LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN"

Transkripsi

1 SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER BAGIAN PENELITIAN LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN TENTANG PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT JAKARTA 2016

2 1 PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT 1. Umum BAB I PENDAHULUAN a. Ubi Societas Ibi Ius, dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Ungkapan ini hendak menggambarkan bahwa ada kalanya di dalam masyarakat tertentu memiliki aturan hukum yang bersifat khusus. Pada masyarakat militer, memiliki aturan hukum yang khas bersifat khusus, yaitu hukum militer. Salah satu hukum yang bersifat khusus, dan berlaku di masyarakat militer, disamping hukum disiplin militer dan hukum pidana militer, adalah hukum administrasi militer. b. Pembinaan dan penegakan hukum, khususnya hukum disiplin dan juga hukum administrasi, merupakan fungsi komandan atau pimpinan satuan. Konsep inilah yang melahirkan prinsip atau asas hukum fungsi komando. Hukum sebagai fungsi komando, mempunyai makna bahwa pembinaan dan penegakan hukum menjadi tanggung jawab Komandan Satuan. Oleh karena itu, Komandan Satuan mempunyai peranan sentral terkait dengan aspek hukum di Satuannya, yaitu sebagai Pembina Hukum dan sekaligus sebagai Penegak Hukum di Satuan. Sebagai Pembina hukum di satuan, Komandan Satuan harus menumbuhkan pemahaman hukum di satuan sehingga tumbuh kesadaran dan kepatuhan hukum yang tinggi. Pada sisi yang lain, Komandan Satuan juga wajib menegakkan hukum manakala terjadi pelanggaran hukum di satuan. Penegakan hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembinaan hukum. Oleh karena itu, Komandan Satuan tidak boleh membiarkan atau tidak mengambil tindakan/hukuman terhadap anggotanya yang melanggar hukum. c. Disadari bahwa fungsi pembinaan dan penegakan hukum oleh Komandan Satuan telah berjalan relatif baik. Namun, juga disadari bahwa masih terjadi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sebagian Prajurit TNI AD, sehingga aspek pembinaan dan penegakan hukum masih perlu ditingkatkan. Komandan

3 2 Satuan dapat meminta bantuan atau koordinasi dengan Satuan Hukum TNI AD, dan sebaliknya Satuan Hukum sesuai tugas dan fungsinya memberikan bantuan dan dukungan hukum bagi satuan-satuan jajaran TNI AD. Satuan hukum di tingkat pusat dalam hal ini Ditkumad bertugas membantu Kasad dalam pembinaan hukum dan penegakan hukum, begitu pula Satuan Hukum di Kotama, bertugas membantu Pangkotama dalam pembinaan dan penegakan hukum di Kotama. Namun, titik sentral dan sekaligus tanggung jawab pembinaan dan penegakan hukum ada pada Komandan Satuan. d. Pelanggaran hukum yang masih sering dilakukan oleh Prajurit adalah pelanggaran hukum di bidang hukum disiplin dan pelanggaran hukum pidana. Pelanggaran terhadap tatanan norma disiplin bersanksi hukuman disiplin dan ditegakkan melalui mekanisme hukum disiplin oleh Komandan Satuan selaku Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM). Pelanggaran norma hukum pidana, diproses dan ditegakkan melalui mekanisme hukum acara pidana, dengan diawali penegakannya oleh Komandan Satuan untuk melakukan Penyidikan atau menyerahkan Penyidikan kepada Penyidik Polisi Militer, untuk selanjutnya diproses melalui Peradilan Militer. e. Penjatuhan sanksi hukum disiplin oleh Komandan Satuan selaku ANKUM dan penjatuhan sanksi (vonis) pidana oleh Pengadilan, secara administrasi belum memberikan rasa keadilan khususnya terkait dengan pembinaan karir Prajurit yang bersangkutan dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak melakukan pelanggaran hukum (disiplin dan/ atau pidana). Untuk memberikan keadilan bagi Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit yang tidak pernah melanggar hukum, maka Prajurit pelanggar hukum perlu diberikan sanksi administrasi setelah menjalankan sanksi hukum disiplin atau sanksi hukum pidana. f. Penerapan sanksi administrasi bagi Prajurit pelanggar hukum, selain untuk memberikan keadilan dalam pembinaan karir, sekaligus untuk memberikan kepastian dalam perlakuan dan pembinaan karir Prajurit pelanggar hukum yang bersangkutan. Kepala Staf Angkatan Darat telah menerbitkan Peraturan Kasad Nomor: Perkasad/1/II/2009 tanggal 5 Februari 2009 tentang Sanksi Administratif

4 3 Bagi Prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran. Namun, dalam pelaksanaan masih dijumpai adanya beberapa penerapan yang belum/tidak sesuai dengan peraturan dimaksud. Oleh karena itu, dalam Rabiniscabkum TA 2012 perlu diadakan pembahasan khusus terkait dengan penerapan sanksi administrasi. 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi di lapangan mengenai pemahaman satuan lapangan di jajaran TNI AD, terhadap sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Kasad Nomor: Perkasad/1/II/2009 tanggal 5 Februari 2009 tentang Sanksi Administratif Bagi Prajurit TNI AD dilaksanakan di satuan-satuan, dan sekaligus mengidentifikasi apa saja penyimpangan atau ketidaktepatan dalam penerapannya. b. Tujuan. Untuk penyempurnaan pada masa mendatang agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan sehingga tidak merugikan bagi Prajurit pelanggar hukum yang bersangkutan dan sekaligus memberikan keadilan dan kepastian perlakuan baik pada yang bersangkutan maupun bagi Prajurit lainnya. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup bahasan dibatasi pada sanksi administrasi yang terkait dengan pelanggaran hukum baik disiplin maupun pidana yang telah dijatuhi sanksi di bidang hukum disiplin dan sanksi pidana. Tata urut disusun sbb: a. Pendahuluan b. Latar Belakang Pemikiran c. Kondisi Obyektif Penerapan Sanksi Administrasi d. Analisis Penerapan Sanksi Administrasi e. Penutup

5 4 4. Metode dan Pendekatan a. Metode. Penulisan makalah tentang penerapan sanksi administrasi bagi Prajurit TNI AD Pelanggar Hukum ini menggunakan metode analisis berdasarkan norma hukum dihadapkan dengan kondisi nyata dalam penerapan di lapangan kemudian diambil satu kesimpulan dan saran perbaikan. b. Pendekatan. Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan pragmatis empiris yaitu bentuk pendekatan yang berdasarkan pada pengalaman dan bersifat praktis dengan tidak mengabaikan output pelaksanaan sosialisasi di lapangan. 5. Dasar Hukum a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b. Undang-undang No. 25 Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin Militer. c. Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia e. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI. h. Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/ 75 / II / 2016 tanggal 1 Februari 2016 tentang Sanksi Administrasi bagi Militer di Lingkungan TNI Aangkatan Darat yang melakukan Pelanggaran.

6 5 BAB II PRINSIP DASAR SANKSI ADMINISTRASI 6. Umum. Pemberian sanksi administrasi didasarkan pada prinsip atau asasasas hukum yang jelas dan adil. Pemberian sanksi administrasi pada hakikatnya untuk memberikan keadilan dalam aspek pembinaan karir pada tataran pelanggar hukum di hadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak melakukan pelanggaran hukum, dan sekaligus memberikan kepastian perlakuan bagi Prajurit pelanggar hukum agar tidak diperlakukan tanpa batas waktu yang jelas sebagai pelanggar hukum. 7. Penerapan Sanksi Administrasi sesuai dengan asas-asas hukum yang adil. a. Azas Mendidik. Penjatuhan sanksi administratif bersifat mendidik dengan memperhatikan dan mempertimbangkan manfaat serta akibat yang dapat dirasakan langsung baik untuk kepentingan prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran maupun kepentingan organisasi dalam menggunakan/memanfaatkan potensi prajurit TNI AD yang bersangkutan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki sebagai pengawak organisasi secara vertikal maupun horizontal. b. Azas Keterbukaan. Pelaksanaan penjatuhan sanksi administratif mulai tahap pembahasan,keputusan dan pelaksanaan sanksi administratif dilaksanakan dengan penuh ketrbukaan dimana semua unsur terkait yang dilibatkan secara fungsional harus dapat bertukar pendapat secara jujur berdasarkan fakta dan kenyataan yang ada sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. c. Azas Keseimbangan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran akan dijatuhi sanksi administratif sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan dan sanksi administratif yang dijatuhkan akan berpengaruh terhadap pembinaan personel yang bersangkutan.

7 6 d. Azas Legalitas. Sanksi administratif merupakan aturan dasar yang tertulis dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta akan menjadi dokumen bagi prajurit yang melakukan pelanggaran untuk menunda anggota yang bersangkutan mengikuti pendidikan, usul jabatan dan usul kenaikan pangkat. e. Azas Keadilan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran perlu diberikan sanksi administratif, sehingga dapat memberikan rasa keadilan bagi personel yang lain dalam pembinaan karier selanjutnya. f. Azas Kesetaraan dan Kesamaan. Setiap prajurit yang melakukan pelanggaran akan diberikan sanksi administratif tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. 8. Penerapan sanksi administrasi untuk memberikan keadilan. Penerapan sanksi administrasi terhadap Prajurit pelanggar hukum baik disiplin maupun pidana adalah untuk memberikan keadilan, yaitu keadilan pada tataran Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum. Aspek keadilan didasarkan pada pemikiran bahwa Prajurit pelanggar hukum harus diberikan perlakuan pembinaan karir yang tidak sama dengan Prajurit yang tidak melanggar hukum (secara proporsinal ditunda dengan kurun waktu tertentu), terlebih jika dihadapkan dengan Prajurit yang berprestasi. Maka, Prajurit pelanggar hukum harus diberikan sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat, atau penundaan penempatan dalam jabatan, atau penundaan dalam pendidikan, dengan kurun waktu penundaan secara proporsional. Ketiadaan sanksi administrasi yang mengikuti sanksi hukum disiplin dan sanksi pidana, dapat memberikan ketidakadilan bagi Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran. Sebab, apabila tidak diberikan sanksi administrasi, dengan selesainya menjalani sanksi disiplin dan/ atau sanksi pidana maka Prajurit pelanggar hukum dimungkinan dapat naik pangkat atau menduduki jabatan atau melaksanakan

8 7 pendidikan bersama-sama, atau bahkan dimungkinkan mendahului Prajurit seangkatannya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum. Dalam kerangka keadilan inilah sanksi administrasi dijatuhkan setelah Prajurit pelanggaran hukum menjalani sanksi disiplin atau sanksi pidana. 9. Penerapan sanksi administrasi untuk memberikan kepastian Pembinaan Karir. Penerapan sanksi administrasi dimaksudkan untuk memberikan kepastian hak dan sekaligus kepastian pembinaan karir bagi Prajurit pelanggar hukum. Pada masa lalu, ketika belum diterbitkan Peraturan Kasad tentang Penerapan Sanksi Administrasi, para Prajurit yang melanggar hukum, meskipun telah dijatuhi sanksi hukum disiplin oleh ANKUM atau sanksi pidana oleh Pengadilan, Prajurit yang bersangkutan dalam pembinaan karir perlakuannya sangat bervariasi, sehingga tidak ada kepastian. Ada perlakuan yang ekstrim dengan tidak memberikan kepastian pembinaan karir yaitu tidak mengusulkan kenaikan pangkat, jabatan promosi dan pendidikan tanpa batasan waktu yang pasti. Prajurit pelanggar hukum, seolah-olah diberikan Cap Jahat atau Cap pelanggar Hukum terus melekat tanpa batas waktu. Dengan diterapkan sanksi administrasi yang diatur secara jelas mengenai penggolongan pelanggaran dan sanksinya dengan batas waktu yang jelas secara proporsional, maka akan ada kepastian bahwa setelah sanksi administrasi dijalankan, maka secara administrasi kepastian pembinaan karir selanjutnya menjadi jelas.

9 8 10. Umum BAB III KONDISI OBYEKTIF PEMAHAMAN DAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI SATUAN TNI AD Sanksi administrasi bagi Prajurit yang melakukan pelanggaran hukum, secara tegas telah diatur di dalam Keputusan Kasad nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Februari Bagaimana kondisi di kesatuan-kesataun Angkatan Darat, terkait dengan pemahaman, pelaksanaan dan implementasi aturan sanksi administrasi, dapat diketahui dari hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan sample beberapa Kodam, yaitu Kodam IM, Kodam I/BB, Kodam IV/Dip, dan Kodam VI/Mlw secara random. Penelitian didasarkan pada pandangan atau pendapat Ankum terkait dengan pelaksanaan dan pemahaman tentang sanksi administrasi. 11. Pemahaman mengenai Sanksi Administrasi. Pemahaman suatu tataran norma menjadi sangat openting dan menentukan keberhasilan dari yang dikehendaki suatu norma yang telah ditetapkan. Tak terkecuali norma aturan sanksi administrasi di lingkungan Angkatan darat. Pemahaman para pemangkju kepentingan, khususnya para Komandan Satuan, dan para pejabat personalia dan pejabat pengamananan satuan pada umumnya, terhadap sanksi administrasi dapat dilihat dari data penelitian sebagai berikut. a. Gambaran umum pemahaman para Ankum responden terhadap Sanksi Administrasi. 1) Masa dinas Ankum. Masa dinas Ankum memiliki korelasi dalam memahami tugasnya sebagai Ankum dalam menegakkan hukum, khususnya dalam menerapkan sanksi administrasi. Masa dinas Ankum sebagai responden dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel 1 sbb:

10 9 Tabel 1 : Masa dinas Ankum : No Masa Dinas Jumlah % Ket 1 15 th 20 th >20 th 25 th >25 th 30 th >30 th - - Jumlah Pada umumnya Ankum telah memiliki pengalaman masa dinas yang mencukupi, yaitu berkisar antara 20 tahun sampai dengan 25 tahun 64%, dan di atas 50 tahun sampai dengan 30 tahun 36%. 2) Lamanya menjadi Ankum. Pemahaman bidang tugas dipengaruhi oleh lamanya seseorang pejabat memangku jabatan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui bagaimana pemahaman Ankum tentang tugasnya membina dan menegakkan norma hukum administrasi perlu diketahui berapa lama Ankum memangku jabatan. Lamanya menjadi ankum dapat dilihat dalam tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2: Lamanya jabatan sebagai Ankum : No Lamanya menjadi Jumlah % Ket Ankum 1 1th- 2 th >2th 3 th - 3 >3 th 4 th - 4 >4 th - Jumlah Masa jabatan Ankum atau lamanya Ankum menyandang jabatan, yang pernah menjatuhkan sanksi administrasi adalah antara 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun, yaitu 100%. 3) Pengalaman Ankum menjatuhkan Sanksi Administrasi

11 10 Tingkat pemahaman suatu aturan, dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, termasuk bagi seorang pejabat yang memiliki kewenangan tertentu. Ankum yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab membina dan menegakkan hukum administrasi militer, akan dipengaruhi oleh pemngalamannya. Pengalaman Ankum dalam menjatuhkan sanksi administrasi, dapat diketahui dalam tabel 3, sebagai beikut: Tabel 3: Pengalaman Ankum menjatuhkan Sanksi Administrasi : No Pengalaman Ankum Jumlah % Ket Menjatuhkan Sanksi Administrasi 1 Belum Pernah Pernah satu kali Pernah lebih dari satu kali 4 Sering kali - Jumlah Pengalaman Ankum menjatuhkan sanksi administrasi, bervariasi: Ankum yang belum pernah menjatuhkan sanksi administrasi 57%, yang baru satu kali menjatuhkan sanksi administrasi 7%, dan yang sudah menjatuhkan sanksi administrasi lebih dari satu kali 36%, b. Pendapat Ankum mengenai Sanksi Administrasi sebagai sanksi lanjutan dari Kepkumplin dan Putusan Pengadilan: Ankum, Untuk mengetahui dan memberikan gambaran bagaimana pandangan apakah Ankum setuju atau tidak setuju, bahwa penjatuhan sanksi hukum disiplin dan sanksi pidana perlu diberikan sanksi lanjutan berupa sanksi administrasi. Para Ankum responden memberikan gambaran dalam tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5: Pendapat Ankum SA sebagai kelanjutan Sanksi Pidana dan Sanksi Disiplin. No Pendapat Ankum ttg SA Jumlah Prosen Ket 1 Setuju Tidak Setuju 3 7

