Teluk Pacitan (Gambar 2). Pantai Teleng Ria merupakan pantai yang paling dekat dengan ibukota Kabupaten Pacitan. Pantai Teleng Ria memiliki sarana prasarana pendukung (Gambar 3). Walaupun masih belum lengkap, namun sarana prasarana tersebut cukup mendukung kegiatan wisata di kawasan. Gambar 2 Pantai Teleng Ria Gambar 3 Sarana prasarana di Pantai Teleng Ria Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai (ekowisata) Ekowisata memiliki beberapa prinsip penting dalam pengembangannya yaitu (1) berbasis lingkungan yang alami, (2) mendukung konservasi, (3) pemanfaatan yang merujuk pada etika, (4) meminimalkan dampak, (5) memberikan manfaat sosial ekonomi kepada masyarakat, (6) kepuasan wisatawan dan (7) manajemen pengelolaan yang mendukung seluruh unsur-unsur tersebut (Fennell 2001 diacu dalam Tsaur et al. 2006). Analisis kesesuaian diukur dengan memberikan bobot dan skor pada parameter (faktor pembatas). Hasil perhitungan indeks kesesuaian lahan untuk wisata pada kawasan Pantai Teleng Ria disajikan pada Tabel 5. Nilai kesesuaian kawasan Pantai Teleng Ria masuk pada kriteria S1 yaitu sangat sesuai. Kriteria tersebut menunjukkan bahwa kawasan Pantai Teleng Ria tidak mempunyai faktor pembatas

8 106 RAHMAWATI ET AL. JIPP yang cukup serius untuk dijadikan sebagai kawasan wisata pantai dengan aktivitas seperti berenang, surfing, rekreasi pantai dan aktivitas lainnya di sepanjang pantai. Daya dukung kawasan untuk wisata pantai Pada pantai yang telah dimanfaatkan secara intensif, komponen biofisik memiliki faktor pembatas yaitu faktor fisik dimana nilai lingkungan dalam hal lanskap memperoleh nilai prioritas yang tinggi. Selain itu faktor perilaku wisatawan terhadap lingkungan perlu diperhatikan sebab dalam aktivitas wisata memerlukan pantai yang bersih (pasir dan air), pelayanan, akses dan area yang tersedia (Valdemoro and Jiménez 2006) Analisa daya dukung kawasan Pantai Teleng Ria untuk kegiatan wisata pantai dilakukan terhadap parameter panjang pantai berpasir, ketersediaan lahan untuk penginapan dan ketersediaan air bersih (air tawar). nalisa tersebut dilakukan berdasarkan standar yang digunakan Amerika dan Eropa (Wong 1991). 1. Panjang pantai berpasir Estimasi daya dukung wisatawan berdasarkan panjang pantai berpasir disajikan pada Tabel Penginapan Estimasi kebutuhan lahan untuk penginapan di kawasan Pantai Teleng Ria berdasarkan daya dukung wisatawan disajikan pada Tabel Kebutuhan air bersih Sumber mata air yang berada di dalam kawasan berasal dari sumur sumur dengan kedalaman sekitar 4 meter (air tawar). Estimasi kebutuhan air di kawasan Pantai Teleng Ria disajikan pada Tabel 8. Tabel 5 Indeks kesesuaian lahan untuk wisata pada kawasan Pantai Teleng Ria Parameter Keterangan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Nilai Skor Bobot Jumlah ( ) Kedalaman , perairan Tipe pantai Pasir Pasir putih Pasir putih, Pasir putih kecoklatan putih Lebar pantai > Material dasar Pasir Pasir Pasir Pasir perairan Kecepatan arus 0,23 0,22 0,25 0, (m/dtk) 0,25 Kemiringan pantai < ( o ) Kecerahan 1,38 1,34 1,13 < perairan (m) Penutupan lahan Lahan Lahan Lahan Lahan pantai terbuka, kelapa terbuka, kelapa terbuka, kelapa terbuka, kelapa Biota berbahaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ketersediaan air 0,15 km 0,15 km 0,15 km <0,5 km tawar Total 78 Persentase 92,86 Tingkat Kesesuaian S 1 Sumber: Data primer diolah 2008

9 Vol. 3, 2014 Strategi Pengelolaan Ekowisata Pantai 107 Tabel 6 Estimasi daya dukung wisatawan berdasarkan panjang pantai berpasir No Kelas Pariwisata Daya dukung per hari Estimasi daya dukung per tahun 1 Rendah (Ekonomi) Menengah Mewah Istimewa Sumber : Data primer diolah (2008) diadopsi dari Wong (1991). Tabel 7 Estimasi kebutuhan lahan untuk penginapan di kawasan Pantai Teleng Ria berdasarkan daya dukung wisatawan No Kelas Pariwisata Kebutuhan Lahan akomodasi ( bed/ha)* 1 Ekonomi 2,5 4,17 Ha 2 Menengah 1,87 3,12 Ha 3 Istimewa 0,87 1,45 Ha Sumber: Data primer diolah 2008 (* Standar WTO (Wong, 1991)) Tabel 8 Estimasi kebutuhan air di kawasan Pantai Teleng Ria berdasarkan daya dukung wisatawan menurut standar WTO No Kelas Pariwisata Kebutuhan air ( liter/hari/orang)* 1 Ekonomi liter/hari/orang 2 Menengah liter/hari/orang 3 Istimewa liter/hari/orang Sumber: Data primer diolah 2008 (* Standar WTO (Wong 1991)) Daya dukung ekologis Daya dukung ekologis yaitu jumlah wisatawan yang secara fisik dapat diterima dalam kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2007). Daya dukung ekologis lebih melihat pada aktivitas apa saja yang bisa dilakukan di dalam kawasan (Tabel 9), sedangkan daya dukung kawasan untuk wisata pantai dilihat dari banyaknya wisatawan yang dapat diterima pada pantai berpasir kemudian dilakukan estimasi kebutuhan air dan lahan untuk akomodasinya. Tabel 9 Daya dukung ekologis Pantai Teleng Ria Jenis Kegiatan Luas atau panjang area (Lp) DDK Berenang 800 m 32 Surfing 400 m 16 Berjemur 1000 m 40 Rekreasi Pantai 1500 m 60 Wisata olahraga 900 m 36 Memancing 300 m 60 Berkemah 2309 m Total 359 Sumber: Data primer diolah (2008), modifikasi Yulianda (2007). Persepsi terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan Persepsi wisatawan terhadap keindahan kawasan Pantai Teleng Ria diperoleh nilai keindahan kawasan sebesar 43%. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran antara 40% - 75% yang menunjukkan bahwa kriteria keindahan kawasan di Pantai Teleng Ria adalah cukup indah. Persepsi wisatawan terhadap kenyamanan kawasan Pantai Teleng Ria diperoleh nilai kenyamanan kawasan yaitu sebesar 30%. Hasil tersebut dibandingkan dengan nilai kenyamanan kawasan yang ada masuk dalam kisaran <40% yang menunjukkan bahwa kawasan Pantai Teleng Ria tidak nyaman. Hal tersebut disebabkan kurangnya pepohonan besar yang rindang karena banyak yang ditebang, sedangkan pohon penggantinya masih terlalu kecil sehingga tidak rindang. Keadaan ini mengakibatkan ketidaknyamanan bagi wisatawan. Hal tersebut harus segera di atasi, karena kalau ketidaknyamanan tersebut terus berlanjut akan berdampak pada kunjungan wisatawan dan kegiatan wisata di kawasan Pantai Teleng Ria

10 108 RAHMAWATI ET AL. JIPP Analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS) Sebagai upaya untuk mengetahui spektrum peluang ekowisata dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan Pantai Teleng Ria, dilakukan analisis kondisi kawasan yang diuraikan dalam bentuk matriks. Matriks tersebut menguraikan kondisi masing-masing parameter yang kemudian disebut dengan Recreation Setting Atrribute seperti disajikan pada Tabel 10. Data yang diambil dari tiap parameter tersebut merupakan kondisi kawasan yang ditemui pada saat penelitian. Kondisi kawasan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria pembobotan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh nilai skor untuk masing-masing parameter. Hasil pembobotan masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 11. Setelah diketahui nilai dari tiap parameter, kemudian dari tiap parameter tersebut dicari nilai rata rata. Nilai rata- rata tersebut kemudian dimasukkan dalam grafik untuk dilihat spektrum parameter yang paling dominan, sehingga dapat diketahui spektrum peluang ekowisata pantai. Hasil penghitungan Recreation Opportunity Spectrum dari ketiga parameter disajikan pada Gambar 4. Hasil penghitungan ketiga parameter utama menunjukkan bahwa parameter fisik merupakan parameter yang memiliki nilai paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa parameter fisik merupakan spektrum peluang pengembangan yang harus dipertahankan. Parameter fisik dengan berbagai faktor didalamnya menjadi parameter kunci terhadap pengembangan ekowisata di Pantai Teleng Ria. Adanya perubahan pada parameter fisik akan mengganggu kegiatan wisata dan berdampak pada keberlanjutan wisata pantai. Tabel 10 Matriks parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting Atrribute) No Physical Attribute 1 Sumber daya alam 2 Topografi wilayah Deskripsi Pantai, perikanan Pantai pasir yang landai, dikelilingi oleh dua ujung perbukitan 3 Oseanografi Tipe pasut : campuran dominan ganda Arah arus dominan : timur laut-barat daya dengan kecepatan rata rata 0.23 m/dt Tinggi gelombang : 2,5 m 4 Kualitas perairan Cukup baik, layak untuk kegiatan wisata 5 Klimatologi Curah hujan mm 2 per bulan Angin maksimum knot Suhu udara 27 Recreation Setting Attribute Managerial Deskripsi Attribute Sarana Cukup lengkap, prasarana dengan kondisi sebagian rusak Transportasi Mudah dijangkau, armada transportasi darat (bis, mini bis,angkutan kota) jumlahnya cukup banyak Komunikasi Jaringan telepon, televisi, radio, koran, majalah, internet Kebijakan pengelolaan Kondisi wisata Pengelolaan wisata dengan melibatkan masyarakat Social Attribute Pendidikan Tenaga kerja (asal) Demografi Persepsi terhadap kawasan Deskripsi Mayoritas SLTA Penduduk sekitar Jumlah penduduk 6264 jiwa Keindahan alam : indah Kenyamanan alam : kurang nyaman Baik, sudah dikelola Isu Sedimentasi,ak tivitas wisata belum mempertimban gkan daya dukung

11 Rata -rata (bobot x skor) Vol. 3, 2014 Strategi Pengelolaan Ekowisata Pantai 109 No Physical Attribute Deskripsi o C 6 Kondisi perikanan Sumber : Data primer diolah, 2008 Recreation Setting Attribute Managerial Deskripsi Attribute Pembuangan limbah Produksi perikanan tahun 2005 : kg, tahun 2006 sebesar kg dan tahun 2007 sebesar Belum dikelola Social Attribute Deskripsi Tabel 11 Perhitungan parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting Atrribute) No Parameter Bobot Skor Bobot x skor 1 Fisik Sumber daya 0, alam Topografi 0, wilayah Oseanografi 0, Kualitas perairan 0, Klimatologi 0, Jumlah 6,5 Rata rata 1,3 2 Pengelolaan Sarana 0,3 2 0,6 prasarana Transportasi 0,3 3 0,9 Komunikasi 0,3 3 0,9 Kondisi wisata 0,3 3 0,9 Kondisi 0,3 2 0,6 perikanan Pembuangan limbah cair 0,3 1 0,3 Jumlah 4,2 Rata rata 0,7 3 Sosial Pendidikan 0,2 3 0,6 Tenaga kerja 0,2 3 0,6 Demografi 0,2 2 0,4 Persepsi 0,2 2 0,4 terhadap kawasan Isu 0,2 1 0,2 Jumlah 2,2 Rata rata 0,44 Sumber : Data primer diolah, Fisik (P) Pengelolaan (M) Sosial (S) Parameter Gambar 4 Hasil penghitungan Recreation Opportunity Spectrum dari ketiga parameter KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nilai kesesuaian kawasan Pantai Teleng Ria masuk kriteria S1 (sangat sesuai). Estimasi daya dukung pantai berpasir di kawasan Pantai Teleng Ria sebanyak 250 orang per hari dengan kebutuhan lahan penginapan sebesar 4,17 Ha dan kebutuhan air bersih liter per hari. Sementara itu apabila dilihat dari daya dukung ekologisnya berdasarkan kegiatan yang dapat dilakukan, kawasan Pantai Teleng Ria mampu menerima kunjungan 359 orang wisatawan per hari. Persepsi terhadap kawasan Pantai Teleng Ria yaitu memiliki kualitas lingkungan yang baik dengan panorama alam yang cukup indah, sehingga cukup memberikan kenyamanan bagi para wisatawan. Spektrum peluang untuk ekowisata pantai mengedepankan potensi parameter fisik dengan tidak menge-

12 110 RAHMAWATI ET AL. JIPP sampingkan parameter pengelolaan dan sosial. Saran Jumlah pengunjung yang melebihi daya dukung pada saat hari libur dapat diantisipasi dengan menambah sarana prasarana wisata berupa area bersantai atau area bermain diluar sarana prasarana yang sudah ada yaitu di bagian timur yang masih banyak area kosong/belum dimanfaatkan. Meningkatkan pengelolaan wisata pantai melalui penambahan penyediaan tempat sampah, Pengelolaan yang dilakukan oleh pihak swasta harus sesuai dengan panduan yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat. DAFTAR PUSTAKA Cemporaningsih RRA Pola Pergerakan Wisatawan di Kabupaten Pacitan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Clark RN, Stankey GH The Recreation Opportunity Spectrum: A framework for planning, management and research. USDA, Forest Service, General Technical Report, PNW-98. Masrul M Kajian Tata Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parkin D, Batt D, Waring B, Smith E, Phillips H Providing for a diverse range of outdoor recreation opportunities: a "micro-ros" approach to planning and management. Australian Parks and Leisure. 2(3): Stanis SAW, Schneider IE, Shinew KJ, Chavez DJ, Vogel MC Physical Activity and the Recreation Opportunity Spectrum: Differences in Important Site Attributes and Perceived Constraints. Journal of Park and Recreation Administration 27 (4): Tsaur SH, Lin YC, Lin JH Evaluating Ecotourism sustainability From The Integrated Perspective of Resource, Community and Tourism. Tourism Management 27: Valdemoro HI, Jiménez JA The Influence of Shoreline Dynamics on the Use and Exploitation of Mediterranean Tourist Beaches. Coastal Management, 34: Waryanto B, Millafati YA Transformasi Skala Ordinal ke Interval dengan menggunakan Makro Minitab. Jurnal Informatika Pertanian. Vol 15. Widyamayanti DK Perumusan Strategi Untuk Pengembangan Perikanan Tangkap Di Pacitan, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wong PP Coastal Tourism in Southeast Asia. Education Series 8. International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila, Philippines. Yulianda F Pedoman Analisis Penentuan Status Kawasan Konservasi Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yulianda F Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR (The Study of Physical Carrying Capacity Lake Tourism at Parbaba Pasir Putih Beach District Samosir) Nancy Rolina,

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Gigih Budhiawan P *), Agus Indarjo, Suryono Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan eptember sampai Desember 2013. Penelitian ini bertempat

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku. Kawasan Pesisir Kecamatan Pringkuku terdiri

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT 100302084 Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Mersing Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal : No : Waktu : Hari/tanggal : A. Identitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT

Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik (Study of Suitability and Appeal of Tourism in Bosur Beach Central Tapanuli from Biophysical Aspect)

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL Fadhil Febyanto *), Ibnu Pratikto, Koesoemadji Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU Himavan Prathista Nugraha *), Agus Indarjo, Muhammad Helmi Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... Halaman Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... Intisari... Abstract... i ii iii v viii x xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa induk Molotabu. Dinamakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 54 LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner penelitian untuk wisatawan daerah tujuan wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013 ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN USAHA MINA PEDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KECAMATAN KEI KECIL KABUPATEN MALUKU TENGGARA KONSENTRASI

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango 1,2 Deysandi

Lebih terperinci

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Analysist of Suitability and Carrying Capacity of Lhoknga Beach Tourism Lhoknga Subdistrit Aceh

Lebih terperinci

Studi Kesesuaian Wisata dan Mutu Air Laut untuk Ekowisata Rekreasi Pantai di Pantai Maron Kota Semarang

Studi Kesesuaian Wisata dan Mutu Air Laut untuk Ekowisata Rekreasi Pantai di Pantai Maron Kota Semarang Studi Kesesuaian Wisata dan Mutu Air Laut untuk Ekowisata Rekreasi Pantai di Pantai Maron Kota Semarang Alin Fithor *), Agus Indarjo, Raden Ario Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

STUDI KESESUSIAN WISATA DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL SEBAGAI OBJEK WISATA REKREASI PANTAI

STUDI KESESUSIAN WISATA DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL SEBAGAI OBJEK WISATA REKREASI PANTAI STUDI KESESUSIAN WISATA DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL SEBAGAI OBJEK WISATA REKREASI PANTAI Dimas Nugroho Ari Prihantanto *), Ibnu Pratikto, Irwani Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Muhammad Bibin 1, Yon Vitner 2, Zulhamsyah Imran 3 1 Institut Pertanian Bogor, muhammad.bibin01@gmail.com 2 Institut Pertanian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3.1.1 Ruang Lingkup Substansi Penelitian ini menitikberatkan untuk menghitung Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan

Lebih terperinci

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo Jurnal Harpodon Borneo Vol.7. No.. Oktober. 04 ISSN : 087-X PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH Agus Indarjo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU JOURNAL OF MARINE RESEARCH KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU Oscar Leonard J *), Ibnu Pratikto, Munasik Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 13.466 dan garis pantai sepanjang 95.18 km, memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Nuhuroa yaitu kawasan pesisir Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Dullah Utara (Tabel 1). Tabel 1 Lokasi Penelitian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG SETIA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG SETIA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 125-134 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG SETIA SEBAGAI KAWASAN WISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.. April. 05 ISSN : 087-X KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH Agus Indarjo Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedarto,SH. Tembalang.Semarang.Tel/Fax:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Pacitan merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada di Pacitan

Lebih terperinci

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: TUDI POTENI PULAU PIANG BAGIAN UTARA UNTUK PERENCANAAN KAWAAN WIATA PANTAI, KABUPATEN LAMPUNG BARAT, PROVINI LAMPUNG Putra Charisma Chryssa itompul *), Petrus ubardjo, Ibnu Pratikto Jurusan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai

Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai (Tourism Management Strategy of Cemara Kembar Beach in Serdang Bedagai District) 1 Akmila, 2 Pindi Patana, 2 Yoes Soemaryono 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Analysis of suitability and carrying capacity of Pantai Cermin area Serdang Bedagai Regency) Syahru Ramadhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA (Analysis Potential Ecotourism Toba Lake in Paris Beach, Simalungun district, North Sumatera) 1 Putri Y R Simanjuntak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR Ahmad Bahar 1 dan Rahmadi Tambaru 1 1 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai sebagai suatu ekosistem yang unik memiliki berbagai fungsi yang mampu memberikan manfaat bagi manusia yang tinggal di sekitarnya. Manfaat yang diberikan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3

Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3 ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG UNTUK WISATA PANTAI DAN SNORKELING DI PULAU HOGA Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3 1 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Unhas 2 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO OLEH : VEGGY ARMAN NIM. 633410011 EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO Veggy

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI MUTIARA 88 KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS POTENSI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI MUTIARA 88 KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS POTENSI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI MUTIARA 88 KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Analysis of Potensial and Carrying Capacity of Mutiara 88 Beach, Sub District of Pantai

Lebih terperinci

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki 17.000 pulau sehingga membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan 17.000 pulau ini maka Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan pulau-pulau kecil (PPK) di Indonesia masih belum mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Banyak PPK yang kurang optimal pemanfaatannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah pesisir dan pengembangan pariwisata pesisir 2.1.1 Wilayah pesisir Pada umumnya wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan or4 APLlKASl SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAN PENGINDERAAN JAUH DALAM PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL WISATA BAHARI TERUMBU KARANG Dl PULAU SATONDA, DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT HAZMI C06498017 PROGRAM STUD1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obyek wisata merupakan perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN WISATA DI PANTAI NYALO [KAWASAN MANDEH] KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT

ANALISIS KESESUAIAN WISATA DI PANTAI NYALO [KAWASAN MANDEH] KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT ANALISIS KESESUAIAN WISATA DI PANTAI NYALO [KAWASAN MANDEH] KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT Suitability Analysis of Tourism in the Nyalo Beach [Mandeh Region] Pesisir Selatan Regency of West

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci