RAHASIA PENGGUNAAN PRAJURIT BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA PENGGUNAAN PRAJURIT BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA PENGGUNAAN PRAJURIT BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Penggunaan prajurit sebagai bagian integral dari pembinaan prajurit berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, sehingga pengembangan dan pemanfaatannya perlu disusun dalam perencanaan yang mantap sebagai pedoman pengembangan dan peningkatan karier prajurit selama pengabdiannya. b. Untuk memperoleh daya guna dan hasil guna yang optimal dalam penggunaan prajurit perlu adanya pengklasifikasian yang tepat dan didukung pula oleh norma aturan yang jelas dan data perorangan yang lengkap, benar dan mutakhir. Norma tersebut meliputi penempatan dalam jabatan, variasi giliran penugasan/giliran daerah penugasan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan pangkat yang disandangnya 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan bahan ajaran pada pendidikan lanjutan perwira I kecabangan Ajen. b. Tujuan. Naskah departemen ini disusun dengan tujuan agar pasis memahami tentang penggunaan prajurit sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup naskah departemen ini dibatasi hanya membahas tentang pola Binkar Perwira, pola Binkar Bintara/Tamtama, penempatan dalam jabatan Perwira, Bintara/Tamtama, administrasi karier Perwira, Bintara/Tamtama, sidang Pankar, administrasi penetapan prajurit dan administrasi seleksi pendidikan. b. Tata Urut. Naskah departemen ini disusun dengan tata urut sebagai berikut : 1) Pendahuluan. 2) Pola Binkar Perwira 3) Pola Binkar Bintara/Tamtama 4) Penempatan dalam Jabatan Perwira, Bintara/Tamtama 5) Minkar Perwira, Bintara/Tamtama 6) Sidang Pankar 7) Administrasi Penetapan Prajurit. 8) Administrasi Seleksi Pendidikan. 9) Evaluasi. 10) Penutup. RAHASIA

2 2 4. Referensi. a. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/188/V2005 tanggal 13 Mei 2005 tentang Petunjuk Induk Penggunaan Prajurit TNI. b. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/190/V/2005 tanggal 17 Mei 2005 tentang Petunjuk Administrasi Kenaikan Pangkat dan Pemberian Pangkat Prajurit TNI. c. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/241/VII2005 tanggal 27 Juni 2005 tentang Petunjuk Administrasi Pendidikan Pengembangan Umum Perwira TNI. d. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/262/VII/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Petunjuk Administrasi Pendidikan Pertama Prajurit TNI. e. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Skep/431/VII/1999 tanggal 20 Juli 1999 tentang Penyelenggaraan Penetapan Jabatan Bintara dan Tamtama di Lingkungan TNI AD. f. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Skep/383/X/2002 tanggal 31 Oktober 2002 tentang Pendidikan. g. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Skep/496/XII/2004 tanggal 27 Desember 2004 tentang Personel. h. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Skep/14/II/2006 tanggal 3 Pebruari 2006 tentang Pengakhiran Dinas Keprajuritan. i. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Skep/441/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006 tentang Pembinaan Karir Perwira. j. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad/96/XII/2008 tanggal 19 Desember 2008 tentang Pemberhentian Sementara dari Jabatan. k. Surat Keputusan Dirajenad Nomor Skep/37-A/XI/2004 tanggal 18 Nopember 2004 tentang Buku Petunjuk Administrasi Ikatan Dinas Keprajuritan. 5. Pengertian-pengertian. a. Karir. Karir adalah perkembangan dan kemajuan yang terbuka bagi prajurit dalam kesempatan untuk mendapatkan jabatan/kedudukan tertentu, kenaikan pangkat, kesempatan mengikuti pendidikan serta pemindahan dan giliran penugasan. b. Pendidikan. Pendidikan adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang terencana dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap prajurit melalui lembaga pendidikan c. Kepangkatan. Pada hakikatnya pangkat adalah keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam hirarki keprajuritan yang didasarkan atas kualifikasi yang telah dimiliki seorang prajurit.

3 3 d. Jabatan. Merupakan kelompok tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang merupakan suatu keseluruhan dimaksud sebagai suatu pekerjaan yang lazim diserahkan dan dipertanggung jawabkan kepada seorang prajurit TNI selama memangku jabatan. 6. Umum. BAB II POLA PEMBINAAN KARIER PERWIRA a. Pada setiap angkatan bersenjata, personel golongan Perwira mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting, sehingga sangat tepat apabila dikatakan bahwa suatu angkatan bersenjata ditentukan oleh mutu personel golongan Perwira. b. Sejauh mana mutu personel golongan Perwira tentu tidak terlepas dari usahausaha pembinaan Perwira tersebut, mulai dari yang terendah (Letnan) hingga ke yang tertinggi (Jenderal). c. Pola karier Perwira terbagi menjadi pola karier secara umum yang mengikat seluruh Perwira dan pola karier kecabangan yaitu untuk cabang tertentu yang kegiatan pola karier tersebut mencakup jabatan, pendidikan dan kepangkatan yang pada prinsipnya memberikan pedoman bagaimana karier Perwira harus dibina 7. Konsepsi Pembinaan/Pengendalian Karier. a. Perlunya konsepsi pembinaan/pengendalian karier untuk menjamin adanya kesamaan bahasa, pengertian dan sikap didalam memecahkan masalah dapat sinkron satu sama lainnya. Konsepsi pembinaan/pengendalian karier tidak lain adalah pola karier yang berisi apa, bagaimana mengembangkan dan menggunakan seorang Letnan yang kelak dapat mencapai Jenderal. b. Dalam menyelenggarakan pembinaan/pengendalian karier diperlukan suatu rencana yang menggambarkan bagaimana seorang perwira menempuh kariernya, rencana tersebut berupa pola karier yang menggambarkan rencana pembinaan kepangkatan, jabatan dan pendidikan bagi setiap Perwira selama kurang lebih 30 tahun. c. Sesuai Keputusan Kasad Nomor : Kep/15/VIII/1973 tanggal dan Skep Panglima ABRI Nomor : Skep/347/V/1986 tentang pola dasar karier Perwira memuat rencana dasar pengembangan Perwira selama kurang lebih 30 tahun yang dibagi menjadi 4 periode, yang masing-masing periode mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Periode pengembangan dasar (0-11 tahun/letnan-kapten), pada periode ini seorang Perwira ditempatkan untuk menguasai taktik, teknik, senjata dan alat

4 4 peralatan dari cabangnya. Dalam periode ini lebih banyak menghendaki kepemimpinan tatap muka. 2) Periode pengembangan profesional (12-19 tahun/mayor-letkol), pada periode ini tekanannya ditujukan pada : a) Pengembangan kecakapan taktik dan teknis serta memadukan pengetahuan dengan kecakapan. b) Seleksi untuk penugasan lebih sulit dan lebih kompleks antara lain dibidang staf pendidikan, pembinaan karier dan komando pada unsurunsur yang lebih besar. Dalam periode ini akan mendorong seorang Perwira untuk meningkatkan dirinya guna pengembangan dimasa selanjutnya. 3) Periode bhakti dan pengembangan lanjutan (20-25 tahun/kolonel), periode ini ditandai dengan makin bertambahnya proporsi penugasan yang bersifat bukan teknis kecabangan murni. Dalam periode ini diutamakan kemampuan untuk memandang lingkup kemiliteran sebagai keseluruhan dan peranan TNI dalam kehidupan bangsa, baik nasional maupun internasional. 4) Periode dharma bakti (26-30 tahun/pati) pada periode ini seorang perwira akan mendharma baktikan secara maksimum pada masalah strategis Hankamnas dan memprakarsai kebijakan TNI secara keseluruhan. d. Bidang Karier. 1) Sebagai akibat dari pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi berbagai keahlian dan spesialisasi untuk Angkatan Darat yang disusun berdasarkan kecabangan yaitu Infanteri, Kaveleri, Ajudan Jenderal dan lain-lain. 2) Bidang karier merupakan salah satu kekhususan atas spesialisasi sehingga pada saat seorang diangkat sebagai Perwira maka ia memperoleh tanda kecabangan/korps sesuai bidang kariernya sedangkan Pati tidak terikat lagi. 3) Banyak spesialisasi juga mengakibatkan kerugian yaitu menimbulkan kurangnya hubungan antara satu bidang dengan bidang lainnya. Oleh karena itu TNI disamping memerlukan spesialisasi yang fungsinya mengutuhkan spesialisasi-spesialisasi dalam satu usaha yang terarah. e. Pola karier Perwira Cabang. 1) Pola karier Perwira cabang adalah program pengembangan kemampuan/kecakapan dalam suatu bidang kecabangan mulai yang bersangkutan diangkat sampai mencapai kedudukan dan tanggung jawab tertinggi sesuai kemampuannya.

5 5 2) Bagi setiap cabang/korps disusun pola karier tersendiri dengan maksud untuk menjadi petunjuk dalam usaha pengembangan dan pendidikan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi. f. Pola karier khusus. 1) Maksud program karier khusus adalah untuk memberikan saluran karier bagi Perwira yang mempunyai kualifikasi dalam spesialisasi/keahlian tertentu disamping kualifikasi kecabangan/korps. 2) Program karier khusus merupakan pelengkap, bukan pengganti dari pola karier cabang/korps. Oleh sebab itu maka Perwira yang mengikuti program karier khusus ini tetap memiliki identitas kecabangan/korpsnya dan juga tetap memelihara pengetahuan kecabangan yang sepadan dengan tingkat yang dimilikinya. g. Kepangkatan dan kenaikan pangkat. 1) Umum. a) Pangkat ditinjau dari berbagai segi mempunyai maksud/arti : (1) Kehormatan yang diberikan kepada seorang karena pengabdiannya kepada negara dan bangsa melalui TNI. (2) Tanda kemampuan/kecakapan/kematangan seseorang. (3) Sarana untuk melaksanakan suatu komando/tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang. b) Oleh karena pangkat pada hakekatnya menggambarkan kualitas/kemampuan/kecakapan, maka didalam pemberian kepangkatan terhadap seseorang harus benar-benar teliti cepat dan tepat. 2) Macam-macam pangkat militer : a) Pangkat Anumerta. b) Pangkat Lokal. c) Pangkat Militer Tituler. d) Pangkat Militer Kehormatan. 3) Pembinaan Kepangkatan. a) Sistem kenaikan pangkat/promosi : (1) Pertimbangan kenaikan pangkat disamping memperhatikan kualifikasi/kemampuan kecakapan seseorang juga memperhatikan mental kepribadian dan mental ideologi. (2) Kualifikasi/kemampuan/kecakapan ditentukan oleh : (a) (b) Pendidikan/latihan. Pengalaman

6 6 (3) Disamping itu dalam mempertimbangkan kenaikan pangkat dilihat juga jabatan apa yang didudukinya, karena sistem pangkat untuk jabatan. b) Ketentuan umum. (1) Kenaikan pangkat ditinjau dari segi masa masa dinas Perwira dan pendidikan. (2) Masa kenaikan pangkat adalah sebagai berikut : NO UKP KE DIKMIL MDP MDDP MASA KET JAB Lettu Sesarcab/Setingkat 3 thn 2 thn 6 bln 2. Kapten Sesarcab/Setingkat 7 thn 2 thn 6 bln 3. Mayor Selapa/Setingkat 11 thn 2 thn 6 bln Sesarcab/Setingkat + Suspa 13 thn 2 thn 6 bln Sesarcab/Setingkat 14 thn 2 thn 6 bln 4. Letkol Seskoad/Setingkat 16 thn 2 thn 6 bln Selapa/Setingkat + Susfung/Setingkat 18 thn 2 thn 6 bln Selapa/Setingkat 20 thn 2 thn 6 bln Sesarcab/Setingkat + Suspa 22 thn 2 thn 6 bln Sesarcab/Setingkat 23 thn 2 thn 6 bln 5. Kolonel Seskoad/Setingkat 20 thn 2 thn 6 bln Selapa/Setingkat + Susfung/Setingkat 22 thn 2 thn 6 bln Selapa/Setingkat 24 thn 2 thn 6 bln Sesarcab/Setingkat + Suspa 27 thn 2 thn 6 bln Sesarcab/Setingkat 28 thn 2 thn 6 bln 6. Brigjen Sesko TNI 24 thn 2 thn 6 bln Seskoad/Setingkat 25 thn 2 thn 6 bln Selapa/Setingkat + Susfung/Setingkat 27 thn 2 thn 6 bln h. Pendidikan. 1) Umum. a) Pendidikan adalah suatu usaha secara formal dalam rangka membekali/mengembangkan kemampuan/kepribadian seseorang. b) Dari segi kemampuan, organisasi menuntut adanya kemampuan yang bersifat melebar dan bersifat mendalam. c) Dalam mengembangkan kemampuan dikenal adanya Dikbangum dan Dibangspes.

7 7 2) Sistem Pendidikan. a) Penetapan dua macam pendidikan berarti seseorang tidak hanya dikembangkan dengan salah satu pendidikan saja, karena setiap Perwira yang mempunyai peranan sebagai menager memerlukan kemampuan yang bersifat melebar (generalis) dan kemampuan yang bersifat mendalam (spesialis). b) Kebutuhan kemampuan tersebut di atas lebih nyata lagi apabila dihubungkan dengan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan TNI AD yaitu fungsi organik, fungsi teknis maupun fungsi khusus. 8. Pelaksanaan Pembinaan / Pengendalian Karier. a) Faktor-faktor yang mempengaruhi. 1) Kebutuhan organisasi berupa kuantitas dan kualitas Perwira : a) Pati maksimum 1% b) Kolonel maksimum 4% c) Letkol maksimum 18% d) Mayor maksimum 20% e) Kapten maksimum 22% f) Letnan maksimum 35% Secara mikro jumlah tiap pangkat tersebut harus dapat diperinci lebih lanjut antara lain berdasarkan umur bahkan kalau mungkin berdasarkan kecabangan. Jumlah tiap kepangkatan bisa berubah sesuai dengan perubahan organisasi tersebut. 2) Keadaan Perwira yang nyata berupa : a) Jumlah. b) Komposisi umur. a) Kepangkatan. b) Komposisi pendidikan. c) Komposisi kecabangan. d) Pendistribusian. Tiap-tiap keadaan ini mempengaruhi penyelenggaran pembinaan/ pengendalian karier yang berarti mempengaruhi proses seleksi dalam arti ketajaman seleksi. 3) Kemampuan dukungan. Dengan adanya pembatasan biaya maka setiap tahun dibatasi jumlah yang mengikuti pendidikan dan TOD/TOA, keadaan ini tentunya mempengaruhi ketajaman seleksi. b. Kebijaksanaan operasi. 1) Umum.

8 8 a) Kebijaksanaan adalah tindakan yang harus diambil berdasarkan hasil analisa/faktor yang mempengaruhi. b) Kebijaksanaan pada dasarnya akan mempengaruhi ketajaman tingkat seleksi baik dibidang kepangkatan, jabatan dan pendidikan. 2) Kepangkatan. Kenaikan pangkat hanya boleh jika ada lowongan/dibatasi piramida, sehingga perlu pembatasan dalam tiap waktu kenaikan pangkat, hanya dalam pelakasanaannya ditinjau secara makro saja tanpa memperhatikan kecabangan/kejuruan/keahlian. 3) Jabatan. a) Secara konsepsional sistem pangkat untuk jabatan, tetapi karena berbagai sebab penugasan jabatan terpisah dengan pangkat ada kalanya ditempuh sistem jabatan untuk pangkat. b) Dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, maka pendidikan dan masa Perwira yang menggambarkan pengalaman belum dipersyaratkan secara ketat dan kadang-kadang tidak terintegrasi dalam arti hanya mempertimbangkan salah satu dari pendidikan atau pengalaman saja. 4) Pendidikan. Dalam pola karier ditentukan kapan seseorang dapat mengikuti pendidikan ditinjau dari masa dinas Perwira dan kepangkatan namun dengan keadaan Perwira yang nyata dan kemampuan dukungan maka timbullah kebijaksanaan tentang pembatasan umur. 9. Pola Kepangkatan Perwira. a. Umum. 1) Pangkat adalah suatu kehormatan dan wewenang serta tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah kepada seseorang sesuai dengan kedudukannya. 2) Golongan Perwira dibagi menjadi tingkat-tingkat : a) Perwira Tinggi (Pati) terdiri dari pangkat-pangkat : (1) Jenderal. (2) Letnan Jenderal. (3) Mayor Jenderal. (4) Brigadir Jenderal. b) Perwira Menengah (Pamen) terdiri dari pangkat-pangkat : a. Kolonel. b. Letnan Kolonel. c. Mayor.

9 9 c) Perwira Pertama (Pama) terdiri dari pangkat-pangkat : (1) Kapten. (2) Letnan Satu. (3) Letnan Dua. b. Pertimbangan kenaikan pangkat. 1) Tujuan kenaikan pangkat. a) Untuk memenuhi kebutuhan organisasi. b) Agar anggota militer tersebut dapat memiliki cukup kewibawaan dan kekuasaan untuk melaksanakan tugas kewajiban serta tanggung jawab. c) Untuk menjamin adanya semangat kerja, inisiatif dan pengabdian TNI AD khususnya dan negara pada umumnya d) Menjadi contoh dan dorongan kepada yang lain untuk lebih giat bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga mencapai daya guna dan tepat guna. 2) Azas kenaikan pangkat didasarkan kepada : a) Berkepribadian Sapta Marga. b) Diutamakan prestasi kerja dan potensinya. c) Melalui pendidikan dan seleksi atas sikap mental, kecakapan, kemampuan kerja dan kemampuan pengembangan gagasan yang bermanfaat. d) Memberikan kemungkinan untuk mencapai kemajuan yang layak dan kesempatan yang adil. e) Kenaikan pangkat pada usia yang sesuai untuk melaksanakan tugas pada jabatan-jabatan tertentu. f) Memberi kenaikan pangkat yang tepat pada waktunya. 3) Dalam menentukan kenaikan pangkat terdapat faktor-faktor dasar yang harus dipenuhi : a) Piramida personel, merupakan alat pengendali utama untuk membandingkan jumlah golongan tingkat dan pangkat. b) TOP/DAF adalah alat pengendali untuk memelihara jumlah tingkat pangkat.

10 10 c) Penilaian adalah penerimaan mental, kualitas dan potensi seseorang sehingga merupakan salah satu faktor dalam penentuan kenaikan pangkat. 4) Sarana yang membantu dalam penentuan kenaikan pangkat : a) Dewan pertimbangan kepangkatan (Wankat) bertugas memberikan pertimbangan kepada Kasad tentang dapat tidaknya seseorang memperoleh kenaikan pangkat ke/dalam gabungan Pamen. Bagi Pama mempertimbangkan kenaikan pangkatnya dilaksanakan secara fungsional. b) Data personel. 1) Daftar Penilaian (Dapen) digunakan untuk menelaah tentang mental, kualitas dan potensinya dalam masa/periode tertentu. 2) Ketuaan pangkat dan ketuaan jabatan. c. Norma-norma kenaikan pangkat. Norma-norma kenaikan pangkat diatur sendiri oleh Kasad. d. Pangkat lokal, militer tituler, militer kehormatan : 1) pangkat Lokal. a) Digunakan untuk kepentingan tugas tertentu yang memerlukan pangkat lain dari pangkat efektifnya dapat lebih tinggi atau rendah dari pangkatnya dan tidak mempunyai akibat administrasi. b) Pemberian pangkat lokal dilakukan oleh Panglima TNI dan berlaku maksimum 3 bulan apabila lebih harus atas keputusan Panglima TNI atas usul Kasad. 2) Pangkat militer tituler diberikan kepada personel yang menduduki jabatan militer yang seharusnya diduduki oleh seorang Perwira, pangkat militer tituler hanya berlaku selama menduduki jabatan militer dan mempunyai akibat administrasi terbatas. 3) Pangkat militer kehormatan diberikan kepada pejabat sipil atau orang sipil tertentu dan terbatas pada tingkatan Pati sebagai tanda kehormatan serta mempunyai akibat administrasi. 10. Tanggung jawab Bin/Dalkar. a. Perwira sebagai individu (obyek). Dengan adanya ketentuan-ketentuan pembinaan personel/karier, maka bagi setiap Perwira yang mempunyai cita-cita untuk sukses dalam kariernya harus memahami kemampuan, bakat dan kekurangannya sehingga dapat menempatkan diri dan mengembangkan kariernya.

11 11 b. Komando/Atasan. Setiap komando/atasan berkewajiban untuk melatih, membimbing, mendorong dan memberi nasehat serta memberikan yang obyektif dalam mengembangkan dan penggunaan setiap individu bawahannya. c. Pejabat/badan urusan personel. 11. Penilaian. 1) Tingkat Pusat. Menyiapkan kebijaksanaan, merencakanan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan bidang kepangkatan, jabatan dan pendidikan. 2) Tingkat kotama. a. Umum. a) Mengadakan klasifikasi personel. b) Menyusun daftar Perwira yang telah digible (memenuhi syarat) untuk pendidikan, kenaikan pangkat, giliran penugasan TOD/TOA. c) Menyelesaikan masalah-masalah penugasan, usul pemindahan dan usul kenaikan pangkat. d) Memilih Perwira untuk latihan dan tugas khusus e) Mencatat dan memelihara mutasi dalam dosir Perwira. f) Menyiapkan laporan kekuatan, mutasi laporan penilaian (Dapen). g) Melengkapi informasi/keterangan tentang kebutuhan pendidikan/ kejuruan. 1) Pada hakekatnya penyelanggaraan pembinaan/pengendalian karier (kepangkatan, jabatan dan pendidikan) adalah proses seleksi yang didasarkan pada dedikasi/pengabdian, karya/prestasi. 2) Agar seleksi itu dapat mencapai sasaran, maka diperlukan sarana yang dapat mengukur dedikasi/pengabdian, karya/prestasi secara obyektif, sarana itu berupa penelitian. b. Sarana diatas berupa daftar penilaian (Dapen). Mengingat pentingnya Dapen untuk pembinaan/pengendalian karier maka perlu diusahakan agar pengisiannya benarbenar obyektif.

12 12 BAB III POLA PEMBINAAN KARIER BINTARA/TAMTAMA 12. Umum. Dalam menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian karier diperlukan suatu rencana yang menggambarkan bagaimana seorang Bintara dan Tamtama menempuh kariernya, rencana tersebut berupa pola pembinaan karier yang menggambarkan rencana pembinaan kepangkatan, jabatan dan pendidikan. 13. Pembinaan Karier Bintara / Tamtama. a. Kepangkatan dalam strata Bintara dan Tamtama tidak hanya menunjukkan kedudukan tetapi menunjukkan tingkat keterampilan serta tingkat pengetahuan yang telah dimilikinya. b. Kepangkatan Bintara dan Tamtama berkaitan erat dengan tingkat spesialisasi dan jabatan, sedangkan untuk dapat berkualifikasi dalam tingkat spesialisasi/jabatan dibutuhkan jangka waktu. 14. Kepangkatan Bintara dan Tamtama. a. Golongan Bintara dibagi dalam tingkat-tingkat Bintara tinggi (Bati) dan Bintara (Ba) : 1) Bintara tinggi terdiri dari pangkat : a) Calon Perwira (Capa). b) Pembantu Letnan Satu (Peltu). c) Pembantu Letnan Dua (Pelda). 2) Bintara terdiri dari pangkat-pangkat : a) Sersan Mayor (Serma). b) Sersan Kepala (Serka). c) Sersan Satu (Sertu). d) Sersan Dua (Serda). b. Golongan Tamtama terdiri dari pangkat-pangkat : 1) Kopral Kepala (Kopka). 2) Kopral Satu (Koptu). 3) Kopral Dua (Kopda). 4) Prajurit Kepala (Praka). 5) Prajurit Satu (Pratu). 6) Prajurit Dua (Prada).

13 Pola Kenaikan Pangkat Bintara dan Tamtama. a. Pola kenaikan pangkat Bintara dan Tamtama didasarkan pada bebepara faktor pendidikan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah personel tersebut menjadi anggota TNI AD dibedakan sebagai berikut : 1) Golongan Tamtama yang berijazah SD mengikuti ketentuan kenaikan pangkat sesuai dengan pola kepangkatan dan maksimum mencapai pangkat serma. 2) Golongan Tamtama berijazah SLTA, kenaikan pangkatnya setelah yang bersangkutan berpangkat Bintara dapat mengikuti seleksi Secapa apabila memenuhi persyaratan dan lulus seleksi. 3) Golongan Bintara berijazah SLTA kenaikan pangkatnya sesuai yang berlaku dan dapat mengikuti seleksi Secapa. b. Tujuan kenaikan pangkat. 1) Untuk memenuhi kebutuhan organisasi. 2) Agar anggota militer yang bersangkutan dapat memiliki cukup kewibawaan dan kekuasaan untuk melaksakan tugas kewajiban serta tanggung jawab. 3) Untuk menjamin adanya semangat kerja, inisiatif dan pengabdian kepada TNI AD khususnya dan negara pada umumnya. 4) Memberi contoh dan dorongan bagi yang lain untuk lebih giat bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga mencapai daya guna dan tepat guna. c. Dasar-dasar kenaikan pangkat. 1) Setiap kenaikan pangkat adalah seletif yang mempunyai ukuran seletif relatif ringan pada pangkat rendah dan semakin berat untuk pangkat yang lebih tinggi. 2) Ukuran untuk kenaikan pangkat adalah sikap dan prestasi kerja, sedangkan faktor-faktor lain merupakan ukuran tambahan. 3) Untuk kenaikan pangkat harus dipenuhi masa kepangkatan minimal. 4) Jumlah kenaikan pangkat dalam satu tahun berhubungan erat dengan ketentuan piramida personel. 5) Kepada seseorang yang tidak mampu naik pangkat lagi harus diberikan kesempatan yang luas untuk meninggalkan dinas TNI AD. d. Syarat-syarat kenaikan pangkat. 1) Mental ideologi 2) Sifat dan watak 3) Memenuhi tingkat kecakapan serta kemampuan kerja

14 14 4) Hasil prestasi kerja baik 5) Lowongan pangkat yang diijinkan piramida personel e. Macam kenaikan pangkat 1) Kenaikan pangkat reguler adalah kenaikan pangkat yang penyelesaiannya didasarkan pada norma tertentu. 2) Kenaikan pangkat khusus. a) Kenaikan Pangkat Penyandang Cacat : (1) Berlaku khusus bagi gololongan pangkat Bintara/Tamtama dan tidak memperhitungkan MDDP. (2) Belum pernah mendapatkan KPMT/KPLB pada kejadian/peristiwa yang sama. (3) Diakibatkan oleh tindakan langsung maupun tidak langsung dari lawan. (4) Mempunyai keputusan penetapan tingkat/klasifikasi cacat prajurit (Gol II dan III) dari Panglima TNI. b) Kenaikan Pangkat Penghargaan : (1) Memenuhi MDDP minimal seperti yang dipersyaratkan bagi kenaikan pangkat reguler, khusus kenaikan pangkat penghargaan ke Serda MDDP Kopka minimal 5 tahun dan untuk kenaikan pangkat penghargaan ke Letda MDDP Peltu minimal 5 tahun. (2) Akan mencapai usia pensiun maksimum dari masa dinas keprajuritan dan akan diberhentikan dengan hormat dari dinas keprajuritan f. Berdasarkan masa pengabdian maksimum serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kualifikasi, ditentukan masa dinas dalam pangkat dengan perincian sebagai berikut : 1) Bintara. Pola Kepangkatan Bintara memenuhi Masa Dinas Dalam Pangkat (MDDP) minimal : NO KP KE LAMANYA Sertu 5 Thn Serda 2. Serka 5 Thn Sertu 3. Serma 5 Thn Serka 4. Pelda 5 Thn Serma 5. Peltu 5 Thn Pelda

15 15 2) Tamtama. NO KP KE LAMANYA Pratu 3 Thn Prada 2. Praka 4 Thn Pratu 3. Kopda 4 Thn Praka 4. Koptu 5 Thn Kopda 5. Kopka 5 Thn Koptu 16. Pindah Golongan. a. Bintara/Tamtama diberikan kesempatan untuk pindah golongan sebelum mencapai pangkat tertinggi dalam golongannya juga bagi yang sudah mencapai pangkat tertinggi dalam golongannya diberi kesempatan melalui Secaba singkat dan Secapa singkat sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. b. Golongan Tamtama pada dasarnya tidak diarahkan untuk mencapai karier menjadi perwira, namun bagi mereka yang benar-benar menonjol dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dapat mencapai karier menjadi Perwira BAB IV PENEMPATAN DALAM JABATAN PERWIRA, BINTARA / TAMTAMA 17. Umum. Jabatan adalah kelompok tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang merupakan suatu keseluruhan dimaksud sebagai suatu pekerjaan yang lazim diserahkan dan dipertanggung jawabkan kepada seorang prajurit TNI secara keseluruhan. 18. Pemberhentian Dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan. a. Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan definitif pada dasarnya harus disahkan dengan keputusan dari pejabat yang berwenang sebagai kepastian hukum karena menyangkut kewajiban, hak, wewenang dan tanggung jawab sebagai prajurit. b. Alasan pemberhentian dari jabatan. 1) Yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk diangkat dalam suatu jabatan tersebut. 2) Jabatan tidak boleh dirangkap dengan jabatan semula. 3) Jabatan dihapuskan karena validasi organisasi. c. Pernyataan non aktif dari jabatan.

16 16 1) Prajurit yang dinyatakan non aktif dari jabatan apabila : a) Menerima pencalonan sebagai anggota DPR/MPR setelah daftar calon tetap diumumkan oleh Panitia. b) Mendapat tugas belajar untuk waktu sekurang-kurangnya 6 bulan. c) Sebagai tindakan peralihan karena yang bersangkutan akan dikembalikan ke masyarakat. 2) Pernyataan non aktif dari jabatan, dilakukan dengan keputusan dan ditetapkan oleh pejabat yang berhak menetapkan. 3) Selama dalam keadaan non aktif dari jabatan yang bersangkutan, menerima penghasilan penuh kecuali tunjangan jabatan. 4) Selama non aktif tetap masih dalam hubungan organik dan tetap berlaku hukum sebagai seorang prajurit TNI. 5) Anggota yang dinyatakan non aktif dari jabatan karena menjadi anggota DPR/MPR dapat diangkat kembali dalam jabatan struktural bilamana yang bersangkutan tidak terpilih kembali. 19. Wewenang Pemberhentian dan Pengangkatan Dalam Jabatan. Wewenang pemberhentian dan pengangkatan dalam jabatan anggota TNI AD pada prinsipnya berada pada Kasad, namun dalam pelaksanaan dapat didelegasikan kepada pejabat bawahannya. 20. Pejabat Penerima Delegasi Wewenang dari Kasad. a. Wakasad. Menerima pendelegasian wewenang dari Kasad untuk pemberhentian dari/dan pengangkatan dalam jabatan serta pemindahan di lingkungan TNI AD, atas nama Kasad untuk jabatan golongan IV. b. Aspers Kasad. 1) Menerima pendelegasian wewenang dari Kasad untuk pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI AD atas nama Kasad, untuk jabatan golongan V dan VI. 2) Menerima pendelegasian wewenang untuk pemberhentian dan pengangkatan dalam jabatan golongan VII dan VIII yang pindah antar Kodam maupun Mabes TNI/Dephan. 3) Menerima pendelegasian wewenang dari Kasad untuk pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan lulusan pendidikan pembentukan Perwira. c. Irjenad/Pang/Ka/Dan/Gub Kotama/Balakpus dan Denmabesad. Menerima pendelegasian wewenang dari Kasad untuk pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan serta pemindahan dilingkungan TNI AD untuk Kotama/ Balakpus/Kesatuan masing-masing bagi pejabat golongan VII kebawah.

17 17 d. Dirajenad. Menerima pendelegasian wewenang dari Kasad untuk pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan bagi Bintara/Tamtama selesai pendidikan pembentukan Bintara/Tamtama serta pemindahan dilingkungan TNI AD atau keluar TNI AD. e. Pembina Kecabangan. Pembina kecabangan mengajukan usul kepada Kasad tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan dan pemindahan keluar organik kecabangan. 21. Tata cara Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan. a. Jabatan Golongan IV. 1) Wewenang pemberhentian dan pengangkatan dalam jabatan golongan IV ada pada Kasad dan dapat didelegasikan hanya kepada Wakasad. 2) Kotama/Lakpus/Denmabesad diberi kesempatan untuk mengajukan usul/saran penempatan pada jabatan golongan IV dilingkungan satuannya. usul/saran harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan pembina kecabangan yang bersangkutan. 3) Kasad melalui sidang Wanjak golongan IV menyetujui/menolak atau menunjuk calon lain untuk suatu jabatan. 4) Keputusan Kasad dalam sidang wanjak merupakan dasar bagi pengeluaran keputusan jabatan di dalam jajaran TNI AD atau usul penempatan dalam jabatan kepada Panglima TNI untuk yang diluar TNI AD. 5) Atas dasar keputusan Kasad, Kotama/Lakpus/Denmabesad mengeluarkan surat perintah pelaksanaan. b. Jabatan golongan V dan VI. 1) PDW mengajukan usul pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan golongan V dan VI serta penggeseran dilingkungan kesatuannya kepada Kasad U.p. Aspers Kasad. 2) Apabila personel di dalam jajarannya akan dipindahkan keluar Kotama/Balakpus lain, pertama-tama harus mengajukan usul persetujuan kepada Irjenad/Pang/Dan/Ka/Gub/Dir (Pengguna), tembusan ditujukan kepada Kasad. Setelah ada surat persetujuan dari pejabat tersebut di atas lalu mengusulkan kepada Kasad dengan tembusan kepada para pejabat tersebut diatas. 3) Keputusan Kasad dalam sidang Wanjak merupakan dasar bagi pengeluaran keputusan jabatan didalam jajaran TNI AD. 4) Atas dasar keputusan Kasad, Kotama/Balakpus Denmabesad mengeluarkan surat perintah pelaksanaan.

18 18 5) Bagi para pejabat Irjenad/Pang/Ka/Gub/Dir tidak dibenarkan mengeluarkan keputusan pendahuluan tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan untuk golongan IV dan V sebelum keluar keputusan Kasad. c. Jabatan golongan VII dan VIII. 1) Tata cara pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan golongan VII dan VIII diselenggarakan oleh PDW dan keputusan ditandatangani oleh Irjenad/Pang/Dan/Ka/Gub/Dir/Denmabesad untuk lingkungan Kotama/Balakpus masing-masing. 2) Usul pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan golongan VII dan VIII yang dipindahkan keluar Kotama/Balakpus terlebih dahulu harus ada persetujuan dari Kotama/Balakpus pengguna, setelah ada persetujuan baru kemudian diajukan kepada Aspers Kasad. Setelah terbit keputusan jabatan yang ditanda tangani oleh Aspers Kasad atas nama Kasad maka Kotama/Balakpus dapat menerbitkan surat perintah pelaksanaan. d. Jabatan golongan Bintara/Tamtama. 1) PDW dapat menyelenggarakan pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan Bintara/Tamtama di lingkungan Kotama/Balakpus masing-masing, tembusan keputusannya ditujukan kepada Dirajenad. 2) Usul pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan Bintara/Tamtama keluar Kotama/Balakpus diajukan sesuai dengan tata cara golongan V tetapi usul terakhir kepada Kasad U.p. Dirajenad. Keputusan ditandatangani oleh Dirajenad atas nama Kasad. e. Pemindahan keluar Organisasi TNI AD. Semua surat usul dari dan pengangkatan dalam jabatan keluar organisasi TNI AD bagi Perwira diajukan kepada Kasad, untuk Bintara dan Tamtama diajukan kepada Kasad U.p. Dirajenad. Penandatanganan keputusan untuk golongan IV oleh Wakasad atas nama Kasad, golongan V sampai dengan VIII oleh Aspers Kasad A.n. Kasad, Bintara/Tamtama oleh Dirajenad A.n. Kasad. BAB V ADMINISTRASI KARIER PERWIRA, BINTARA / TAMTAMA 22. Umum. Salah satu kunci keberhasilan dari organisasi dalam melaksanakan fungsinya adalah adanya kegiatan atau dukungan administrasi personel yang tertib, lengkap, benar dan absah untuk menjalankan roda organisasi dalam rangka menjaga dan memelihara komposisi personel dihadapkan dengan perkembangan organisasi yang bersifat dinamis. 23. Lingkup Administrasi Karier. Untuk keseragaman dan tertib administrasi dalam rangka pembinaan karier yang meliputi pendidikan, kepangkatan dan jabatan, perlu disampaikan ketentuan-ketentuan umum yang mampu dijadikan pedoman bagi penyelenggaraan administrasi karier yang meliputi ketiga hal tersebut adalah :

19 19 a. Pendidikan. b. Kepangkatan. c. Jabatan. 24. Pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan dan fungsi yang sangat menentukan dalam membentuk dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki sikap perilaku, ilmu pengetahuan dan keterampilan serta jasmani yang samapta agar mampu melaksanakan tugas pokok sesuai dengan kebutuhan organisasi TNI AD. a. Peranan Pendidikan. 1) Dalam melaksanakan fungsi sebagai kekuatan pertahanan, pendidikan TNI AD berperan membentuk dan mengembangkan peserta didik, sehingga memiliki jiwa juang yang berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan serta memiliki kesegaran jasmani dalam rangka ikut menjamin kelestarian kemerdekaan, kedaulatan serta integritas bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap ancaman dalam berbagai bentuk dan perwujudan baik dari dalam maupun luar negeri. 2) Dalam melaksanakan fungsi sesuai dengan peran TNI, pendidikan TNI AD berperan membentuk dan mengembangkan peserta didik yang merupakan bagian integral dari TNI, mampu berperan sebagai alat negara, turut mendukung stabilitas keamanan, memungkinkan penyelenggaraan pembangunan Nasional, memelihara dan memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sehat dan dinamis berdasarkan Pancasila dan UUD b. Fungsi Pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu sistem dalam pembinaan personel TNI AD juga berfungsi menunjang sistem pertahanan negara khususnya dan sistem tata kehidupan nasional pada umumnya. Adapun fungsi utama pendidikan TNI AD dalam sistem pembinaan prajurit TNI AD adalah meningkatkan potensi calon prajurit dan prajurit TNI AD agar memiliki semangat juang yang dijiwai sapta marga, sumpah prajurit, ilmu pengetahuan dan keterampilan serta kesemaptaan jasmani yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas-tugas TNI AD. c. Hakekat Pendidikan. Hakekat pendidikan adalah usaha sadar untuk membentuk dan mengembangkan personel TNI AD agar memiliki jiwa kejuangan yang tangguh dan kemampuan profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugas TNI AD. Untuk itu upaya pendidikan di lingkungan TNI AD harus senantiasa mengarah kepada terwujudnya keseimbangan antara jiwa juang dengan kemampuan profesi. d. Falsafah Pendidikan. Falsafah pendidikan TNI AD ialah "Dwi Warna Purwa Cendikia Wusana" yang berarti mewujudkan prajurit TNI AD yang mengutamakan sebagai patriot pejuang, mahir dan terampil dalam profesinya sebagai kekuatan pertahanan negara. e. Tuiuan Pendidikan. Tujuan pendidikan TNI AD adalah untuk membentuk dan membekali peserta didik seutuhnya sebagai insan prajurit pejuang yang profesional, mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan sadar akan tanggung jawab serta kewajibannya.

20 20 f. Asas-asas Pendidikan. Asas-asas pendidikan TNI AD adalah prinsip dasar yang benar dan merupakan sumber dari mana dikembangkan pelaksanaan pendidikan TNI AD, yang meliputi: 1) Tuiuan. 2) Kejuangan dan profesionalisme. 3) Daya guna. 4) Dinamik dan kenyal. 5) Keterpaduan. 6) Pengembangan kepribadian. g. Prinsip-prinsip Pendidikan. Merupakan pedoman operasional pendidikan TNI AD yang dimaksudkan untuk memberikan arah bagi upaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat operasional yaitu : 1) Mengutamakan harkat insani. 2) Pengelolaan yang baik. 3) Diatur secara bertingkat dan berlaniut. 4) Bersifat aplikatif dan pengembangan. 5) Keterampilan lewat praktek. 6) Paduan doktrin dan teknik. 7) Bersifat realistik. 8) Tanggung jawab bersama. h. Penggolongan Pendidikan. Pendidikan TNI AD dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. 25. Jabatan. 1) Pendidikan Sekolah. a) Pendidikan pertama (Dikma). b) Pendidikan pembentukan (Diktuk). c) Pendidikan pengembangan umum (Dikbangum). d) Pendidikan pengembangan spesialisasi (Dikbangspes) e) Pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dikiptek). f) Pendidikan peralihan (Dikalih). 2) Pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah diberikan kepada prajurit untuk membekali, memelihara dan meningkatkan pengetahuan/keterampilan tertentu yang diselenggarakan tidak melalui pendidikan sekolah, tetapi melalui penataran, penyuluhan dan penyegaran. Pendidikan luar sekolah dapat dilaksanakan di dalam atau di luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini juga dapat berupa pendidikan dalam satuan yang dilaksanakan oleh kesatuan dalam upaya meningkatkan kemampuan anggota satuan guna mendukung pelaksanaan tugas. a. Pengertian jabatan adalah suatu penugasan kerja yang terdiri dari sekumpulan tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan sesuai tingkat kewenangannya yang mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan tugas.

21 21 b. Golongan jabatan. 1) Golongan jabatan Perwira disusun sebagai berikut : a) Golongan 0 : Jenderal. b) Golongan I : Letjen. c) Golongan II : Mayjen. d) Golongan III : Brigjen. e) Golongan IV : Kolonel. f) Golongan V : Letkol. g) Golongan VI : Mayor. h) Golongan VII : Kapten. i) Golongan VIII : Lettu/Letda j) Golongan IX : Letda 2) Tiap golongan jabatan Perwira dapat dibagi dalam dua sub golongan yaitu : a) Sub golongan A yaitu jabatan pemantapan yang harus dijabat oleh Perwira yang sesuai dengan pangkat dalam golongan jabatan tersebut. Bila diperlukan, jabatan pemantapan dapat dibagi menjadi pemantapan 1 dan pemantapan 2 : (1) Sub golongan A1 yaitu jabatan pemantapan 1 yang harus dijabat oleh Perwira yang sesuai dengan pangkat dalam golongan jabatan tersebut dan telah menjabat dalam jabatan promosi. (2) Sub golongan A2 yaitu jabatan pemantapan 2 yang harus dijabat oleh perwira yang sesuai dengan pangkat dalam golongan jabatan tersebut dan telah menjabat dalam jabatan pemantapan 1 atau menjabat dalam jabatan promosi minimal 2 (dua) kali. b) Sub golongan B yaitu jabatan promosi yang dapat dijabat oleh Perwira yang berpangkat setingkat lebih rendah dari pangkat dalam golongan jabatan tersebut. 3) Golongan jabatan Bintara dan Tamtama tidak disusun dalam tingkatan tertentu, namun disusun dalam kelompok spesialisasi jabatan/penugasan yang disesuaikan dengan kepangkatan berdasarkan tingkat kejuruan dan keterampilan yang dibutuhkan. 4) Penentuan golongan jabatan pada golongan Perwira diatur dalam tataran wewenang dan tanggung jawab. 5) Penyetaraan tingkat, eselon, golongan jabatan diatur secara tersendiri. c. Faktor Pertimbangan. Faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penugasan prajurit adalah sebagai berikut :

22 22 1) Kualifikasi yang dituntut dalam setiap jabatan. 2) Prestasi kerja dan potensi. 3) Kualitas perorangan dengan memperhatikan bakat, minat dan ciri pribadi. 4) Pengalaman jabatan/penugasan. 5) Pendidikan dan latihan. 6) Senioritas tanpa mengorbankan kualitas. 7) Ketentuan Masa Dinas Perwira (MDP) minimal untuk jabatan promosi yaitu : a) Golongan II ke atas disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. b) Golongan III/Bintang satu : 26 tahun c) Golongan IV/Kolonel : 20 tahun 6 bulan. d) Golongan V/Letkol : 15 tahun 6 bulan. e) Golongan VI/Mayor : 11 tahun 6 bulan. f) Golongan VII/Kapten : 6 tahun 6 bulan. 8) Untuk Perwira menggunakan pola karir dan giliran penugasan/giliran daerah penugasan. 9) Untuk Bintara dan Tamtama perlu dipertimbangkan tingkat kejuruan, keterampilan dan kepangkatan yang dipersyaratkan oleh tugas/pekerjaan tersebut. 10) Untuk prajurit wanita mempertimbangkan kodrat, harkat dan martabat kewanitaan Indonesia. d. Status Jabatan. Dalam menduduki jabatan struktural dan fungsional pada TOP/DSP status jabatan terdiri dari pejabat penuh, pemangku sementara (Ps), pengganti sementara (Pgs) dan wakil sementara (Ws). 1) Pejabat Penuh. Bila yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk diangkat dalam jabatan tersebut. 2) Pemangku sementara (Ps). Bila yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk diangkat dalam jabatan tersebut tetapi belum memenuhi persyaratan MDP minimal. Status jabatan pemangku sementara (Ps) paling lama satu tahun, kemudian ditinjau kembali untuk ditentukan statusnya dengan kemungkinan sebagai berikut : a) Diangkat sebagai pejabat penuh dalam jabatan tersebut. b) Diangkat kembali sebagai pemangku sementara (Ps) dalam jabatan yang lain. c) Diangkat dalam jabatan lain. 3) Pengganti sementara (Pgs). Bila pejabat definitif belum ada dan atau dalam proses pengangkatan dalam jabatan. 4) Wakil sementara (Ws). Bila pejabat definitif belum diangkat atau berhalangan melaksanakan jabatannya, sedangkan wakil tetap atau yang setingkat tidak terdapat dalam struktur organisasi, belum diangkat atau berhalangan dalam melaksanakan jabatannya.

23 23 e. Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan. 1) Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan dilakukan terhadap prajurit yang melaksanakan penugasan tetap dalam status pejabat penuh dan pemangku sementara (Ps). 2) Pemberhentian dari jabatan dilakukan bila prajurit tersebut : a) Dipisahkan dari dinas keprajuritan. b) Diperlukan pada jabatan yang lain. c) Tidak dapat melaksanakan tugas selama sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan berturut-turut. 3) Pengangkatan dalam jabatan dilakukan karena prajurit yang bersangkutan diperlukan dalam jabatan tersebut yang disesuaikan dengan pola pembinaan karir yang berlaku, baik untuk kepentingan organisasi maupun bagi pengembangan karirnya. 4) Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tataran, wewenang dan tanggung jawab. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepastian hukum atas kedudukan seorang prajurit, dikaitkan dengan kewajiban, hak, wewenang dan tanggung jawab. 5) Prajurit yang diangkat pada suatu jabatan tertentu yang memerlukan sumpah jabatan, diharuskan mengucapkan sumpah/janji jabatan menurut ketentuan yang berlaku. f. Pemberhentian Sementara dari Jabatan. 1) Sebab-sebab pemberhentian sementara dari jabatan : a) Untuk kepentingan kedinasan atau disiplin, karena yang bersangkutan diduga melakukan perbuatan yang merugikan/dapat merugikan TNI. b) Yang bersangkutan berada dalam penahanan yustisial. c) Yang bersangkutan sedang menjalani hukuman penjara atau hukuman kurungan serendah-rendahnya satu bulan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 2) Pembatalan pemberhentian sementara terhadap prajurit yang diduga melakukan perbuatan merugikan/dapat merugikan TNI atau berada dalam yustisial, apabila yang bersangkutan : a) Berdasarkan keputusan Hakim tidak bersalah. b) Berdasarkan keputusan pengadilan dinyatakan dibebaskan dari segala dakwaan/tuntutan.

24 24 3) Pencabutan pemberhentian sementara dari jabatan apabila : a) Telah dijatuhi hukuman disiplin karena terbukti melakukan tindakan merugikan/dapat merugikan TNI. b) Telah selesai menjalani hukuman penjara/kurungan. 4) Tindak lanjut dari pencabutan pemberhentian sementara dari jabatan dapat berupa : a) Diberhentikan dari dinas keprajuritan untuk kepentingan dinas. b) Diangkat kembali dalam suatu jabatan karena tenaganya dibutuhkan organisasi dan yang bersangkutan dapat diperbaiki/ memperbaiki diri. c) Dilanjutkan perpanjangan pemberhentian sementara dari jabatan untuk kepentingan yustisial, apabila yang bersangkutan tidak diberhentikan dari dinas keprajuritan. 5) Pembatalan atau pencabutkan dari pemberhentian sementara dari jabatan dilakukan penilaian yang dilakukan oleh Ankum atau Papera sekurang-kurangnya enam bulan setelah pemberhentian/dilanjutkan perpanjangan pemberhentian sementara dari jabatan. 6) Pengangkatan kembali dalam jabatan tidak harus pada jabatan yang dipangku waktu diberhentikan sementara dari jabatannya. 7) Pemberhentian sementara dari jabatan, pembatalan, pencabutan dan pengangkatan kembali dalam jabatan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan. g. Wewenang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan. 1) Panglima TNI dan Kasad oleh Presiden. 2) Golongan jabatan Pati oleh Panglima TNI. 3) Golongan jabatan Pamen oleh Kasad. 4) Golongan jabatan Pama oleh Kasad didelegasikan kepada PDW, kecuali bagi yang pindah kesatuan antar Kotama/Balakpus dan pengangkatan dalam jabatan pertama sebagai perwira oleh Kasad. 26. Kepangkatan. Pada hakekatnya pangkat adalah keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam hirarki keprajuritan yang didasarkan atas kualifikasi yang telah dimiliki seorang prajurit. Sebagai bagian dari pembinaan karir, pangkat berkaitan langsung dengan pemberian jabatan, sehingga pangkat harus mampu menunjang tegaknya wewenang dan tanggung jawab jabatan yang diberikan kepada yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengaturan kepangkatan dan penugasan prajurit harus merupakan suatu kebulatan yang utuh dalam rangka pembinaan karir. a. Sifat Pangkat. Pangkat TNI dibedakan menurut sifat, cara pemberian dan berlakunya sebagai berikut :

25 25 1) Pangkat Efektif. Pangkat efektif diberikan kepada prajurit selama menjalani dinas keprajuritan dan membawa akibat administrasi penuh. 2) Pangkat yang bersifat lokal (pangkat lokal). Pangkat lokal diberikan untuk sementara kepada prajurit yang menjalankan tugas jabatan yang sifatnya sementara dan memerlukan pangkat yang lebih tinggi dari pangkat yang disandangnya, guna keabsahan pelaksanaan tugas jabatan tersebut dan tidak membawa akibat administrasi. 3) Pangkat yang bersifat Tituler (Pangkat Tituler). Pangkat Tituler berikan untuk sementara kepada warga negara Indonesia yang diperlukan dan bersedia untuk menjalankan tugas jabatan keprajuritan tertentu di lingkungan TNI, berlaku selama memangku jabatan keprajuritan tersebut dan membawa akibat administrasi terbatas. b. Kepangkatan prajurit. Kepangkatan prajurit TNI digolongkan menurut tingkatan dan mempunyai ciri yang khas sehingga dapat membedakan tingkat kewenangan dan tanggung jawab. Kepangkatan prajurit digolongkan atas perwira tinggi, perwira menengah, perwira pertama, bintara tinggi, bintara dan tamtama. c. Kenaikan Pangkat. Kenaikan pangkat berlaku sebagai penghargaan atau anugerah dari negara atas pengabdian seorang prajurit, yang diberlakukan atas dasar jabatan yang dipangkunya dengan masa penilaian tertentu. Kenaikan pangkat bagi prajurit TNI dimaksudkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan organisasi pada tingkat kepangkatan tertentu sesuai jabatan dan bidang tugas yang dipersyaratkan, dengan memperhatikan komposisi personel, daftar susunan personel dan penilaian pekerjaan secara hirarki. d. Pemberian pangkat. Pemberian pangkat dilaksanakan pada tingkatan pangkat tertentu yang diberikan atas dasar kebutuhan organisasi baik yang bersifat sementara maupun dalam kurun waktu tertentu. Kewenangan pemberian pangkat ditetapkan oleh pejabat yang ditunjuk. Sesuai dengan tujuannya pemberian pangkat dibedakan dalam pemberian pangkat lokal dan pemberian pangkat tituler. BAB VI SIDANG PANKAR 27. Umum. Pembinaan kepangkatan berkaitan langsung dengan pemberian jabatan,sehingga pangkat dapat menunjang tegaknya wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepada yang bersangkutan. Peraturan kepangkatan dan penugasan prajurit harus merupakan suatu kebulatan yang utuh dalam satu sistem pembinaan karier. 28. Wewenang Kenaikan Pangkat Bintara/Tamtama. a. Kenaikan pangkat Reguler.

26 26 1) Kenaikan pangkat ke Pratu, Praka, Koptu, Kopka, dan kenaikan pangkat ke Sertu, Serka dan ke Peltu oleh Kasad dan pelaksanaannya didelegasikan kepada Pemangku Delegasi Wewenang (PDW) 2) Kenaikan pangkat ke Kopda, Serma dan Ke Pelda oleh Kasad dan pelaksanaannya didelegasikan kepada Dirajenad. 3) Kenaikan pangkat Bintara dan Tamtama yang bertugas di luar jajaran TNI AD ada pada Kasad dan pelaksanaannya didelegasikan kepada Dirajenad. b. Kenaikan Pangkat Khusus 1) KPMT/KMPTA dan KPLB/KPLBA. Oleh Panglima TNI dengan surat keputusan. 2) Kenaikan pangkat penghargaan (KPH) a) Kenaikan pangkat penghargaan (KPH) Peltu ke Pelda oleh Kasad dan pelaksanaannya didelegasikan kepada Aspers Kasad. b) Kenaikan pangkat penghargaan (KPH) Bintara dan Tamtama oleh Kasad dan pelaksanaannya didelegasikan kepada Pemangku Delegasi Wewenang (PDW), kecuali Kenaikan pangkat penghargaan ke Kopda, Serda, Serma dan Pelda pelaksanaannya didelegasikan kepada Dirajenad atas nama Kasad. c) Kenaikan pangkat penghargaan (KPH) Bintara dan Tamtama yang bertugas di luar jajaran TNI AD oleh Kasad dan pelaksanaannya didelegasikan kepada Dirajenad. c. Kenaikan pangkat khusus penyandang cacat. Wewenang penyelesaian kenaikan pangkat khusus penyandang cacat korban penugasan di daerah rawan konflik dilaksanakan oleh Dirajenad atas nama Kasad. 29. Organisasi Pelaksana Kenaikan Pangkat Perwira. Organisasi pelaksana kegiatan administrasi pembinaan karier Perwira di lingkungan TNI AD diatur sebagai berikut : Panitia pertimbangan karier ( Pankar ) tingkat satuan. Panitia pertimbangan karier (Pankar) tingkat satuan untuk kenaikan pangkat ke Lettu sampai dengan Letkol sebagai usulan dalam sidang Pankar tingkat Kotama/Balakpus, dengan susunan kepanitiaan sebagai berikut : a. Ketua : Dan/Ka satuan. b. Anggota : Pejabat di lingkungan satuan dan pejabat lain sesuai dengan kebutuhan. 30. Organisasi Pelaksana Kenaikan Pangkat Bintara/Tamtama. Organisasi penyelenggaraan untuk kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat khusus (kecuali KPMT/KPMTA dan KPLB/KPLBA) a. Organisasi panitia kepangkatan pusat (Pankatpus)

27 27 1) Penanggung jawab : Dirajenad 2) Ketua : Wadirajenad 3) Wakil Ketua : Kasubditbinminperspra Ditajenad 4) Sekretaris : Kabagbinkar Ba/Ta Subditbinminperspra Ditajenad 5) Anggota : a) Irdam/Irpers Itjenad b) Pabandya 2/Pam Ba/Ta Paban II/Pampers Spamad c) Pabandya 1/Ogr Paban III/Binorg Sopsad d) Pabandya 2/Jabkat Paban III/Binkar Spersad e) Pabandya 2/Kompers Paban I/Ren Spersad f) Satu atau lebih pejabat yang diperlukan kehadirannya. b. Organisasi panitia kepangkatan daerah (Pankatda) 1) Untuk tingkat Kostrad/Kodam/Kopassus. a) Penanggung jawab : Pang/Danjen b) Ketua : Kaajen c) Sekretaris : Kasiminperspra d) Anggota : (1) Pabandya Binkar Spers (2) Pabandya Pam Sintel (3) Irdaum Itdam/It Kostrad (4) Satu atau lebih pejabat yang diperlukan kehadirannya. 2) Untuk tingkat Itjenad/Denma Mabesad terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota sebagai berikut: a) Penanggung jawab : Ir/Dan b) Ketua : Irdapers/Wadan c) Sekretaris : Pabandya IV Urdal/ Kasipers d) Anggota : (1) Kasipam (2) Katuud Suad (3) Satu atau lebih pejabat yang diperlukan kehadirannya. 3) Untuk tingkat Balakpus terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota sebagai berikut : a) Penanggung jawab : Dan/Dir/Ka b) Ketua : Ses/Sekdit/Sekdis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Sumber daya

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen. RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 LAPORAN KEKUATAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Tata cara laporan

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran pada pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran pada pendidikan dasar kecabangan Ajen. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN PEMBINAAN PERSONEL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Manusia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 2009 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA I. UMUM TNI merupakan suatu profesi Warga Negara yang mengaktualisasikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan

Lebih terperinci

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CAJ WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1959 TENTANG PENGANGKATAN DALAM JABATAN, PEMBERHENTIAN-PEMBERHENTIAN SEMENTARA SERTA PERNYATAAN NON AKTIF DARI JABATAN DINAS TENTARA BAGI MILITER

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/55; TLN NO. 3041 Tentang: POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Indeks: ADMINISTRASI.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa pangkat-pangkat militer efektif

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tersedianya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tersedianya sumber daya manusia (yang selanjutnya disebut personel) yang handal, menempatkan Perwira

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace No. 3402 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 9) TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1981 Tanggal 5 Oktober

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1981 TENTANG PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN,

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG ALOKASI PASIS DIKREG SESKOAD GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN ORGANISASI TNI AD BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN TENTANG ALOKASI PASIS DIKREG SESKOAD GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN ORGANISASI TNI AD BAB I PENDAHULUAN KAJIAN TENTANG ALOKASI PASIS DIKREG SESKOAD GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN ORGANISASI TNI AD BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Seskoad merupakan lembaga pendidikan pengembangan umum (Dikbangum) tertinggi di TNI AD

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : SE / 15 / III / tentang

SURAT EDARAN Nomor : SE / 15 / III / tentang SURAT EDARAN Nomor : SE / 15 / III / 2012 tentang PEMBUATAN DAN PENGIRIMAN LAPORAN PERSONEL (BENTUK KU-102) MENURUT DAFTAR PEMBAYARAN PENGHASILAN (DPP) DI LINGKUNGAN ANGKATAN DARAT 1. Dasar : a. Surat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Kepegawaian. Administrasi. Tataran. Wewenang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Kepegawaian. Administrasi. Tataran. Wewenang. No.130, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Kepegawaian. Administrasi. Tataran. Wewenang. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG TATARAN WEWENANG BIDANG ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1086, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Administrasi Kepegawaian. Wewenang. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG TATARAN WEWENANG BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisia

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisia No. 947, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Kepangkatan Anggota. Administrasi. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta No.1957, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Jabatan ASN. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : SE/ 07 / II / tentang

SURAT EDARAN Nomor : SE/ 07 / II / tentang MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT KEUANGAN SURAT EDARAN Nomor : SE/ 07 / II / 2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PRAJURIT DAN PNS DI LINGKUNGAN ANGKATAN DARAT 1. Dasar : a. Peraturan

Lebih terperinci

Lampiran. Gambar 1. Foto Jenderal Abdul Haris Nasution. Sumber:

Lampiran. Gambar 1. Foto Jenderal Abdul Haris Nasution. Sumber: 108 Lampiran Gambar 1. Sumber: www.google.com Foto Abdul Haris Nasution 109 Gambar 2 Foto Nasution saat sebagai siswa di Sekolah Raja (HIK) di Bukit Tinggi 1934 Sumber: TIM PDAT, Stanley Adi Prasetyo dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR TAHUN 0 TENTANG TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PNS UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1959 TENTANG PENGANGKATAN DALAM JABATAN, PEMBERHENTIAN, PEMBERHENTIAN SEMENTARA SERTA PERNYATAAN NON-AKTIF DARI JABATAN DALAM DINAS TENTARA BAGI MILITER SUKARELA. PRESIDEN,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka usaha melaksanakan pembinaan

Lebih terperinci

TUGAS BAGIAN PENETAPAN SUBDITBINMINPERSPRA

TUGAS BAGIAN PENETAPAN SUBDITBINMINPERSPRA DIREKTORAT AJUDAN JENDERAL ANGKATAN DARAT SUBDITBINMINPERSPRA TUGAS BAGIAN PENETAPAN SUBDITBINMINPERSPRA 1. Tugas pokok. Tugas pokok Kepala Bagian Penetapan adalah membantu Kasubditbinminperspra dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kepegawaian. Kenaikan Pangkat. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG KENAIKAN PANGKAT BAGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga kedaulatan Negara yang bertugas untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan keamanan serta kedaulatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KARIER PERWIRA TNI AD YANG KOMPREHENSIF DENGAN MEMPERHATIKAN PENGABDIAN SECARA OBYEKTIF BAB I PENDAHULUAN

PEMBINAAN KARIER PERWIRA TNI AD YANG KOMPREHENSIF DENGAN MEMPERHATIKAN PENGABDIAN SECARA OBYEKTIF BAB I PENDAHULUAN PEMBINAAN KARIER PERWIRA TNI AD YANG KOMPREHENSIF DENGAN MEMPERHATIKAN PENGABDIAN SECARA OBYEKTIF 1. Umum. BAB I PENDAHULUAN a. Implikasi perkembangan lingkungan global saat ini menghadirkan keberagaman

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. No.726, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR NO PETUNJUK INDUK PEMBINAAN PERSONEL DAN TENAGA MANUSIA TENTARA NASIONAL INDONESIA

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR NO PETUNJUK INDUK PEMBINAAN PERSONEL DAN TENAGA MANUSIA TENTARA NASIONAL INDONESIA TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR NO. 101.04-171002 PETUNJUK INDUK PEMBINAAN PERSONEL DAN TENAGA MANUSIA TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR PERPANG/45/VII/2008

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER BAGIAN PENELITIAN LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN TENTANG PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT JAKARTA 2016 1 PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT, PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA, SERTA HAK JABATAN FUNGSIONAL JAKSA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa perlu diadakan penyempurnaan dari ketentuan hukum mengenai

Lebih terperinci

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1847, 2015 KEMENHAN. Pegawai. Diklat. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.323, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Badan Pertimbangan. Jabatan. Kepangkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG BADAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PENGHASILAN ANGGAUTA ANGKATAN DARAT, ANGKATAN LAUT DAN ANGKATAN UDARA DI PROPINSI IRIAN BARAT PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973 KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973 Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa sesuai dengan integrasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 196, 2000 KEPEGAWAIAN.PANGKAT.Pegawai Negeri Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010

Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PNS BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Pegawai

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1246, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lembaga Pertahanan nasional, disingkat Lemhannas, yang didirikan

Lebih terperinci

RAHASIA PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / / 2010 Tanggal 2010 PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pemisahan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Kementerian Riset dan Teknologi sebagai instansi pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi utama Merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang riset berusaha

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT, PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA, SERTA HAK JABATAN FUNGSIONAL JAKSA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, . PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 257) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RUU RI TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Sumber : http://www.dpr.go.id/uu/delbills/ruu_ruu_tentang_aparatur_sipil_negara.pdf RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG APARATUR SIPIL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN, Menimbang : 1. bahwa perlu diadakan penyempurnaan dari ketentuan hukum mengenai kedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

BAB II DISKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 8 BAB II DISKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 2.1. Sejarah Inspektorat Jenderal TNI 2.1.1. Struktur Organisasi Organisasi Inspektorat Jenderal Tentara Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER I. UMUM Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, lahir dari

Lebih terperinci

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang. PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba No.77, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Tunjangan Pengamanan Persandian. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 2.1. Sejarah Inspektorat Jenderal TNI Satuan kerja Inspektorat Jenderal Tentara Nasional Indonsia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci