Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012"

Transkripsi

1 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International Agustus 2013

2 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan bagian dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pembiayaan survei disediakan oleh Pemerintah Indonesia. ICF International menyediakan bantuan teknis melalui proyek MEASURE DHS, sebuah program oleh U.S. Agency for International Development (USAID) yang menyediaan dana dan bantuan teknis dalam pelaksanaan survei kependudukan dan kesehatan di banyak negara. Informasi tambahan tentang survei dapat diperoleh dari Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, BPS, Jalan Dr. Sutomo No. 6-8, Jakarta 10710, Indonesia (Telepon/fax: (021) , atau Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, BKKBN, Jalan Permata No. 1, Halim Perdanakusumah, Jakarta 13650, Indonesia (Telepon: (021) ext. 661, fax: (021) , atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560, Indonesia (Telepon: (021) , fax: ( , Keterangan tambahan mengenai program Demographic Health Surveys (DHS) dapat diperoleh dengan menulis surat ke: MEASURE DHS, ICF International, Beltsville Drive, Suite 300, Calverton, MD 20705, USA (Telephone ; Fax ; Internet: Kutipan yang dianjurkan: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan (Kemekes), dan ICF International Indonesia Demographic and Health Survey Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN, Kemenkes and ICF International.

3 DAFTAR ISI TABEL DAN GAMBAR... KATA PENGANTAR... SINGKATAN... RINGKASAN... PETA INDONESIA... vii xiii xv xix xxix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatah untuk remaja Tujuan Survei Organisasi Survei Kuesioner Survei Kegiatan Uji Coba Pelatihan Pengumpulan Data Pengolahan Data Hasil Kunjungan... 4 BAB 2 PROFIL REMAJA 2.1 Dimensi Sosio-demografi Tempat Tinggal Kegiatan Remaja Saat ini Pendidikan Jenjang Pendidikan Penduduk AlasanTidakSekolah Dimensi Ekonomi BAB 3 KETERPAJANAN OLEH MEDIA MASSA 3.1 Keterpajanan oleh Media Massa Informasi Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak Informasi Kesehatan Reproduksi Dari Radio Informasi Kesehatan Reproduksi Dari Televisi Daftar Isi iii

4 BAB 4 PENGETAHUAN TENTANG SISTEM REPRODUKSI DAN PENGALAMAN PUBERTAS 4.1 Pengetahuan dan Pengalaman Pubertas Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Sumber Pengetahuan tentang Perubahan Fisik pada Pubertas Menstruasi Mimpi Basah Pengetahuan Masa Subur dan Resiko Kehamilan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kawin Pengetahuan Anemia Persepsi Anemia Pengetahuan Penyebab Anemia Pengetahuan Cara Mengatasi Anemia Diskusi Kesehatan Reproduksi Mendiskusikan Kesehatan Reproduksi dengan Seseorang Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi yang Disukai Pengetahuan Pusat Kesehatan Reproduksi Remaja Instruksi/Pelajaran Kesehatan Reproduksi Mendiskusikan Kesehatan Reproduksi dengan Seseorang Pelajaran tentang Keluarga Berencana Pelajaran tentang Human Immunodefficiency Virus/Acquired Immunodefficinecy Syndrome (HIV/AIDS) BAB 5 KELUARGA BERENCANA 5.1 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB Keinginan untuk Memakai Alat/cara KB Kebutuhan Pelayanan KB untuk Remaja Pendapat tentang Penggunaan Kondom BAB 6 PERKAWINAN DAN KEINGINAN MEMPUNYAI ANAK 6.1 Pendapat tentang Perkawinan Keputusan tentang Perkawinan Keinginan mempunyai anak Umur Ideal mempunyai Anak Pertama Kali Jumlah Anak Ideal Keputusan atas Jumlah Anak iv Daftar Isi

5 BAB 7 MEROKOK, MINUM MINUMAN BERALKOHOL DAN PENGGUNAAN OBAT TERLARANG 7.1 Merokok Prevalensi Merokok Jumlah Rokok yang Dihisap Umur Mulai Merokok Minum Minuman Beralkohol Prevalensi Minum Minuman Perilaku Minum Penggunaan Obat-obatan Terlarang BAB 8 PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG HIV DAN AIDS 8.1 Pengetahuan tentang AIDS dan sumber informasi Pengetahuan tentang Permasalahan Terkait HIV/AIDS Pengetahuan tentang Voluntary HIV Counseling and Testing (VCT) Aspek Sosial HIV/AIDS Pengetahuan tentang Metode Pencegahan HIV Penolakan terhadap miskonsepsi dan mitos tentang HIV/AIDS Pengetahuan tentang PMS lain dan Sumber Informasi Pengetahuan tentang Gejala PMS Pengetahuan tentang Gejala PMS BAB 9 PACARAN DAN PENGALAMAN SEKSUAL 9.1 Pacaran Pengalaman Seksual Sikap tentang hubungan seksual sebelum kawin Sikap tentang Keperawanan Pengalaman Seksual Penggunaan kondom Kehamilan yang tidak diinginkan Pengalaman aborsi di antara teman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A TABEL-TABEL PROVINSI LAMPiRAN B DESAIN SURVEI Daftar Isi v

6 LAMPIRAN C ESTIMASI KESALAHAN SAMPLING LAMPIRAN D STAF SURVEI LAMPIRAN E DAFTAR PERTANYAAN vi Daftar Isi

7 TABEL DAN GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN Tabel 1.1 Jumlah Penduduk... 1 Tabel 1.2 Hasil wawancara rumah tangga dan perseorangan... 4 BAB 2 PROFIL REMAJA Tabel 2.1 Karakteristik latar belakang responden... 6 Tabel 2.2 Keberadaan remaja dalam rumah tangga... 6 Tabel 2.3 Hubungan dengan kepala rumah tangga... 7 Tabel 2.4 Kegiatan saat ini... 8 Tabel 2.5 Jenjang pendidikan menurut karakteristik latar belakang... 9 Tabel 2.6 Alasan tidak sekolah Tabel 2.7 Status kekayaan BAB 3 KETERPAJANAN OLEH MEDIA MASSA Tabel 3.1 Keterpajanan terhadap media massa Tabel 3.2 Terpajan informasi acara tertentu di media cetak Tabel 3.3 Terpajan informasi acara tertentu dari radio Tabel 3.4 Terpajan informasi acara tertentu dari televisi BAB 4 PENGETAHUAN TENTANG SISTEM REPRODUKSI DAN PENGALAMAN PUBERTAS Tabel 4.1 Pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas Tabel 4.2 Sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas Tabel 4.3 Umur remaja wanita pertama kali mendapat haid Tabel 4.4 Diskusi remaja wanita tentang haid sebelum mendapat haid yang pertama kali Tabel 4.5 Umur remaja pria pada saat pertama kali mengakami mimpi basah Tabel 4.6 Lawan diskusi remaja pria tentang mimpi basah sebelum mengalaminya untuk pertama kali Tabel 4.7 Pengetahuan remaja tentang masa subur seorang wanita Tabel 4.8 Pengetahuan tentang risiko kehamilan Tabel 4.9 Pemeriksaan kesehatan remaja sebelum menikah Tabel 4.10 Pengetahuan remaja tentang anemia Tabel 4.11 Pengetahuan remaja tentang penyebab anemia Tabel dan Gambar vii

8 Tabel 4.12 Pengetahuan remaja tentang cara mengatasi anemia Tabel 4.13 Diskusi tentang kesehatan reproduksi Tabel 4.14 Sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi yang Disukai Tabel 4.15 Pengetahuan sumber informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi Tabel 4.16 Pelajaran tentang sistem kesehatan reproduksi manusia... 32\ ltabel 4.17 Pelajaran tentang Keluarga Berencana Tabel 4.18 Pelajaran tentang HIV/AIDS Tabel 4.19 Pelajaran tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) BAB 5 KELUARGA BERENCANA Tabel 5.1 Pengetahuan tentang alat/cara KB Tabel 5.2 Keinginan untuk memakai alat/cara KB di masa yang akan datang Tabel 5.3 Pendapat terhadap penyediaan pelayanan KB untuk remaja Tabel 5.4 Pendapat terhadap penggunaan kondom Gambar 5.1 Pengetahuan Remaja tentang suatu alat/cara KB Modern Gambar Tren Pengetahuan tentang alat/cara KB Modern pada Remaja Wanita Gambar Tren Pendapat tentang penyediaan pelayanan KB pada Remaja Wanita Gambar Tren Pendapat tentang penyediaan pelayanan KB pada Remaja Pria BAB 6 PERKAWINAN DAN KEINGINAN MEMPUNYAI ANAK Tabel Umur ideal kawin pertama untuk wanita Tabel Umur ideal kawin pertama untuk pria Tabel 6.2 Keputusan terhadap siapa yang akan menikah Tabel Umur Ideal mempunyai anak pertama untuk wanita; Tabel Umur Ideal mempunyai anak pertama untuk pria Tabel 6.4 Jumlah anak ideal Tabel 6.5 Keputusan atas jumlah anak Gambar 6.1 Tren median umur ideal kawin menurut remaja wanita dan pria BAB 7 MEROKOK, MINUM MINUMAN BERALKOHOL DAN PENGGUNAAN OBAT TERLARANG Tabel 7.1 Merokok Tabel 7.2 Jumlah rokok yang dihisap Tabel 7.3 Minum minuman beralkohol Tabel 7.4 Perilaku minum Tabel 7.5 Penggunaan obat-obatan : Pria viii Tabel dan Gambar

9 Gambar 7.1 Gambar 7.1 Tren pertama kali merokok sebelum umur 15 tahun diantara remaja umur tahun yang merokok Tren pertama kali minum alkohol sebelum umur 15 tahun diantara remaja umur tahun yang merokok BAB 8 PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG HIV DAN AIDS Tabel 8.1 Pengetahuan tentang HIV/AIDS Tabel 8.2 Sumber informasi tentang HIV/AIDS Tabel 8.3 Pengetahuan tentang Permasalahan Terkait HIV/AIDS Tabel 8.4 Pengetahuan tentang VCT dan fasilitas VCT Tabel 8.5 Aspek Sosial HIV/AIDS Tabel 8.6 Pengetahuan tentang metode pencegahan HIV/AIDS Tabel 8.7 Pengetahuan Komprehensif tentang HIV/AIDS Tabel 8.8 Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual Tabel 8.9 Sumber informasi PMS Tabel 8.10 Pengetahuan tentang gejala PMS Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Wanita belum kawin tahun yang mendengar PMS menurut sumber informasi Pria belum kawin tahun yang mendengar PMS menurut sumber informasi Wanita belum kawin tahun yang mendengar HIV/AIDS menurut respon atas miskonsepsi dan mitos mengenai HIV/AIDS Pria belum kawin tahun yang mendengar PMS menurut sumber informasi Wanita belum kawin tahun yang mendengar HIV/AIDS menurut menurut cara pencegahan HIV/AIDS Pria belum kawin tahun yang mendengar HIV/AIDS menurut menurut cara pencegahan HIV/AIDS Wanita belum kawin tahun yang mendengar HIV/AIDS menurut menurut cara pencegahan HIV/AIDS Pria belum kawin tahun yang mendengar HIV/AIDS menurut menurut cara pencegahan HIV/AIDS BAB 9 PACARAN DAN PENGALAMAN SEKSUAL Tabel 9.1 Usia saat pertama kali berpacaran Tabel 9.2 Perilaku berpacaran Tabel 93 Sikap terhadap hubungan seksual sebelum menikah Tabel 9.4 Sikap Pria Belum Kawin mengenai Hubungan Seksual sebelum menikah Tabel 9.5 Sikap terhadap keperawanan Tabel dan Gambar ix

10 Tabel 9.6 Pengalaman Seksual Tabel 9.7 Alasan untuk berhubungan seksual pertama kali Tabel 9.8 Umur ketika pertama kali berhubungan seksual Tabel 9.9 Penggunaan kondom Gambar 9.1 Wanita dan pria belum kawin tahun yang tidak pernah berpacaran Gambar 9.2 Wanita dan pria belum kawin tahun pernah berhubungan seksual pranikah Gambar 9.3 Alasan wanita dan pria belum kawin tahun pernah berhubungan seksual pranikah LAMPIRAN A TABEL-TABEL MENURUT PROVINSI Tabel A-3.1 Pajanan Media Massa: Wanita Tabel A-3.2 Pajanan media massa:pria Tabel A-3.1 Pesan dari media cetak Tabel A-3.2 Pesan dari media cetak Tabel A Pesan dari radio Tabel A Pesan dari radio Tabel A Pesan dari televisi Tabel A Pesan dari Televisi Tabel A Pengetahuan tentang masa subur wanita Tabel A Pengetahuan tentang risiko kehamilan Tabel A Pemahaman tentang anemia Tabel A Diskusi tentang kesehatan reproduksi: Wanita Tabel A Diskusi tentang kesehatan reproduksi: Pria Tabel A Sumber pilihan untuk mengetahui informasi lebih banyak tentang kesehatan reproduksi: Wanita Tabel A Sumber pilihan untuk mengetahui informasi lebih banyak tentang kesehatan reproduksi: Pria Tabel A Pengetahuan tentang sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja: Wanita Tabel A Pengetahuan tentang sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja: Pria Tabel A-5.1 Pengetahuan tentang metode kontrasepsi Tabel A Rencana untuk menggunakan kontrasepsi di masa mendatang Tabel A Rencana untuk menggunakan kontrasepsi di masa mendatang Tabel A Sikap terhadap penyedia layanan keluarga berencana bagi remaja yang belum menikah Tabel A Sikap terhadap penyedia layanan keluarga berencana bagi remaja yang belum menikah Tabel A Umur ideal kawin pertama untuk wanita : Wanita Tabel A Umur ideal kawin pertama untuk wanita : Pria x Tabel dan Gambar

11 Tabel A Umur ideal kawin pertama untuk pria : Wanita Tabel A Umur ideal pria menikah pertama: Pria Tabel A Umur ideal wanita melahirkan pertama: wanita Tabel A Umur ideal wanita pada kelahiran pertama: Pria Tabel A Umur ideal pria pada kelahiran pertama: Wanita Tabel A Umur ideal pria pada kelahiran pertama: Pria Tabel A Jumlah anak ideal: wanita Tabel A Jumlah anak ideakpria Tabel A-8.1 Pengetahuan tentang HIV/AIDS Tabel A-8.2 Pengetahuan tentang penyakit menular lain LAMPIRAN B KERANGKA SAMPEL Tabel B.1 Alokasi sampel menurut provinsi Tabel B.1.2 Target responden menurut provinsi Tabel B.2.1 Rancangan sampel: hasil wawancara rumah tangga Tabel B.2.2 Rancangan sampel: hasil wawancara responden: wanita Tabel B.2.3 Rancangan sampel: hasil wawancara responden: wanita LAMPIRAN C ESTIMASI KESALAHAN SAMPLING Tabel C.I Daftar variabel terpilih untuk kesalahan sampling dari sampel wanita pernah kawin, Indonesia Tabel C.2 Kesalahan sampling: Nasional, Indonesia Tabel C.3 Kesalahan sampling: Perkotaan, Indonesia Tabel C.4 Kesalahan sampling: Perdesaan, Indonesia Tabel C.5 Kesalahan sampling: Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia Tabel C.6 Kesalahan sampling: Sumatera Utara, Indonesia Tabel C.7 Kesalahan sampling: Sumatera Barat, Indonesia Tabel C.8 Kesalahan sampling: Riau, Indonesia Tabel C.9 Kesalahan sampling: Jambi, Indonesia Tabel C.10 Kesalahan sampling: Sumatera Selatan, Indonesia Tabel C.11 Kesalahan sampling: Bengkulu, Indonesia Tabel C.12 Kesalahan sampling: Lampung, Indonesia Tabel C.13 Kesalahan sampling: Bangka Belitung, Indonesia Tabel C.14 Kesalahan sampling: Kepulauan Riau, Indonesia Tabel C.15 Kesalahan sampling: DKI Jakarta, Indonesia Tabel C.16 Kesalahan sampling: Jawa Barat, Indonesia Tabel G.17 Kesalahan sampling: Jawa Tengah, Indonesia Tabel C.18 Kesalahan sampling: DI Yogyakarta, Indonesia Tabel C.19 Kesalahan sampling: Jawa Timur, Indonesia Tabel C.20 Kesalahan sampling: Banten, Indonesia Tabel dan Gambar xi

12 Tabel C.21 Kesalahan sampling: Bali, Indonesia Tabel C.22 Kesalahan sampling: Nusa Tenggara Barat, Indonesia Tabel C.23 Kesalahan sampling: Nusa Tenggara Timur, Indonesia Tabel C.24 Kesalahan sampling: Kalimantan Barat Indonesia Tabel C.25 Kesalahan sampling: Kalimantan Tengah, Indonesia Tabel C.26 Kesalahan sampling: Kalimantan Selatan, Indonesia Tabel C.27 Kesalahan sampling: Kalimantan Timur, Indonesia Tabel C.28 Kesalahan sampling: Sulawesi Utara, Indonesia Tabel C.29 Kesalahan sampling: Sulawesi Tengah, Indonesia Tabel C.30 Kesalahan sampling: Sulawesi Selatan, Indonesia Tabel C.31 Kesalahan sampling: Sulawesi Tenggara, Indonesia Tabel C.32 Kesalahan sampling: Gorontalo, Indonesia Tabel C.33 Kesalahan sampling: Sulawesi Barat, Indonesia Tabel C.34 Kesalahan sampling: Maluku, Indonesia Tabel C.35 Kesalahan sampling: Maluku Utara, Indonesia Tabel C.36 Kesalahan sampling: Papua, Indonesia Tabel C.37 Kesalahan sampling: Papua Barat, Indonesia xii Tabel dan Gambar

13 KATA PENGANTAR Badan Pusat Statistik Publikasi ini menyajikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang merupakan bagian dari kegiatan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Publikasi ini merupakan laporan ketiga yang mengamati masalah kesehatan reproduksi rcmaja di Indonesia. Publikasi sebelumnya diterbitkan pada tahun 2004 dan SDKI 2012 dirancang bersama-sama oleh Badan Pusat Statistik (DPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Laporan Kesehatan Reproduksi Remaja menyediakan data tentang remaja pria dan wanita yang belum kawin berumur tahun. Responden remaja pria tersebut ditanyakan dengan menggunakan daftar pertanyaan khusus, sedangkan untuk remaja wanitanya ditanyakan dengan menggunakan daftar pertanyaan seperti yang diajukan untuk semua wanita tahun. Tujuan utama kegiatan KRR adalah menyajikan data tentang pengetahuan, sikap, perilaku, dan praktek remaja terhadap sistem reproduksi manusia, penggunaan rokok dan obat terlarang, konsumsi alkohol, hubungan seksual, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lain untuk pembuat kebijakan dan pengelola program. Kegiatan SDKI 2012 dibiayai oleh Pemerintah Indonesia, sementara ICF International- MEASURE DHS, dengan dana dari USAID menyediakan bantuan teknis dalam pengolahan data dan penyusunan laporan SDKI Rangkaian kegiatan SDKI 2012 diawali dengan uji coba yang dilaksanakan pada pertengahan Juli sampai dengan pertengahan Agustus 2011 dengan tujuan untuk raenguji kuesioner. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan petugas lapangan pada tanggal 22 April sampai dengan 5 Mei 2012, sementara kegiatan lapangannya dimulai dari 7 Mei sampai dengan 31 Juli Pengolahan data dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Oktober Laporan Pendahuluan diterbitkan pada Bulan November Tabulasi untuk laporan akhir dilakukan pada Bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013, dan laporan akhir dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Juli Dengan terbitnya publikasi ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh Tim Penulis dari BPS, BKKBN dan Kemenkes serta kepada ICF International atas asistensinya dalam penulisan laporan ini. Saya berharap publikasi ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memonitor dan mengevaluasi program nasional dibidang kesehatan, keluarga berencana, dan bidang lainnya, serta dapat memenuhi kebutuhan para peneliti dalam mengeksplorasi data dan untuk keperluan analisa lanjutan. Jakarta, September 2013 Dr. Suryamin Kepala Badan Pusat Statistik Kata Pengantar (BPS) xiii

14 xiv Kata Pengantar (BPS)

15 KATA PENGANTAR Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasioanal Program kesehatan reproduksi remaja (KRR) merupakan bagian integral dari program kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia. Fokus utama dari program KRR adalah meningkatkan pengetahuan seluruh pihak terkait dan para remaja itu sendiri mengenai pentingnya kesehatan reproduksi bagi kehidupan remaja di masa depan. Secara khusus, program KRR ditujukan untuk mengatasi masalah terkait pernikahan dini, kehamilan tidak diinginkan, konsumsi tembakau dan alkohol, serta HIV-AIDS. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi rekomendasi Global Youth Forum yang dilaksanakan di Bali pada tahun Forum tersebut menghasilkan rekomendasi yang berisi visi generasi muda di seluruh dunia untuk masa depan mereka, mencakup kesehatan, pendidikan, pekerjaan, keluarga, hak generasi muda, partisipasi, dan kesejahteraan. Rekomendasi final dari forum ini akan menjadi bagian dari laporan Sekretaris Jenderal PBB yang disampaikan dalam sidang Majelis Umum pada tahun 2014 serta menjadi masukan dalam diskusi pembangunan di PBB. Komponen KRR pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyediakan informasi penting mengenai isu KRR di Indonesia bagi pembuat kebijakan dan pengelola program. Publikasi komponen KRR dari SDKI 2012 ini tepat waktu mengingat pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada BPS, Kementerian Kesehatan, Bappenas, Lembaga Demografi-FEUI, dan ICF International untuk kerjasamanya dalam penyusunan laporan khusus KRR pada SDKI 2012 ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada USAID yang menyediakan fasilitasi teknis melalui ICF International. Jakarta, September 2013 Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, Sp. GK Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kata Pengantar (BKKBN) xv

16 xvi Kata Pengantar

17 KATA PENGANTAR Kementerian Kesehatan Jumlah usia muda tahun diperkirakan sekitar 17 persen dari total penduduk Indonesia. Ketika mereka membangun kehidupan mereka, kelak akan berperan penting dalam masa depan Indonesia, mulai dari membangun rumah tangga, menjadi pemimpin dalam pengambilan keputusan, dan menjadi tulang punggung pereknomian nasional Indonesia. Status kesehatan usia remaja sangatlah penting, terutama kesehatan reproduksi mereka, selama tahun-tahun remaja dan dewasa muda. Untuk merancang program yang efektif mengantarkan mereka untuk berhasil ke masa dewasa, maka sangat penting memahami apa yang menjadi pilihan mereka, hak dan tanggung jawab sehubungan dengan kesehatan reproduksi. Laporan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2012 merupakan laporan khusus dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun Laporan ini menyediakan informasi remaja karakteristik latarbelakang, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana; pengalaman penggunaan rokok, obat terlarang, dan konsumsi alkohol; hubungan seksual; dan pengetahuan HIV AIDS, serta penyakit menular lainnya. Laporan KRR menyajikan laporan yang komprehensif dan juga menyoroti temuan utama untuk setiap pokok bahasan. Saya mengharapkan informasi ini dapat digunakan sebagai panduan untuk para pembuat kebijakan dan program dalam mengembangkan dan mengevaluasi strategi serta program pelayanan kesehatan remaja di seluruh Indonesia. Laporan KRR ini sangat bermanfaat bagi Kementerian Kesehatan. Hasil dari survei KRR bersama dengan hasil survei lainnya telah digunakan dan terus menjadi rujukan penting mendukung perencanaan berbasis bukti untuk memberikan pelayanan yang efektif pada kelompok remaja dan dewasa muda. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah bekerja keras menyelesaikan laporan KRR tahun Khususnya dari BPS, BKKBN, BAPPENAS, UI, USAID, dan ICF International atas kerja samanya untuk menyelesaikan laporan ini. Nafsiah Mboi, MD.Ped, MPH Menteri Kesehatan RI Kata Pengantar (Kementerian Kesehatan) xvii

18 xviii Kata Pengantar

19 SINGKATAN BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BPS Badan Pusat Statistik IDHS Indonesia Demographic and Health Survey PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional, survei tingkat nasional yang dilaksanakan oleh BPS secara tahunan UNFPA United Nations Population Fund UNICEF United Nations Children's Fund USAID United States Agency for International Development WHO World Health Organization Singkatan xix

20 xx Singkatan

21 RINGKASAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Pada Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) sebagai bagian dari kegiatan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, dari sejumlah responden dewasa muda yang diwawancarai: adalah pria dan adalah wanita. Enam puluh enam persen dari remaja berumur tahun dan sisanya (34 persen) berumur tahun. Sampel responden pria lebih besar daripada wanita; 57 persen dibandingkan dengan 43 persen. Untuk remaja wanita maupun pria, responden lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan (61 persen wanita dan 56 persen pria). KEGIATAN SAAT INI Hampir separuh remaja wanita dan tiga dari sepuluh remaja pria hanya bersekolah saja (masing-masing 46 dan 33 persen). Seperti yang diharapkan, remaja yang usianya muda lebih banyak yang bersekolah, sedangkan remaja yang lebih tua lebih banyak yang bekerja. Remaja di perkotaan lebih banyak yang bersekolah saja dibandingkan remaja di perdesaan, sebaliknya remaja di perdesaan lebih banyak yang bekerja saja dibandingkan remaja di perkotaan. Remaja yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang bersekolah saja, terutama remaja dengan pendidikan tidak tamat SMTA. Pola ini sama antara wanita dan pria (masing-masing 64 dan 47 persen). Remaja wanita dan pria yang berpendidikan rendah lebih banyak yang bekerja saja. Remaja wanita lebih banyak yang berpendidikan SMTA keatas dibandingkan remaja pria (masing-masing 97 dan 71 persen). Sebelas persen wanita dan 13 persen pria sedang bersekolah sekaligus bekerja pada saat yang bersamaan. KETERPAJANAN PADA MEDIA MASSA Televisi merupakan media yang paling populer di kalangan remaja; 88 persen wanita dan 85 persen pria dilaporkan menonton televisi setidaknya sekali seminggu. Media cetak merupakan media massa yang kurang populer (20 persen wanita dan 19 persen pria). Delapan persen wanita dan 9 persen pria terpajan oleh surat kabar, televisi, dan radio secara teratur. Delapan persen wanita dan 11 persen pria tidak terpajan oleh salah satu satu dari ketiga media tersebut. Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan dalam keterpajanan oleh media massa antara remaja wanita dan pria. Secara umum, responden yang lebih tua, mereka yang tinggal di daerah perkotaan, dan remaja dengan pendidikan menengah ke atas lebih besar kemungkinannya untuk terpajan oleh media massa. PENDIDIKAN Secara keseluruhan, 43 persen remaja wanita dan 35 persen remaja pria telah menyelesaikan pendidikan tingkat SMTA. Wanita mempunyai pendidikan yang lebih baik dibandingkan pria, 92 persen wanita berpendidikan SMTA keatas, dibandingkan dengan 86 persen pria. Untuk remaja wanita maupun pria, responden di perkotaan cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada responden di perdesaan. Tiga puluh tujuh persen wanita dan 43 persen pria mengatakan bahwa mereka berhenti sekolah karena mereka tidak mampu membayar uang sekolah dan 24 persen wanita dan 8 persen pria mengatakan bahwa mereka sudah merasa mempunyai pendidikan yang cukup. Persentase responden yang mengatakan bahwa mereka berhenti sekolah karena perlu cari uang kecil Ringkasan xxi

22 sekali (17 persen wanita dan 23 persen pria). Beberapa responden mengatakan bahwa mereka berhenti sekolah karena tidak suka sekolah atau tidak ingin melanjutkan pendidikan (4 persen wanita dan 10 persen pria). Untuk remaja wanita maupun pria, responden yang lebih tua dan responden yang tinggal di daerah perkotaan lebih banyak yang menyatakan perlu mencari uang sebagai alasan berhenti sekolah dibandingkan responden lainnya. PENGETAHUAN PERUBAHAN FISIK Secara umum persentase pengetahuan tentang perubahan fisik remaja wanita lebih tinggi dibanding kan dengan remaja pria. Hanya satu dari sepuluh remaja pria dan wanita yang tidak dapat menyebutkan perubahan fisik pada seorang anak pria dan wanita pada saat pubertas. Tandatanda perubahan fisik pada pria ketika menjadi remaja yang paling banyak disebut oleh remaja wanita dan pria adalah perubahan suara, tumbuh rambut di bagian tubuh, tumbuh jakun dan mimpi basah. Tanda-tanda perubahan fisik pada wanita ketika menjadi remaja yang paling banyak disebut oleh remaja wanita dan pria adalah haid, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut di bagian tubuh. SUMBER PENGETAHUAN PERUBAHAN FISIK Sumber pengetahuan tentang perubahan fisik paling banyak disebutkan remaja wanita adalah guru (61 persen) dan teman (29 persen). Sedangkann remaja pria paling banyak menyebut teman (48 persen) dan Guru (46 persen) sebagai sumber pengetahuan perubahan fisik. Sumber pengetahuan tentang perubahan fisik dari orang tua (ibu dan ayah pada remaja wanita jauh lebih tinggi (20 persen) dibandingkan dengan remaja pria (6 persen). Peran ibu sebagai sumber pengetahuan lebih menonjol pada remaja wanita (18 persen) dibandingkan remaja pria (4 persen). Selain sumber pengetahuan tentang perubahan fisik yang diperoleh dari hubungan personal, sumber pengetahuan media masa yang dimanfaatkan adalah buku/majalah/surat kabar sejumlah 25 persen pada remaja wanita dan 14 persen pada remaja pria. HAID Dari semua responden remaja wanita umur tahun sangat sedikit yang belum pernah mendapatkan haid (0,3 persen). Dua puluh Sembilan persen remaja wanita mendapat haid pertama kali saat mereka berumur 13 tahun, dan 24 persen remaja wanita sudah mendapat haid pertama pada umur 14 tahun. Hampir separuh remaja wanita membahas mengenai haid dengan teman sebelum mereka mendapatkan haid pertama. Ibu (41 persen), saudara kandung (13 persen) dan guru (12 persen) juga menjadi sumber tempat membahas haid sebelum responden mendapat haid pertama kali. MIMPI BASAH Pertama kali remaja pria sudah mengalami mimpi basah sejak umur 10 tahun. Persentase terbanyak remaja pria mengalami mimpi basah pada umur 14 tahun (25 persen). Sebagian kecil (7 persen) responden remaja pria menyebut tidak pernah mengalami mimpi basah. Remaja pria umur muda mengalami mimpi basah pertama kali lebih awal dibandingkan dengan remaja pria. Sebagai contoh 25 persen remaja telah mengalami mimpi basah pertama kali umur 14 tahun, dibandingkan dengan 10 persen untuk remaja pria umur 17 tahun atau lebih. Remaja pria menyatakan bahwa mereka pernah membahas tentang mimpi basah dengan seseorang sebelum mengalami mimpi basah pertama kali. Separuh remaja pria menyebut tidak dengan seorangpun membicarakan pengalaman mimpi basah pertama kalinya. Sejumlah 48 persen mendiskusikannya dengan teman-temannya, dan 18 persen mendiskusikan dengan guru. xxii Ringkasan

23 PENGETAHUAN MASA SUBUR DAN RESIKO KEHAMILAN Sebagian besar remaja wanita dan pria tidak mengetahui dengan benar kapan terjadi masa subur seorang wanita. Pengetahuan tentang masa subur yang benar, yakni pada pertengaham masa subur, disebut dengan benar oleh 31 remaja wanita dan 18 persen remaja pria. Persentase remaja wanita dan pria yang mengetahui bahwa seorang wanita dapat hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual hampir sama (masing-masing 52 persen dan 51 persen). PEMERIKSAAN KESEHATAN SEBELUM MENIKAH Sebagian besar remaja menyata kan setuju dilakukan pemeriksa an kesehatan sebelum menikah. Pemeriksa an fisik merupakan jenis pemeriksaan kesehatan yang paling banyak disebut kan oleh remaja wanita (66 persen) dan remaja pria (65 persen). Pemeriksaan darah, air seni dan lainnya kurang dianggap perlu oleh remaja wanita dan pria. Sebagian besar remaja (69 wanita dan 56 persen pria) belum mengetahui dengan benar arti anemia (Hb rendah, kekurangan zat besi, dan kekurangan sel darah merah). Dua puluh lima persen remaja wanita dan 11 persen remaja pria yang mengetahui dengan benar arti anemia. PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA Diantara remaja yang mengeta hui dengan benar arti anemia, persen tase terbanyak menyebutkan penyebab anemia adalah: kurang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan; kurang mengkonsumsi daging, ikan dan hati; dan malnutrisi. Pengetahuan remaja wanita lebih tinggi dibandingkan remaja pria tentang cara mengobati anemia. Untuk mengobati anemia jawab an yang banyak disebutkan remaja adalah dengan minum pil untuk menambah darah, meningkatkan konsumsi sayur-sayuran yang kaya akan zat besi, minum tablet besi, dan meningkatkan konsumsi daging, ikan dan hati. TEMPAT PELAYANAN BAGI REMAJA UNTUK BERDISKUSI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI S e b a g i a n b e s a r r e m a j a w a n i t a membicarakan kesehatan reproduksi dengan teman (60 persen), ibu (44 persen), dan guru (43 persen). Pada remaja pria membicara kan masalah kesehatan reproduksi dengan teman (59 persen) dan guru (39 persen). Persentase remaja yang membicarakan masalah kesehatan reproduksinya dicirikan dengan mereka yang berdomi sili di perkotaan dan berpendi dikan lebih tinggi. Peran petugas kesehatan dan pemuka agama masih rendah (masing-masing 17 persen dan 11 persen). KELUARGA BERENCANA Program pemerintah untuk remaja difokuskan pada penyebarluasan informasi melalui berbagai media massa dan sistem pendidikan formal maupun informal dengan tujuan untuk menunda perkawinan dini di kalangan remaja dan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang keluarga berencana. PENGETAHUAN TENTANG ALAT/CARA KB Sembilan dari 10 remaja wanita mengetahui suatu alat/cara KB modern. Alat/cara KB modern yang paling banyak dikenal oleh remaja wanita adalah pil, suntikan, dan kondom. Alat/cara KB modern yang bersifat jangka panjang seperti Susuk KB/Impant, IUD/Spiral, Sterilisasi Wanita (MOW), Sterilisasi Pria (MOP) kurang terkenal di kalangan remaja wanita dan pria. Pola pengetahuan remaja wanita tentang alat/cara KB modern selama kurun waktu dua survey tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Ringkasan xxiii

24 Distribusi remaja yang berkeinginan menggunakan suatu alat/cara KB di masa mendatang secara umum cukup tinggi (81 persen pada wanita dan 68 persen pada pria). Remaja yang berumur lebih tua, tinggal di perkotaan, dan berpendidikan lebih tinggi cende rung lebih menginginkan tersedianya suatu pelayanan KB dibandingkan dengan remaja yang lebih muda. KEINGINAN UNTUK MEMAKAI ALAT/CARA KB Sejumlah 77 persenwanita dan 64 persen pria yang menyatakan ingin memakai suatu alat/cara KB pada masa masa yang akan datang. Remaja pria cenderung menyatakan tidak ingin memakai alat/cara KB pada masa mendatang dibandingkan dengan remaja wanita (15 persen berbanding 4 persen). Di antara para remaja tersebut, 14 persen wanita dan 15 persen pria menyatakan tidak yakin apakah akan menggunakan alat/cara KB atau tidak pada masa yang akan datang. D i s t r i b u s i r e m a j a y a n g i n g i n menggunakan cara/alat KB pada masa mendatang meningkat dalam lima tahun terakhir, terutama pada remaja pria. Pada tahun 2007, ada 37% pria yang menyatakan ingin menggunakan alat/cara KB pada masa mendatang, sedangkan pada tahun 2012, 6 dari 10 pria menyatakan ingin menggunakan alat/cara KB pada masa mendatang. Keinginan untuk memakai alat/cara KB remaja wanita pada masa mendatang sedikit meningkat dari 72% pada tahun 2007 menjadi 77% pada tahun 2012 KEBUTUHAN PELAYANAN ALAT/CARA KB Sebagian besar (80 persen) remaja wanita berpendapat bahwa suatu pelayanan KB harus tersedia untuk remaja, sementara itu angka ini jauh lebih rendah pada pria (58 persen). Sebagian besar remaja berpendapat bahwa pelayanan KB yang paling diinginkan adalah penyuluhan KB (76 persen wanita dan 54 persen pria). Konseling tentang KB dibutuhkan oleh 65 persen wanita dan 51 persen pria. Pelayanan KB yang paling sedikit dibutuhkan oleh wanita maupun pria adalah penyediaan alat/cara KB, masing-masing 36 persen dan 34 persen). Remaja yang tinggal di perkotaan dan berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih menginginkan adanya pelayanan KB bagi remaja Jika dibandingkan dengan temuan pada tahun 2007, terlihat adanya penurunan persentase remaja yang menginginkan pelayanan KB. Secara keseluruhan, persentase wanita yang menginginkan adanya pelayanan KB bagi remaja turun dari 90 persen pada tahun 2007 menjadi 80 persen pada tahun Begitu juga di antara remaja pria yang menyetujui adanya pelayanan KB untuk remaja turun dari dari 85 persen tahun 2007 menjadi 58 persen tahun PENDAPAT TENTANG PENGGUNAAN KONDOM Pria cenderung lebih setuju dengan pernyataan bahwa penggunaan kondom dapat mencegah kehamilan (74 persen pria dan 64 persen wanita) dan dapat mencegah HIV/AIDS (66 persen pria dan 50 persen wanita) disbanding kan dengan wanita. Dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan pengetahuan remaja tentang kegunaan kondom yang dapat mencegah kehamilan dan melindungi kesehatan dari HIV/AIDS dan IMS. Dibandingkan dengan SDKI 2007, maka pada SDKI KRR-2012 diketahui persenta se pendapat remaja pria tentang penggunaan kondom yang dapat mencegah kehamilan, kondom dapat mencegah HIV/AIDS dan IMS terjadi penurunan. Remaja dari kelompok umur dewasa (20-24 tahun), berdomisili di perkotaan, dan pada pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih menyetujui penggunaan kondom dapat mencegah kehamilan, dapat mencegah HIV/AIDS dan IMS. PERILAKU SEKSUAL Secara umum, remaja pria cenderung lebih bisa menyetujui hubungan seksual sebelum menikah dibandingkan wanita. Hanya 1% remaja wanita menyetujui adanya hubungan seksual sebelum kawin bila dibandingkan dengan 4% pria. xxiv Ringkasan

25 Persentase remaja pria bisa menerima hubungan seksual sebelum menikah lebih tinggi (7%) dibandingkan dengan wanita (2%). Alasan utama remaja pria bisa menerima hubungan seksual pranikah karena menyukai hubungan seksual, saling mencintai dan merencanakan menikah. Remaja pria dengan pendidikan lebih rendah cenderung dapat menerima hubungan seksual sebelum kawin dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi. Remaja wanita yang tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya akan cenderung empat kali lebih banyak mempunyai pengalaman seksual daripada wanita yang belum kawin dan berpendidikan lebih tinggi. Delapan belas persen remaja wanita dan 25 persen remaja pria menyatakan bahwa mereka mengguna kan kondom ketika berhubungan seksual untuk pertama kalinya dan 27 persen remaja pria menyatakan bahwa mereka menggunakan kondom pada saat terakhir kali berhubungan seksual. r e m a j a w a n i t a ( 3 0 p e r s e n ) d a n meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif (sejumlah 30 persen remaja pria dan 6 persen remaja wanita). KEPERAWANAN Keperawanan masih dinilai tinggi oleh remaja wanita dan pria. Remaja wanita lebih berpersepsi pentingnya bagi seorang wanita untuk mempertahankan keperawanannya dibandingkan remaja pria (masing-masing 77 persen dan 66 persen). Persepsi ini lebih rendah bila dibandingkan dengan SKRRI tahun 2007 (masing-masing 99 persen dan 98 persen). Remaja SDKI KRR-2012 lebih dapat menerima wanita yang sudah tidak perawan lagi bila dibandingkan dengan remaja SKRRI Remaja wanita dan pria yang berpendidikan lebih tinggi cenderung menyatakan bahwa keperawanan seorang wanita hendaklah dipertahankan. PACARAN Dua puluh delapan persen dari remaja pria dan 27 persen remaja wanita menyatakan bahwa mereka memulai berpacaran sebelum berumur 15 tahun, sedangkan menurut SKRRI tahun 2007 hanya 19 persen remaja pria dan 24 persen remaja wanita. Peningkatan ini menegaskan temuan sebelumnya bahwa makin banyak remaja saat ini telah mulai berpacaran. Ada perbedaan nyata pada umur mulai berpacaran pada remaja berumur tahun pada SDKI 2012 KRR dibandingkan dengan SKRRI tahun Pada tahun 2012, sejumlah 25 persen remaja pria dan 26 persen remaja wanita memulai berpacaran pada berumur 12 sampai dengan 14 tahun, sementara pada tahun 2007, 15 persenremaja pria dan 20 persen remaja wanita memulai berpacaran pada umur yang sama. Hal ini menegaskan bahwa remaja mulai berpacaran pada umur yang lebih muda. Aktivitas remaja dalam berpacaran menunjukkan berpegangan tangan adalah hal yang paling banyak mereka lakukan (72 persen remaja wanita dan 80 persen remaja pria). Remaja pria cenderung lebih banyak melaporkan perilaku berciuman (48 persen) dibandingkan dengan PERKAWINAN Remaja berpendapat bahwa pria idealnya menikah lebih tua daripada wanita. Menurut pendapat remaja wanita, median umur yang ideal pada saat perkawinan adalah 23,6 tahun untuk wanita dan 25,9 tahun untuk pria, sedangkan menurut remaja pria, median umur menikah adalah 22,6 tahun untuk wanita dan 25,6 tahun untuk pria. Hampir tidak ada perubahan di median umur ideal ideal kawin bagi seorang pria untuk menikah selama lima tahun terakhir. Bagi remaja wanita median umur ideal kawin bagi seorang wanita untuk menikah sedikit mening kat dari 23,1 tahun pada tahun 2007 menjadi 23,6 tahun pada tahun Menurut pendapat remaja pria, median umur kawin bagi wanita terlihat jelas meningkat dari 21,3 tahun di 2007 menjadi 22,6 tahun di Sedangkan pendapat remaja wanita dan remaja pria tentang umur ideal pria menikah tidak ada perubahan sama sekali selama kurun waktu 5 tahun. Mayoritas remaja wanita (70 persen) dan remaja pria (74 persen) mengatakan bahwa Ringkasan xxv

26 mereka akan memutuskan sendiri dengan siapa mereka akan kawin. Persentase wanita remaja yang mengatakan bahwa mereka sendiri yang akan memutuskan dengan siapa akan kawin meningkat dari 50 persen pada tahun 2007 menjadi 70 persen pada tahun Perubahan ini bahkan lebih menonjol di antara remaja pria di tahun 2012 sebesar 74 persen dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 28 persen. UMUR IDEAL MEMPUNYAI ANAK PERTAMA KALI Sangat sedikit remaja belum kawin yang menyatakan bahwa seorang wanita seharusnya mulai melahirkan anak sebelum umur 20 tahun (1 persen wanita dan 2 persen pria); atau bahwa seorang pria seharusnya mulai mempunyai anak sebelum umur 22 tahun (2 persen wanita dan 2 persen pria). Median umur yang ideal seorang wanita untuk memiliki kelahiran pertamanya adalah 25 tahun sementara di antara pria adalah 24,4 tahun. Median umur yang ideal pada kelahiran pertama bagi seorang pria adalah sama antara pernyataan wanita remaja dan pria (masing-masing 27,1 tahun dan 27 tahun) dan jauh lebih tinggi daripada median umur ideal untuk seorang wanita. Menurut remaja wanita dan pria, median umur ideal seorang wanita melahirkan anak pertama antara hasil SKRRI 2007 dan SDKI KRR-2012 ada perubahan namun kecil. Perubahan lebih Nampak dari pendapat remaja pria yang menyebutkan median umur ideal seorang wanita mempunyai anak pertama adalah 23,3 tahun (SKRRI 2007) dan median umur 24,4 tahun (SDKI KRR 2012). Median umur ideal umur pertama seorang pria mempunyai anak pertama kali dari dua survey tidak nampak adanya perubahan. JUMLAH ANAK IDEAL SKRRI 2007, maka dari hasil SDKI KRR-2012 menunjukkan ada sedikit peningkatan persepsi median jumlah anak yang ideal pada remaja wanita. Median jumlah anak ideal yang diinginkan remaja wanita pada SKRRI 2007 sejumlah 2,5 orang anak menjadi 2,6 orang anak pada SDKI KRR KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN Tiga dari 10 remaja wanita dan 18 persen pria mengaku mengetahui seseorang yang mereka kenal secara pribadi yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Mereka telah menyarankan teman sebayanya untuk tidak menggugurkan kandungan pada kehamilan yang tidak diinginkan. MINUM MINUMAN BERALKOHOL Pria cenderung minum minuman beralkohol dibandingkan dengan wanita. Dari 39 persen remaja pria yang pernah minum minuman beralkohol, 23 persen merupakan mantan peminum, 16 persen jarang minum, dan kurang dari 1 persen mengkonsumsi setiap hari. Remaja wanita muda (umur tahun) mulai minum minuman beralkohol pada umur lebih muda dari wanita yang lebih tua (umur tahun). Sejumlah 15 persen remaja wanita dan 9 persen remaja pria mulai minum minuman alkohol pada umur sebelum 14 tahun. Pada umur 15 tahun, 16 persen remaja wanita dan 17 persen remaja pria telah mengkonsumsi minuman beralkohol. Dalam tiga bulan terakhir sebelum survei, dari 5 persen remaja wanita dan 39 persen remaja pria yang pernah mengkonsumsi alcohol; sejumlah 22 persen remaja wanita dan 41 persen remaja pria di antaranya mengkonsumsi alkohol dalam tiga bulan terakhir, 11 persen remaja wanita dan 47 persen remaja pria pernah mabuk. Remaja wanita dan pria menyatakan jumlah anak ideal yang diinginkan hampir sama (median 2,6 anak remaja wanita dan median 2,7 anak remaja pria). Jika dibandingkan dengan xxvi Ringkasan

27 PENGGUNAAN OBAT OBATAN Hanya kurang dari 1 persen remaja wanita yang mengunakan obat-obatan terlarang. Sebagian besar obat-obatan tersebut dikonsumsi dengan cara dihisap, dihirup, dan ditelan. Sejumlah 4 persen remaja pria diketahui telah menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi dengan cara merokok. Obatobatan terlarang tersebut digunakan oleh remaja pria dengan cara terbanyak adalah menghisap, dan dicirikan oleh remaja pria dewasa (20-24 tahun), tinggal di daerah perkotaan, dan berpendidikan SMTA plus. PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS Pada umumnya remaja wanita memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang AIDS dibandingkan dengan remaja pria. Remaja yang berumur lebih tua juga pada umumnya memiliki kesadaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang lebih muda. Responden dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan lebih tinggi tentang HIV/AIDS dibandingkan dengan remaja yang berpendidikan lebih rendah. Pada mereka yang berpendidikan rendah, proporsi pria yang mengetahui AIDS lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, wanita yang berpendidikan tinggi lebih banyak memiliki pengetahuan tentang AIDS dibandingkan dengan pria dengan tingkat pendidikan yang sama. Media yang banyak diakses oleh remaja pria dan wanita sebagai sumber informasi HIV/AIDS berturut-turut adalah televisi (TV), sekolah, teman dan kerabat., Tenaga profesional kesehatan (medis) belum menjadi sumber informasi yang efektif tentang HIV/AIDS. Remaja wanita dan pria yang berpendidikan rendah mengandalkan TV, teman, dan kerabat untuk mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS. Proporsi mereka yang mengandalkan teman dan kerabat sebagai sumber informasi cukup tinggi (37 persen). Sejumlah 67 persen remaja wanita dan 63 persen remaja pria yang mengetahui bahwa menggunakan kondom dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV. Empat puluh enam persen remaja wanita dan 59 persen remaja pria mengetahui bahwa membatasi jumlah partner seksual hanya satu saja dapat mengurangi risiko tertular HIV PENGETAHUAN TENTANG VOLUNTARY HIV COUNSELING AND TESTING Sejumlah 11 persen dari remaja wanita dan 6 persen remaja pria yang mengetahui keberadaan layanan VCT. Persentase ini lebih rendah lagi ketika ditanyakan tentang pengetahuan mengenai akses layanan (8 persen wanita dan 3 persen pria). Remaja yang berumur lebih tua, berpendidikan lebih tinggi, dan tinggal di perkotaan lebih banyak yang mengetahui lokasi layanan VCT. ASPEK SOSIAL HIV/AIDS Mayoritas remaja mengetahui bahwa pengidap HIV/AIDS tidak harus menunjukkan tanda-tanda infeksi. Lebih dari setengah responden, terlepas dari jenis kelamin mereka, menganggap bahwa status HIV anggota keluarga yang terinfeksi seharusnya tidak diekspos ke ruang publik (59 persen untuk remaja wanita dan 64 persen remaja pria). Sikap positif terhadap anggota keluarga yang terinfeksi HIV/AIDS masih cukup tinggi. Hanya 20 persen remaja wanita dan 17 persen remaja pria yang diwawancarai yang tidak bersedia untuk merawat anggota keluarga mereka yang terinfeksi HIV/AIDS. Persentase responden yang enggan untuk merawat anggota keluarganya yang terinfeksi tersebut lebih tinggi di kalangan responden yang lebih muda, responden yang tinggal di perdesaan dan responden yang berpendidikan rendah. Ringkasan xxvii

28 Pengetahuan remaja tentang cara penularan HIV/AIDS memprihatinkan. Lebih dari separuh responden wanita belum kawin umur tahun masih percaya bahwa HIV dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk dan berbagi makanan. Pengetahuan pria tentang HIV tidak lebih baik daripada wanita. Hanya 13 persen remaja wanita dan 12 persen remaja pria yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV. PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA Pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) menunjukkan 79 persen remaja wanita dan 92 persen remaja pria mengetahui syphilis, sedangkan 35 persen remaja wanita dan 19 persen remaja pria mengetahui gonorrhea. Pengetahuan tentang genital herpes masih tergolong rendah (24 persen remaja wanita dan 4 persen remaja pria), sedangkan pengetahuan mengenai condylomata, chancroid, chlamydia, candida, dan jenis PMS lain tergolong sangat rendah (dibawah 1 persen). Responden berumur tahun, yang tinggal di perkotaan, dan yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan tentang PMS lebih baik. Sumber informasi IMS lainnya yang paling sering disebut oleh wanita adalah sekolah dan guru (65 persen) diikuti oleh televisi (23 persen), dan teman dan kerabat (22 persen). Pada pria, teman dan kerabat adalah sumber informasi yang paling sering disebut (51 persen) diikuti oleh sekolah dan guru (48 persen). Internet mulai dikenal sebagai sumber informasi yang umum mengenai PMS yang disebutkan oleh 13 persen remaja wanita dan 15 persen remaja pria. Sejumlah 11 persen remaja pria dapat menyebutkan dua atau lebih gejala PMS pada pria, dan hanya 3 persen remaja yang dapat menyebutkan gejala PMS pada wanita. Pria dan wanita yang berumur lebih matang, tinggal di area perkotaan, dan berpendidikan tinggi lebih cenderung mengetahui gejala-gejala PMS. xxviii Ringkasan

29 Peta Indonesia xxix

30 xxx Peta Indonesia

31 PENDAHULUAN Latar belakang Terminologi 'remaja' telah diterjemahkan menjadi beberapa arti. Pada dasarnya, remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Secara lengkap, definisi 'remaja' harus mempertimbangkan perubahan biologis, psikologi dan sosial. Perubahan biologis menekankan pada terjadinya masa pubertas yang mengubah bentuk tubuh anak-anak menjadi seorang remaja yang matang secara fisik dan seksual. Definisi psikologis membedakan terminologi 'remaja' pada perubahan tugas-tugas yang harus dicapai, masing-masing berkaitan dengan tugas utama yaitu pencapaian identitas personal. Definisi sosiologis menjelaskan bahwa remaja adalah status di dalam suatu masyarakat, khususnya sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa ( 3 April 2013). Umur telah digunakan untuk membedakan kelompok remaja menurut pertumbuhan fisiknya, seperti masa remaja 'awal' (11-13 tahun), remaja 'tengah' (14-18 tahun) dan remaja 'akhir' (19-24 tahun) (The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 2008). WHO mendefinisikan dewasa untuk mencakup semua orang yang berumur tahun (WHO, 1989 dalam Khan dan Mishra 2008), Kementerian Kesehatan Indonesia mendefinisikan ulang kelompok ini sebagai orang-orang yang hanya berumur dan tidak kawin. Sedangkan menurut BKKBN kelompok umur remaja adalah tahun dan tidak kawin (BKKBN, 2012). Dalam Kesehatan Reproduksi Remaja yang merupakan komponen dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, kelompok umur responden difokuskan pada pria dan wanita tahun yang belum kawin. Kesepakatan ini dimaksudkan untuk memastikan kecukupan jumlah responden atas perilaku berisiko seperti menghisap tembakau, mengkonsumsi minuman keras, menggunakan obat terlarang, dan keterikatan dalam hubungan seksual. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, ada 40,4 juta penduduk berumur tahun yang terdiri dari 16,6 juta pria dan 12,8 juta wanita dengan status belum kawin (Tabel 1.1). Populasi inilah yang menjadi fokus survei ini. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Distribusi persentase penduduk tahun menurut kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal, Indonesia 2010 Umur, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan Pria Tahun Perkotaan Perdesaan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Persentase Persentase Persentase ( 1000) ( 1000) ( 1000) Belum kawin , , ,9 Kawin 337 6, , ,1 Total , , ,0 Pria Tahun Belum kawin , , ,1 Kawin , , ,9 Total , , ,0 Wanita Tahun Belum kawin , , ,0 Kawin , , ,0 Total , , ,0 Wanita Tahun Belum kawin , , ,2 Kawin , , ,8 Jumlah , , ,0 Sumber: BPS, diolah dari hasil SP2010 Pendahuluan 1

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN 2007) 1. Pendahuluan Isu strategis dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International Agustus 2013 Laporan ini memuat

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Konferensi tingkat tinggi untuk indikator anak, Indonesia 2002-2003 Angka kematian balita Angka kematian bayi Angka kematian ibu Penggunaan sumber air

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International 1 Survei Demografi

Lebih terperinci

Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Ringkasan Hasil

Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Ringkasan Hasil Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasil Laporan ini memuat ringkasan dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 (SDKI 2002-2003) yang dilaksanakan oleh Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI Dr. Junaidi, SE, M.Si (Disampaikan pada Rapat Koordinasi Perwakiltan BKKBN Provinsi Jambi tanggal 1 September 2016) I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pandangan bahwa hubungan seksual adalah tabu, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya dengan orang lain. Menurut WHO remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut angka statistik terdapat sekitar 1 milyar remaja di dunia dan 85%nya berada di negara berkembang. Remaja memiliki peranan yang sangat penting akan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa perkembangan dan penyesuaian

Lebih terperinci

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah Oleh: Drs. Agus Supardi, Yusran Fauzi S.Si, M.Kes, Chandra, S.Sos HO mendefinisikan masa remaja sebagai masa peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA

PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA Iswarati 1 Abstract Survey of adolescents in 2009 represents a national survey, designed to produce estimates at the provincial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan generasi harapan bangsa, untuk itu perlu disiapkan sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja VSP09-REMAJA [di Dalam Sekolah] SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja Kerjasama: Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan RAHASIA BLOK I. KETERANGAN RINGKAS Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak perilaku promiskuitas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1 RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu lembaga di Indonesia yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi remaja seperti yang telah diungkap beberapa penelitian di atas adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual remaja saat ini sudah menjadi masalah dunia. Tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas. Perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah pbremaja(okey) w Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah HO mendefinisikan masa sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan batasan usia 10-24 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2017), masa remaja ada dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), remaja disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di dunia termasuk di Indonesia. Kebutuhan akan adanya program penanggulangan IMS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu masa saat individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder ketika telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur Usia Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia merupakan remaja berumur 10-19 tahun dan sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015 (Disarikan dari Hartanto, W 2016, Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015, disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja. Dimana 85% antaranya hidup di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi dan salah satunya adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Selain itu, pada

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci