KEPERLUAN SISTEM ANALISIS STEM BAB II. 2.1 Penentuan Keperluan Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPERLUAN SISTEM ANALISIS STEM BAB II. 2.1 Penentuan Keperluan Sistem"

Transkripsi

1 BAB II ANALISIS KEPERLUAN SISTEM STEM 2.1 Penentuan Keperluan Sistem Perangkat lunak perespon tumpahan minyak dikembangkan karena tumpahan minyak merupakan hal yang serius bagi negaranegara di sekitar selat Malaka dan Singapura (Indonesia, Malaysia dan Singapura). Jika terjadi tumpahan minyak, ada tiga masalah utama yang perlu dijawab. Ketiga masalah utama dan tantangan simulasi inilah yang menjadi dasar keperluan sistem Keperluan MLTM Satu MLTM di dalam lingkungan Multimedia GIS akan menjawab masalah pertama dalam menangani tumpahan minyak. Masalah tersebut adalah: (i) Kearah mana lapisan minyak bergerak? dan (ii) Bagaimana dampaknya terhadap sumber-sumber di lingkungan laut dan pantai? MLTM haruslah mempunyai kemampuan untuk menentukan: (i) Arah pergerakan lapisan minyak, (ii) Kecepatan gerak dari lapisan minyak, (iii) Sifat-sifat tersebar minyak di lautan dan (iv) Sumber-sumber di lingkungan laut dan pantai yang terancam oleh tumpahan minyak. MLTM harus juga dapat menjawab tantangan simulasi di dalam GIScience. Dari kajian perangkat lunak sejenis didapati beberapa hal yang diperlukan oleh pemakai dari MLTM, yaitu: (1) Penentuan lokasi tumpahan, 13

2 (2) Mengidentifikasikan makhluk hidup atau sumber yang terancam secara on-the-fly, (3) Pertanyaan biologi, (4) Manajemen kejadian, (5) Rujukan dokumen dan (6) Menghasilkan peta. Keperluan satu MLTM ini selanjutnya dikembangkan menjadi fungsi MLTM. Selain itu, diperlukan penggunaan peta kawasan yang peka terhadap tumpahan minyak. Peta kawasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.1. Keperluan-keperluan itu erat hubungannya dengan peta dan MLTM. Keperluan-keperluan yang terkait erat dengan peta dikelompokkan ke dalam fungsi Peta. Gambar 2.1 : Peta kawasan Selat Malaka. Atas dasar perlunya rujukan dokumen yang menggambarkan catatan visual dari sumber yang terancam, sebaiknya MLTM yang diperlukan itu berada di dalam lingkungan Multimedia. Seterusnya diperlukan peta kawasan peka terhadap tumpahan minyak, maka MLTM itu perlu dibangun di dalam lingkungan Multimedia GIS. Dengan demikian diperlukan juga satu fungsi yang menangani elemen-elemen Multimedia, yaitu fungsi Browser. 14

3 2.1.2 Keperluan MPKPO Keperluan terhadap satu Model Pohon Keputusan Perespon Oil Spill (MPKPO) akan menjawab masalah kedua dalam menangani tumpahan minyak. Ada lima pilihan Oil Spill Response (OSR). Untuk itu perlu dibuatkan satu MPKPO yang memperhatikan batasan pemakaian boom, skimmer, dispersant, in situ burning dan pembersihan pantai. Kemudian MPKPO itu perlu diintegrasikan secara langsung dengan MLTM di dalam lingkungan Multimedia GIS, supaya responden sebelum mengambil keputusan dapat melihat paparan lintasan lapisan minyak terlebih dahulu dan paparannya lebih bermakna. Keperluan MPKPO ini dikembangkan menjadi fungsi MPKPO Keperluan Database Domino Perangkat lunak database Domino dalam lingkungan Internet adalah satu jawaban bagi masalah ketiga dalam menangani tumpahan minyak. Domino dengan berbagai fasilitas untuk berkomunikasi dan kerjasama kelompok adalah perangkat lunak yang sesuai dengan cara kerja OSR. Dengan kemampuan komunikasi dan kerjasama ini, Domino dapat digunakan untuk memantau operasi OSR. Selanjutnya Domino ini diintegrasikan dengan dua keperluan lain untuk membentuk fungsi Pemantau OSR (POSR), yaitu keperluan (i) satu MLTM dan (ii) satu MPKPO Keperluan Perangkat Lunak dan Keras Tujuh perangkat lunak dan satu komputer Compaq disarankan untuk digunakan dalam membangun perespon tumpahan minyak. Ketujuh perangkat lunak tersebut adalah: (1) Ms Windows 98, (2) Ms Visual Basic versi 6.0, (3) MapObjects digunakan sebagai komponen ActiveX GIS, (4) MapInfo dan ArcView, (5) Ms HTML, dan (6) Domino. IntelPentium II, RAM 128 MB, Monitor digital Compaq V75, ATI 3D RAGE PRO, Intel 82371AB/EB PCI Bus Master IDE Controller dan 15

4 3Com Etherlink III ISA adalah spesifikasi komputer Compaq yang digunakan. 2.2 Skenario Sistem Sesuai dengan ketiga keperluan sistem perespon tumpahan minyak, dibuatlah context model dan skenario pemakaian sistem yang merupakan cara pandang pemakai terhadap sistem yang dibangun. Context model dan skenario ini merupakan hasil dari Conceptual Design sistem yang akan dibangun (Pressman, 2001). Pressman (2001) menyatakan the scenarios, often called use-cases, provide a description of how the system will be used. Untuk sistem ini, ada tiga pelaku atau actor yang berhubungan dengan sistem, yaitu: (i) Penentu lintasan, (ii) Penentu respon dan (iii) Pemantau respon. Context model sistem dapat dilihat pada gambar 2.2, sedangkan interaksi antara pelaku dengan sistem dapat dilihat pada tabel 2.1, 2.2 dan 2.3. Use-case pemakaian sistem dapat dilihat pada gambar 2.3, 2.4 dan 2.5. Server Domino Internet Sistem perespon tumpahan minyak Penentuan lintasan dan pantai yang terancam Interaksi pelaku dengan Sistem Penentuan pilihan respon terhadap tumpahan minyak Pemantauan kegiatan-kegiatan dalam merespon tumpahan minyak dengan menggunakan Domino Penentu Lintasan Penentu Respon Pemantau Respon Gambar 2.2 : Context model Sistem 16

5 Tabel 2.1 : Interaksi pelaku penentu lintasan dengan sistem Skenario Input MLTM Input lokasi Paparkan lintasan Nyalakan pantai Lihat lingkungan Lihat informasi Keterangan Masukkan data parameter MLTM. Masukkan lokasi tumpahan minyak. Paparkan lintasan tumpahan minyak. Nyalakan pantai yang terancam. Lihat lingkungan laut yang terancam oleh tumpahan minyak. Lihat informasi lingkungan laut. Tabel 2.2 : Interaksi pelaku penentu respon dengan sistem Skenario Input MLTM Input lokasi Input tempo Paparkan lintasan Input pilihan Lihat lingkungan Lihat informasi Keterangan Masukkan data parameter MLTM. Masukkan lokasi tumpahan minyak. Masukkan data tempo pergerakan lapisan minyak. Paparkan lintasan tumpahan minyak sesuai tempo pergerakan. Masukkan data pilihan respons terhadap tumpahan minyak. Lihat lingkungan laut yang terancam oleh tumpahan minyak. Lihat informasi lingkungan laut. 17

6 Tabel 2.3 : Interaksi pelaku pemantau respon dengan sistem Skenario Input keyboard Input MLTM Input lokasi Input Input kegiatan Lihat kegiatan Paparkan lintasan Input pilihan Lihat lingkungan Lihat informasi Keterangan Masuk ke dalam Domino. Masukkan data parameter MLTM. Masukkan lokasi tumpahan minyak. Tentukan database yang akan diaktifkan. Tentukan kegiatan yang akan dipantau. Lihat kegiatan yang dipantau. Paparkan lintasan tumpahan minyak dengan tempo pergerakan yang diambil dari kegiatan yang dipantau. Masukkan data pilihan respon terhadap tumpahan minyak. Lihat lingkungan laut yang terancam oleh tumpahan minyak. Lihat informasi lingkungan laut. Input MLTM Input lokasi Paparkan lintasan Nyalakan pantai Depands Lihat informasi Lihat lingkungan Gambar 2.3 : Use-Case penentu lintasan 18

7 Input MLTM Input lokasi Input tempo Paparkan lintasan Input pilihan Depands Lihat informasi Lihat lingkungan Gambar 2.4 : Use-Case penentu respon Input MLTM Input keyboard Input lokasi Input Lihat kegiatan Input kegiatan Paparkan lintasan Depands Lihat informasi Input pilihan Lihat lingkungan Gambar 2.5 : Use-Case pemantau kegiatan respon 19

8 Pada skenario interaksi pertama (input MLTM), pelaku mengisikan data, berupa: (i) Waktu terjadinya tumpahan minyak, (ii) Besar parameter angin dan arus, (iii) Berat jenis minyak dan air, (iv) Volume minyak yang tertumpah dan (v) Selang masa pergerakan lapisan minyak. Pada skenario interaksi kedua (input lokasi), pelaku dapat memasukkan lokasi terjadinya tumpahan minyak dengan dua cara, yaitu:(i) Pemasukan koordinat x,y berupa angka pada textbox atau (ii) Menekan kiri mouse pada satu lokasi di dalam peta. Pada skenario interaksi ketiga (lihat lingkungan), pelaku mengatur aktif / tidaknya lapisan-lapisan lingkungan laut untuk melihat kedekatannya dengan lintasan tumpahan minyak dengan menggunakan checkbox. Pada skenario interaksi keempat (lihat informasi), pelaku melihat informasi lingkungan laut dengan mengaktifkan satu lapisan menggunakan optionbotton dan menunjuk satu feature di dalam lapisan peta tersebut. Selain empat interaksi yang sama-sama dilakukan oleh ketiga pelaku, ketiga pelaku ini juga melakukan interaksi-interaksi lain dengan sistem. Skenario lain untuk pelaku penentu lintasan itu adalah memaparkan lintasan tumpahan minyak dengan cara menekan satu tombol dan sistem membalasnya dengan menggerakkan lapisan minyak serta menyalakan pantai yang terancam oleh tumpahan minyak (paparkan lintasan). Jika pelaku ini ingin melihat kembali pantai yang terancam, pelaku dapat menekan satu tombol lain lagi untuk menyalakan pantai yang terancam itu (nyalakan pantai). Skenario lain untuk pelaku penentu respon adalah memasukkan data tempo pergerakan lapisan minyak pada textbox (input tempo). Data tempo pergerakan lapisan minyak ini menentukan lamanya lapisan minyak digerakkan oleh sistem. Kemudian dengan menekan satu tombol, pelaku penentu respon meminta sistem untuk memaparkan lintasan tumpahan minyak (paparkan lintasan) dan pelaku memasukkan jawaban-jawaban pertanyaan yang diajukan oleh sistem untuk menentukan pilihan respon terhadap tumpahan minyak dengan menggunakan dialogbox (input pilihan). Skenario lain pelaku pemantau respon adalah memulai interaksinya dengan memasukkan data dari keyboard ke dalam sistem (input keyboard). Kemudian pelaku ini menentukan database yang akan diaktifkan dengan menggunakan combobox (input ) dan kegiatan yang akan dipantau dengan menggunakan mouse (input kegiatan). Dengan menekan satu tombol, pelaku membaca informasi 20

9 lengkap kegiatan yang akan dipantau (lihat kegiatan). Dengan menekan satu tombol yang lain, pelaku ini meminta sistem untuk memaparkan lintasan tumpahan dengan tempo pergerakan yang diambil dari kegiatan yang dipantau (paparkan lintasan). Setelah lintasan tumpahan minyak dipaparkan, pelaku memasukkan jawabanjawaban pertanyaan yang diajukan oleh sistem untuk menentukan pilihan respon terhadap tumpahan minyak 2.3 Kefungsian dan Pemodelan Sistem Berdasarkan pendalaman persoalan dan pengembangan keperluan sistem, kefungsian dan pemodelan sistem dibuat. Gambar 2.6, 2.7 dan 2.8 adalah gambar dari pemodelan dan kefungsian sistem yang dibangun. Sistem Perespon tumpahan minyak menerima masukan dari data engineer serta masukan dan luaran untuk penentu lintasan, penentu respon dan pemantau respon. Dari data engineer, sistem menerima masukan berupa data spasial dan data kegiatan respon. Penentu lintasan memberikan data tentang tumpahan minyak kepada sistem. Penentu respon memberikan data tumpahan minyak, tempo pergerakan tumpahan minyak dan arahan pilihan respon kepada sistem. Pemantau respon memberikan data tumpahan minyak dan arahan pilihan respon kepada sistem. Luaran yang diberikan oleh sistem kepada Penentu lintasan adalah lintasan tumpahan minyak dan rujukan dokumen. Luaran yang diberikan oleh sistem kepada Penentu respon adalah lintasan tumpahan minyak dan rencana respon. Luaran yang diberikan oleh sistem kepada Pemantau respon adalah lintasan tumpahan minyak, rencana respon dan kesesuaian kegiatan respon dengan posisi lapisan minyak saat itu. P1/data engineer P2/penentu lintasan P3/penentu respon P4/pemantau respon Perespon Tumpahan Minyak P2 P3 P4 Gambar 2.6 : Context diagram sistem 21

10 Database Domino Sistem Meteorologi Database spatial Data angin Fungsi POSR Sistem Model Peredaran Laut Data arus dan gelombang Peta selat malaka Fungsi MPKPO Peta pendukung Fungsi MLTM Sistem Lain Data minyak tertumpah Nilai parameter MLTM Sistem Perespon Tumpahan Minyak Gambar 2.7 : Fungsi-fungsi utama sistem dan sistem pendukungnya 22

11 P1 Database Data Sistem Data spasial P2 Data spasial P3 P4 MLTM MPKPO POSR Lintasan dan alamat rujukan Lintasan, rencana respon Peta Lintasan, rencana respon dan kesesuaian kegiatan rujukan dokumen rencana respon P2 P3 P4 rencana respon dan kesesuaian kegiatan Gambar 2.8 : Data Flow Diagram sistem 23

12 Sistem Meteorologi akan memberikan data kecepatan angin ke sistem. Sistem Model Peredaran Laut akan memberikan data kecepatan arus dan tinggi gelombang ke sistem. Kefungsian sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian proses dan bagian pemasukan data. Bagian proses terdiri dari fungsi MLTM, MPKPO dan POSR. Bagian pemasukan data terdiri dari database Domino, data spasial sistem serta data minyak tertumpah dan nilai parameter MLTM Fungsi MLTM Analisis Matematis MLTM Dengan memperhatikan model matematis lintasan tumpahan minyak dan The Ekman Effect, maka ada empat hal yang diperlukan dalam membangun proses advection, yaitu: (i) V w : vektor kecepatan angin di bawah 10 m dengan sudut tiupan angin φ. (ii) V c : vektor kecepatan arus permukaan dengan sudut arus Ω. (iii) α, β: fungsi yang berhubungan dengan parameter angin dan arus. (iv) pembelokan The Ekman Effect. Sudut φ dan Ω adalah sudut yang terbentuk oleh kecepatan angin dan arus yang digunakan untuk menentukan besarnya kecepatan arah sumbu x dan y. Keempat hal tersebut di atas dijumlahkan dengan teknik a simplified linear superposition untuk membentuk model matematis proses advection (lihat gambar 2.9). Dari gambar 2.9, diketahui bahwa rumus pergerakan vertikal lapisan minyak arah sumbu horizontal dan vertikal untuk setiap jamnya adalah: X = X ew + X c (3) Y = Y ew + Y c (4) dimana X menyatakan besar perpindahan lapisan minyak per 60 menit dengan arah sumbu x, sedangkan Y menyatakan besar perpindahan lapisan minyak per 60 menit dengan arah sumbu y. X ew =( αv ew Cos Φ) T; X c = ( βv c Cos Ω) T; Y ew = (αv ew Sin Φ) T; Y c =( βv c Sin Ω) T. T menyatakan besaran waktu dalam 60 menit. 24

13 V w setelah diberi The Ekman Effect V ew Ω β V c V w β V c α V ew V c The Ekman Effect φ µ V Y V X Gambar 2.9 : Model penjumlahan vektor untuk proses advection Input Output Adapun yang menjadi luaran utama dari MLTM adalah lintasan lapisan minyak, garis pantai yang tercemar olehnya dan rujukan cara membersihkan pantai tersebut, sedangkan luaran tambahannya bersama fungsi Peta dan Browser adalah luaran untuk memenuhi keperluan pemakai yang lainnya. Untuk input data, berdasarkan rumus (3) dan (4) diperlukan data : X ew, X c, Y ew dan Y c yang bersifat spasial dan tergantung waktu. Dari rumus luas tumpahan minyak diperlukan input data: - Perbandingan selisih berat jenis air laut dan minyak dengan berat jenis minyak, - Volume minyak yang tertumpah, - Selang waktu pergerakan lapisan minyak serta kecepatan angin dan arus. Selain itu juga diperlukan informasi tentang minyak yang tertumpah, seperti (i) Lokasi dan (ii) Tanggal dan waktu minyak tertumpah. 25

14 Database Untuk mendukung pemaparan pergerakan lapisan minyak yang dinamis diperlukan beberapa data spasial, yaitu: (i) Grid, (ii) Garis Pantai dan (iii) Daratan. Lihat gambar 2.10 database spasial fungsi MLTM. Pada lapisan Grid dikaitkan atribut X ew, X c, Y ew dan Y c sebanyak 12 medan. Setiap satu medan menyimpan perkiraan angin atau arus setiap dua jam jika digunakan untuk 24 jam. Pada lapisan Garis Pantai dikaitkan data atribut jenis pantai dan berkas html. Berkas html ini menyimpan usulan untuk membersihkan pantai jika tumpahan minyak mengenai pantai tersebut. Lapisan daratan berguna untuk membatasi pergerakan lapisan minyak. Selanjutnya sejumlah lapisan data spasial dimasukkan ke dalam database untuk memenuhi keperluan lain pemakai. Gambar 2.10 : Database spasial fungsi MLTM Proses MLTM Untuk dapat menggerakkan lapisan minyak yang dinamis secara langsung di dalam lingkungan Multimedia GIS perlu dilakukan: (i) Penyusunan data spasial ke dalam sistem perespon tumpahan minyak (lihat gambar 2.11) dan (ii) Pemograman MLTM dengan memperhatikan beberapa aturan umum yang ada di dalam tabel

15 Penyusunan data spasial dan aturan umum itu merupakan langkah awal untuk mewujudkan simulasi pergerakan lintasan lapisan minyak yang dinamis secara langsung di dalam GIS. Sistem dapat menggunakan ActiveX MapObjects sebagai komponen GIS. Jika MapObjects digunakan, sistem yang dibangunkan ini akan berbeda dengan sistem-sistem lainnya. Pemakai tidak perlu memasukkan berkas hasil analisis lintasan ke dalam sistem. Pemakai tidak memerlukan satu ekstensi ArcView untuk memaparkan pergerakan lapisan minyak. Pemakai tidak menggunakan komponen GIS yang khusus. DFD proses ini dapat dilihat pada gambar Gambar 2.11 : Penyusunan data spasial fungsi MLTM 27

16 Tabel 2.4 : Aturan umum dalam memprogram MLTM No Aturan yang perlu diperhatikan 1 Pembentukan lintasan tumpahan minyak berawal dari pembuatan objek point, kemudian ditentukan objek point selanjutnya. Dari objek-objek point selanjutnya yang memenuhi syarat, dibentuk objek line untuk pergerakan vertikal lapisan minyak dan objek ellipse untuk pergerakan horizontal lapisan minyak. 2 Objek point, line dan ellipse yang dibuat untuk membentuk lintasan lapisan minyak hendaknya menggunakan : objek Trackinglayer atau kejadian TrackingLayerDraw. 3 Objek point dibentuk berdasarkan selang waktu tertentu. Selang waktu pembuatan objek point dibuat kecil, supaya pergerakan lapisan minyak menggunakan data angin dan arus yang benar. Kedua data ini bersifat spasial dan tergantung waktu. 4 Lintasan vertikal lapisan minyak pada satu Grid adalah satu objek line, sedangkan lintasan horizontal lapisan minyak pada satu Grid adalah kumpulan dari objek ellipse. 5 Proses pergerakan lapisan minyak dilakukan jika posisi minyak dan posisi minyak selanjutnya berada di dalam satu Grid dan tidak berada di dalam lapisan Daratan (lihat gambar 2.13). 6 Jika garis yang dibentuk bersilang dengan Grid, maka garis yang terbentuk di dalam Grid adalah garis yang benar, sedangkan garis di luar Grid adalah garis yang salah (lihat gambar 2.14). Proses berikutnya adalah lapisan minyak dipindahkan ke dalam Grid selanjutnya dan pembuatan lintasan menggunakan data atribut Grid yang baru. 7 Jika lokasi lapisan minyak berikutnya berada di dalam lapisan Daratan, maka dicari titik silang garis dengan lapisan Garis Pantai dan titik silang tersebut dijadikan titik ujung lintasan vertikal tumpahan minyak (lihat gambar 2.15). 8 Jika lokasi lapisan minyak berikutnya berada di luar Grid atau di dalam Daratan, maka pergerakan lapisan minyak dihentikan (lihat gambar 2.16). 28

17 Data sistem P2 Data tumpahan minyak Data Tumpahan Minyak Data spasial dan tumpahan minyak Lintasan Lintasan tumpahan minyak Pantai Pantai terancam dan alamat rujukan Gambar 2.12 : DFD MLTM 29

18 Gambar 2.13 : Pembentukan garis yang berada di dalam satu Grid Gambar 1.14 : Garis yang terbentuk memotong Grid 30

19 Gambar 2.15 : Titik berikutnya berada di dalam lapisan Daratan Gambar 2.16 : Titik berikutnya berada di luar Grid dan Daratan 31

20 2.3.2 Fungsi MPKPO Pembuatan Diagram Alir Pilihan OSR Dari kajian literatur tentang OSR, dibuat satu diagram alir pilihan OSR. Langkah pertama dalam membangun diagram alir pilihan OSR adalah memperhatikan jenis minyak, perkiraan lintasan lapisan minyak dan sumber-sumber pantai atau laut yang terancam. Jika tumpahan minyak tersebut tidak mengancam sumber-sumber yang ada, maka tumpahan minyak itu dibiarkan dan terus dipantau. Jika tumpahan mengancam sumber-sumber yang ada, maka dilakukan persiapan pembersihan minyak. Selanjutnya, dihitung perkiraan posisi lapisan minyak setelah selang waktu tertentu. Dari perkiraan posisi lapisan minyak tadi, diperiksa besarnya arus dan tinggi gelombang. Jika pada posisi tersebut besar arus < 1 knot/jam atau tinggi gelombang < 1 meter, maka diusulkan pemakaian boom. Jika tidak, maka pemakaian dispersant atau in situ burning ataupun pembersihan pantai diusulkan. Jika lapisan minyak tersebut tebal dan jauh dari pantai, maka pemakaian respons in situ burning yang diusulkan. Jika lapisan minyak tersebut tipis, maka diusulkan pemakaian dispersant Input Output Luaran MPKPO adalah lintasan lapisan minyak, posisi lapisan minyak dan usulan respon, sedangkan input datanya adalah data tumpahan minyak, tempo pergerakan lapisan minyak dan dialog dengan pemakai sesuai dengan lingkungan tempat lapisan minyak berada Database Ada empat lapisan data spasial yang diperlukan oleh fungsi MPKPO ini, yaitu lapisan: (i) Grid, (ii) Garis Pantai, (iii) Daratan dan (iv) Hidrografi (lihat gambar 2.18). Pada lapisan Grid, selain atribut yang telah ada, perlu ditambahkan lagi satu atribut, yaitu tinggi gelombang. Untuk lapisan Garis Pantai dan Daratan keperluan data atributnya sama dengan keperluan data 32

21 atribut fungsi MLTM. Lapisan terakhir fungsi MPKPO adalah lapisan Hidrografi. Lapisan ini diperlukan untuk mendapatkan data kedalaman laut dimana lapisan minyak berada. Gambar 2.18 : Database spasial fungsi MPKPO Proses MPKPO Penyusunan empat lapisan data spasial ke dalam ActiveX MapObjects melalui Ms Visual Basic adalah kegiatan pertama di dalam fungsi MPKPO (lihat gambar 2.19). Kegiatan kedua adalah input data tempo pergerakan (T menit) untuk menjalankan MLTM. Setelah itu dilakukan pengambilan data atribut pada posisi lapisan minyak T menit tersebut. Data yang diambil itu meliputi : tinggi gelombang, kecepatan angin, arus dan kedalaman laut. Selanjutnya fungsi respon MPKPO yang diimplementasikan dengan menggunakan perintah Ms Visual Basic : IF Then Else End If dan MSGBOX diaktifkan. Fungsi respon ini berisikan dialog dengan pemakai dalam bentuk pilihan yes/no dan juga implementasi dari diagram alir pilihan OSR. Dialog yang dilakukan oleh fungsi respon MPKPO ini diakhiri dengan usulan respon untuk menangani tumpahan minyak. DFD dari proses ini dapat dilihat pada gambar

22 Gambar 2.19 : Penyusunan data spasial fungsi MPKPO 34

23 Data sistem P3 Data tumpahan minyak Data Tumpahan Minyak Data spasial dan tumpahan minyak Data OSR P3 Tempo pergerakan minyak Data tumpahan minyak Tempo pergerakan minyak Lintasan Lintasan tumpahan minyak Posisi terakhir lapisan minyak P3 Jawaban pilihan respon Dialog Lintasan dan rencana respon Gambar 2.20 : DFD MPKPO 35

24 2.3.3 Fungsi POSR Input Output Luaran dari fungsi POSR adalah lintasan lapisan minyak dan usulan respon berdasarkan rencana kegiatan kelompok dalam menangani tumpahan minyak. Untuk dapat menghasilkan luaran tersebut, fungsi POSR memerlukan input data yang hampir sama dengan input data yang diperlukan oleh fungsi MPKPO. Bedanya hanya pada tempo pergerakan lapisan minyak. Tempo pergerakan lapisan minyak untuk fungsi MPKPO diambil dari pemakai, sedangkan untuk fungsi POSR diambil langsung dari database Domino, yaitu pengurangan isi medan date dan time dari dokumen dengan tanggal dan waktu terjadinya tumpahan minyak. Ke dalam database Domino Calender, Reminder Lotus Notes dimasukkan data latihan BP 1998 Alaska SONS Database Database Domino berupa adalah database yang disarankan untuk digunakan oleh fungsi POSR, disamping empat lapisan yang digunakan oleh fungsi MPKPO. Database itu meliputi field tentang tanggal dan waktu (Calendar jenis dokumen Reminder) dibuat serta isi pesannya. Lihat gambar 2.21 database spasial yang diperlukan fungsi ini. Gambar 2.21 : Database spasial fungsi POSR 36

25 Proses POSR Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan di dalam fungsi POSR adalah sebagai berikut: (i) Penyusunan empat lapisan data spasial, meliputi lapisan: (a) Grid, (b) Garis Pantai, (c) Daratan dan (d) Hidrografi ke dalam sistem, (ii) Mendaftarkan database Domino ke dalam lingkungan pemograman (lihat gambar 2.22), (iii) Pengambilan tanggal dan waktu dari kegiatan kerjasama kelompok, (iv) Menjalankan MLTM yang telah diperbaiki untuk MPKPO berdasarkan tanggal dan waktu dari kegiatan kerjasama kelompok yang telah dikurangi dengan tanggal dan waktu terjadi tumpahan minyak, (v) Pengambilan data atribut angin, arus, tinggi gelombang dan kedalaman laut dimana lapisan minyak berada dan (vi) Berdialog dengan pemakai untuk mendapatkan usulan OSR. DFD proses ini dapat dilihat pada gambar Gambar 2.22 : Database fungsi POSR 37

26 Data spasial dan tumpahan minyak Data spasial, domino dan tumpahan minyak Data sistem Data Tumpahan Minyak Pilihan DB Domino Kegiatan Domino P3 Data tumpahan minyak P3 Pemilihan database domino P3 Pemilihan kegiatan yang akan dipantau Data spasial, waktu kegiatan dan tumpahan minyak Lintasan Lintasan tumpahan minyak Posisi terakhir lapisan minyak P3 Jawaban pilihan respon Dialog Gambar 2.23 : DFD POSR Lintasan, rencana respon dan kesesuaian kegiatan 38

Input Data Skenario Tumpahan Minyak

Input Data Skenario Tumpahan Minyak 6.3.4.2 Input Data Skenario Tumpahan Minyak Langkah awal untuk mensimulasikan skenario ini adalah memasukkan data yang telah ditentukan oleh skenario ke dalam sistem. Input data ini dilakukan pada bagian

Lebih terperinci

Gambar 3.20 : Output lintasan lapisan minyak & pilihan OSR

Gambar 3.20 : Output lintasan lapisan minyak & pilihan OSR Gambar 3.19 : Output lintasan lapisan minyak mencapai pantai Gambar 3.20 : Output lintasan lapisan minyak & pilihan OSR 53 Gambar 3.21 : Output lintasan lapisan minyak & kawasan Wildlife Bagian data dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DATA DAN ANTARAMUKA BAB III. 3.1 Model Data Sistem

PERANCANGAN DATA DAN ANTARAMUKA BAB III. 3.1 Model Data Sistem BAB III PERANCANGAN DATA DAN ANTARAMUKA 3.1 Model Data Sistem B erdasarkan keperluan sistem dari ketiga sub-sistem yang telah dianalisis, dibuat satu model data sistem (gambar 3.1). Model data ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari hasil analisis. Berikut adalah tahapan desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari hasil analisis. Berikut adalah tahapan desain penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan penelitian untuk mendapatkan cara yang paling efektif dan efisien mengimplementasikan sistem dengan bantuan data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan. Keberadaan fasilitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Pada tahapan ini sistem yang telah dirancang pada tahap ke tiga akan dikembangkan, sehingga sistem yang dibuat harus mengacu pada rancangan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton.

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan atau gambaran yang akan dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan atau gambaran yang akan dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah tahapan atau gambaran yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian, untuk memudahkan peneliti melakukan penelitan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya perikanan. Keberadaan lokasi budi daya udang di Kecamatan Medan Belawan tersebar cukup merata

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. dan pencatatan kasus Perselisihan Hubungan Industrial (PHI).

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. dan pencatatan kasus Perselisihan Hubungan Industrial (PHI). 30 4.1 Observasi BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK Melakukan survey dan wawancara secara langsung di Bidang Hubungan Industrial dan Syarat Kerja pada Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya. Wawancara dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan sekumpulan rangkaian tahapan kegiatan atau prosedur yang digunakan oleh pelaksana penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. Processor INTEL Pentium Dual Core T4300

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. Processor INTEL Pentium Dual Core T4300 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian 1. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Processor INTEL Pentium Dual Core T4300

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini adalah tampilan hasil dan pembahasan dari sistem informasi geografis Letak SMA Negeri Medan IV.1.1 Tampilan Halaman Utama Tampilan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Kemajuan teknologi informasi yang dalam beberapa dekade ini berkembang sangat pesat, baik dalam hal perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak seolah mengikis masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil dari aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Loket Pemesanan Tiket Antar Provinsi di Kota Medan berbasis web ini akan dijelaskan pada sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan lokasi cabang Mode Fashion di Kota Medan yang begitu cepat harus diimbangi dengan penyampaian informasi dengan cepat dan tepat. Pemetaan lokasi cabang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan di jelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan perangkat keras yang akan mendukung jalannya aplikasi. Perangkat lunak dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan perangkat keras yang akan mendukung jalannya aplikasi. Perangkat lunak dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Untuk implementasi sistem ini ada beberapa spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang akan mendukung jalannya aplikasi. Perangkat lunak dan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya angka pertumbuhan penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat mobilitas di jalan raya. Jumlah kendaraan yang dibutuhkan manusia pun semakin banyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Hasil dari sistem informasi geografis lokasi karate wadokai Kota Medan yang dibangun dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini. a. Halaman Beranda Halaman beranda

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Identifikasi Masalah 3 dimensi atau biasa disingkat 3D atau disebut ruang, adalah bentuk dari benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Istilah ini biasanya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan operasional perusahaan dan tidak akan terlepas dari kegiatan yang berhubungan dengan kas. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang

BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI 4.1 Analisis Sistem Berdasarkan pengamatan secara langsung di perusahaan PT. Telkom Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang meliputi:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut ini, pada gambar 3.1 adalah tahapan yang dilakukan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut ini, pada gambar 3.1 adalah tahapan yang dilakukan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut ini, pada gambar 3.1 adalah tahapan yang dilakukan dalam penelitian dan implementasi Algoritma pada permainan Connect Four. atau heuristik atau

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 91 4.1 Spesifikasi Perangkat Ajar 4.1.1 Perangkat Keras (Hardware) BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Agar perangkat ajar ini dapat diimplementasikan dengan baik, diperlukan konfigurasi perangkat keras sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Informasi Informasi menurut arti kata ialah sebuah fakta yang telah diolah sehingga dapat digunakan oleh manusia. Tetapi dalam pengertian luas telah terjadi pergeseran bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini peranan sistem informasi dalam suatu organisasi tidak dapat diragukan lagi. Dukungannya dapat membuat sebuah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Halaman antar muka program terdapat pada tampilan hasil. Tampilan hasil tersebut menjadi interface program yang menghubungkan antara admin dengan user,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 30 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survey, wawancara

Lebih terperinci

semua permasalahan serta kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan sistem yang

semua permasalahan serta kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan sistem yang BAB III ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK 3.1 Metode Analisis Pada tahapan analisis digunakan untuk mengetahui dan menerjemahkan semua permasalahan serta kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan sistem

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI Fie Jannatin Aliyah Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Studi literatur mengenai decision support system serta beberapa metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria, yaitu: metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berkembang saat ini, pengelolaan informasi dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berkembang saat ini, pengelolaan informasi dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, pemakaian komputer sebagai pengolah dan pemroses data sangat diperlukan dalam berbagai bidang pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu tempat pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Dalam berwisata ke Yogyakarta seringkali wisatawan-wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information

BAB I PENDAHULUAN. akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan teknologi yang terus berkembang seakan tidak ada titik akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information Technology (IT). Apalagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses pengenalan huruf tulisan tangan Katakana menggunakan metode Fuzzy Feature Extraction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin pendek pula jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin pendek pula jalur yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada dasarnya manusia membutuhkan waktu untuk mencapai suatu tujuan. Semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin pendek pula jalur yang ditempuh. Hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services) BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi Program Sistem Informasi Seleksi Pengangkatan Pegawai Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services) ini dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase)

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) 5.1 Lingkungan Implementasi Implementasi merupakan tahapan dimana hasil perancangan yang telah dibangun mulai diterapkan pada kondisi yang menyerupai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan sebelum dilakukannya sebuah penelitian. Gambar 3.1 menunjukkan rencana atau desain struktur pemecahan masalah dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke 74 BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI 5.1. Pengujian Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke dalam sistem informasi yang sudah dibuat. Dengan adanya pengujian ini maka data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menghasilkan sebuah perangkat lunak Sistem Informasi Geografis Letak Lokasi Dinas Pemerintahan Wilayah Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Aplikasi yang dibuat akan diterapkan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Aplikasi yang dibuat akan diterapkan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Implementasi program adalah implementasi dari hasil analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Aplikasi yang dibuat akan diterapkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis sistem Analisis sistem merupakan tahap yang paling penting dalam suatu pengembangan sebuah aplikasi, karena kesalahan pada tahap analisis sistem akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut :

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut : BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Sistem yang dibuat ini membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak dengan spesifikasi tertentu agar dapat dijalankan. Adapun kebutuhan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan disediakan untuk masyarakat umum yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (hardware) dan piranti lunak yang memadai. Sistem Informasi Geografis ini antara lain:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (hardware) dan piranti lunak yang memadai. Sistem Informasi Geografis ini antara lain: 94 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Agar user dapat menjalankan aplikasi ini, maka diperlukan perangkat keras (hardware) dan piranti lunak yang memadai. 4.1.1 Perangkat Keras (Hardware)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem penjualan dan stok barang. Dengan menganalisis prosedur sistem yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem penjualan dan stok barang. Dengan menganalisis prosedur sistem yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai tahap yang bertujuan untuk memahami sistem, mengetahui kekurangan sistem dan menentukan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma A* dan Dijkstra ini menggunakan model waterfall. Model waterfall penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Kebutuhan Sistem Hardware & Software Agar sistem dapat berjalan dengan baik dibutuh kan computer dengan spesifikasi yang mencakup fasilitas multimedia yaitu minimal mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses rancang bangun aplikasi sistem pendukung keputusan untuk pemilihan mobil baru

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. kegiatan kerja praktik di PT DBL Indonesia, didapatkan beberapa permasalahan

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. kegiatan kerja praktik di PT DBL Indonesia, didapatkan beberapa permasalahan BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN Setelah melakukan observasi dan wawancara yang dilakukan pada kegiatan kerja praktik di PT DBL Indonesia, didapatkan beberapa permasalahan yang ditemukan. Pihak Human Resource

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan dapat diimplementasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut :

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan dapat diimplementasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut : BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Berdasarkan perancangan sistem yang dibuat sebelumnya, maka perancangan dapat diimplementasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut : 4.1. Implementasi Aplikasi Untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Kebutuhan Perangkat Lunak Sistem Pendukung Keputusan Pendukung Penempatan Jabatan dibutuhkan perangkat lunak Visual Studio 2010 dengan menggunakan bahasa pemrograman C# untuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar Komputer Surabaya Jawa Timur meliputi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang BAB IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi Sistem Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan agar program simulasi Tata Letak Tempat Sampah dengan Algoritma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan Semakin berkembangnya teknologi informasi, pemakaian komputer sebagai pengolah dan pemroses data sangat diperlukan dalam sebuah instansi perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara BAB IV DESKRIPSI SISTEM 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara kepada pihak

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada saat kerja praktek di Kardi Putera Motor, menemukan beberapa permasalahan seperti : human error yang menyebabkan kesalahpahaman

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Simulasi 3D mempunyai fungsi utama untuk membuat pemodelan 3D. Dari pemodelan 3D dapat diciptakan karya yang spektakuler seperti special

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan... 3 1.4 Batasan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada kecerdasannya, dengan kecerdasannya ini manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi BAB 4 Implementasi dan Evaluasi 4.1 Implementasi Sistem Perangkat ajar algoritma minimax berupa simulasi futsal ini dirancang untuk para mahasiswa jurusan teknik informatika dalam membantu pengajaran mata

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung dengan bagian

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung dengan bagian BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Melakukan Survey dan Mengumpulkan Data Survey dan pengumpulan data merupakan langkah awal dalam membuat aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cat tembok merupakan cat berbahan dasar air atau waterbased yang dapat digunakan pada dinding suatu rumah / bangunan baik interior maupun eksterior. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Objek tiga dimensi dibentuk oleh sekumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam merancang sebuah sistem, analisis adalah hal yang harus dilakukan. Dengan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam merancang sebuah sistem, analisis adalah hal yang harus dilakukan. Dengan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Dalam merancang sebuah sistem, analisis adalah hal yang harus dilakukan. Dengan melakukan analisis yang baik terhadap sistem yang akan dikerjakan,

Lebih terperinci

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi. 4.3 Pemodelan Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. Data dari titik pengukuran sangat sedikit untuk mencakup inversi daerah semarang yang luas, maka

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Toko Rudi Music merupakan salah satu toko alat musik di kota Magelang yang menjual berbagai macam alat musik. Toko ini tidak buka cabang dan merupakan toko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan, dan analisis. Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. kerusakan jalan dari masyarakat. Sebelumnya user harus mempersiapkan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. kerusakan jalan dari masyarakat. Sebelumnya user harus mempersiapkan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan penulis dalam proses penelitian skripsi yang berjudul Rancang Bangun Digital Satuan Kegiatan Harian Guru dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan elektronik yang sering disebut sebagai Electronic Commerce atau yang biasa disingkat menjadi e-commerce merupakan alat untuk melakukan penyebaran,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan peneliti untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain penelitian rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah langkah dan proses yang akan dilakukan dalam

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah langkah dan proses yang akan dilakukan dalam BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah langkah dan proses yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian. Desain penelitian merupakan pokok utama yang mesti dikerjakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 81 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Layar Berikut ini akan dijelaskan tentang tampilan layar program dan pembahasan dari analisa dan rancang bangun Pemilihan Kelas Peminatan Pada STMIK Potensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Desain Penelitian Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: Gambar 31 Desain Penelitian Penjelasan gambar: 1 Studi Literatur dilakukan dengan mempelajari

Lebih terperinci

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah InBatik merupakan salah satu toko batik di yogyakarta yang menjual berbagai macam batik. Toko ini memiliki 1 cabang dan merupakan toko batik yang menjual batik

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang demikian pesat seaakan memaksa setiap lingkup kehidupan untuk lebih berkembang mengikuti era digital. Khususnya teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. Kerja praktik ini dilaksanakan selama satu bulan di Klinik Pendidikan

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. Kerja praktik ini dilaksanakan selama satu bulan di Klinik Pendidikan BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN Kerja praktik ini dilaksanakan selama satu bulan di Klinik Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Tujuan dari kerja praktik ini adalah untuk memberikan solusi atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & IMPLEMENTASI

BAB IV HASIL & IMPLEMENTASI BAB IV HASIL & IMPLEMENTASI IV.1 Implementasi Sistem Implementasi sistem dalam aplikasi Keylogger ini mencakup spesifikasi kebutuhan perangkat keras (hardware) dan spesifikasi perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. terhadap sistem inventaris hardware serta sistem pengolahan data hardware

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. terhadap sistem inventaris hardware serta sistem pengolahan data hardware 30 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa BAB IV DESKRIPSI SISTEM dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survey, wawancara kepada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Pada tahapan ini sistem yang telah dirancang pada tahap ke tiga akan dikembangkan sehingga sistem yang dibuat harus mengacu pada rancangan yang telah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan awal aplikasi pengaturan lampu lalu lintas berdasarkan Metode Webster menggunakan Visual Basic 6.0 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat 41 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Analisis masalah bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahanpermasalahan yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat keras

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam urutan proses pembangunan software, pengujian software adalah tahap yang dilakukan setelah implementasi atau pengkodean. Pengujian software atau software

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Analisis Sistem adalah proses dimana kita menganalisa suatu permasalahan untuk dipahami, kemudian kita mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu

Lebih terperinci