PERSIAPAN PROSES AUDIT ENERGI OLEH : IR. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSIAPAN PROSES AUDIT ENERGI OLEH : IR. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI"

Transkripsi

1 PERSIAPAN PROSES AUDIT ENERGI OLEH : IR. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

2 SKKNI MANAJER ENERGI Sub bidang Industri.

3 SISTEM MANAJEMEN ENERGI Standar Sistem Manajemen Energi : Internasional: ISO (diterbitkan: 15 June 2011) Standar Sistem Manajemen Energi (ISO 50001) menyediakan kerangka berbasis pasar dan praktik terbaik untuk mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam budaya korporat industri dan praktik manajemen sehari-hari Nasional SKKNI yaitu standar yang mengatur kompetensi SDM : Kepmen Tenaga Kerja& Transmigrasi N0. 321/MEN/XII/2011 (Industri). Kepmen Tenaga Kerja & TransmigrasiN0. 323/MEN/XII/2011 (Bangunan gedung). 3

4 Sistem Manajemen Energi - ISO50001 MANAJEMEN PUNCAK Peran Keterlibatan Kepemimpinan KOMITMEN Kebijakan Energi Manajemen review Standar ini diterapkan untuk semua organisasi, Standar tidak menyebutkan kriteria kinerja spesifik yang berkenaan dengan energi.

5 Implementasi Sistem Manajemen Energi Dengan menerapkan sistem manajemen energi, maka konsumsi energi/biaya energi akan cendrung turun. Resultan hasil sistem manajemen energi adalah kinerja energi akan meningkat secara konsisten (tidak dipengaruhi petugas).

6 Audit Energi dalam Sistem Manajemen Energi Manajer Energi Plan (Audit Energi) Do Check Act Operator

7 Persiapan Audit Energi - SKKNI KODE UNIT : JPI.KE JUDUL UNIT : Menyiapkan proses audit energi URAIAN UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan persiapan pelaksanaan audit energi dalam Industri. ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA (KUK) 1. Menyusun metodologi audit energi 2. Menyiapkan perangkat audit energi 1.1. Sasaran ditentukan 1.2. Lingkup kegiatan ditentukan 1.3. Metodologi ditentukan 1.4. Kebutuhan data ditentukan Tim pelaksana ditetapkan 2.2. Peralatan ditetapkan 2.3. Perlengkapan K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja ditentukan) Anggaran disusun. 3. Membuat kerangka waktu audit energi 3.1. Rencana kegiatan ditetapkan 3.2. Rencana kebutuhan sumber daya ditetapkan Jadual pelaporan ditetapkan

8 PENGERTIAN AUDIT ENERGI Peraturan Pemerintah No 70 tahun 2009 tentang konservasi Energi (Pasal 1). Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi 4/23/2014

9 MAKSUD AUDIT ENERGI : Maksud : Mendapatkan potret penggunaan energi. Kegiatan :

10 Tujuan AUDIT ENERGI Memahami masalah penggunaan energi Intensitas & kinerja energi, potensi penghematan energi, manfaat dan langkah yang diperlukan.

11 AUDIT ENERGI ADALAH WAJIB! Sesuai PP70 tahun 2009 tentang konservasi energi, bagi industri tertentu audit energi adalah wajib. PP 70. pasal 12 : (1)Pemanfaatan energi oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien. (2)Pengguna energi/sumber energi yang menkonsumsi energi lebih besar atau sama dengan (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi. (3) Manajemen energi sebagaimana dimaksud dilakukan dengan : menunjuk manajer energi; menyusun program konservasi energi ; melaksanakan audit energi secara berkala; melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

12 Manfaat Audit Energi Membuat Keputusan. Data & informasi HASIL AUDIT ENERGI Keputusan investasi Managemen puncak.

13 Metoda Penentuan Audit Energi Jika jenis energi sudah ditentukan maka metoda audit dapat ditentukan

14 Siapa Pelaksana Audit Energi Auditor Energi Kompeten Internal Eksternal

15 JENIS KATAGORI AUDIT ENERGI Berdasarkan tingkat kedalaman yang dihasilkan, audit energi dibedakan menjadi : Walk-Through Audit (Pengamatan singkat) Preliminary Audit (Audit Awal) Detailed Audit ( Audit Rinci).

16 WALK-THROUGH AUDIT Adalah audit energi dengan tingkat kegiatan paling rendah yaitu level 1. Aktifitasnya adalah : Mengumpulkan data (bersifat umum), pengamatan singkat secara visual dan wawancara. Analisis dan evaluasi data (sangat dasar) system pemanfaat energi, intensitas pemakaian energy dan kecendrungannya, serta benchmark intensitas energi rata-rata terhadap perusahaan sejenis dan menggunakan peralatan atau teknologi serupa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran umum pengelolaan energi. Level 1 is the basic level for an energy audit. It gives basic information on the opportunities for energy savings on a very draft (basic) level. This may be called a walkthrough audit

17 Audit Awal (Preliminary Audit) Audit awal merupakan level kedua dari tingkat kegiatan audit energi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya potensi penghematan energi. Kegiatan ini sedikit lebih lengkap dari audit level satu, data dan informasi yang digunakan sudah didasarkan dengan hasil pengukuran/sesaat. The proposals for energy saving are more thoroughly grounded than in level 1 and are based on some measurements.

18 Audit Rinci Audit rinci merupakan level ke 3 dan tertinggi dalam kegiatan audit energi. Audit ini lebih mendalam dengan lingkup yang lebih luas, rekomendasi didasarkan atas kajian engineering dengan urutan prioritas yang jelas. Output audit rinci adalah uraian lengkap tentang jenis dan sumber energi, rugi-rugi energi, faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi energi, karakteristik operasi peralatan/sistem energi, potensi penghematan energi berdasarkan analisis data secara lengkap dan rekomendasi. Energy consumption is carefully studied and the proposals for energy saving measures and investments are so well-prepared that they are ready for implementation.

19 Aktifitas Level Kedalamaman Audit Energi Level Audit Level I Level II Level III Mengumpulkan data energi dan x 1) x 1) x 1) wawancara Dokumen Teknikal. - x x Interview - x x Pengukuran : peralatan utama - x x Pengukuran: semua level - - x Evaluasi dasar sistem technikal. x x x Heat Balance - x 1) x 1) Potensi penghematan x x x Usulan Investment : guiding - x - Usulan Investment : well-grounded - - x 1) Mungkin jika meter energi terpasang

20 PENENTUAN JENIS AUDIT ENERGI Jenis audit energi ditentukan berdasarkan Target penghematan energi Lingkup Area Kedalaman audit (analisis data) yang diperlukan Sumber daya yang tersedia

21 Target dan Sasaran Audit energi Target adalah besaran penghematan energi yang ingin dicapai (%). Sasaran adalah cakupan area kegiatan audit energi yang dibatasi berdasarkan target penghematan dan kemampuan melakukannya.

22 PENENTUAN TARGET Tanpa Kriteria; Menentukan target tanpa pertimbangan internal maupun eksternal. Metoda ini sulit atau terlalu mudah dicapai. Berdasarkan Informasi Internal; Cara ini adalah yang terbaik yaitu berdasarkan informasi baseline EEI atau rekomendasi hasil audit energi. Berdasarkan Informasi External ; Yaitu berdasarkan benchmarking (EEI) perusahaan sejenis, misalnya EEI adalah 425 kwh/kg, sedangkan di perusahaan lain sejenis EEI rata-rata 400 kwh/kg, EEI tertinggi 450 kwh/kg dan EEI terbaik 350 kwh/kg. Maka target dapat diset misalnya 400 kwh/kg.

23 KRITERIA TARGET AUDIT ENERGI Target harus : SMART Simple Measurable Achievable Realistic Trackable

24 SYARAT TARGET Target harus dinyatakan secara spesifik pada area tertentu dengan besaran yang dapat dijangkau dalam suatu periode yang ditentukan. Harus sesuai dan memenuhi kriteria kebijakan perusahaan. Besarnya target harus realistis Target harus terukur dan bisa dilakukan Mendapat dukungan dari seluruh unit kerja terkait.

25 METODA PENENTUAN TARGET & SASARAN Sasaran dan target ditetapkan melalui analisis Data (Jika data tersedia). Distribusi Pareto : Sejumlah elemen memiliki pengaruh besar terhadap seluruh kelompok Toeri Pareto berlaku untuk pengguna energi : Bahwa sekitar 20 % peralatan energi menghabiskan 75 % dari total pemakaian energi. Dan sekitar 70 % peralatan energi mengkonsumsi hanya sekitar 15 % energi. Sisanya 10 % dari total pemakaian energi dikonsumsi peralatan lain- lain.

26 ANALISIS ABC Untukperusahaan yg kompleks dengan ratusan atau lebih pengguna energi, maka penentuan prioritas dapat dilakukan dengan metoda Analisis ABC Distribusi Pareto Sekitar 20 % peralatan energi menghabiskan 75 % dari total pemakaian energi (Katagori A) Sekitar 70 % peralatan energi mengkonsumsi sekitar 15 % dari total konsumsi energi (Katagori B) Sisanya adalah untuk peralatan lain- lain (Katagori C) Prioritas : I. Katagori A II. Katagori B III. Katagori C

27 Langkah Analisis ABC Langkah kegiatan dalam membuat keputusan dengan menggunakan metode analisis ABC adalah mengikuti proses berikut. Langkah Tindakan yang Perlu Obyektive Langkah 1 Bagi sistem keseluruhan menjadi kelompok dan sub-kelompok berdasarkan jenis energi seperti diperlihakan pada gambar informasi Pendekatan ini akan membuat masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana. pemanfaatan energi di atas. Langkah 2 Hitung energi input masing masing sub kelompok Membantu dalam menetukan prioritas pengendalian Langkah 3 Analisis ABC konsumsi energi sub kelompok Membantu manajer energi untuk menentukan prioritas dan model Langkah 4 Analisis mikro katagori A dan katagori B sub kelompok peralatan masing masing untuk tiap jenis energi yang digunakan Mengidentifikasi area masalah dan membantu menetapkan sasaran, troubleshooting dan kontrol.

28 Informasi Penguna Energi Berdasarkan Kelompok Sumber energi & Kelompok Unit kerja Significant energy users (Unit kerja significan)

29 Informasi sumber energi Berdasarkan Sub Kelompok Pengguna Energi Konsumsi energi (%) per Unit kerja Sumber energi (%) Sub Kelompok

30 Berdasarkan informasi di atas, maka : Konsumen energi terbesar adalah : Unit V : 40 %, Unit IV : 30 %, Unit I : 15 %, Sisanya Unit II&II =15 %. Sumber energi yang terbesar adalah BBM (20 %). Prioritas : Kelompok unit : Unit V Sumber energi : BBM Prioritas I

31 Daftar Urutan Prioritas Konservasi Energi dengan Metoda Analisis ABC (Katagori kelompok unit &Jenis Energi) Unit Katagori Unit Kerja Katagori - Jenis Energi Status V A AA. BBM (20 %) AB. Listrik (12 %) AC.Batubara (8 %) IV B BA. BBM (15 %) BB. Batubara (12 %) BC. Listrik (3 %) I C CA. BBM (7.5 %) CB. Batubara (4.5 %) CC. Listrik (3.5 %) Prioritas I Prioritas III Prioritas IV Prioritas II Prioritas III Prioritas VIII Proiritas V Prioritas VI Proiritas VII Prioritas : I = AA Prioritas : II = BA Prioritas : III = AB; BB

32 Daftar Urutan Prioritas Sasaran Konservasi Energi dengan Metoda Analisis ABC (Katagori Biaya Energi) Unit Katagori Unit Kerja Katagori - Jenis Energi Status Biaya Energi (Juta Rp) V A AA. BBM (20 %) AB. Listrik (12 %) AC.Batubara (8 %) IV B BA. BBM (15 %) BB. Batubara (12 %) BC. Listrik (3 %) I C CA. BBM (7.5 %) CB. Batubara (4.5 %) CC. Listrik (3.5 %) Prioritas I Prioritas II Prioritas V Prioritas III Prioritas IV Prioritas VIII Proiritas VI Prioritas VII Proiritas IX 200 (A) 125 (B) (C) Prioritas I = (A) Prioritas II = (B) Prioritas III = (C)

33 Penentuan Tim Audit Tim audit biasanya terdiri dari dua atau 3 orang disesuaikan dengan lingkup dan metode audit. Tim audit : Latar belakang KOMPETENSI TEKNIS (listrik, mekanik, dan proses industri).

34 Kebutuhan Data Jenis dan kebutuhan data primer dan sekunder serta data kualitatif dan kuantitatif diidentifikasi Data umum peralatan energi Data historis konsumsi energi Data manajemen energi Data proses & peralatan energi Data operasi

35 Metode observasi Maksud observasi : Melihat secara langsung fisik dan kelainan yang terjadi pada peralatan energi, jenis teknologi peralatan yang digunakan sudah hemat energi, Mengetahui kondisi operasi, pemeliharaan apakah sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.

36 Observasi langsung kondisi fisik peralatan energi data operasi dan pemeliharaan P disarankan = 0.5 kg/cm2 P aktual = = 1 kg/cm2

37 Observasi Instalasi Kerugian energi sering terjadi dalam praktek mulai dari yang kecil hingga ukuran yang cukup besar seperti bocoran uap, radiasi panas dll. Kerugian energi akibat bocoran tersebut dapat terjadi karena masalah instalasi dan pemeliharanan. jika dihitung dalam satu tahun dapat mencapai nilai ratusan hingga ribuan juta rupiah per tahun. 37

38 Observasi instalasi : Isolasi Pipa Panas

39 Metoda Pemeriksaan Metoda periksaan didasarkan analisis suara dengan menggunakan Visual Alat ukur pendengar (sound device), infra red (thermography). Periksaan steam trap : Jika steam trap berfungsi dengan baik/normal suara yang dihasilkan adalah siklus, dan dengan menggunakan alat pendengar (sound device) seseorang dapat mendengarkannya secara pisik. Alat pendengar suara sangat bervariasi dalam hal kecanggihan mulai dari yang sederhana seperti handmade steel welding rod hingga yang canggih seperti ultrasonic testing equipment. sound device Ultrasound

40 1. Pemeriksaan steam Trap dengan Infrared Thermography 2. Pemeriksaan motor dengan Infrared Thermography

41 METODE PENGUKURAN Intrumen Ukur Audit Energi a. Power analyser b. Combustion anayser, c. Termometer

42 Pengukuran Kwalitas Daya

43 THERMOMETERS Instrument ini digunakan untuk mengukur suhu baik pada fluida, permukaan maupun gas. Thermometer dapat dikatagorikan kedalam dua tipe yakni kontak langsung (thermocouple) dan non contact (infrared). Thermometer sering digunakan untuk mengukur suhu pada : Ambient air Refrigration plant : compressor, cooling tower, chilled water Bioler : surfaces, flue gases, steam pipes, feed water. Condensate water Furnaces : surfaces, flue gases, cooling water Waste heat recovery : gas, water Thermocouple digunakan untuk melakukan pengukuran temperatur pada udara, liquid dan gas. Thermocouple umumnya tidak digunakan untuk mengukur temperatur permukaan.

44 POWER ANALYZER Power Analyzer Digital 3 phase, Harmonitor3000 Clamp on power tester 44

45 POWER ANALYZER (2) Instrumen ini digunakan untuk mengukur parameter sistem listrik (voltase, arus, power factor dan kwalitas daya). Kwalitas daya berkaitan dengan parameter antara lain: Ketidak-seimbangan arus. Ketidak-seimbangan tegangan. Kestabilan tegangan terhadap beban kejut. Faktor daya. Tingkat harmonik (THD) arus. Tingkat harmonik (THD) tegangan.

46 THERMOGRAPHY Instrument ini digunakan untuk mengukur suhu suhu ujung kopling dan bearing motor Suhu ujung kopling dan bearing motor yg tinggi serta selisih antara suhu bearing pompa juga tinggi adalah tanda adannya misaligned pada poros pompa

47 WATER FLOW METERS Instrumen ini digunakan untuk mengukur laju aliran cairan/air. Aliran diukur untuk mendapatkan besaran laju alir pada pompa, cooling tower, sistem pendinginan, heat exchanger dan kondensor.

48 ANEMOMETERS Instrumen ini digunakan untuk mengukur kecepatan alir udara. Kecepatan alir udara perlu diukur untuk mendapatkan besaran alir misalnya pada sistem pendingin udara (AHU/FCU), cooling tower, sistem pembakaran dan heat exchanger.

49 Pelindung Diri K3 Yang Diperlukan Perlengkapan K3 seperti : Sepatu boot, Helmet, Ear plug Sarung tangan Kaca pelindung mata dsb; Perlengkapan lain yang dianggap perlu. 49

50 MENENTUKAN JADUAL AUDIT ENERGI Audit lapangan Pengumpulan data historis (3 hari) Observasi (2 hari) Pengukuran (3-10 hari) Diskusi (1-2 hari) Analisis data Tabulasi data (6 hari) Analisis data (5-14 hari) Diskusi (2 hari) Pelaporan Menyusun draf laporan (3-14 hari) Presentasi (1 hari) Menyusun laporan akhir (3-10 hari)

51

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menghubungkan aliran listrik trafo dengan mesin mesin yang ada di PT Sanwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menghubungkan aliran listrik trafo dengan mesin mesin yang ada di PT Sanwa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Survey lapangan merupakan wahana untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dari obyek penelitian. Survey lapangan dilakukan di ruangan panel listrik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Energi Audit energi merupakan langkah awal dalam melaksanakan pencatatan datadata pemakaian energi, mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan energi dan analisis kemungkinan

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) 1 1. BOILER 2. PRINSIP KONSERVASI PADA BOILER 3 KASUS Boiler telah dikenal sejak jaman revolusi industri. Boiler merupakan peralatan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS)

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS) Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS) HOTEL BENCHMARKING TOOLS AND STRATEGIC ENERGY MANAGEMENT PILOT PROGRAM USAID ICED-Jakarta, 26 November 2013 Outline Presentasi: 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN

SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN titovianto widyantoro Permasalahan energi Sumber daya energi yang ada saat ini berada di bawah tekanan yang sangat luar biasa Akan tetapi dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA-DATA. Berdasarkan control room PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper selama diperoleh data- data sebagai berikut

LAMPIRAN I DATA-DATA. Berdasarkan control room PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper selama diperoleh data- data sebagai berikut 70 Bulan 1. Data Historis Audit Energi LAMPIRAN I DATA-DATA Berdasarkan control room PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper selama 2011-2015 diperoleh data- data sebagai berikut ClO 2 Plant Tabel 15. Intensitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari uap kering (steam) untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 November 2010 sampai 20 Desember 2010 dan bertempat di gedung Tower Universitas Mercu Buana Jakarta. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 dan Pasaf 8 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Tata Udara Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi suatu negara menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengertian Energi Energi adalah suatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tapi dapat dirasakan keberadannya. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi merupakan

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan atau gedung bertingkat banyak dijumpai di kota besar, seperti DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran, bahkan sekolah / kampus

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017 DAFTAR ISI I LATAR BELAKANG II KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI NASIONAL III KAMPANYE HEMAT ENERGI I MENGAPA HEMAT ENERGI? KEBUTUHAN

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF ABSTRAK PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Budi Arisanto, Heri Witono, Arifin Istavara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Perkiraan kebutuhan energi final nasional (Outlook Energi Indonesia, BPPT 2012)

Gambar 1.1 Perkiraan kebutuhan energi final nasional (Outlook Energi Indonesia, BPPT 2012) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Krisis energi dan perubahan iklim global merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh hampir seluruh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus beroperasi pada tingkat efisiensi optimalnya. Untuk mempertahankan agar kinerja operasi selalu

Lebih terperinci

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Disusun oleh : Iqbal Safirul Barqi 2308 100 151 Muhammad Fauzi 2308 100 176 Dosen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Audit Industri Usaha-usaha untuk menghemat industri di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber industri yang tersedia dan semakin mahalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat, dan

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian ada dua macam yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN 88 LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Data Sekunder Audit Energi (Data Pengukuran Spot/Aktual) a. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Steam 1) Produksi ClO 2 pada Tanggal 5 Februari 2016 Flow ClO 2 2617,7 m 3 /h

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, energi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan selalu dibutuhkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Jumlah populasi manusia yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Tahapan berikutnya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahapan realisasi mesin refrigerasi hibrida dengan modul Evaporative Cooling dan modul Heat Recovery

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL Disusun Oleh: KELOMPOK 9 Angga Eka Wahyu Ramadan (2113100122) Citro Ariyanto (2113100158) Ahmad Obrain Ghifari (2113100183) INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Oraganic Rankine Cycle Pada penelitian ini sistem Organic Rankine Cycle secara umum dibutuhkan sebuah alat uji sistem ORC yang terdiri dari pompa, boiler, turbin dan

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER

EFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER 2016 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup EFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER PENILAIAN Beyond Compliance PROPER 150 DOKUMEN RINGKASAN KINERJA

Lebih terperinci

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper CHAPTER III IDENTIFIKASI PENGHEMATAN ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO2 3.1 AUDIT ENERGI DAN EMISI CO2 (ENERGI AND CO2 EMISSION AUDIT) 3.1.1 Penjelasan Umum Audit energi merupakan inspeksi, survey dan analisis

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI & SEKRETARIAT PROPER

EFISIENSI ENERGI & SEKRETARIAT PROPER 2017 EFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER PENILAIAN Beyond Compliance PROPER 150 DOKUMEN RINGKASAN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Screening SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN EFISIENSI ENERGI

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap ketersediaan energi khususnya energi listrik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Semakin meningkatnya permintaan terhadap penggunaan energi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengujian Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data. Data yang dikumpulkan meliputi hasil pengujian dan data tersebut diolah dengan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri semen membutuhkan jumlah energi yang besar untuk berproduksi. Hampir sekitar 50% biaya produksi berasal dari pembelian energi yang terdiri dari 75% dalam bentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE SITUASI ENERGI DI INDONESIA Presented by: HAKE Potensi Dan Pemanfaatan Energi Fosil Dan Energi Terbarukan No Energi Fosil Sumber Daya Cadangan Rasio Ct/Produksi Produksi (Sd) Terbukti (CT) (Tahun) 1 Minyak

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN 2005 Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN 2005. Telah dilakukan pengoperasian Sistem Sarana Penunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem tata udara merupakan sistem pengkondisian udara yang berfungsi untuk mengatur tingkat kenyamanan baik dari keadaan suhu maupun kelembaban udaranya. Sistem tata udara

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mengacu pada prosedur audit energy SNI 6196

Lebih terperinci

Bagian 2 Bagaimana mengefisiensikan energi

Bagian 2 Bagaimana mengefisiensikan energi Bagian 2 mengefisiensikan energi Bagian ini melengkapi metodologi 6 tahap untuk membantu perusahaan-perusahaan di Asia memperbaiki energi efisiensi, mengurangi biaya dan mengurangi emisi gas rumah kaca,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. Kode Unit : JPI.KE

STANDAR KOMPETENSI. Kode Unit : JPI.KE 2 Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip konservasi energi Uraian Unit: Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengenalan dan pemahaman tentang pemanfaatan

Lebih terperinci

24 Feb 17. Perilaku Berhemat Energi Listrik. Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya.

24 Feb 17. Perilaku Berhemat Energi Listrik. Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya. Perilaku Berhemat Energi Listrik TIM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODOLOGI STUDI KASUS 3.1 Bahan Studi Kasus Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data pengukuran pompa sirkulasi minyak sawit pada Concentrated Solar Power selama

Lebih terperinci

KOP SURAT BADAN USAHA

KOP SURAT BADAN USAHA KOP SURAT BADAN USAHA...,... Nomor Lampiran Perihal : : 1 (satu) berkas : Laporan Berkala Periode Tahun 20.. Kepada Yth. Gubernur Kalimantan Barat Cq. Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi energi nasional. Seperti

Lebih terperinci

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler 159 Iriany / Jurnal Teknologi Proses 5( Juli 006: 151 155 Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 5( Juli 006: 156 16 ISSN 141-7814 Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG

Lebih terperinci

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 11-1 BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 11.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan audit energi yang dilakukan dan kajian terhadap kebutuhan teknologi Konservasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI KOMPETENSI KONSERVASI ENERGI HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

SERTIFIKASI KOMPETENSI KONSERVASI ENERGI HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) SERTIFIKASI KOMPETENSI KONSERVASI ENERGI HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) Jakarta, 19 Mei 2015 1. Pendahuluan OUTLINE 2. SKKNI Manajer Energi dan Auditor Energi 3. Sertifikasi Kompetensi Konservasi

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian1,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous Pendahuluan PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dan udara bertekanan tinggi.

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian 1, Joko Prihartono 2, Purwo Subekti 3 ABSTRAK Dari penelitian yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan

Lebih terperinci

Provinsi : Organisasi Manajemen Energi Jika ada, lampirkan struktur organisasinya dan/atau Surat Keputusan pembentukannya

Provinsi : Organisasi Manajemen Energi Jika ada, lampirkan struktur organisasinya dan/atau Surat Keputusan pembentukannya 2012, No.557 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI I. FORMAT PELAPORAN UNTUK INDUSTRI A. INFORMASI UMUM PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengingat arti penting sumber daya energi, pemerintah perlu menyusun rencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengingat arti penting sumber daya energi, pemerintah perlu menyusun rencana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka A. Konservasi Energi Mengingat arti penting sumber daya energi, pemerintah perlu menyusun rencana pengelolaan energi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT PK Imron Rosadi, Agus Wibowo, Ahmad Farid. Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pancasakti, Tegal,. Dosen Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Mulia Hendra, Mukti Widodo, Doni Sugiyana. Balai Besar Tekstil, Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 390 Bandung

Mulia Hendra, Mukti Widodo, Doni Sugiyana. Balai Besar Tekstil, Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 390 Bandung STUDI KONSERVASI ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL (PROSES PERTENUNAN, PENCELUPAN DAN PENYEMPURNAAN) ENERGY CONSERVATION STUDY IN TEXTILE INDUSTRY (WEAVING, DYEING AND FINISHING PROCESS) Mulia Hendra, Mukti Widodo,

Lebih terperinci

Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning)

Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning) Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning) Dr. Giri W.iyono, M.T. Jurusan Pendidikan. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @ uny.ac.id

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN Irnanda Priyadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu Jl.

Lebih terperinci

STUDI KASUS AUDIT ENERGI TERINCI PADA

STUDI KASUS AUDIT ENERGI TERINCI PADA TUGAS AKHIR STUDI KASUS AUDIT ENERGI TERINCI PADA UNIT COOKING PLANT DENGAN LINGKUP PENELITIAN COOKING BLEACHING SECTION DI PT. TANJUNGENIM LESTARI PULP AND PAPER Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

Instrumentasi dan Pengendalian Proses

Instrumentasi dan Pengendalian Proses 01 PENDAHULUAN Instrumentasi dan Pengendalian Proses - 121171673 salah satu ilmu terapan dalam teknik kimia dengan tujuan utama memberikan dasar pengetahuan tentang: a) dasar-dasar instrumentasi proses

Lebih terperinci

SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra

SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra Monacho LATAR BELAKANG Di zaman modern, dengan mobilitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MANAJEMEN ENERGI UNTUK PENCAPAIAN PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PT SINAR SOSRO

TUGAS AKHIR MANAJEMEN ENERGI UNTUK PENCAPAIAN PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PT SINAR SOSRO TUGAS AKHIR MANAJEMEN ENERGI UNTUK PENCAPAIAN PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DI PT SINAR SOSRO Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh

Lebih terperinci

III. PERANCANGAN KONDISI PROSES

III. PERANCANGAN KONDISI PROSES III. PERANCANGAN KONDISI PROSES III.1 Kondisi Proses Yang diartikan dengan kondisi proses adalah kondisi operasi yang diperlukan sehingga perancangan yang dilakukan itu dapat memenuhi design itention,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari saat ini, dimana hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR).

AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR). AUDIT ENERGI PADA WHB (WASTE HEAT BOILER) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PROSES UREA (STUDI KASUS PADA PT PETROKIMIA GRESIK-JAWA TIMUR). Mohammad khatib..2411106002 Dosen pembimbing: Dr. Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN Lalu Mustiadi, Mochtar Asroni Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Kampus II, Jl. Karanglo

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Energi 2.1.1. Definisi dan Pengertian Manajemen Energi Manajemen energi adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut: 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR DAN KRITERIA PENELITIAN Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai Start Pengambilan data (BAB 3.2) Pengujian lab untuk GCV batubara (BAB 3.2.1)

Lebih terperinci