12 11 3 Cukup Sanksi Pidana 3 7 dan Disiplin 4 Tidak tahu - - Jumlah Pada umumnya Ankum berpendapat bahwa penjatuhan sanksi disiplin militer yang telah dijatuhkan oleh Ankum dengan Skepkumplin, maupun sanksi pidana yang diputus oleh Hakim dalam proses Penradilan Militer, perlu ditambah dengan sanksi administrasi. Responden Ankum menyatakan setuju 86%, yang berpendapat tidak setuju 7%, dan berpendapat cukup dengan sanksi disiplin militer atau sanksi pidana, tidak perlu sanksi administrasi 7%. 12. Penerapan Sanksi Administrasi di Jajaran Kesatuan TNI AD. a. Secara umum sanksi administrasi sudah diterapkan di satuan-satuan Angkatan Darat. Berdasarkan fakta di lapangan, sanksi administrasi Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Keputusan: Kep/75/II / 2016 tanggal 1 Februari 2015 secara umum sudah diterapkan. Diperoleh gambaran dalam penelitian, antara lain hal-hal sebagai berikut: Penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum di satuan, menjadi wewenang dan tanggung jawab komandan satuan atau Ankum. Bagaimana Ankum menyikapi dan menerapkan sanksi administrasi di kesatuan, dapat digambarkan dalam Tabel 7, sebagai berikut: Tabel 7: Penjatuhan Sanksi Administrasi. No Penjatuhan Sanksi Jumlah % Ket Administrasi 1 Selalu dijatuhkan Tidak Pernah Dijatuhkan Tidak Perlu dijatuhkan Tidak Tahu - - Jumlah

13 12 Sanksi administrasi di kesatuan TNI Angkatan darat, berdasarkan pendapat Ankum, selalu dijatuhkan 79%, tidak pernah dijatuhkan 21%. Untuk yang tidak pernah dijatuhkan, menunjukkan bahwa kemungkinan di kesatuan tersebut memang tidak ada pelanggaran hukum, baik hukum disiplin militer, maupun hukum pidana. Tetapi juga ada kemungkinan adanya ketidakpahaman satuan untuk menerapkan sanksi administrasi. Namun demikian, secara umum (79%) sanksi administrasi sudah dijatuhkan. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa ada upaya dari para Ankum untuk menerapkan sanksi lanjutan dari sanksi hukum disiplin militer dan sanksi pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan, kemudian secara administrasi diberikan sanksi. b. Sanksi administrasi yang dijatuhkan Ankum: Jenis sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi hukum disiplin militer dan kelanjutan dari sanksi pidana, meliputi: Penundaan pendidikan, penundaan jabatan promosi dan penundaan kenaikan pangkat. Jenis sanksi yang dijatuhkan oleh para Ankum, dapat digambarkan dalam tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4: Jenis Sanksi Administrasi yang dijatuhkan Ankum. No Jenis Sanksi Administrasi Jumlah % Ket yang diajtuhkan 1 Penundaan pendidikan Penundaan Jabatan Penundaan Kenaikan Pangkat PDTH Tidak pernah menjatuhkan Jumlah Jenis sanksi administrasi yang dijatuhkan oleh para Ankum di kesatuan jajaran Angkatan Darat bervariasi, yaitu penundaan pendidikan 21%, penundaan jabatan 14%, penundaan kenaikan pangkat 36%. Namun ada 29% yang belum atau tidak dijatuhkan sanksi administrasi. 13. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Penerapan Sanksi Administrasi.

14 13 Penerapan Sanksi Administrasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep /75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016 dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain pemahaman Ankum sebagai penegak sanksi administrasi. Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh apakah peraturan sudah disosialisasikan atau belum. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran sbb : a. Pemahaman Ankum untuk membedakan sanksi administrasi, sanksi pidana dan sanksi disiplin. Pembinaan dan penegakan hukum, termasuk dalam penerapan sanksi administrasi sebagai bagian dari penegakan hukum di kesatuan, harus diawali dengan pemahaman Ankum sendiri sebagai penanggungjawab penegakan hukum. Ankum harus memahami, sehingga selain menghindari adanya kesalahan dalam penerapan, Ankum juga dapat memilah dan memlih sanksi mana yang tepat dan juga adil bagi pelanggarnya. Tabel 10: Pemahaman Ankum terhadap Sanksi Administrasi dengan Sanksi Disiplin dan Pidana. No Pemahaman Ankum dalam Jumlah % Ket membedakan Sanksi Administrasi, Sanksi Pidana dan Sanksi Disiplin 1 Dapat membedakan Kadang dapat membedakan Seringkali sulit membedakan Tidak dapat membedakan 3 7 Jumlah Para Ankum secara umum sudah memahami dan dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer, dan sanksi pidana. 93 % Ankum menyatakan pendapatnya bahwa Ankum sudah memahami dan dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer dan sanksi pidana. Hanya 7% yang tidak dapat membedakan antara sanksi administrasi dengan sanksi hukum disiplin militer dan sanksi pidana. b. Sosialisasi Sanksi Administrasi atau dalam bentuk Penyuluhan hukum di Satuan:

15 14 Sanksi administrasi telah mengalami perubahan atau penyempurnaan, meskipun secara prinsip masih ada kesamaan dengan aturan sanksi administrasi yang lama. Maka, aturan sanksi administrasi ini perlu disosialisasikan ke kesatuan-kesatuan jajaran Angkatan Darat. Namun, dengan mengingat keterbatasan anggaran, dan luasnya wilayah satuan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, maka ada beberapa satuan yang belum dilakukan sosialisasi dan penyuluhan sanksi administrasi. Untuk memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan spsialisasi, dapat dilihat dalam Tabel 6 sbb: Tabel 6: Sosialisasi Sanksi Administrasi di Kesatuan TNI AD No Sosialisasi/ Luhkum SA Jumlah % Ket 1 Sudah Baru akan 3 7 disosialisasikan 3 Baru direncanakan Belum - - Jumlah Sosialisasi ataupun penyuluhan hukum dengan materi sanksi administrasi menjadi sangat penting bagi satuan-satuan di jajaran Angkatan Darat. Tidakadanya sosialisasi atau penyuluhan hukum, dapat berdampak terhadap keraguraguan dalam melaksanakan dan menerapkan aturan sanksi administrasi, karena ketidakpahaman. Selain itu, juga dapat berdampak pada salah dalam penerapannya, sehingga selian dapat merugikan terhukum juga dapat merugikan dalam pembinaan disiplin dan pembinaan personel. Berdasarkan data penelitian, diperoleh gambaran bahwa sudah 86 % satuan-satuan jajaran Angkatan Darat dilakukan sosialisasi atu penyuluhan hukum dengan materi sanksi administrasi, dan 7% akan diberikan sosialisasi atau penyuluhan hukum dan 7% sedang dalam rencana. 14. Dampak penjatuhan sanksi administrasi bagi Militer/Prajurit dari aspek kejeraan pelaku. Salah satu fungsi penjatuhan sanksi adalah sebagai akibat hukum dari dilakukannya pelanggaran. Sanksi yang dijatuhkan diharapkan memberikan kejeraan bagi yang dijatuhi sanksi. Bagaimana pandangan dan pendapat Ankum, apakah

16 15 sesungguhnya di lapangan dari pengamatan Ankum, sanksi administrasi ini dapat memberikan aspek jera, sehingga selain tidak mengulangi lagi, juga dapat mencegah bagi militer lainnya. Pendapat Ankum tergambar dalam tabel 12, sebagai berikut: Tabel 8: Pendapat Ankum tentang Dampak/ Efek Jera Sanksi Administrasi. No Dampak Penjatuhan Sanksi Jumlah % Ket Administrasi 1 Tidak selalau membuat jera Kadang-kadang dapat membuat - - jera 3 Seringkali dapat membuat jera Dapat membuat efek jera Jumlah Pandangan Ankum mengenai dampak penjatuhan sanksi administrasi terhadap tingkat pelanggaran hukum di satuan, secara umum menyatakan bahwa penjatuhan sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin dan sanksi pidana dapat membuat efek jera bagi pelanggar hukum, yaitu 100% menyatakan hal tersebut.. Efek jera dari penjatuhan sanksi administrasi akan berdampak terhadap tingkat pelanggaran. Pendapat Ankum mengenai efek jera dari sanksi administrasi yang diterapkan terhadap pelanggar. Tabel 9: Pendapat Ankum tentang Dampak Terhadap tingkat Pelanggaran No Pendapat Ankum mengenai Jumlah % Ket pengaruh Sanksi Administrasi terhadap penurunan pelanggaran Hukum 1 Dapat menekan jumlah pelanggaran hukum 2. Tidak banyak menekan jumlah - - pelanggaran 3 Kadang-kadang dapat menekan - - pelanggaran 4 Tidak dapat menekan jumlah - - pelanggaran Jumlah

17 16 Pendapat Ankum, bahwa penjatuhan sanksi administrasi dapat menekan jumlah pelanggaran hukum. 100% Ankum berpendapat bahwa dengan dijatuhkannya sanksi administrasi bagi pelanggar hukum yang telah dijatuhi sanksi disiplin dan pidana, jika dijatuhi sanksi administrasi dapat menekan jumlah pelanggaran hukum.

18 Umum BAB IV ANALISIS PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI Berdasarkan temuan dalam penelitian di lapangan Peraturan Kasad yang mengatur mengenai sanksi administrasi yaitu Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep /75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016 kesatuan-kesatuan jajaran TNI Angkatan Darat. 16. Masih perlu adanya sosialisasi. secara umum telah diterapkan di Pemahaman suatu aturan harus merata dimengerti dan dipahami oleh semua Militer di ajjaran satuan-satuan TNI AD, terutama terhadap para Pembina dan penegaknya, yaitu Ankum. Dari hasil penelitian, masih terdapat 7% dari kesatuan yang belum diberikan sosialisasi atau penyuluhan hukum, meskipun sudah direncanakan pelaksanaannya. Kurangnya pemahaman yang disebabkan tidak tersosialisasikan norma aturan sanksi administrasi dapat berdampak penerapan yang salah. Lebih lanjut lagi, jika penerapan salah akan berdampak pada validitas surat keputusan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, dan juga dapat berdampak pada ketidak adilan bagi pelanggar. Oleh sebab itu, supaya segera dilakukan sosialisasi atau penyuluhan hukum tentang sanksi administrasi bagi 7% kesatuan yang belum dilakukan sosialisasi/penyuluhan hukum. 17. Perlunya pengamatan secara terus menerus penerapan sanksi administrasi. Peraturan sanksi administrasi yang telah diatur dalam Keputusan Kasad Nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Februari 2016, yang mengatur tentang sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari penjatuhan sanksi hukum disiplin militer dan kelanjutan dari sanksi pidana yang diputus oleh Pengadilan, harus dilakukan pengamatan dan dievaluasi. a. Dari Aspek dampak/efek jera.

19 18 Dari hasil penelitian, secara umum Ankum telah memberikan pendapatnya, bahwa penjatuhan sanksi administrasi dapat berdampak positip, yaitu dapat memberikan efek jera bagi pelanggarnya, 100% para Ankum menyatakan bahwa sanksi administrasi dapat memberikan efek jera. Sanksi administrasi harus dapat memberikan perbaikan baik terhadap pelanggar maupun bagi kesatuan dan pembinaan personil/pembinaan satuan pada umumnya. b. Dari Aspek Kepastian Pembinaan Karir. Salah satu tujuan dari penerapan sanksi administrasi dari kelanjutan sanksi disiplin dan lanjutan dari sanksi pidana, adalah untuk memberikan kepastian pembinaan karir bagi Prajurit/Militer pelanggar hukum. Pada masa lalu, ketika belum diterbitkan Peraturan Kasad tentang Penerapan Sanksi Administrasi, para Prajurit/Militer yang melanggar hukum, meskipun telah dijatuhi sanksi hukum disiplin oleh Ankum atau sanksi pidana oleh Pengadilan, Prajurit/Militer yang bersangkutan dalam pembinaan karir perlakuannya sangat bervariasi, sehingga tidak ada kepastian. Dengan diterapkan sanksi administrasi yang diatur secara jelas mengenai penggolongan pelanggaran dan sanksinya dengan batas waktu yang jelas secara proporsional, maka akan ada kepastian bahwa setelah sanksi administrasi dijalankan, maka secara administrasi kepastian pembinaan karir selanjutnya menjadi jelas. c. Dari Aspek Keadilan. Selain tujuan kepastian pembinaan karir, penerapan sanksi administrasi terhadap Prajurit pelanggar hukum baik disiplin maupun pidana adalah untuk memberikan keadilan. Keadilan dimaksud adalah pada tataran Prajurit pelanggar hukum dihadapkan dengan Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum. Aspek keadilan didasarkan pada pemikiran bahwa Prajurit pelanggar hukum harus diberikan perlakuan pembinaan karir yang tidak sama dengan Prajurit yang tidak melanggar hukum (secara

20 19 proporsional ditunda dengan kurun waktu tertentu), terlebih jika dihadapkan dengan Prajurit yang berprestasi. Maka, Prajurit pelanggar hukum harus diberikan sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat, atau penundaan penempatan dalam jabatan, atau penundaan dalam pendidikan, dengan kurun waktu penundaan secara proporsional. Ketiadaan sanksi administrasi yang mengikuti sanksi hukum disiplin dan sanksi pidana, dapat memberikan ketidakadilan bagi Prajurit lainnya yang tidak pernah melakukan pelanggaran. Sebab, apabila tidak diberikan sanksi administrasi, dengan selesainya menjalani sanksi disiplin dan/ atau sanksi pidana maka Prajurit pelanggar hukum dimungkinan dapat naik pangkat atau menduduki jabatan atau melaksanakan pendidikan bersama-sama, atau bahkan dimungkinkan mendahului Prajurit seangkatannya yang tidak pernah melakukan pelanggaran hukum. Dalam kerangka keadilan inilah sanksi administrasi dijatuhkan setelah Prajurit pelanggaran hukum menjalani sanksi disiplin atau sanksi pidana. 18. Penerapan Sanksi Administrasi Harus Sesuai dan Tidak Menyimpang dari Peraturan. a. Sanksi Administrasi harus Sesuai Golongan Pelanggaran. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/1/II / 2009 tanggal 5 Februari 2009 telah secara jelas mengatur penggolongan pelanggaran dengan jenis sanksi administrasi pada masing-masing golongan pelanggaran. Pelanggaran hukum digolongkan menjadi dua golongan pelanggaran dengan sanksi administrasi sesuai dengan golongannya. Jika ditabelkan dapat tergambar sbb: No Gol pelanggaran Sanksi administrasi Ket. 1 Golongan I: Pelanggaran Hukum Disiplin dan a.perwira: Hukuman Tegoran:

21 20 prosesnya telah selesai dan telah diterbitkan Kepkumplin dari Ankum. Jenis Hukuman Disiplin: 1) Teguran. 2) Penahanan ringan paling lama 14 hari. 3) Penahanan berat paling lama 21 hari. pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama satu periode sejak eligibel. Hukuman Penahanan Ringan: Pendidikan selama satu periode pendidikan dan penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligible. Hukuman Penahanan Berat: Pendidikan selama satu periode pendidikan dan penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligible. b.bintara/tamtama: Hukuman Tegoran: Pendidikan selama satu periode pendidikan atau penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligible. Hukuman Penahanan Ringan: Pendidikan selama dua periode pendidikan atau penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligible. Hukuman Penahanan Berat: Pendidikan selama tiga periode

22 21 pendidikan atau penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligible. 2 Golongan II: Melakukan tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) dan proses melalui Peradilan Mil/Umum sudah selesai dengan Putusan pengadilan telah berkekuatan hukum tetap. Jenis Hukuman: 1) Pelanggaran lalu lintas tertentu telah dijatuhi Pidana denda/ kurungan pengganti dan sudah dibayar, tidak dikenakan sanksi administrasi. Kecuali pidana denda tidak dibayar. 2) Pidana bersyarat 3) Pidana penjara sampai tiga bulan 4) Pidana penjara lebih dari tiga bulan. a.perwira: Pelanggaran lalu lintas tertentu telah dijatuhi Pidana denda/ kurungan pengganti dan sudah dibayar, tidak dikenakan sanksi administrasi. Kecuali pidana denda tidak dibayar: pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama satu periode sejak eligibel. Hukuman Pidana bersyarat: pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligibel. Hukuman Penjara sampai dengan tiga bulan: pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligibel. Hukuman Penjara lebih dari tiga bulan namun masih tetap dipertahankan dlm dinas TNI AD:

23 22 pendidikan selama satu periode dan penundaan kenaikan pangkat selama empat periode sejak eligibel. b.bintara/tamtama: Pelanggaran lalu lintas tertentu telah dijatuhi Pidana denda/ kurungan pengganti dan sudah dibayar, tidak dikenakan sanksi administrasi. Kecuali pidana denda tidak dibayar: pendidikan selama satu periode atau penundaan kenaikan pangkat selama satu periode sejak eligibel. Hukuman Pidana Bersyarat: pendidikan selama dua periode atau penundaan kenaikan pangkat selama dua periode sejak eligibel. Hukuman Penjara sampai dengan tiga bulan: pendidikan selama tiga periode atau penundaan kenaikan pangkat selama tiga periode sejak eligibel. Hukuman Penjara lebih dari tiga bulan namun masih tetap dlm dinas TNI AD:

24 23 pendidikan selama empat periode atau penundaan kenaikan pangkat selama empat periode sejak eligibel.

25 24 BAB V PENUTUP 19. Kesimpulan. a. Penerapan Peraturan sanksi Administrasi yang diatur dalam Keputusan Kasad Nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Pebruari 2016 tentang Sanksi Administrasi bagi Militer di Lingkungan TNI AD yang Melakukan Pelanggaran, secara umum telah dilaksanakan sesuai aturan yang ada: 1) Para Ankum secara umum telah memahami aturan Sanksi Administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan. 2) Para Ankum telah menerapkan sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan yang ada di kesatuannya masing-masing. b. Sanksi sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan telah disosialisasikan ke kesatuan-kesatuan jajaran TNI AD, meskipun masih ada beberapa kesatuan yang masih dalam perencanaan untuk sosialisasi. c. Pengawasan dan evaluasi secara berkala dan terus menerus penting untuk dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan penerapan. 20. Saran. 1. Perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan hukum tentang sanksi administrasi sebagai kelanjutan dari sanksi disiplin militer yang dijatuhkan oleh Ankum dan sanksi pidana yang diajtuhkan oleh Pengadilan bagi kesatuankesatuan yang belum melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan hukum (masih ada 7% kesatuan).

26 25 2. Perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala dan terus menerus agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam penerapannya, dan untuk memperhatikan aspek dampak efek jera pelanggaran hukum, dan juga dari aspek kepastian pembinaan dan keadilan. Mengetahui, Jakarta, Maret 2016 Tua LPPM Kabag Lit Dwi Jaka Susanta, S.H., M.H. Rudi Sangaji, S.H.,M.H. Kolonel Chk NRP Letkol Chk NRP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

berat dengan tahapan sebagai berikut :

berat dengan tahapan sebagai berikut : 58 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Prajurit di Lingkungan KOREM 072 Yogyakarta maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyelesaian

Lebih terperinci

URGENSI PERADILAN TATA USAHA MILITER DI INDONESIA. Oleh: Kapten Chk Sator Sapan Bungin, S.H.

URGENSI PERADILAN TATA USAHA MILITER DI INDONESIA. Oleh: Kapten Chk Sator Sapan Bungin, S.H. URGENSI PERADILAN TATA USAHA MILITER DI INDONESIA Oleh: Kapten Chk Sator Sapan Bungin, S.H. 1. Pendahuluan. Pengadilan Tata Usaha Militer yang sering disingkat dengan istilah PTUM merupakan salah satu

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 257) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1246, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER I. UMUM Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, lahir dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga kedaulatan Negara yang bertugas untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan keamanan serta kedaulatan

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI 1 PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil II-09 Bandung Putusan Hakim tidaklah mungkin memuaskan semua pihak. Putusan Hakim juga bukan Putusan Tuhan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang 337 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Terjadinya Ketidakmandirian Secara Filosofis, Normatif Dalam Sistem Peradilan Militer Peradilan militer merupakan salah satu sistem peradilan negara yang keberadaannya

Lebih terperinci

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Sumber daya

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 16 - K / PMI-07 / AD / IV / 2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 16 - K / PMI-07 / AD / IV / 2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 16 - K / PMI-07 / AD / IV / 2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT

Lebih terperinci

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO) PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana dalam

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Tentara Nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara 142 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pasal 223 KUHP merupakan aturan hukum yang mengatur tentang tindak pidana mempermudah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 55-K/PM I-07/AD/ X /2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 55-K/PM I-07/AD/ X /2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I - 07 B A L I K P A P A N P U T U S A N Nomor : 55-K/PM I-07/AD/ X /2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 10-K/PM.I-07/AD/ I /2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 10-K/PM.I-07/AD/ I /2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I 07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 10-K/PM.I-07/AD/ I /2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan dalam

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan sebagai berikut : 1. Proses beracara pidana di Pengadilan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 35 - K/ PM.I-07 / AD / V / 2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 35 - K/ PM.I-07 / AD / V / 2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 35 - K/ PM.I-07 / AD / V / 2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 07-K / PM I-07 / AD / I / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 07-K / PM I-07 / AD / I / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 07-K / PM I-07 / AD / I / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN, yang bersidang di Balikpapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Tentara Nasional Indonesia

Lebih terperinci

PENGADILAN MILITER III-17 MANADO Jln. SamRatulangi No. 16 Manado No. Telp/Fax ;

PENGADILAN MILITER III-17 MANADO Jln. SamRatulangi No. 16 Manado No. Telp/Fax ; PENGADILAN MILITER III-17 MANADO Jln. SamRatulangi No. 16 Manado No. Telp/Fax ; 0431-860179 e-mail : dilmil317manado@gmail.com RENCANA STRATEGI (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 PENGADILAN MILITER III-17 MANADO

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan dan saran.

BAB IV PENUTUP. akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan dan saran. digilib.uns.ac.id BAB IV PENUTUP Setelah melakukan analisa terhadap permasalahan yang diteliti, maka pada akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan dan saran. Dalam simpulan dan saran

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 33 - K/PM I-07/AD/ VI / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 33 - K/PM I-07/AD/ VI / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 B A L I K P A P A N P U T U S A N Nomor : 33 - K/PM I-07/AD/ VI / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PEMECATAN PRAJURIT TNI

PEMECATAN PRAJURIT TNI PEMECATAN PRAJURIT TNI Putusan Hakim tidaklah mungkin memuaskan semua pihak. Putusan hakim juga bukan Putusan Tuhan, namun Hakim yang manusia tersebut adalah wakil Tuhan di dunia dalam memberikan Putusan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENCEMARAN AIR YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI TAHU A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah

Lebih terperinci

NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ATASAN LANGSUNG DI LINGKUNGAN MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN DI BAWAHNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG sinarmedia-news.com I. PENDAHULUAN Pelaksanaan urusan pemerintahan, baik pada tingkat pusat maupun daerah tidak terlepas

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA. Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA. Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH Abstrak Penelitian ini membahas tentang Penegakan hukum terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan diuraikan mengenai karakteristik responden. Adapun responden tersebut

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan diuraikan mengenai karakteristik responden. Adapun responden tersebut IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penulisan skripsi ini menggunakan studi wawancara terhadap sejumlah responden. Sebelum penulis memaparkan hasil penelitian dan pembahasan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA 1. PENDAHULUAN Fakta dalam praktek peradilan pidana sering ditemukan pengadilan menjatuhkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alat transportasi mengalami perkembangan, terutama penggunaan kendaraan roda dua dan roda empat. Hal ini mengakibatkan kepadatan lalu lintas, kemacetan,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA 1 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA A. Latar Belakang Masalah Bahwa negara Indonesia adalah negara yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang dasar 1945 hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut berarti bahwa negara Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENSIA DI PERSIDANGAN

PEMERIKSAAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENSIA DI PERSIDANGAN PEMERIKSAAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENSIA DI PERSIDANGAN 1. Hakikat Tindak Pidana Desersi Oleh: Mayjen TNI Drs. Burhan Dahlan SH. MH. Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana yang secara khusus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA) PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang. PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Nama : ALEXANDER MARWATA

Nama : ALEXANDER MARWATA Nama : ALEXANDER MARWATA 1. Pengadilan adalah tempat seseorang mencari keadilan. Pengadilan bukan tempat untuk menjatuhkan hukuman. Meskipun seorang Terdakwa dijatuhi hukuman penjara hal itu dalam rangka

Lebih terperinci

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk mendukung dan mempertahankan kesatuan, persatuan dan kedaulatan sebuah negara. Seperti

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 20-K/PM I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 20-K/PM I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 20-K/PM I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang dimiliki oleh negara Indonesia. Tugas dari TNI sendiri adalah menjaga keutuhan dan kedaulatan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 30 - K/PM I-07/AL/ V / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 30 - K/PM I-07/AL/ V / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 30 - K/PM I-07/AL/ V / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan dalam

Lebih terperinci

PENGADILAN MILITER II-08 J A K A R T A P U T U S A N NOMOR : 257/K/PM II-08/AD/X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer II-08 Jakarta yang bersidang di Jakarta dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 75-K/PM.III-12/AD/IV/ 2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 75-K/PM.III-12/AD/IV/ 2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER III-12 S U R A B A Y A P U T U S A N Nomor : 75-K/PM.III-12/AD/IV/ 2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer III-12 Surabaya yang bersidang di Sidoarjo

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGADILAN MILITER II-08 J A K A R T A P U T U S A N Nomor : 26-K/PM II-08/AD/II/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer II-08 Jakarta yang bersidang di Jakarta dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 28-K / PM I-07 / AD / IV / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 28-K / PM I-07 / AD / IV / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 28-K / PM I-07 / AD / IV / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan, yang bersidang di Balikpapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai negeri bukan saja unsur Aparat Negara tetapi juga merupakan Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 01-K/PM.I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 01-K/PM.I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 01-K/PM.I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan dalam

Lebih terperinci

PROSES PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DENGAN PELAKU ANGGOTA MILITER (Studi Putusan Pengadilan Militer No.Put /17-K/PM1-04/AD/1/2011)

PROSES PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DENGAN PELAKU ANGGOTA MILITER (Studi Putusan Pengadilan Militer No.Put /17-K/PM1-04/AD/1/2011) PROSES PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DENGAN PELAKU ANGGOTA MILITER (Studi Putusan Pengadilan Militer No.Put /17-K/PM1-04/AD/1/2011) (Skripsi) Oleh Renti Fifiyanti Bujung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia untuk menunjang berbagai kegiatan sehari-hari. Alat transportasi dalam pengelompokannya dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN DAN PENGENAAN SANKSI BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H 1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 60 -K/PM I-07/AD/ IX / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 60 -K/PM I-07/AD/ IX / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I-07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 60 -K/PM I-07/AD/ IX / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan dalam

Lebih terperinci

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.1568, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER- 029/A/JA/10/2014 TENTANG

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL I. UMUM Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial di mana manusia selalu ingin berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Di dalam suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR: PUT / 52-K / PM. II-10 / AD / VIII / 2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR: PUT / 52-K / PM. II-10 / AD / VIII / 2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER II-10 S E M A R A N G P U T U S A N NOMOR: PUT / 52-K / PM. II-10 / AD / VIII / 2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER II-10 Semarang yang bersidang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK Bagian Organisasi - 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 17-K/PM.I-07/AD/I/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 17-K/PM.I-07/AD/I/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN MILITER I 07 BALIKPAPAN P U T U S A N Nomor : 17-K/PM.I-07/AD/I/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer I-07 Balikpapan yang bersidang di Balikpapan dalam memeriksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang khas dalam struktur kenegaraan. Sebagai tulang punggung pertahanan negara, institusi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88,2012 PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA TIM KONSULTASI PENCEGAHAN PENYIMPANGAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN PASAL 45A UU NO 5 TH 2004 TERHADAP TERDAKWA SEORANG PRAJURIT TNI. Sugeng Sutrisno *

SUATU TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN PASAL 45A UU NO 5 TH 2004 TERHADAP TERDAKWA SEORANG PRAJURIT TNI. Sugeng Sutrisno * SUATU TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN PASAL 45A UU NO 5 TH 2004 TERHADAP TERDAKWA SEORANG PRAJURIT TNI Sugeng Sutrisno * Ketidak puasan dalam menerima putusan adalah hal yang biasa bagi pencari keadilan namun

Lebih terperinci

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci