Prarancangan Pabrik Amoniak dari Low Grade Coal kapasitas ton/tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prarancangan Pabrik Amoniak dari Low Grade Coal kapasitas ton/tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang Amoniak merupakan bahan kimia yang paling banyak diproduksi di dunia. Produksi amoniak sudah dimulai sejak abad ke-8 dalam bentuk garam amoniak. Sedangkan amoniak pertama kali diproduksi dalam bentuk gas oleh Joseph Priestly pada tahun Pada tahun 1909 Fritz Haber dan Carl Bosch mengembangkan teknologi pembuatan amoniak dari nitrogen yang berasal dari udara dan dikenal dengan proses Haber-Bosch, yang selanjutnya diterapkan untuk produksi amoniak berskala industri untuk pertama kalinya di Jerman. Amoniak menjadi salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam industri kimia. Karena kandungan nitrogen yang tinggi, amoniak banyak digunakan sebagai bahan dasar pupuk, selain itu amoniak juga digunakan pada berbagai industri seperti pada refrigeration system, dan berbagai industri kimia yang lainnya. Kebutuhan amoniak di dunia diperkirakan akan mencapai 245 MT pada tahun 2018, jumlah ini 16 % lebih besar dibandingkan kebutuhan tahun 2013 (Heffer dan Prud homme, 2014). Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian untuk pertanian membuat kebutuhan pupuk di Indonesia cukup tinggi. Meskipun di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik amoniak, seperti Kaltim Parna Industri, Pupuk Sriwijaya, Pupuk Kujang Cikampek, Pupuk Kalimantan Timur, dan Petrokimia Gresik, namun pada kenyataannya pada tahun 2013 Indonesia masih mengimpor ton/tahun amoniak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Dhany, 2013). Maka dengan kata lain pangsa pasar amoniak masih sangat terbuka di Indonesia. Untuk memproduksi amoniak sumber nitrogen biasanya diperoleh dari udara, sedangkan hidrogen diperoleh dari gas alam. Permasalahannya adalah menipisnya cadangan gas alam di dunia, mengingat gas alam merupakan sumber daya tidak terbarukan. Dari data yang dihimpun oleh Indonesian Commercial Newsletter (ICN), pada tahun 2008 Indonesia memiliki cadangan gas alam sebanyak 170 TSCF dan produksi pertahun mencapai 2,87 TSCF, sehingga diperikan Indonesia memiliki reserve to production mencapai 59 tahun (Anonim 1,2010). Untuk memperpanjang waktu reserve to production Indonesia harus menurunkan jumlah produksi gas atau mencari kilang-kilang gas baru. Maka perlu dikembangkan teknologi proses produksi amoniak yang memungkinkan menggunakan bahan baku lain selain gas alam sebagai sumber hidrogen. 1

2 Sumber hidrogen lain yang dapat digunakan adalah batubara. Sementara itu produksi batubara terus meningkat di Indonesia, dari data kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2008 total produksi batubara Indonesia mencapai 197 juta ton/tahun dan terus meningkat hingga mencapai 272 juta ton/tahun pada tahun 2013 (Anonim 2, 2014). Dari data tersebut, batubara dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pengganti sumber hidrogen untuk bahan baku amoniak. Pada tugas perancangan pabrik kimia ini akan dirancang pabrik amoniak berkapasitas ton/tahun amoniak. Dari proses gasifikasi dihasilkan syngas dengan kandungan utama CO dan H2, selanjutnya CO dan. H2 menjadi umpan unit amoniak. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Batubara Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil. terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Pada umumnya batubara digolongkan menjadi lima jenis yaitu antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit, dan gambut. Pengelompokan ini didasarkan pada kandungan relatif antara unsur karbon (C) dan hidrogen (H) yang terdapat pada batubara. Batubara antrasit memiliki kandungan karbon paling tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya, sedangkan batubara jenis gambut memiliki kandungan hidrogen (dalam bentuk moisture maupun H2) paling tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. Batubara jenis antrasit memiliki memiliki struktur yang kompak, berat jenis tinggi, berwarna hitam metalik, serta kandungan volatille matter, abu dan air yang rendah. Apabila antrasit dibakar maka hampir semua terbakar, dan antrasit memiliki nilai kalor paling tinggi yaitu kkal/kg. Batubara kelas bituminus memiliki kenampakan warna hitam agak kompak, kandungan abu dan airnya sekitar 5-10%, dan nilai kalor antara kkal/kg. Batubara jenis sub-bituminus memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan bituminus namun memiliki nilai kalor yang lebih rendah, yaitu sekitar kkal/kg. 2

3 Batubara jenis lignit memiliki nilai kalor yang lebih rendah dibandingkan sub-bituminus, yaitu kkal/kg, sementara jenis gambut memiliki nilai kalor terendah jika dibakar, yaitu sekitar kkal/kg (Sukandarrumidi, 2005). Pada dasarnya ada beberapa jenis pengolahan batubara yaitu combustion, gasifikasi, karbonisasi (coking), dan liquifaction. Sementara dalam proses pembuatan ammonia dibutuhkan bahan baku hidrogen dalam fasa gas sehingga gasifikasi merupakan metode yang paling cocok. Gasifikasi adalah proses dimana batubara direaksikan dengan oksidator untuk menghasilkan fuel-rich product. Reaktan dalam proses ini adalah batubara, oksigen, uap air (steam), karbondioksida, dan hidrogen. Hasil yang diinginkan adalah gas yang mengandung karbonmonoksida, hidrogen, dan metana (Smooth dan Smith, 1985). Pada proses gasifikasi juga terjadi beberapa reaksi, reaksi utama dari proses gasifikasi adalah sebagai berikut C (s) O 2 CO ΔH R o = 110,5 mj/kmol (1) Reaksi di atas bersifat eksotermis. Reaksi terhadap C(s) tidak berhenti pada pembentukan CO, namun oksigen bebas juga akan bereaksi dengan CO di fase gas membentuk CO2. Reaksi pembentukan CO2 bersifat endotermik dan harus diminimalkan karena akan mengurangi hasil dari gas CO. C (s) + CO 2 2CO 2 ΔH R o = +172,0 mj/kmol (2) Untuk mengontrol suhu tinggi yang dihasilkan reaksi (1) dan untuk meningkatkan heating value dari produk gas, penambahan steam dapat dilakukan. C (s) + H 2 O CO + O 2 ΔH R o = +131,4 mj/kmol (3) Reaksi tersebut juga bersifat endotermis, dan sangat mengandalkan panas yang dihasilkan reaksi (1) untuk kebutuhan energinya. Laju reaksi (3) jauh lebih lambat jika dibandingkan dengan reaksi (1), akan tetapi mampu meningkatkan nilai kalor dari gas produk. Disamping reaksi-reaksi terhadap karbon yang tergantung pada batubara, reaksi pada fase gas juga perlu diperhatikan 3

4 CO O 2 CO 2 ΔH R o = 283,1 mj/kmol (4) CO + H 2 O (g) CO 2 + H 2 ΔH R o = 283,1 mj/kmol (5) Reaksi (4) mengakibatkan oksigen cepat habis, meningkatkan suhu, dan mengakibatkan terjadinya reaksi antara C(s) dengan CO2. Sementara reaksi (5) bersifat eksotermis dan menghasilkan CO2 juga (Smooth dan Smith, 1985). Ada 3 jenis proses gasifikasi batubara yaitu fixed (or moving) bed, fluidized bed, dan entrained bed Fixed bed gasification Fixed bed gasification juga disebut dengan moving bed gasification, teknologi ini adalah teknologi gasifikasi tertua yang pernah digunakan. Pada tahun 1927 Lurgi mengembangkan reaktor atmosferik dan pressurized reactor pada tahun Proses gasifikasi ini memiliki ciri-ciri adanya reaction bed dimana batubara bergerak perlahan ke arah bawah karena gravitasi, dan selama pergerakan batubara digasifikasi menggunakan blast secara counter current. Proses ini membutuhkan jumlah oksigen yang rendah dan steam yang tinggi. Fixed bed gasification membutuhkan umpan batubara dengan ukuran 6-50 mm. Fixed bed gasification tidak bisa digunakan untuk caking coal. Karena caking coal membutuhkan bantuan pengaduk untuk mencegah batubara membentuk pasta (Blesl, 2010). (Blesl, 2010) Gambar 1. Moving Bed Gasification Process 4

5 Fluidized bed gasification Pada fluidized bed gasification transfer massa dan panas terjadi dengan sangat baik karena kontak yang sempurna, namun masing-masing partikel memiliki waktu tinggal yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan ada karbon yang belum bereaksi namun sudah keluar bersama dengan partikel yang bereaksi sempurna (ash). Keunggulan dari Fluidized bed gasification adalah konversinya mencapai 97% (Blesl, 2010). (Blesl, 2010) Gambar 2. Fluidized Bed Gasification Process 5

6 Entrained bed gasification Kelebihan dari entrained bed gasification adalah mampu memproses semua jenis batubara sebagai umpannya, prosesnya bersih, dan tidak menghasilkan tar. Namun ash dihasilkan dari proses gasifikasi dalam bentuk inert slag. Kelemahannya adalah membutuhkan oksigen dalam jumlah besar terlebih jika umpan mengandung moisture yang tinggi. Entrained bed gasification biasanya membutuhkan suhu sekitar 1400 o C dan tekanan bar. Entrained bed gasification adalah teknologi yang paling banyak digunakan terutama dalam sistem IGCC (Blesl, 2010). (Blesl, 2010) Gambar 3. Entrained Bed Gasification Process Judgement dan Pemilihan Proses tabel berikut Perbedaan dari masing-masing jenis proses gasifikasi diberikan dalam 6

7 Tabel 1. Tabel Perbandingan Jenis Proses Gasifikasi Batubara Fixed Bed Fluidized Bed Entrained Bed Waktu tinggal 1-3 jam menit 0,4-1,2 detik Ukuran Batubara 6-50 mm µm µm O2/Batubara 0, ,25 0,97 0,28-1,71 Uap/Batubara 0,28-3,09 0,11-1,93 0,1-1,20 Jenis Batubara Sebagian jenis Noncaking coal Semua jenis batubara dengan ukuran besar Kisaran Suhu (K) Tekanan (atm) Gas Produk (% mol) CO+H CH ,1-17 HHV (Btu/SCF) Principal advantages Teknologi sudah Suhu yang Desain lebih kecil banyak digunakan rendah dan lebih sederhana dikembangkan Dapat digunakan Dapat digunakan Panas yang hilang batubara berbagai untuk semua jenis rendah ukuran batubara Waktu tinggal Kapasitas besar sedang (Smooth dan Smith, 1985) Pada perancangan pabrik ammonia dari batubara ini, diperlukan kualitas batubara dengan kandungan hidrogen yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan 7

8 unit ammonia, maka dipilih batubara dengan jenis sub-bituminus dengan pertimbangan memiliki kandungan hidrogen yang tinggi, sekitar 5-8% basis kering. Pemilihan jenis batubara sub-bituminus juga didukung dengan adanya cadangan batubara jenis ini yang cukup besar di Indonesia. Sedangkan proses gasifikasi yang dipilih adalah fluidized gasification, karena dari segi kapasitas fluidized gasification memiliki kapasitas yang besar dan waktu tinggal yang tidak terlalu lama. Tidak dipilih entrained gasification karena tidak dapat digunakan untuk batubara dengan kadar moisture yang tinggi, sedangkan batubara yang digunakan mengandung moisture yang tinggi Amoniak Amoniak merupaka gas yang tidak berwarna, lebih ringan dari udara, mempunyai aroma yang sangat menyengat, tidak mudah terbakar namun beracun. Amoniak merupakan hasil pengikatan nitrogen secara reduksi dengan bantuan katalis melalui reaksi berikut N 2(g) + 3H 2(g) 2NH 3(g) (6) Sumber nitrogen adalah udara, sedangkan hidrogen dapat diperoleh dari berbagai jenis bahan mentah seperti batubara, hidrokarbon, gas alam, air, maupun dari kombinasi bahan-bahan mentah tersebut. Amoniak dibuat dengan proses Haber-Bosch. Pada proses Haber-Bosch biasanya reaksi terjadi pada tekanan bar dan o C. Dalam reaksinya gas melewati lebih dari 4 bed katalis yang dilengkapi pendingin dengan tujuan untuk mencapai kesetimbangan. Pada masing-masing pass konversi yang dicapai sekitar 15%, namun dengan adanya recycle gas yang tidak bereaksi, konversi keseluruhannya dapat mencapai 97%. Steam reformer, shift converter, CO2 removal dan methanator beroperasi pada tekanan bar, sedangkan amoniak synthesis loop beroperasi pada tekanan bar. Sumber utama senyawa hidrogen yang digunakan adalah gas alam, namun pada awalnya Bosch mendapatkan hidrogen dari elektrolisis air. 8

9 Nitrogen merupakan senyawa yang sulit bereaksi karena adanya ikatan rangkap tiga yang sangat kuat, karena itu Haber mengembangkan katalis untuk memotong ikatan ini. Kesetimbangan adalah hal yang sangat penting karena reaksi bersifat reversible. Pada suhu kamar kesetimbangan dari reaksi amoniak dapat tercapai namun laju reaksinya sangat lambat, sedangkan sesuai dengan prinsip Le Chatelier's jika suhu dinaikan maka laju reaksi menjadi besar namun kesetimbangan sulit tercapai. Akan tetapi katalis yang digunakan membutuhkan suhu paling tidak 400 o C agar bekerja secara efisien. Tabel 2. Hubungan nilai Konstanta Kesetimbangan Reaksi Amoniak terhadap Suhu Temperature (Temperature o C) Kp 300 4,43 x ,64 x ,45 x ,25 x 10-6 Tekanan dapat menjadi solusi untuk tercapainya kesetimbangan pada suhu tinggi. Dari reaksi pembentukan amoniak ada 4 mol reaktan dan dihasilkan 2 mol produk, maka tekanan tinggi (sekitar 200 atm) membantu tercapainya kesetimbangan agar menghasilkan produk yang optimum (Schaurnheim, 2006). 9

10 Gambar 4. Grafik Hubungan Suhu dan Tekanan terhadap Yield Amoniak (Schaurnheim, 2006) Dari gambar dapat dilihat bahwa jika digunakan tekanan 140 atm dan suhu 350 o C maka yield yang didapatkan lebih besar dibandingkan jika digunakan tekanan yang sama dengan suhu yang lebih besar, namun dengan pertimbangan laju reaksinya akan lebih menguntungkan menggunakan suhu yang lebih tinggi. Karena mendapatkan yield yang tinggi namun waktu yang dibutuhkan lama akan berdampak pada operating cost yang mahal. Dan dari penelitian yang telah dilakukan 400 o C dan 140 atm merupakan kondisi operasi paling optimum untuk proses amoniak (Schaurnheim, 2006). Dari segi ekonomi masih tergolong mahal karena proses beroperasi pada tekanan 140 atm maka dibutuhkan peralatan yang kuat seperti pipa, valve, dan aspek keselamatan juga perlu diperhatikan. Katalis yang kini banyak digunakan adalah katalis besi atau dengan kombinasi K 2O, CaO, SiO 2, dan Al 2O 3. Pada awalnya reaksi pada proses Haber-Bosch dijalankan di sebuah kamar dengan osmium sebagai katalis, namun hanya digunakan pada kapasitas kecil dan sangat mahal untuk produksi skala industri. Pada skala industri katalis besi didapatkan dari serbuk besi, dan selanjutnya 10

11 diganti dengan menggunakan proses reduksi Fe 3O 4 murni. Katalis mempertahankan sebagian besar bulk volume selama pengurangan, menghasilkan bahan luas permukaan yang tinggi sangat berpori, yang meningkatkan efektivitasnya sebagai katalis. Ada beberapa jenis amoniak konverter yang digunakan didunia industri, jenisjenis tersebut dijelaskan sebagai berikut Amoniak Konverter dengan Internal Cooling Converter dengan internal cooling membutuhkan sistem pendingin yang di-supply oleh medium pendingin yang mengalir pada bagian tube pada tumpukan katalis, atau dalam beberapa desain pada sekitar tube yang berisi katalis. Konversi yang dapat dicapai dari konverter jenis ini berkisar 12 %. Pada sistem konverter dengan internal cooling, arah aliran di cooling tube bisa bersifat cocurrent atau counter current Aliran countercurrent pada cooling tube Gambar skematik dari Konverter dengan aliran countercurrent pada cooling tube diberikan pada Gambar 5. (Christiansen dkk, 1995) Gambar 5. Skematik dari Konverter dengan Aliran Countercurrent 11

12 Feed gas masuk melalui bagian atas konverter dan bergerak melalui anulus antara pressure shell dan basket menuju bagian bawah dari koverter. Pada saat yang bersamaan pressure vessel didinginkan (feed gas digunakan sebagai shell cooling gas ) maka desain dengan suhu rendah dapat diaplikasikan untuk pressure vessel. Feed gas mengalir melalui umpan dari heat exchanger yang berada pada pressure shell yang sama sebagai bed katalis (heat exchanger di bagian bawah dari koverter disebut the lower heat exchanger ), kemudian mengalir melalui bagian shell side, melalui tube side dari lower heat exchanger dan keluar. Bypass steam ditambahkan untuk mengatur suhu feed gas diantara lower heat exchanger dan bed katalis cooling tubes. Dari profil suhu sepanjang konverter terlihat bahwa suhu gas relatif rendah pada bagian outlet, jadi panas dari gas keluar konverter hanya dapat digunakan untuk preheating boiler feed water atau produksi low pressure steam. Profil suhu dan konsentrasi menunjukan bahwa gas bereaksi hampir secara adiabatik pada bagian awal dari bed katalis. Ketika perbedaan suhu antara cooling gas dan reacting gas naik. Pada bagian bawah bed katalis suhu relatif rendah sehingga laju reaksi juga rendah, namun jika arus pendingin diperkecil akan berpengaruh pada performa katalis. Konverter jenis ini jarang digunakan karena konstruksi yang rumit, da kapasitasnya pun rendah yaitu 300 MTPD (Christiansen dkk, 1995) Aliran cocurrent pada cooling tube Gambar skematik dari konverter dengan aliran cocurrent pada cooling tube, dan profil suhu sepanjang konverter diberikan pada Gambar 6. 12

13 (Christiansen dkk, 1995) Gambar 6. Skematik dari Konverter dengan Aliran Cocurrent Aliran gas pada konverter ini adalah sebagai berikut, umpan gas masuk pada bagian atas dan melewati shell sebagai cooling gas menuju bagian bawah dari konverter. Gas kemudian mengalir melalui shell side pada lower heat exchanger dan dilanjutkan ke bagian anulus antara tubular cooled catalyst bed dan dinding luar basket menuju kebagian atas tubular cooled bed, kebagian bawah melalui cooling tubes pada bed katalis, ke atas melalui central pipe, ke bawah kembali melalui dua bed katalis secara seri dan terakhir melalui tube side dari lower heat exchanger kemudian keluar dari konverter. Cold gas ditambahkan untuk mengontrol suhu setelah melewati bed katalis pertama. Konverter jenis ini memiliki desain yang rumit, dan kapasitasnya pun masih relatif kecil, hampir sama dengan konverter dengan aliran countercurrent pada cooling tube Amoniak Konverter dengan Quench Cooling Konverter amoniak dengan tipe quench cooling kebutuhan pendingin dipenuhi dengan injeksi gas dingin yang belum terkonversi (unconverted cool gas), baik injeksi pada ruang antara bed katalis atau distribusi merata pada badan katalis. Gambar skematik dari konverter ini beserta profil suhu dan konversinya digambarkan pada Gambar 7 13

14 (Christiansen dkk, 1995) Gambar 7. Skematik Amoniak Konverter dengan Quench Cooling Pada bed katalis pertama, belum diinjeksikan pendingin, suhu dari feed gas meningkat secara adiabatis dari suhu masuk menuju suhu yang mendekati suhu pada kesetimbangan. Setelah melalui bed katalis pertama, sejumlah gas dingin yang belum terkonversi diinjeksikan untuk mendapatkan suhu pada outlet mendekati suhu yang dibutuhkan untuk masuk ke bed setelahnya. Pada saat yang bersamaan, konsentrasi amoniak menurun, karena gas yang keluar dari bed pertama terlarut pada unconverted gas. Konsep quench cooling cocok untuk konverter dengan kapasitas yang besar dan hampir digunakan pada semua aplikasi konverter pada awal 1960an. Namun kapasitas yang besar ini juga berdampak pada ukuran yang besar, dan sistem masih dianggap sangat kompleks Axial Flow, dengan injeksi Quench Cooling pada jarak antara bed katalis Pada jenis ini, feed gas masuk konverter pada bottom dan pada mengalir gas pendingain pada jarak antara bed katalis setelah bed pertama melalui quench gas distributor sebagai pengontrol temperatur. Gas yang telah terkonversi melewati bed terakhir (bed pertama dari atas) menuju feed-effluent heat exchanger sebelum meninggalkan konverter melalui bagian atas. Skema dapat dilihat pada Gambar 8 14

15 (Christiansen dkk, 1995) Gambar 8. Skematik Konverter dengan Quench Cooling (Axial Flow) Konverter jenis ini memberikan performa yang baik pada industri. Namun, beberapa kelemahan sistem quench cooling, yaitu rendahnya efisiensi, dan beberapa masalah lainnya maka jenis ini mulai ditinggalkan. Pada pengembangan selajutnya, dikembangkan tipe konverter quench horizontal. Bed katalis ditempatkan pada wadah yang sesuai dengan tekanan horizontal dari shell. Dengan posisi yang horizontal, penggantian katalis jauh lebih mudah, tidak diperlukan struktur tertentu untuk puncak konverter maupun crane untuk mengganti katalis (Christiansen dkk, 1995) Axial Flow, dengan injeksi Quench Cooling pada bed katalis Sama seperti tipe sebelunya, feed gas masuk melalui bottom dari konverter. Namun, gas pendingin masuk bukan pada jarak antara bed, melainkan pada badan bed katalis itu sendiri. Gas quench diinjeksikan pada level yang berebda pada tiap bed katalis, untuk mendapatkan suhu yang sesuai untuk feed pada bed selanjutnya (Christiansen dkk, 1995). 15

16 Radial Flow atau Axial/Radial Flow Masalah yang sering muncul pada semua jenis konverter dengan tipe axial flow saat kapasitas ditingkatkan, adalah terjadinya peningkatan pressure drop karena peningkatan kedalam dari bed katalis seiring meningkatknya kapasitas. Pada dasarnya hal ini dapat dikompensasi dengan penambahan diameter konverter, namun diatas ukuran diameter tertentu menjadi tidak memungkinkan secara teknis maupun secara perhitungan ekonomi. Cara lain, yaitu pembesaran ukuran katalis, namun ini dapat menurunkan aktivitas katalis karena ukuran yang semakin besar. Pada konverter jenis radial flow, permasalahan diatas tidak terdapat. Konverter dengan tipe radial flow dapat digunakan untuk konverter yang di desain untuk bekerja pada kapasitas yang besar tanpa memperbesar diameter konverter, dan pressure drop dapat dijaga rendah dengan walaupun dengan katalis dengan ukuran kecil. Berikut pada Gambar 9 ditampilkan skema dari tipe radial flow (Christiansen dkk, 1995). (Christiansen dkk, 1995) Gambar 9. Konverter dengan Quench Cooling Arah Radial 16

17 Amoniak konverter dengan Indirect Cooling Pada Konverter dengan indirect cooling pendingin dibutuhkan untuk mencapai konversi maksimum, pada konverter ini disediakan sistem pendingin diantara bed katalis, dimana medium pendingin gas sintesis atau boiler feed water. Gambar skematik dari konverter ini digambarkan pada Gambar 10 (Christiansen dkk, 1995) Gambar 10. Skematik Konverter dengan Indirect Cooling Pada konverter ini gas mengalir melalui semua bed katalis, dan tidak ada pengenceran sebagian converted gas di bagian antar bed katalis. Ini berarti dengan kondisi yang sama dengan konverter jenis lainnya dan jumlah katalis yang sama, konversi yang dicapai dapat lebih tinggi dibandingkan konverter jenis lainnya. Konverter dengan indirect cooling adalah konverter berkapasitas besar yang kini banyak digunakan dan juga sudah banyak dikembangkan. Pengembangan-pengembangan yang dilakukan membuat konverter jenis ini jauh lebih sederhana dan efisien, konversi yang diperoleh pun dapat mencapai 20%. 17

18 Axial Flow Konverter dengan indirect cooling sudah di kembangkan oleh beberapa vendor, diantaranya Osterreichische Stickstoffwerke (OSW). Pada konverter yang didesain oleh OSW menggunakan converter feed gas sebagai medium pendingin. (Christiansen dkk, 1995) Gambar 11. Konverter dengan Indirect Cooling (Axial Flow) Gas umpan masuk melalui bagian atas konverter, mengalir sebagai gas pendingin shell di anulus antara pressure shell dan catalyst basket, kemudian naik melalui shell side dari lower heat exchanger menuju bagian atas konverter. Kemudian gas mengalir turun secara aksial melalui bed katalis dan pada tube side di interbed heat exchanger, akhirnya gas mengalir melalui tube lower heat exchanger dan keluar dari konverter. Gas sintesis bersuhu rendah juga ditambahkan (cold shot) melalui bagian bawah konverter untuk mengontrol suhu. 18

19 Konverter dengan indirect cooling yang memiliki arah aliran aksial juga dikembangkan oleh Kellogg dengan posisi konverter tidak berdiri vertikal namun horizontal. (Christiansen dkk, 1995) Gambar 12. Konverter dengan Indirect Cooling (Horizontal) Pada konverter ini gas masuk dari ujung horizontal pressure shell, mengalir sebagai gas pendingin pada bagian diantara pressure shell dan catalyst basket menuju shell side dari interbed heat exchanger yang ditambahkan pada ujung lain konverter. Setelah mengalami preheating dan bercampur dengan cold gas untuk mengontrol suhu, gas mengalir ke bawah melalui bed katalis pertama, melalui tube side dari interbed heat exchanger, kemudian ke bed katalis kedua (bed katalis kedua dibagi 2 bagian) dan keluar melalui bagian ujung konverter yang sama dengan bagian inlet. Ada beberapa keuntungan dari konverter jenis ini diantaranya pressure drop yang rendah dengan partikel katalis yang kecil, dan mudah untuk mengganti bagian dalam dari konverter tanpa bantuan derek (Christiansen dkk, 1995) Radial flow atau radial/aksial flow Haldor Topsoe merupakan salah satu vendor yang sudah banyak mengembangkan amoniak koverter jenis ini. Haldor Topsoe mengembangkan 19

20 amoniak konverter jenis ini dalam dua tipe yaitu tipe dengan dan tanpa lower heat exchanger. Gambar 13. Amoniak Konverter dengan Indirect Cooling (Radial Flow) (a) dengan Lower Heat Exchanger (b) tanpa Lower Heat Exchanger Amoniak konverter jenis ini terdiri dari pressure shell dan basket. Pada konverter tanpa lower heat exchanger, umpan gas masuk melalui bagian bawah konverter dan mengalir sebagai shell cooling gas ke bagian atas konverter dan melewati interbed heat exchanger yang dipasang di tengah bed katalis pertama. Setelah melewati interbed heat exchanger gas bercampur dengan cold gas (cold shot) untuk mengontrol suhu sebelum mengalir ke bed katalis pertama secara radial, kemudian mengalir melalui tube side dari interbed heat exchanger, kemudian mengalir secara radial pada bed katalis kedua, dan akhirnya keluar pada bagian bawah konverter. Sedangkan pada konverter dengan lower heat exchanger, desain yang ada dimaksudkan agar feed gas masuk dan keluar akan melalui lower heat exchanger yang dipasang di bagian bawah konverter Judgement dan Pemilihan Proses 20

21 Jadi dari uraian di atas dipilih proses sintesis amoniak dengan kondisi operasi 140 atm dan suhu o C dan katalis yang digunakan adalah besi (Fe). Pemilihan suhu dan tekanan ini didasarkan atas pertimbangan laju reaksi dan kesetimbangannya. Adapun ringkasan dari pemilihan jenis konverter diberikan pada Tabel 3 Tabel 3. Perbandingan Jenis-Jenis Konverter Konverter dengan Internal Cooling Konverter dengan Quench Cooling Konverter dengan Indirect Cooling Kapasitas, MTPD 300 Mencapai 2000 Mencapai 2000 Lower Heat Exchanger Ada Ada Ada/tidak Kompleksitas Desain Kompleks Lebih sederhana kompleks Konversi Mencapai 12 % Mencapai 17% Mencapai 20% Pressure Drop Tinggi Tinggi Rendah Penggunaan pada Industri Sudah tidak digunakan Sudah banyak dikembangkan, dan banyak digunakan pada saat ini. Sudah banyak dikembangkan, dan banyak digunakan pada saat ini. (Christiansen dkk, 1995) Pada tugas prarancangan pabrik amoniak dari low grade coal ini dibutuhkan amoniak konverter yang mempunyai efisiensi yang tinggi untuk mengoptimalkan produk. Kapasitas yang ingin dicapaipun tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar, sehingga dipilih konverter dengan quenching cooling. Penggunaan konverter dengan internal cooling tidak feasible karena kapasitas yang diberikan terlalu kecil, dan memiliki desain yang kompleks begitu pula indirect cooling. 21

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metanol sangat dibutuhkan dalam dunia industry, karena banyak produk yang dihasilkan berbahan metanol. Metanol digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood,

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Metanol dari Batubara Kapasitas Ton Metanol/tahun I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Metanol dari Batubara Kapasitas Ton Metanol/tahun I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan industri-industri produk turunan metanol seperti asam asetat, formaldehid, MTBE, polyvinyl, polyester, rubber, chloroform dan lain sebagainya, telah membuat

Lebih terperinci

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penyediaan Energi Dosen Pengajar : Ir. Yunus Tonapa Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metanol merupakan senyawa yang sangat esensial sekarang ini. Metanol merupakan senyawa intermediate yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri antara lain industri

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan konsumsi. Untuk memenuhi konsumsi dibutuhkan persediaan pangan yang cukup. Hal ini mendorong semakin bertambahnya kebutuhan

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Rumus Kimia Metanol

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Rumus Kimia Metanol BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metanol yang juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus merupakan bentuk alkohol sederhana dengan rumus molekul CH 3 OH. Pada keadaan atmosfer

Lebih terperinci

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM KATALIS LTS LK-821-2 SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM Anton Sri Widodo, Suharyoso Departemen Pengendalian Proses PT Pupuk Kalimantan Timur Jl. Ir. James Simandjuntak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI KARAKTERISASI GASIFIKASI BIOMASSA SERPIHAN KAYU PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO (AFR) DAN UKURAN BIOMASSA OLEH : FERRY ARDIANTO (2109 105 039)

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci

6/23/2011 GASIFIKASI

6/23/2011 GASIFIKASI GASIFIKASI 1 Definisi Gasifikasi Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah bahan padat menjadi gas, menggunakan udara atau oksigen yang terbatas. Bahan padat limbah kayu, serbuk gergaji, batok

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN Oleh: ROIKHATUS SOLIKHAH L2C 008 099 TRI NUGROHO L2C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL Karnowo 1, S.Anis 1, Wahyudi 1, W.D.Rengga 2 Jurusan Teknik Mesin 1, Teknik Kimia Fakultas Teknik 2 Universitas Negeri

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK MELAMIN PROSES BASF KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN OLEH : DEVI OKTAVIA NIM : L2C 008 029 HANIFAH RAHIM NIM : L2C 008 053 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan kemajuan sektor industri telah menuntut semua negara kearah industrialisasi. Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Karakterisasi Proses Gasifikasi Downdraft Berbahan Baku Sekam Padi Dengan Desain Sistem Pemasukan Biomassa Secara Kontinyu Dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Dimas Setiawan (2105100096) Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Fluidisasi Penelitian gasifikasi fluidized bed yang dilakukan menggunakan batubara sebagai bahan baku dan pasir silika sebagai material inert. Pada proses gasifikasinya,

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang Modul 8 PUPUK UREA Sejarah 24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang 180 ton amonia/hari 300 ton urea/hari 16 Oktober 1963

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 70.000 TON / TAHUN JESSICA DIMA F. M. Oleh: RISA DEVINA MANAO L2C008066 L2C008095 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Benzena a. Rumus molekul : C6H6 b. Berat molekul : 78 kg/kmol c. Bentuk : cair (35 o C; 1 atm) d. Warna :

Lebih terperinci

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Teuku Raja Wahidin 1*, Ratni Dewi 2, M. Yunus 2 1* DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA 1 EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID DENGAN PROSES DBWESTERN KAPASITAS 16.000 TON/TAHUN Oleh : FAHRIYA PUSPITA SARI SHOFI MUKTIANA SARI NIM. L2C007042

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS 60.000 TON / TAHUN MAULIDA ZAKIA TRISNA CENINGSIH Oleh: L2C008079 L2C008110 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Energi Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM. 23014038 MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 PENDAHULUAN Proses penghilangan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 Oleh : I Gede Sudiantara Pembimbing : Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST.,Masc.,Ph.D. I Gusti Ngurah Putu Tenaya,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS 40.000 TON/TAHUN Oleh : DienNurfathia UlfaHardyanti I0509012 I0509041 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vinyl chloride monomer (VCM) merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C 2 H 3 Cl. Dalam perkembangannya, VCM diproduksi sebagai produk antara dan digunakan untuk

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK

LAPORAN KERJA PRAKTIK LAPORAN KERJA PRAKTIK Perancangan PFD (Process Flow Diagram) untuk Gasifikasi Reforming Ter PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA Periode 30 Mei 24 Juni 2016 Oleh: Syukron Dwi

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES A. Peralatan Proses 1. Reaktor ( R-201 ) : Mereaksikan 8964,13 kg/jam Asam adipat dengan 10446,49 kg/jam Amoniak menjadi 6303,2584 kg/jam Adiponitril. : Reaktor fixed bed

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio Oleh : Rada Hangga Frandika (2105100135) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. Kebutuhan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari total sumber daya batubara Indonesia sebesar lebih kurang 90,452 miliar ton, dengan cadangan terbukti 5,3 miliar ton [Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES. Potassium karbonat memiliki beberapa nama lain yaitu : kalium karbonat, carbonate

BAB II PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES. Potassium karbonat memiliki beberapa nama lain yaitu : kalium karbonat, carbonate BAB II PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES II.1. Jenis Jenis Proses Potassium karbonat memiliki beberapa nama lain yaitu : kalium karbonat, carbonate of potash, dipotassium carbonate, pearl ash, potash,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara

Lebih terperinci

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG Prof. Ir. Arief Budiman, MS, D.Eng Pusat Studi Energi, UGM Disampaikan pada Seminar Nasional Pemanfaatan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

Bab II Teknologi CUT

Bab II Teknologi CUT Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya di bidang industri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gas Produser Dari Gasifikasi Kayu Kaliandra Kapasitas Nm 3 /tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gas Produser Dari Gasifikasi Kayu Kaliandra Kapasitas Nm 3 /tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Ketersediaan energi listrik menjadi suatu kebutuhan penting masyarakat. Berbagai sektor di lapisan masyarakat membutuhkan energi listrik, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

BAB V PERHITUNGAN KIMIA BAB V PERHITUNGAN KIMIA KOMPETENSI DASAR 2.3 : Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro serta konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia (stoikiometri ) Indikator : 1. Siswa dapat menghitung

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

NITROGEN. Nama Kelompok :

NITROGEN. Nama Kelompok : NITROGEN Nama Kelompok : Muhammad Fiqih Alayubi (1500020108) Nurmalia Purnama Sari (1500020109) Silviyana Monica Saputri (1500020110) Isdiana Putri Hutami (1500020112) Zalfa Imari Salsabila (1500020116)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009)

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PROSES KIMIA (4 th Week May 2009) Tugas kelompok ini bertujuan: Melatih mahasiswa berkreasi dalam perancangan proses dari hasil-hasil penelitian laboratorium untuk dapat dipakai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab I Pendahuluan - 1 - Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci