BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Suparman Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambir (Uncaria gambir Roxb) Gambar 2.1 Gambir (Wikipedia, 2012) Klasifikasi Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) (Amos et al, 2004) : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae (suku kopi-kopian) : Uncaria : Uncaria gambir Hunter R
2 2.1.1 Deskripsi Gambir Gambir (Uncaria gambir Roxb) termasuk dalam family Rubiaceae (kopikopian). Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-3 m. Batangnya tegak, bulat, warna coklat pucat. Daunnya tunggal, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau. Bunga gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, memiliki mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk lonjong, dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk bulat telur, panjang lebih kurang 1,5 cm dan berwarna hitam (Amos et al, 2004). Bagian tanaman gambir yang dipanen adalah daun dan ranting yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir yang bernilai ekonomis. Panen atau pemangkasan daun dilakukan setelah tanaman berumur 1,5 tahun. Pangkasan daun dan ranting harus segara diolah, karena jika pengolahan ditunda lebih dari 24 jam, getahnya akan berkurang. Produksi gambir di Indonesia sebagian besar dihasilkan dari Sumatera Barat (Hayani, 2003). Gambar 2.2 Ekstrak gambir (Rahmanarief, 2008)
3 Teknik pengolahan gambir yang berkembang di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengolahan gambir cara rakyat, cara Cina, dan cara Eropa. Pada pengolahan gambir cara rakyat, daun dipisahkan dari ranting. Selanjutnya, daun dicelupkan selama 1-1,5 jam dalam air mendidih dan setiap 0,5 jam dibalik. Daun kemudian dimasak kembali selama 0,5 jam dan ekstrak gambir yang diperoleh diendapkan selama 12 jam. Padatan hasil ekstraksi dipisahkan dan ditiriskan, kemudian dicetak dan dikeringkan dengan dijemur atau dipanaskan di atas bara api (Hayani, 2003) Kandungan Gambir Gambir merupakan tanaman obat yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai campuran makan sirih serta dapat menguatkan gigi dan gusi. Kandungan zat aktif yang dimiliki gambir adalah catechin, baik dalam bentuk catechin murni atau catechol. Catechin dapat mencegah pembentukan extracellular glucan yang berfungsi melekatkan S. mutans pada permukaan gigi sedangkan catechol mampu menghambat aktivitas enzim glucosyltransferase yang dimiliki S. mutans. Enzim ini berkaitan dengan pembentukan plak gigi (Risnawati, 2008). Catechol memiliki efek antibakteri, mampu mengontrol bahkan membunuh bakteri dan mencegah perlekatan bakteri pada substansi hydroksiapatite. Interaksinya dengan protein permukaan bakteri akan mengurangi daya hidrofobik yang berperan untuk melekatkan bakteri pada permukaan gigi (Risfaheri, 1993).
4 Ekstrak gambir mengandung catechin sebagai komponen utama, suatu senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri. Ekstrak gambir mempunyai daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans yang menyebabkan terjadinya plak gigi. Terjadinya plak gigi dapat menyebabkan karies pada gigi dan berlanjut dengan gingivitis (Lucida et al, 2007). Catechin termasuk dalam struktur flavanoid, tidak berwarna, dan dalam keadaan murni sedikit tidak larut dalam air dingin tapi sangat larut dalam air panas, larut dalam alkohol dan etil asetat (Amos et al, 2004) Pemanfaatan Gambir Gambir mempunyai banyak manfaat. Kegunaan gambir antara lain untuk pewarna dalam industri batik, penyamak kulit, dikunyah bersama-sama dengan daun pinang, kapur, dan daun sirih, serta sebagai obat untuk luka bakar, diare, disentri, sariawan dan digunakan sebagai bahan pembuatan permen (Hadad et al, 2007) Efek Samping Gambir Penggunaan gambir tidak terlalu memberi efek pada kejadian kanker rongga mulut. Ekstrak gambir dinyatakan tidak dapat menyebabkan kanker tetapi lebih kepada membantu proses kelancaraan di perut dan usus. Gambir umum digunakan untuk menghentikan diare, akan tetapi penggunaan lebih dari ukuran satu ibu jari justru bukan hanya menghentikan diare tetapi akan
5 menimbulkan kesulitan buang air besar selama berhari-hari (Ridzuan, 2009; Rhamnosa, 2008). 2.2 Plak gigi Definisi Plak Gigi Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan rongga mulut. Hal tersebut dapat dilihat dari ada tidaknya deposit organik, seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus dan plak gigi. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut (Ruhadi, 2004). Plak gigi dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi dan scaling. Tetapi, plak gigi dapat terbentuk kembali setelah dihilangkan, walaupun tingkat kecepatan terbentuknya plak berbeda tiap individu. Plak merupakan penyebab utama kelainan periodontal, disamping itu plak juga dapat mempermudah terjadinya karies gigi (Carranza et al, 2006) Komposisi Plak Gigi Plak gigi tersusun sebagian besar dari mikroorganisme. Sekitar 2x10 11 bakteri terdapat dalam 1 gram berat basah plak gigi. Didapatkan lebih dari 500 jenis spesies bakteri berbeda yang dapat diisolasi dan diidentifikasi pada plak gigi, 30 % diantaranya merupakan bakteri penyebab gingivitis. Selain bakteri, mikroorganisme lainnya dapat ditemukan pada plak gigi ialah spesies dari Mycoplasma, yeast, protozoa dan jamur (Carranza et al, 2006).
6 Hampir 70 % plak terdiri dari mikrobial dan sisa-sisa produk ekstraseluler dari bakteri plak, sisa sel dan derivat glikoprotein (Manson & Eley, 1993). Plak gigi juga tersusun atas % matriks interselular dan terbagi menjadi matriks organik dan inorganik. Matriks organik penyusun plak gigi terdiri dari glikoprotein dari saliva, polisakarida dalam bentuk dekstran yang diproduksi oleh bakteri, albumin yang berasal dari cairan sulkus gingiva dan material lipid, sedangkan komponen utama dari matriks non-organik plak gigi ialah kalsium, fosfor magnesium, potasium dan sodium, flouride (Caranza et al, 2006) Proses Pembentukan Plak Gigi Pembentukan plak gigi sendiri di dalam rongga mulut dapat dibedakan menjadi 3 fase, yaitu pembentukan pelikel gigi, kolonisasi inisial, kolonisasi sekunder dan maturasi plak gigi. Sesaat setelah gigi dibersihkan, permukaan gigi akan dilapisi oleh acquired pellicle yang terdiri dari lapisan tipis glikoprotein dan antibodi yang berasal dari saliva dan cairan krevikular. Pellicle berfungsi sebagai pertahanan protektif, lubrikasi, dan pemeliharaan jaringan. Pellicle juga merupakan substrat bagi bakteri sehingga dapat meningkatkan perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Beberapa jam setelah terbentuknya pelikel gigi, terjadi peningkatan jumlah populasi bakteri pada lapisan tersebut. Kolonisasi bakteri inisial yang melekat pada pellicle adalah predominan bakteri fakultatif gram positif seperti Actinomyces sp. dan Streptococcus (Carranza et al, 2006).
7 Kolonisasi bakteri meningkat seiring dengan perlekatan bakteri baru dan sintesis polimer ekstraseluler sehingga plak menjadi semakin tebal dan menghambat saliva dalam menetralkan plak tersebut. Setelah ini terjadi fase kolonisasi sekunder dan maturasi plak gigi. Fase ini ditandain dengan adanya transisi dari spesies bakteri gram positif fakultatif menjadi spesies dari bakteri gram negatif anaerobik, seperti Provotella intermedia, Provotella loeschei, Capcynophaga sp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis. Kolonisasi bakteri-bakteri ini kemudian menempel pada sel bakteri kolonisasi inisial yang sudah terlebih dahulu berkolonisasi pada plak gigi seperti Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Provotella loeschei dengan Actinomyces viscosus dan Capcynophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus. Proses kolonisasi antar bakteri ini disebut dengan coaggregation process. Plak gigi mulai terbentuk dan dapat diukur 1 jam setelah gigi dibersihkan dengan akumulasi maksimum adalah 30 hari (Carranza et al, 2006). Pada literatur yang lain menunjukkan bahwa plak terbentuk 4 jam setelah menyikat gigi (Ruhadi, 2004) Identifikasi dan Pengukuran Plak Gigi Plak lebih cepat terbentuk selama tidur dari pada setelah makan karena aksi mekanis dari pengunyahan makanan dan aliran saliva akan menghalangi deposisi plak. Makanan yang keras, kasar, dan berserat juga menghalangi akumulasi plak. Pembentukan plak gigi adalah 1-4 jam setelah gigi dibersihkan dan dapat dilihat dengan memakai bahan disclosing agent berwarna merah terang. Dalam bentuk lapisan tipis plak umumnya tidak
8 terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan disclosing agent. Sedangkan dalam bentuk lapisan tebal, plak terlihat sebagai deposit kekuningan atau keabuan yang tidak dapat lepas dengan kumur atau irigasi tapi dapat dihilangkan dengan menyikat gigi (Manson & Eley, 1993 ; Ruhadi, 2004 ). Setelah dilakukan identifikasi plak gigi dengan menggunakan disclosing agent, biasanya akan dilakukan pengukuran jumlah plak gigi yang terlihat di permukaan gigi (Carranza et al, 2006 ). Ada beberapa cara menilai indeks plak, diantaranya adalah dengan metode skor plak Silness I & Löe (tabel 2.1) dan modifikasi Quiqly & Hein (tabel 2.2). Tabel 2.1 Kriteria penilaian indeks plak (Silness I & Löe,1964) Skor Keterangan 0 Tidak ada plak gigi, permukaan gigi terlihat bersih 1 Terdapat lapisan tipis plak pada margin gingiva, terlihat hanya apabila digores dengan explorer 2 Plak terlihat secara kasat mata sepanjang margin gingival 3 Akumulasi plak terlihat pada margin gingiva hingga menutupi interdental space Tabel 2.2 Kriteria penilaian indeks plak modifikasi Quiqly & Hein, Turesky (Paraskevas et al,2007) Skor Keterangan 0 Tidak ada plak 1 Bercak plak pada servikal gigi 2 Selapis tipis plak yang mengitari gigi (<1mm) pada servikal margin 3 Plak menyerupai pita, melapisi >1mm tetapi <1/3 mahkota gigi 4 Plak melapisi >1mm tetapi <2/3 mahkota gigi 5 Plak melapisi 2/3 mahkota gigi Pengukuran indeks plak pada pemakai piranti ortodonti cekat dapat dilakukan dengan metode Orthodontic Plaque Index / OPI (Heintze et al, 1999). Pemeriksaan dengan metode ini dilakukan dengan cara membagi semua gigi yang berada di bagian bukal dan dilekati breket menjadi 3 area
9 kemudian memeriksa plak yang terdapat pada 3 area pada gigi tersebut, kecuali gigi-gigi posterior yang diberi band. Semua permukaan bukal gigi yang dilekati breket diulasi dengan larutan disclosing. Gambar 2.3 Pembagian 3 area pada OPI Kontrol Plak Kontrol plak adalah pengangkatan plak gigi dan pencegahan akumulasi pada gigi dan permukaan gingiva. Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi sedangkan kontrol plak secara kimiawi dengan pemakaian pasta gigi dan obat kumur. Kontrol plak pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengeliminasi atau mengurangi bakteri yang ada pada plak gigi. Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara pembersihan plak secara mekanis dan penggunaan bahan anti kuman terutama untuk menekan S. mutans. Cara terbaik untuk menghilangkan plak yang berbahaya bagi gigi dan gusi adalah dengan menyikat gigi dengan benar dan teratur. Menyikat gigi membantu kontrol plak dan merupakan langkah awal untuk mengontrol karies dan penyakit periodontal baik untuk individu maupun populasi. Menyikat gigi dengan pasta gigi membantu menghilangkan plak, melawan pembusukan, memicu remineralisasi, menghilangkan noda gigi (Pratiwi, 2005; Diah, 2010; Dodwad, et al, 2011; Carranza et al, 2006).
10 2.3 Sikat gigi Menyikat gigi adalah cara mekanis utama untuk menghilangkan plak gigi, sehingga dapat membantu dalam pencegahan penyakit mulut seperti gingivitis dan karies gigi. Pemilihan sikat gigi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kebersihan rongga mulut seseorang (Asadoorian, 2006). Terdapat berbagai bentuk sikat gigi. Bentuk sikat gigi yang permukaan bulu sikatnya lurus, cembung, dan cekung sehingga dapat mencapai daerah tertentu dalam lengkung rahang. Dianjurkan pemakaian sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang (Panjaitan, 1995). Sikat gigi perlu diganti 2-3 bulan setelah pemakaian, oleh karena bulu sikat gigi sudah tidak dapat bekerja dengan baik dan dapat melukai gusi (Ariningrum, 2000). Selama perawatan ortodonti perlu dilakukan tindakan pencegahan penumpukan plak sehingga akan didapatkan oral hygiene yang baik. Alat-alat yang digunakan untuk menghilangkan plak secara mekanis dapat berupa sikat gigi elektrik dan manual. Sikat gigi manual yang digunakan adalah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut, baris tengah bulu sikat lebih pendek dibandingkan bulu sikat pada kedua pinggirnya untuk membantu penyingkiran plak di sekitar breket (Nazruddin, 2008). Sikat gigi manual berdasarkan tekstur permukaannya dapat diklasifikasikan menjadi : hard, medium, soft dan extra soft (Hiremath, 2007). Penggunaan bulu sikat kasar dapat menyebabkan resesi gingiva, sedangkan penggunaan bulu sikat lembut lebih dianjurkan karena lebih fleksibel, dapat membersihkan margin gingiva serta menjangkau daerah interproksimal (Carranza et al, 2006).
11 Pengguna peranti ortodonti cekat biasanya menggunakan sikat gigi khusus dengan bulu sikat yang berbentuk V (V Shaped bristles toothbrush) atau elektrik (powered toothbrush) (Koo et al, 2004). Gambar 2.4 Sikat gigi khusus pengguna peranti ortodonti (Carranza et al, 2006) Sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu membersihkan kotoran yang menempel di sela-sela gigi dan kawat yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi biasa. Pengguna peranti ortodonti cekat perlu hati-hati saat membersihkan plak yang menempel pada kawat agar tidak sampai merusak kawat giginya (Culbreth, 2002) Teknik Menyikat Gigi Saat menyikat gigi, teknik apapun yang digunakan harus diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi (Pintauli, 2008). Banyak metode untuk menyikat gigi yang efisien dan efektif. Metode ini dapat dikategorikan terutama menurut pola gerak ketika menyikat gigi dan menurut kebutuhannya, yaitu roll (teknik roll dan teknik modifikasi Stillman), sirkular (teknik Fones), vertikal (teknik Leonard), horizontal (teknik Scrub), vibrasi (Stillman, Charters dan teknik Bass) (Carranza et al, 2012). Metode yang sering direkomendasikan adalah teknik Bass karena teknik ini menekankan penempatan sulkular dari bulu sikat gigi, menempatkan ujung bulu sikat gigi ke margin gingiva untuk mencapai plak supragingiva dan
12 mengakses plak subgingiva sejauh mungkin. Gerakan vibrasi terkontrol digunakan untuk menghilangkan plak dan menghindari trauma. Teknik menyikat gigi Bass juga efektif dalam membersihkan plak gigi karena dapat membersihkan daerah servikal dan interproksimal yang merupakan tempat terbentuknya akumulasi plak pertama dan paling banyak (Carranza et al, 2012). Cara penyikatan gigi dengan teknik Bass adalah dengan bulu sikat menempel pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gingiva. Sikat gigi digerakkan dengan getaran-getaran kecil ke depan dan belakang selama kurang lebih 15 detik. Setiap daerah penyikatan meliputi 2-3 gigi. pembersihan pada tiap posisi dilakukan sekitar 20 gosokan dan terpusat pada sepertiga apikal mahkota, sulkus gingiva, dan interproksimal. Untuk permukaan palatal atau lingual gigi-gigi anterior, sikat gigi dipegang secara vertikal. Untuk daerah oklusal, ujung bulu sikat ditekan kuat-kuat ke dalam pit dan fissure (Ariningrum, 2000; Carranza et al, 2006). 2.4 Pasta gigi Pasta gigi atau gel dentrifice digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi (Roslan et al, 2009). Pasta gigi merupakan suatu bahan semi-aqueous yang digunakan bersama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Secara umum pasta gigi memiliki 5 fungsi utama, yaitu untuk mengurangi proses pembentukan plak
13 gigi, menguatkan gigi, menghilangkan tooth stain, menghilangkan debris serta menyegarkan bau nafas (Paraskevas et al, 2007) Kandungan pasta gigi Sebuah pasta gigi umumnya tersusun atas (Fauziyah et al, 2009) : 1. Agen polishing (penggosok) Merupakan salah satu bahan terpenting pasta gigi yang berfungsi untuk menghilangkan partikel makanan yang menempel pada gigi dan juga membantu menghilangkan diskolorisasi pada gigi. 2. Agen moistener (pelembab) Biasanya ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk menghindarkan terjadinya pengeringan dan pengerasan pasta. 3. Agen deterjen dan foaming (pembuat busa) Berfungsi untuk membantu agen polishing dengan membasahi gigi dan partikel makanan yang tertinggal di gigi juga berfungsi untuk mengemulsikan mucus. Jumlah deterjen yang digunakan bervariasi antara 1,5-5% dari total berat pasta gigi. 4. Agen pengikat Agen ini sangat esensial untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan pasta. 5. Pemanis Untuk memberikan rasa manis pada pasta yang sering digunakan adalah sakarin dengan konsentrasi antara 0,1-1,3%. Gula juga dapat digunakan namun cenderung mengkristal.
14 6. Flavour (pemberi rasa) Untuk memberikan aroma atau rasa pada pasta dan menghindarkan terjadinya mual. Selain itu juga untuk menambah kesegaran pasta, yang sering digunakan adalah minyak peppermint. 7. Pengawet Bahan pengawet yang digunakan haruslah bersifat non toksik dan berfungsi untuk menjaga struktur fisik, kimiawi, dan biologi pasta. Misalnya adalah sodium benzoate atau sodium hidroxibenzoat Pasta gigi herbal Pasta gigi memiliki tujuan yang berhubungan dengan pembersihan dan perbaikan jaringan setelah perawatan, dan mengandung bahan aktif untuk mengendalikan penyakit gigi dan periodontal. Pasta gigi antara lain mengandung bahan antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin sebagai bahan aktif yang dapat memberikan efek inhibisi secara langsung pada pembentukan plak. Bahan alami (herbal) dapat juga sebagai bahan alternatif pembuatan pasta gigi yang mampu memperkuat gigi sekaligus membunuh bakteri gigi secara efektif (Pratiwi, 2005). Berbagai produsen pasta gigi berinovasi untuk menambahkan zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Penggunaan bahan alami memiliki kelebihan karena efek terapeutik dari bahan alam bersifat konstruktif, efek samping yang ditimbulkan sangat kecil sehingga bahan alami relatif lebih aman daripada bahan kimiawi (Hembing, 1998). Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pasta gigi dan memiliki biokompatibilitas yang tinggi
15 adalah gambir (Uncaria gambir Roxb). Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa pasta gigi dari tanaman herbal apel dan anggur dapat menurunkan plak pada pemakai peranti ortodonti cekat. Kontrol plak pada pengguna peranti ortodonti cekat dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi apel dan pasta gigi anggur merupakan cara yang efektif untuk menurunkan akumulasi plak (Sa adah, 2012; Oktavianti, 2012). 2.5 Peranti ortodonti cekat Peranti ortodonti cekat merupakan suatu peranti ortodonti yang dilekatkan pada permukaan gigi dengan menggunakan semen komposit atau band yang telah disemen dan diletakkan di sekitar mahkota gigi sehingga tidak dapat dilepas oleh pasien (Singh, 2007; English et al, 2009). Peranti ini mempunyai tiga komponen utama, yaitu lekatan (attachment) yang berupa breket (bracket) atau cincin (band), kawat busur (archwire) dan penunjang (accessories atau auxilliaries) misalnya rantai elastomerik dan modul (Rahardjo, 2009). Gambar 2.5 Komponen peranti ortodonti cekat (Healthcare, 2011)
16 2.6 Hubungan Peranti Ortodonti Cekat dengan Plak Gigi Pada pengguna peranti ortodonti cekat, seringkali didapatkan akumulasi plak yang lebih banyak karena adanya peranti. Komponen alat-alat ortodonti cekat membuat area retensi baru yang cocok untuk kolonisasi bakteri dan menyebabkan peningkatan jumlah mikroba. Peranti ortodonti cekat juga melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis saat menyikat gigi dan mastikasi. Mikroorganisme lainnya ditemukan pada pasien dengan cincin elastomer dibandingkan pada pasien dengan wires, karena itu teknik ligasi ortodonti dianggap sebagai faktor tambahan untuk akumulasi plak (Kossack & Brinkmann, 2005; Souza et al, 2008). Plak merupakan suatu biofilm, komunitas bakteri (atau mikroba lain) dan polimer ekstraseluler yang melekat pada permukaan gigi. Adanya bakteri yang terdapat dalam rongga mulut merupakan flora normal dalam keadaan setimbang pada orang yang tidak menggunakan alat ortodonti. Komponen peranti ortodonti cekat seperti bracket, hook, band, arch wire, elastic, dan lain-lain menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang biak. Beberapa studi melaporkan peningkatan jumlah Streptococcus mutans seiring dengan pemakaian peranti ortodonti (Hagg et al, 2004). Retensi plak di sekitar peranti ortodonti menyebabkan demineralisasi enamel yang disebabkan oleh asam organik yang dihasilkan oleh bakteri di dalam plak gigi. Peranti ortodonti cekat menimbulkan area retensi baru yang cocok untuk kolonisasi bakteri dan menyebabkan peningkatan jumlah absolut dan presentase Streptococcus mutans dan Lactobacilli (Dumitrescu, 2010). Bakteri yang berakumulasi terdapat dalam plak gigi akan melekat erat pada
17 alat ortodonti, dan tidak akan terlepas bila hanya dengan berkumur-kumur. Oleh karena itu, plak gigi harus dibersihkan dengan sikat gigi dan alat bantu tambahan. Setiap ahli ortodonti harus menyediakan waktu untuk mengajar pasien tentang pentingnya melaksanakan kebersihan mulut yang baik selama perawatan. Menyikat gigi dengan efektif adalah metode terbaik membersihkan plak dari gigi. Penggunaan peranti kebersihan mulut tambahan dapat membantu tercapainya kebersihan yang adekuat (Habar, 2009; Yohana, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian piranti ortodonti cekat saat ini semakin banyak digunakan di masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti merupakan alat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi. Komponen fixed orthodontic terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin meningkat, seperti di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental Plak dental merupakan kumpulan mikroba yang beragam, terdapat dalam matriks pejamu dan polimer bakteri, yang tumbuh pada gigi sebagai biofilm. Menurut World Health
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi 2.1.1 Definisi Plak Gigi Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi ECC dan SECC Early childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC) telah digunakan selama hampir 10 tahun untuk menggambarkan status karies pada anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling umum adalah karies dan penyakit periodontal. 1 Plak sangat berperan dalam terjadinya kedua penyakit ini. 2 Kontrol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental plak adalah deposit lunak yang membentuk suatu lapisan biofilm dan melekat pada permukaan gigi, atau permukaan kasar lain pada rongga mulut termasuk bahan restorasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plak Gigi Plak gigi adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Tanaman ini merupakan komoditas utama Provinsi Sumatera Barat. Sekitar 80%
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat berdasarkan ada atau
Lebih terperinciKONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:
Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Bunga Rosella Rosella (Hibiscus sabdariffa) memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar didaerah tropis dan no tropis. Pohon Rosella mulai dikenal di Indonesia sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman perawatan ortodonti semakin diminati di kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat seiring dengan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak 2.1.1 Defenisi Plak Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat
Lebih terperinciBAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang
BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebersihan mulut merupakan salah satu bagian terpenting pada pasien perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik cekat selalu dihubungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka, dan tubuh yang dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari 300 spesies dapat diidentifikasi dalam rongga mulut. Spesies yang mampu berkoloni dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada umat manusia yang meluas ke seluruh dunia. 1 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi jaringan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang crowding, irregular, dan protrusif merupakan masalah bagi beberapa orang. Masalah-masalah pada posisi gigi dapat berpengaruh pada fungsi mastikasi dan estetik.1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut mempunyai pengaruh besar dalam asupan gizi dan perlindungan dari infeksi mikroba sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal penting karena berhubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang terpusat untuk membimbing, mengawasi dan mengoreksi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi Plak gigi adalah deposit lunak yang terbentuk akibat perlekatan biofilm pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut, termasuk pada pesawat lepasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kumur Dahulu obat kumur hanya dianggap sebagai larutan penyegar nafas yang mempunyai aroma, dengan sedikit atau tanpa efek terhadap kesehatan rongga mulut. Obat kumur sangat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora normal rongga mulut terdiri dari berbagai mikroflora termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus; bakteri merupakan kelompok yang predominan. Bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan dihilangkan bijinya, merupakan makanan ringan populer yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT
15 BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT Pada masa lalu, pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi akhir-akhir ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Siwak Kusumasari (2012) menyatakan bahwa penggunaan siwak sudah bergeser dari tradisional menjadi modern, siwak juga merupakan alat pembersih mulut terbaik
Lebih terperinciNama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916
Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 OHI (Oral Hygiene Index) OHI merupakan gabungan dari indeks debris dan indeks kalkulus, masing-masing didasarkan pada 12 angka pemeriksaan skor debris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut diderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut yang menjadi fokus penelitian utama di bidang kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut tersebar luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson & Eley, 1993). Plak adalah lapisan tipis yang tidak berwarna (transparan) tidak dapat dilihat dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi merupakan keadaan satu atau lebih gigi yang hilang atau lepas dari soketnya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor penyakit dan bukan penyakit. Faktor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak 15 provinsi memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah yang banyak diderita oleh sebagian besar masyarakat di dunia ini adalah penyakit gigi dan mulut, secara umum penyakit yang banyak di keluhkan oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan 25,9% penduduk Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat luas telah banyak menggunakan alat ortodonti cekat dengan tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat dan komponennya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita manusia hampir diseluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki peringkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih memerlukan perhatian serius. Walaupun prevalensi penyakit gigi ini dilaporkan sudah menurun
Lebih terperinciBAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam
BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam menyingkirkan plak dan meningkatkan kesehatan gingiva dibandingkan dengan sikat gigi manual. Sikat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi adalah suatu kerusakan bersifat progesif dan akumulatif yang terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari email ke dentin berlanjut ke pulpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut manusia terdapat lebih dari tiga ratus spesies bakteri (Wilson dan Kornman,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi atau yang biasa dikenal dengan gigi berlubang adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Mikroflora yang terkandung
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen
Lebih terperinciFAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL
BAHAN AJAR FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL (Periodonsia I) Disusun oleh: drg. H. Ahmad Syaify, Sp. Peno FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 TINJAUAN MATA KULIAH 1. Deskripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Ortodonsi merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan pertumbuhan wajah, dengan perkembangan gigi dan oklusi, dan perawatan kelainan oklusal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit yang sering dijumpai di rongga mulut sehingga menjadi masalah utama kesehatan gigi dan mulut (Tampubolon, 2005). Karies gigi terjadi pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental Penelitian pada dekade yang lalu mengemukakan plak gigi sebagai biofilm yaitu akumulasi komunitas mikroba yang melekat pada suatu permukaan. Plak dental merupakan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 39 orang dan harus memenuhi beberapa kriteria:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat ortodontik sekarang banyak digunakan di masyarakat luas. Kesadaran terhadap penampilan wajah dan daya tarik seseorang berpengaruh pada meningkatnya permintaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi Seumur hidup manusia, semua permukaan tubuh terpapar kepada berbagai mikroorganisme.umumnya, mikrobiota mempunyai hubungan yang harmonis dengan pejamu.akumulasi plak
Lebih terperinci