A f = luas penampang kipas (ft 2 ) V = kecepatan udara untuk desain ekonomis (1800 ft/min) = = 15,87 ft 5 m

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A f = luas penampang kipas (ft 2 ) V = kecepatan udara untuk desain ekonomis (1800 ft/min) = = 15,87 ft 5 m"

Transkripsi

1 123 =.,.,., = 51,2 hp Digunakan motor dengan daya 55 hp = 40,45 kw. Dibagi menjadi dua motor sehingga masing-masing motor dengan daya 20 kw. Perhitungan diameter kipas Kecepatan udara yang melalui kipas mempunyai range dari ft/min. Sedangkan untuk desain yang ekonomis, kecepatannya sekitar 1800 ft/min (Ludwig, 1997), sehingga didapat hubungan sebagai berikut Dimana : maka : Q ud = A f.v A f = luas penampang kipas (ft 2 ) V = kecepatan udara untuk desain ekonomis (1800 ft/min) A f = = 197,7 ft 2 =., Sehingga diameter kipas didapat : D f =.., = = 15,87 ft 5 m, Dibagi menjadi dua kipas sehingga diameter masing-masing kipas = 2,5 m. Resirkulasi Resirkulasi adalah bercampurnya udara yang masuk menara pendingin (fresh air) dengan sebagian udara yang meninggalkan menara (warm moist air) sehingga ada kandungan air yang masuk menara pendingin.

2 124 Gambar 4.29 Ilustrasi resirkulasi Untuk mengetahui resirkulasi yang terjadi dilakukan perhitungan sebagai berikut :, R c = (Ludwig, 1997) (, ) Dengan penentuan panjang sisi menara = 36,08 ft = 11 m.,, R c = (,, ) = 2,3 % Hal ini berarti nahwa udara keluar dari menara pendingin yang ikut masuk bersama udara segar adalah 2,3 % dari seluruh udara yang masuk ke menara pendingin. h. Analisa Make Up Water Make up water adalah penambahan kebutuhan yang digunakan untuk menggantikan air yang hilang karena adanya proses evaporasi pada menara pendingin (E), terbawanya air karena hembusan udara atau drift (W) dan air yang sengaja dibuang untuk mengurangi endapan yang terjadi atau blow down (B). Sehinga jumlah air yang ditambahkan adalah M = E + W + B (%) (Ludwig, 1997)

3 125 Kehilangan Air Karena Evaporasi Karena adanya perpindahan massa uap air dari muka basah ke udara akan menyebabkan jumlah air yang disirkulasikan berkurang akibat penguapan. Hal ini karena dalam menara pendingin udara mengalami proses penjenuhan dan keluar dalam kondisi udara jenuh. Air yang hilang ini dapat diperhitungkan dengan menggunakna persamaan berikut E = G (W 2 W 1 ) (Ludwig, 1997) Dari tabel psikometri, untuk udara jenuh yang keluar menara pada T= 95 0 F mempunyai rasio kelembaban W 2 = 0,0367 lb/lb dry air. Sedangkan untuk kondisi udara masuk dengan T= 67,46 0 F mempunyai rasio kelembaban W 1 = 0,0145 lb/lb dry air. Untuk aliran yang melalui menara pendingin G = 4.157,54 gpm. E = 4.157,54 gpm (0,0367 0,0145) lb/lb dry air. = 92,51 gpm Sedangkan total air yang disirkulasikan L = 4.313,7 gpm, maka: E =,., x 100 % = 2,14 % Kehilangan Air Karena Drift Drift adalah terbuangnya air bersama hembusan udara keluar. Drift eliminator tidak mungkin dapat mencegah seluruh air untuk tidak ikut keluar bersama hembusan udara. Tetapi, untuk desainyang baik, sistem akan kehilangan air diperkirakan kurang dari 0,2 % dari total air yang disirkulasikan (Ludwig, 1997). Kehilangan air akibat hembusan udara bervariasi untuk berbagai tipe menara pendingin dan kondisi lokal. Operasi menara pendingin yang normal kehilangan air berkisar 0,3 1 % dari sirkulasi air yang masuk menara pendingin (untuk tipe menara pendingin natural draft) dan 0,1 0,3 % untuk tipe mechanical draft cooling tower. (Ludwig, 1997) Dalam perancangan ini diperkirakan kehilangan air karena drift pada eliminator adalah 0,2 % dari total sirkulasi air. Karena air yang disirkulasikan sebesar 4.313,7 gpm, maka kehilangan air karena drift (W) adalah W = 0,2 % ,7 gpm = 8,6 gpm

4 126 Kehilangan Air Karena Blow Down Blow down adalah sejumlah air yang sengaja dikeluarkan dari menara pendingin untuk mengontrol kadar konsentrasi garam atau kotoran lain pada air yang disirkulasikan. Dengan adanya blow down ini maka diperlukan adanya air untuk menggantikan air yang keluar dengan persamaan sebagai berikut Dimana : B = W (Ludwig, 1997). π.c = cycle of concentration (harganya bervariasi antara 3-7) B,E dan W dalam %. Dalam perencanaain ini diambil nilai π.c = 3, maka kehilangan air akibat blow down sebesar : B =, % 0,2 % = 0,87 % Total Make Up Water yang Diperlukan Dari perhitungan di atas, jumlah air yang harus ditambahkan dalam sirkulasi air pada menara pendingin adalah sejumlah air yang hilang akibat evaporasi, drift dan blow down tersebut di atas adalah M = E + W + B = 2,14 % + 0,2 % + 0,87 % = 3,21 % Jadi total make up water yang diperlukan adalah 3,21 % dari seluruh air yang disirkulasikan pada menara pendingin, yaitu : = 3,21 % x 4.313,7 gpm = 138 gpm i. Perhitungan Beban Kalor Sensibel dan Laten Pada Menara Pendingin Perhitungan Beban Kalor Sensibel Pada Menara Pendingin Perpindahan kalor sensibel terjadi jika terdapat perbedaan suhu antara udara yang mengalir (masuk ke menara pendingin) dengan muka basah air ( air yang keluar dari sprinkle). Proses ini disebut juga dengan perpindahan panas

5 127 secara konveksi dimana kalor sensibel mengalir dari dalam zat cair ke muka basah (interface). Laju kalor sensibel dapat dihitung dengan rumus : q s = h c x (T i T a ) x A Dari data awal diketahui : - Kondisi udara masuk louver, t db = 71,46 0 F t wb = 67,46 0 F - Kondisi udara keluar menara, t db = t wb = 95 0 F - Luas perpindahan panas pada cooling tower : Jarak antara sprinkle dan louver = 4,92 ft = 1,5 m Diameter menara = 36,08 ft = 11 m maka, A = π. D. t = 3,14. 36,08 ft. 4,92 ft = 557,39 ft 2 Koefisien perpindahan panas T in, udara = 71,46 0 F G in, udara = 1475 lb/ jam.ft 2 Dengan temperatur di atas dari tabel properties udara didapat : ρ ud = 0,073 lb/ft 3 v V ud = 13,74 (ft 3 /lb) = G. v T out, udara = 95 0 F T rata-rata = ,74 = ,7 ft/jam = 5,6 ft/s = (, ) = 83,23 0 F Dari tabel properties udara didapat v = 0,172 x 10 3 ft 2 /s Pr = 0,729 k = 0,0149 BTU/h.Ft. 0 F

6 128 R e. = =,., = 1,2 N u = 0,664. R e 1/2. P r 1/3 h = 0,664. 1,2 1/2. 0,729 1/3 = 0,7 = =,,., = 0,0020 BTU/h.ft 20 F Sehingga laju kalor sensibel adalah q s = 0,0020 BTU/h.ft 20 F x (95 71,46) 0 F x 557,39 ft 2 = 25,85 BTU/h Perpindahan Beban Kalor Laten Pada Menara Pendingin Perpindahan kalor laten terjadi apabila terdapat perpindahan massa air dalam proses pengembunan ataupun penguapan karena pada saat uap air mengembun, kalor laten harus dilepaskan oleh air. Sebaliknya jika air menguap maka harus diberikan kalor laten untuk penguapan. Proses ini disebut juga dengan perpindahan air difusi. laju perpindahan kalor laten dapat dihitung dengan menggunakan rumus : q 1 = K (W 1 W 2 ) h fg x A Dari data-data awal diketahui : - Kondisi udara masuk (T in ) = t db = 71,46 0 F t wb = 67,46 0 F - Kondisi udara keluar (T out ) = t db = t wb = 95 0 F Dari tabel psikometri diperoleh : - W l (T=95 F) = 0,0367 lb/lb dry air - W a (T=71,46 F) = 0,0167 lb/lb dry air

7 129 Pada kondisi T rata-rata = 83,23 0 F diperoleh harga h fg = 47,31 BTU/lb dari tabel psikometri serta harga c pm = 0,2404 BTU/ lbm 0 F dari tabel properties udara. - K = = maka,, =, = 0,0082 lbm/jam ft 2 q 1 = 0,0082 (0,0367 0,0167) 47,31 557,39 ft2 = 4,34 BTU/jam Sehingga diperoleh dimensi cooling tower : Panjang = 9,84 m. Lebar = 8 m. Tinggi packed = 4,27 m. Diameter kipas = 2,5 m. Daya motor = 20 kw. Dibutuhkan dua buah kipas dan dua buah motor.

8 Gambar 4.30 Dimensi cooling tower hasil perhitungan 130

9 Desain Steam Jet Ejector Untuk menghitung dimensi dari steam ejector dengan cara : Steam ejector tingkat I 1. Menentukan entrainment ratio untuk gas NCG dan sumber uap dari gambar kurva entrainment ratio. 2. Menentukan total udara ekuivalen untuk NCG dan sumber uap. 3. Menghitung rasio kompresi. 4. Menghitung rasio ekspansi uap (tekanan uap/tekanan hisap). 5. Menentukan rasio udara/steam dengan melihat gambar kurva entrainment ratio molecular weight, dari harga rasio kompresi dan rasio ekspansi. 6. Dengan cara yang sama, dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan uap untuk steam ejector tingkat kedua. Gambar 4.31 Kurva entrainment ratio (Ludwig, 1999)

10 132 Gambar 4.32 Kurva entrainment ratio molecular weight (Ludwig, 1999) P 03 dihitung dari rumus : P 03 = P int Patm P 2 = P /P x P = 1 bar = 0,16 bar P 0b = P 2 P 03 = x 0,16, P 03 = 2,5 x 0,16 P 03 Maksimum rasio kompresi Rasio ekspansi P 0a = 0,4 bar = P 03 /P 0b = 0,4/0,16 = 2,5 = P 0b /P 0a = 6,5 bar P 0b / P 0a = 0,16 / 6,5 = 0,025 Dengan menggunakan grafik pada gambar 2.19 (Perry, 1999), diperoleh rasio area = A 2 /A t = 50 Rasio Entrainment = W b /W a = 0,95 Rasio Entrainment dikoreksi dengan persamaan W/W a = W b /W a x (T xm / T xm ) = 0,95 x 2,24 = 2,12

11 133 Kebutuhan motive steam = W a Laju alir massa fluida hisap = W = W b =0,13554 kg/s Kebutuhan motive steam, W a = W/2,12 = 0,13554/2,12 = 0,064 kg/s. Dengan menggunakan nilai W/W a =2,12 dan menggunakan grafik pada gambar 2.19, diperoleh rasio area koreksi, A 2 /A t = 35. Perhitungan luas penampang leher nozzle, A t Kecepatan motive steam dihitung dengan menggunakan asumsi Mach Number, M = V/c = 1, aliran kritikal atau sonic, V = c = (krt/m ), dimana : k = 1,4, R = 8,314 J/kgmol.K, M w = 18. c = 530,3681 m/s. Volume spesifik motive steam pada kondisi jenuh, tekanan 6,5 bara = 0,292 m 3 /kg Laju alir massa motive steam Laju alir volume motive steam Kecepatan motive steam = W a = 0,064 Kg/s. = W a x volume spesifik motive steam. = 0,064 x 0,292 = 0,019 m 3 /s = 530 m/s Luas penampang leher nozzle (A t ) = laju alir volume motive steam / kecepatan motive steam (V). Dari grafik telah diperoleh A 2 /A t = 35 A t D t = 0,019/530 = 3,6 x 10-5 m 2 = 0,36 cm 2 = =0,36 cm2 = 0,65 cm A 2 = 35 x 0,36 cm 2 = 12,6 cm 2 D 2 = 3,84 cm Dari grafik telah diperoleh A 2 /A t, sehingga dapat diperoleh A 2 dan D 2. Dimana : A t = Luas penampang leher nozzle D t = Diameter leher nozzle A 2 = Luas penampang constant area mixing suction (diffuser throat) D 2 = Diameter constant area mixing suction (diffuser throat)

12 134 Gambar 4.33 Notasi steam ejector dalam perhitungan. Gambar 4.34 Kurva desain optimum untuk single stage ejector.

13 Pompa Langkah kedelapan dalam merancang pembangkit listrik yaitu menghitung dan menentukan kebutuhan pompa yang digunakan. Fungsi dari pompa yaitu memberikan tekanan pada fluida agar dapat sampai di tempat yang diinginkan. Gambar 4.35 menunjukkan diagram dari proses pompa. Dalam perencanaan pembangkit metode direct-steam diperlukan empat jenis pompa yaitu: a. Hot well pump berfungsi untuk mengalirkan air kondensat yang berasal dari kondensator menuju cooling tower. Membutuhkan head yang cukup tinggi dikarenakan posisi cooling tower cukup jauh jaraknya dan tinggi saluran masuknya. b. Auxiliary cooling water pump berfungsi untuk mengalirkan air pendingin dari cooling tower menuju peralatan tambahan seperti ejector condenser dan liquid ring vacuum pump. c. Liquid ring vacuum pump berfungsi untuk menjaga kondisi kondensator agar tetap dalam keadaan vakum. Dengan bantuan peralatan steam jet ejector, ejector condenser membentuk sebuah sistem ekstrasi noncondensable gas. d. Pompa reinjeksi berfungsi untuk mengalirkan air kondensat dari kolam kondensat menuju dalam tanah. Reinjeksi air kondensat dimaksudkan untuk menjaga keberadaan air dalam aliran air tanah sehingga diharapkan produksi panas bumi akan berlangsung seterusnya.

14 136 Gambar 4.35 Diagram proses pompa Gambar 4.36 merupakan diagram penggambaran proses yang terjadi pada pompa dengan menggunakan diagram temperatur-entropi. Diagram temperaturentropi yang digunakan yaitu diagram R-718 water (water diagram, 2012). Pada pompa hot well, titik 7 merupakan kondisi air kondensat yang berasal dari kondensator sebagai sisi hisap pompa. Pada titik 8 merupakan kondisi air kondensat hasil proses pemompaan yang dialirkan menuju cooling tower. Pada pompa auxiliary cooling water, titik 16 merupakan kondisi air kondensat yang telah diturunkan temperaturnya dari cooling tower sebagai sisi hisap pompa. Pada titik 17 dan 18 merupakan air kondensat hasil proses pemompaan yang dialirkan menuju liquid ring vacuum pump serta ejector condenser. Pada liquid ring vacuum pump, titik 17 dan 13B merupakan kondisi panas bumi berupa air kondensat serta non-condensable gas sebagai sisi hisap pompa. Kemudian hasil dari proses pemompaan diteruskan dalam separator untuk dipisahkan antara non-condensable gas dengan air kondensat yang masih dikandung dalam fluida.

15 137 Pada pompa reinjeksi, sebagai sisi hisap pompa berasal dari kolam kondensat. Pada titik 21 merupakan air kondensat yang diinjeksikan kembali ke dalam tanah. Kondisi tiap titik ditampilkan dalam tabel Dengan mempertimbangkan laju aliran massa air pendingin yang akan melewati peralatan pembangkit, maka dipilih konstruksi pompa sentrifugal untuk pompa hot well, auxiliary cooling water dan pompa reinjeksi. Pemilihan pompa sentrifugal dikarenakan fluida hasil pemompaan dalam keadaan stabil, tidak pulsating. 1A 1B , 17, ,s Gambar 4.36 Diagram temperatur-entropi fluida pada pompa

16 138 Tabel 4.19 Tabel sifat fluida pada proses cooling tower T, 0 C P, bar 0,16 1, h, kj/kg 192,6 192,7 125,9 125,9 125,9 125,9 s, kj/kg 0 C 0,6517 0,6516 0,4368 0,4368 0,4368 0,4368 X ṁ steam ṁ NCG ṁ water 272,71 272,71 9,16 3 6,16 8,58 ṁ total 272,71 272,71 9,16 3 6,16 8, Perancangan kebutuhan pompa Perancangan kebutuhan pompa yang digunakan : Tabel 4.20 Tabel kebutuhan pompa No. Nama Desain kebutuhan m (kg/s) ρ (kg/m 3 ) Q (m 3 /min) Head (m) 1 Pompa hot well 272,21 989,71 16, Liquid ring 3,14 995,6 0,19 5 vacuum pump 3 Auxiliary cooling 9,16 995,6 0,55 10 water pump 4 Pompa reinjeksi 8,58 995,6 0,52 75

17 139 Gambar 4.37 Grafik pemilihan pompa Torisima (Torishima, 2014) Tabel 4.21 Spesifikasi dan merk pompa yang dipakai No Nama Pompa Q (m 3 /min) Head (m) 1 Pompa hot well Torishima CA , Liquid ring vacuum pump Nash P2620 0, Auxiliary cooling water pump Torishima CA , Pompa reinjeksi Torishima CA ,52 75

18 Pipe and Instrument Diagam (P&ID) Perencanaan selanjutnya menggunakan Pipe and Instrument Diagram (P&ID) yang berfungsi untuk mengetahui dimensi pipa dan aksesoris pipa yang dipakai. P&ID pada sumur produksi adalah sumur tempat keluarnya uap panas sebagai hasil pengeboran. Pada pipa di dekat sumur dilengkapi dengan katup yang digunakan sebagai pembuka dan penutup aliran uap panas. Katup yang digunakan yaitu katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya. Serta katup bola yang berfungsi untuk pemakaian throttling. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Pressure Transmitter adalah perangkat untuk mengukur tekanan mekanik dan mengkonversi ke sinyal listrik antara 4 ~ 20mA atau 0 ~ 10V. b. Flow Element c. Flow Transmitter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah hasil pengukuran menjadi sinyal listrik yang proporsional yang dapat diteruskan ke penerima jauh atau pengendali. d. Flow Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi besar laju aliran fluida. e. Temperature Transmitter f. Pressure Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi besar tekanan fluida. g. Temperature Well atau thermowell merupakan salah satu alat instrumentasi yang sederhana dan juga untuk melindungi peralatan lainnya. Alat ini sebaiknya dipasang pada sumbu pipa di mana temperatur alirannya akan diukur. Alat penunjuk temperatur akan bekerja menurut panas yang diditeksi melalui alat yang dimasukkan ke dalam pipa. Instrumen yang disambung dalam thermowell, hanya akan menunjukkan temperatur setempat. Perencanaan thermowell ini ditunjukan pula pada diagram pipa dan instrumen. (Raswari, 1986, UI Press) h. Pressure Safety Valve merupakan katup untuk mengeluarkan tekanan berlebih sehingga menjaga tekanan tidak melebihi batas.

19 Gb P&ID sumur produksi 141

20 142 Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (SS-001-A1-14 -PP50) pada daerah sumur produksi Desain kriteria: Vmin = 20 m/s Vmax = 30 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Laju aliran fluida ( Q ) = 8,58 kg/s = kg/h X 0,162 m 3 /kg = m 3 /h Pressure = 12 Bar a Temperatur = 188 o C Massa Jenis = 6,15 kg/m 3 Viskositas = 0,305 (cp) = 0, (kg/ms) Specific gravity = sg = 0,162 Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (μ x Q)/V = 39,37 x (0, x 5.022)/30 = 8,9 in. Inside diameter max. = 39,37 x (μ x Q)/V = 39,37 x (0, x 5022)/20 = 10,89 in. Inside diameter yang dipakai = 10 in.

21 143 Tabel 4.22 Kecepatan yang diperbolehkan pada pipa berdasarkan ASME B31.1. Velocity m/sec Oil : HSD oil and lubrication oil Steam : Saturated Superheated Superheated (300mm and larger in size) Exhaust to atmosphere (tentative) (tentative) (tentative) (tentative) Water: Pump suction Pump discharge less than 10kg/cm2g Pump discharge 10 kg/ cm2g more Drain 1-2 Water 1-3 Air : Low pressure air (less than cm2g) High pressure air (10 kg/ cm2g more) Compressor suction Bilangan reynold = (ρ x V x d)/μ = (6,15 x 30 x 10 x 0,0254) / 0, = Moody friction factor = Karena 3 x 10 4 < Re < 10 6, maka = 4 x 0,046 x Re -0,2 = 4 x 0,046 x ( ) -0,2 = 0,017

22 144 atau menggunakan diagram Moody Gambar 4.39 Diagram Moody Pressure drop = (, )^ =, (. ), (, )^ = 0,69 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600)= (5.022 x 1,2) / ((10 x 0,0254) x 3600) = 25,9 m/s (ok) Tabel 4.23 Diameter pipa pada P&ID sumur produksi No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 SS-001-A1-14 -PP50 PID-001 steam 10 2 SS-002-A1-14 -PP50 PID-001 steam 10

23 Gambar 4.40 P&ID Separator 145

24 146 Desain P&ID separator dimaksudkan untuk mendesain uap panas yang masuk ke separator pada tekanan optimal. Dari jurnal penelitian yang ada, tekanan masuk yang optimal yaitu 6,5 Bar. Oleh karena itu, digunakan sistem yang dapat mengurangi tekanan uap panas, salah satunya memakai PRV (Pressure Reducing Valve). Pada P&ID dilengkapi dengan katup yang digunakan sebagai pembuka dan penutup aliran uap panas. Katup yang digunakan yaitu katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya, katup bola yang berfungsi untuk pemakaian throttling, katup cek (check valve) yang berfungsi untuk menjaga arah aliran agar tidak berbalik. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Set Point b. Pressure Differential Transmitter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah hasil pengukuran menjadi sinyal listrik yang proporsional yang dapat diteruskan ke penerima jauh atau pengendali. c. Pressure Differential Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi perbedaan tekanan fluida. d. Temperature Element e. Temperature Transmitter f. Temperature Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi temperatur fluida. g. Pressure Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi tekanan fluida. h. Level Switch Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi saklar ketinggian. i. Level Switch High. j. Level Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi ketinggian fluida. k. Level Transmitter l. Level Glass adalah alat yang digunakan untuk mengetahui ketinggian fluida dalam tangki.

25 147 m. Hand Switch adalah alat yang digunakan untuk mengubah saklar dengan cara manual. n. Position Switch Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi saklar posisi. o. Pressure Safety Valve merupakan katup untuk mengeluarkan tekanan berlebih sehingga menjaga tekanan tidak melebihi batas. Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (SS-003-A1-14 -PP50) pada daerah demister Desain kriteria: Vmin = 20 m/s Vmax = 30 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Laju aliran fluida ( Q ) = 8,58 kg/s = kg/h X 0,29 m 3 /kg = m 3 /h Pressure = 6,5 Bar a Temperatur = 162,0 o C Massa Jenis = 3,43 kg/m 3 Viskositas = 0,305 (cp) = 0, (kg/ms) Specific gravity = sg = 0,291 Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (μ x Q)/V = 39,37 x (0, x 9.005)/30 = 11,9 in. Inside diameter max. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 9.005)/20 = 14,59 in.

26 148 Inside diameter yang dipakai = 14 in. Bilangan reynold = (ρ x V x d)/μ = (3,43 x 30 x 14 x 0,0254) / 0, = ,3 Moody friction factor = Karena 3 x 10 4 < Re < 10 6, maka = 4 x 0,046 x Re -0,2 = 4 x 0,046 x ( ,3) -0,2 = 0,018 Pressure drop = (, )^ =, (. ), (, )^ = 0,78 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600) = (9.005 x 1,2) / ((14 x 0,0254) x 3600) = 23,7 m/s (ok) Tabel 4.24 Diameter pipa pada P&ID separator No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 SS-003-A1-14 -PP50 PID-002 steam 14 2 SS-004-A1-14 -PP50 PID-002 steam 14 3 SS-005-A1-10 -PP50 PID-002 steam 10 4 SS-006-A1-10 -PP50 PID-002 steam 10 5 SS-007-A1-3 PID-002 water 3 6 SS-008-A1-1 PID-002 water 1 7 SS-009-A1-1 PID-002 water 1 Drain

27 Gambar 4.41 P&ID Steam Turbine 149

28 150 Desain P&ID steam turbine dimaksudkan untuk memanfaatkan tekanan dari uap panas agar dapat menggerakkan steam turbine dan generator sehingga dapat menghasilkan energi listrik. Pada P&ID dilengkapi dengan katup yang digunakan sebagai pembuka dan penutup aliran uap panas. Katup yang digunakan yaitu katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya, katup bola yang berfungsi untuk pemakaian throttling. Steam turbine didesain dan diletakkan pada lantai 2 gedung turbin. Oleh karena itu, pipa perlu didesain untuk naik ke atas agar dapat menuju ke steam turbine. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Flow Element b. Flow Transmitter Sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur aliran fluida dalam pipa dan mengubah hasil pengukuran menjadi sinyal listrik yang proporsional yang dapat diteruskan ke penerima jauh atau pengendali. c. Flow Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi aliran fluida. d. Pressure Transmitter pemancar tekanan adalah perangkat untuk mengukur tekanan mekanik dan mengkonversi ke sinyal listrik antara 4 ~ 20mA atau 0 ~ 10V. e. Pressure Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi besar tekanan fluida. f. Temperature Element g. Temperature Transmitter h. Temperature Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi temperatur fluida. i. Pressure Differential Switch. j. Pressure Indicator Controller k. Position Switch Indicator l. Pressure Safety Valve

29 151 Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (SS-010-A1-14 -PP50) pada daerah steam turbine. Desain kriteria: Vmin = 20 m/s Vmax = 30 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Aliran fluida beroperasi ( Q ) = 8,32 kg/s = kg/h X 0,29 m 3 /kg = m 3 /h Pressure = 6,5 Bar a Temperatur = 162,0 o C Massa Jenis = 3,43 kg/m 3 Viskositas = 0,305 (cp) = 0, (kg/ms) Specific gravity = sg = 0,291 Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 8.686)/30 = 11,7 in. Inside diameter max. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 8.686)/20 = 14,33 in. Inside diameter yang dipakai = 14 in. Bilangan reynold = (ρ x V x d)/µ = (3,43 x 30 x 14 x 0,0254) / 0, = Moody friction factor = Karena 3 x 10 4 < Re < 10 6, maka = 4 x 0,046 x Re -0,2 = 4 x 0,046 x ( ) -0,2

30 152 = 0,018 Pressure drop = (, )^ =, (. ), (, )^ = 0,73 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600) = (8.686 x 1,2) / ((14 x 0,0254) x 3600) = 22,9 m/s (ok) Tabel 4.25 Diameter pipa pada P&ID steam turbine No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 SS-010-A1-14 -PP50 PID-003 steam 14 2 SS-011-A1-14 -PP50 PID-003 steam 14 3 SS-012-A1-3 -PP15 PID-003 steam 3 4 SS-013-A1-2 -PP15 PID-003 steam 2 5 SS-014-A1-1 PID-003 water 1 Drain 6 SS-015-A1-1 PID-003 water 1 Drain Pipa yang digunakan yaitu pipa A106 grade B yang memiliki diameter 1, 2, 3 dan 14 inchi. Pipa 1 inchi digunakan sebagai pipa drain. Pipa 2 inchi digunakan sebagai pipa yang menghubungkan menuju gland steam system. Sistem yang bertugas untuk memisahkan non-condensable gas dengan uap panas condensable. Pipa 3 inchi digunakan untuk meng-hubungkan menuju steam jet ejector yang bertugas untuk proses pertama pemisahan non-condensable gas dengan condensable gas. Pipa 14 inchi digunakan untuk sebagai jalur utama pendistribusian uap panas.

31 Gambar 4.42 P&ID kondensator 153

32 154 Desain P&ID kondensator dimaksudkan untuk mengubah fase uap panas bumi menjadi fase cair dalam proses kondensasi. Proses kondensasi ini dengan menggunakan bantuan air pendingin. Pada P&ID dilengkapi dengan katup yang digunakan sebagai pembuka dan penutup aliran uap panas. Katup yang digunakan yaitu katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya, katup bola yang berfungsi untuk pemakaian throttling. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Temperature Element b. Temperature Transmitter c. Temperature Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi temperatur fluida. d. Pressure Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi tekanan fluida. e. Level Switch Low. f. Level Switch High. g. Level Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi ketinggian fluida. h. Level Glass adalah alat yang digunakan untuk mengetahui ketinggian fluida dalam tangki. Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (CD-013-A1-18"-PP50) pada daerah kondensator. Desain kriteria: Vmin = 20 m/s Vmax = 30 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Aliran fluida beroperasi ( Q ) = 272,71 kg/s = kg/h X 0,001 m 3 /kg = 992 m 3 /h Pressure = 0,16 Bar a

33 155 Temperatur = 46,0 o C Massa Jenis = 989,75 kg/m 3 Viskositas = 0,586 (cp) = 0, (kg/ms) Specific gravity = sg = 0,001 Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 992)/3 = 17 in. Inside diameter max. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 992)/2 = 21 in. Inside diameter yang dipakai = 18 in. Bilangan reynold = (ρ x V x d)/µ Moody friction factor = 0,012 Pressure drop = (, )^ = (989,75 x 3 x 18 x 0,0254) / 0, = =, ( ), (, )^ = 0,06 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600) = (992 x 1,2) / ((18 x 0,0254) x 3600) = 1,58 m/s (ok) Tabel 4.26 Diameter pipa pada P&ID kondensator No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 2 CD-001-A1-10"-PP50 PID-004 steam 10 CD-002-A1-2"-PP15 PID-004 steam 2

34 CD-003-A1-10"- PID-004 steam 10 CD-004-A1-3" PID-004 gas 3 NCG CD-005-A1-1"-PP15 PID-004 air 1 vent CD-006-A1-1" PID-004 water 1 make up CD-007-A1-18" PID-004 water 18 CD-008-A1-3"- PID-004 water 3 CD-009-A1-8"- PID-004 water 8 overflow CD-010-A1-10"- PID-004 water 10 N/A 11 CD-011-A1-2"- PID-004 water 2 pendingin HW Pump 12 CD-012-A1-2"- PID-004 water 2 pendingin HW Pump CD-013-A1-18"- PID-004 water 18 CD-014-A1-18"- PID-004 water 18

35 Gambar 4.43 P&ID cooling tower 157

36 158 Desain P&ID cooling tower dimaksudkan untuk menurunkan temperatur air kondensat hasil dari proses kondensasi. Proses penurunan temperatur ini dengan meng-gunakan bantuan air. Pada P&ID dilengkapi dengan katup yang digunakan sebagai pembuka dan penutup aliran air kondensat. Katup yang digunakan yaitu katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Temperature Element b. Temperature Transmitter c. Temperature Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi temperatur fluida. d. Pressure Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi tekanan fluida. e. Level Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi ketinggian fluida. f. Level Glass adalah alat yang digunakan untuk mengetahui ketinggian fluida dalam tangki. Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (CW-01A-A1-18"-PP50) pada daerah kondensator. Desain kriteria: Vmin = 2 m/s Vmax = 3 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Aliran fluida beroperasi ( Q ) = 0,16 kg/s = 576 kg/h X 0,27 m 3 /kg = 992 m 3 /h Pressure = 0,16 Bar a Temperatur = 46,0 o C Massa Jenis = 989,75 kg/m 3

37 159 Viskositas = 0,585 (cp) Specific gravity = sg = 0,001 = 0, (kg/ms) Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 992)/3 = 17 in. Inside diameter max. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 992)/2 = 21 in. Inside diameter yang dipakai = 18 in. Bilangan reynold = (ρ x V x d)/µ Moody friction factor = 0,012 Pressure drop = (, )^ = (989,75 x 30 x 18 x 0,0254) / 0, = =, ( ), (, )^ = 0,06 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600) = (992 x 1,2) / ((18 x 0,0254) x 3600) = 1,58 m/s (ok) Tabel 4.27 Diameter pipa pada P&ID cooling tower No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 CW-01A-A1-18" PID-007 water 18 2 CW-01B-A1-18" PID-007 water 18 pendingin HW Pump pendingin HW Pump

38 160 No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) 3 CW-001-A1-18" PID-007 water 18 Remark 4 CW-002-A1-18" PID-007 water 18 5 CW-003-A1-10" PID-007 sodm.hyp. chemical dosing 6 CW-004-A1-6" PID-007 water 6 overflow 7 CW-005-A1-3" PID-007 water 3 Fr.Wtr.Sys.( pipe Ø3") 8 CW-006-A1-18" PID-007 water 18 9 CW-007-A1-3" PID-007 water 3 ACW 10 CW-008-A1-3" PID-007 water 3 make up fr.raw.wtr.

39 Gambar 4.44 P&ID Steam Jet Ejector 161

40 162 Desain P&ID steam jet ejector adalah salah satu alat untuk mengekstrak non-condensable gas dengan uap air dari steam pada sistem ncg removal. Pada P&ID dilengkapi dengan katup yang digunakan sebagai pembuka dan penutup aliran uap panas. Katup yang digunakan yaitu katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya, katup bola yang berfungsi untuk pemakaian throttling, katup cek (check valve) yang berfungsi untuk menjaga arah aliran agar tidak berbalik. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Pressure Transmitter adalah perangkat untuk mengukur tekanan mekanik dan mengkonversi ke sinyal listrik antara 4 ~ 20mA atau 0 ~ 10V. b. Flow Element c. Flow Transmitter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah hasil pengukuran menjadi sinyal listrik yang proporsional yang dapat diteruskan ke penerima jauh atau pengendali. d. Flow Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi besar laju aliran fluida. e. Temperature Transmitter f. Pressure Indicator adalah alat yang digunakan untuk mengindikasi besar tekanan fluida. g. Pressure Safety Valve merupakan katup untuk mengeluarkan tekanan berlebih sehingga menjaga tekanan tidak melebihi batas. Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (GE-002-A1-3"-PP15) pada daerah steam jet ejector. Desain kriteria: Vmin = 20 m/s Vmax = 30 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Aliran fluida beroperasi ( Q ) = 0,16 kg/s = 576 kg/h X 0,29 m 3 /kg

41 163 = 167 m 3 /h Pressure = 6,5 Bar a Temperatur = 162,0 o C Massa Jenis = 3,43 kg/m 3 Viskositas = 0,305 (cp) = 0, (kg/ms) Specific gravity = sg = 0,001 Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 167)/30 = 1,6 in. Inside diameter max. = 39,37 x (µ x Q)/V = 39,37 x (0, x 167)/20 = 2 in. Inside diameter yang dipakai = 2 in. Bilangan reynold = (ρ x V x d)/µ Moody friction factor = 0,025 Pressure drop = (, )^ = (3,43 x 30 x 2 x 0,0254) / 0, = =, ( ), (, )^ = 7 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600) = (167 x 1,2) / ((2 x 0,0254) x 3600) = 21,6 m/s (ok)

42 164 Tabel 4.28 Diameter pipa pada P&ID steam jet ejector No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 GE-001-A1-2"-PP15 PID-005 steam 2 2 GE-002-A1-2"-PP15 PID-005 steam 2 3 GE-003-A1-2"-PP15 PID-005 steam 2 Drain 4 GE-004-A1-3" PID-005 gas 3 NCG 5 GE-005-A1-3"-PP15 PID-005 steam 3 6 GE-006-A1-3" PID-005 gas 3 7 GE-007-A1-3"- PID-005 water 3 8 GE-008-A1-1"-PP15 PID-005 air 1 vent 9 GE-009-A1-1/2"- PID-005 water 0,5 tube pipe 10 GE-010-A1-3" PID-005 gas 3

43 Gambar 4.45 P&ID liquid ring vacuum pump 165

44 166 Desain P&ID liquid ring vacuum pump adalah salah satu alat untuk mengekstrak non-condensable gas dengan uap air dari steam pada sistem ncg removal serta untuk menjaga kondisi vakum pada kondensator. Pada P&ID dilengkapi dengan katup gerbang yang berfungsi untuk membuka atau menutup aliran sepenuhnya, dan katup cek (check valve) yang berfungsi untuk menjaga arah aliran non-condensable gas agar tidak berbalik. Terdapat pula beberapa instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi uap panas tersebut. Instrumentasi yang digunakan yaitu : a. Pressure Transmitter b. Temperature Transmitter c. Pressure Indicator d. Pressure Safety Valve e. Level Glass. Penentuan ukuran diameter pipa diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : Perhitungan diameter pipa (GE-016-A1-10") pada daerah steam jet ejector. Desain kriteria: Vmin = 20 m/s Vmax = 30 m/s Desain basis (dari perhitungan heat and mass balance) : Aliran fluida beroperasi ( Q ) = 0,14 kg/s = 55 m 3 /h Pressure = 0,16 Bar a Temperatur = 55,3 o C Massa Jenis = 9,44 kg/m 3 Viskositas = 0,305 (cp) = 0, (kg/ms) Specific gravity = sg = 0,001 Material pipa = e = 50,8 mikron Perhitungan : Inside diameter min. = 39,37 x (0, x 55)/30 = 1 in.

45 167 Inside diameter max. = 39,37 x (0, x 55)/20 = 2 in. Inside diameter yang dipakai = 3 in. Bilangan reynold = (ρ x V x d)/µ Moody friction factor = 0,02 Pressure drop = (, )^ = (9,44 x 30 x 3 x 0,0254) / 0, = =, ( ), (, )^ = 0,03 (kg/cm 2 ) / 100 m Kecepatan aktual pada proses kerja: (Q x safety factor) / (d x 3600) = (55 x 1,2) / ((3 x 0,0254) x 3600) = 2,9 m/s (ok) Tabel 4.29 Diameter pipa pada P&ID liquid ring vacuum pump No Line Number P&ID No. Service Pipe Dim. (inch) Remark 1 GE-012-A1-3" PID-006 gas 3 NCG 2 GE-013-A1-1"- PID-006 water 1 3 GE-014-A1-10"- PID cooling water for pumps cooling water for pumps 4 GE-015-A1-10"- PID-006 ncg 3 by pass pipe 5 GE-016-A1-10"- PID-006 ncg 3 6 GE-017-A1-10"- PID-006 ncg 3 7 GE-018-A1-1"- PID-006 water 1 8 GE-019-A1-1"-PP15 PID-006 air 1 vent Pemasangan pipa pada pompa dan turbin harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah untuk perawatan dan perbaikan. Hal ini penting untuk mencegah

46 168 pembongkaran besar yang tak perlu pada pemeliharaan dan perbaikan pipa. Saringan permanen dan sementara harus pada inlet pompa dan turbin. Sedangkan untuk aliran panas dan dingin harus diperhatikan fleksibilitasnya, begitu pula kedudukan-kedudukan penyangga haruslah baik dan dapat mengatasi getaran-getaran yang diakibatkan motor pipa serta aliran. (Raswari,1986, UI Press) Dasar pemilihan material pipa yaitu mengacu pada: ASME B31.3 Process Piping Guide Berisi tentang standar yang dipakai oleh The American Society of Mechanical Engineers pada saat mendesain suatu sistem perpipaan yang digunakan dalam pendistribusian fluida pada suatu sistem proses. Terdapat jenis-jenis material pipa yang direkomendasikan, corrosion allowance, jenis-jenis valve dan aksesoris pipa lainnya. (ASME B31.3 Process Piping Guide rev.2) Dari dasar ASME B31.3 Process Piping Guide dipilih pipa A106 grade B. Hal ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : Berdasar pada ASME B31.3 Process piping guide, pipa A 106 grade B masuk dalam daftar rekomendasi penggunaan pipa. Material pembentuk pipa A106 grade B terdiri dari besi yang dicampur dengan karbon max. 0,3%, mangan 0,29-1,06 %, Fosfor max. 0,025%, Sulfur 0,022%, Silikon 0,20%, kromium 0,02%, Nikel 0,03%, Molibdenum 0,02%. (Pipe specifications A106, Independent Pipe & Supply Corp.) Fluida yang digunakan yaitu uap panas yang masih mengandung konsentrasi non-condensable gas. Sehingga diperkirakan memiliki sifat korosif terhadap pipa. Dari material pembentuknya didapatkan unsur nikel dan kromium yang memiliki sifat meningkatkan resistansi pipa terhadap korosi. Corrosion allowable yang dipakai dalam desain adalah 0,1250 mm/tahun. Dari dasar ASME B13.3 Process Piping Guide pula dipilih tipe dan jenis fittings serta mechanical fastener yang dipakai sesuai dengan standar.

47 169 Tabel 4.30 Spesifikasi perpipaan berdasar ASME B31.3 Process Piping Guide rev.2

48 170 Pemilihan isolasi pipa dimaksudkan untuk menahan agar panas tidak keluar dari pipa ke lingkungan sekitarnya. Juga berfungsi sebagai pengaman agar tidak panas saat tidak sengaja tersentuh oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, bahan isolasi pipa harus dapat bekerja menahan panas dalam kisaran temperatur kerja dari uap panas yang dimanfaatkan dalam PLTP ini. Selain itu, bahan isolasi diharapkan juga mudah didapat. Tabel 4.31 Cakupan temperatur kerja bahan isolasi pipa ( Dari tabel di atas, dipilih material fiberglass sebagai bahan isolasi pipa. Selain mampu menahan panas pada kisaran temperatur kerja, juga mudah didapat. Gambar 4.46 Bahan fiberglass sebagai isolasi pipa

49 Pemodelan simulasi dan animasi aliran uap Software CAESAR II 4.20 yang digunakan untuk memodelkan dan menyimulasikan tegangan pada pipa. Software Pipeflow expert digunakan untuk menentukan penurunan tekanan. Software CADWorx digunakan untuk memodelkan pembangkit dengan tampilan 3D. Isometric pipe adalah gambar pipa dengan arah, ketinggian dan panjang yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Isometric pipe dapat digambar tentu saja setelah proses perancangan peletakan equipment dan pipa, kemudian juga desain pipa berdasarkan pehitungan telah dilakukan, serta pemilihan bahan isolasi pipa telah ditentukan. Isometric pipe merupakan gambar pedoman yang digunakan selama proses pembangunan di lapangan oleh kontraktor. Karena isometric pipe memuat informasi-informasi detail tentang pipa. Isometric pipe juga digunakan sebagai sumber acuan dari proses input data pada software CAESAR II 4.2 sehingga pipa yang diinput sesuai dengan desain.

50 172 A I 10 Gambar 4.47 Pemodelan pipa pada CAESAR bagian I RM

51 173 B II Gambar 4.48 Pemodelan pipa pada CAESAR bagian II A SP

52 174 III SJE Keterangan : SP = Sumur Produksi SD = Separator dengan Demister ST = Steam Turbine SJE = Steam Jet Ejector RM = Rock Muffler FX = Arah aliran FY = Maximum Forces in Y, ST 7 8 Gambar 4.49 Pemodelan pipa pada CAESAR bagian III SD 6 5 B

53 Pemodelan CAESAR II 4.20 Output CAESAR berupa gambar Gambar 4.50 Tampilan isometrik hasil input data pada CAESAR II 4.2

54 176 Rekomendasi penempatan support pipa Dari perhitungan dan simulasi dengan software CAESAR direkomendasikan penggunaan support pipa sebagai berikut : Tabel 4.32 Rekomendasi penggunaan support pipa pada software CAESAR No. From Node To Node Restraint Node Type GAP or Length (mm) ANC Y Y Y ANC Y Guide Y Guide Y Guide Y Y Y Guide Y Guide Y Guide Y Guide Y Guide Y Guide Y

55 Guide Y Guide Y ANC Y Y Y Guide Y Y Y Guide Y Guide Y Guide 3.0

56 Gambar 4.51 Tampilan node pipa pada CAESAR II

57 Gambar 4.52 Pemodelan support pipa pada CAESAR II

58 Gambar 4.53 Tampilan support pipa pada gb.3d CAESAR II

59 181 Keterangan : SP = Sumur Produksi FX = Maximum Forces in X, (-9466) SD = Separator dengan Demister FY = Maximum Forces in Y, 6838 ST = Steam Turbine FZ = Maximum Forces in Z, 9466 SJE = Steam Jet Ejector MX = Maximum Moments in X, (-59257) RM = Rock Muffler MY = Maximum Moments in Y, FX = Arah aliran MZ = Maximum Moments in Z, FY = Maximum Forces in Y, 6838 M = Maximum Stresses, ST M MX SJE SP MY SD FY MZ Gambar 4.54 Posisi Maximum Forces dan Moments pada CAESAR II FX FZ RM

60 Hasil Analisa Tegangan Pipa software CAESAR II 4.2 Hasil proses perhitungan CAESAR II 4.20 Static Load : 1. STRESS SUMMARY CASE 1 (OPE) W+T1+P1 **** NO CODE STRESS CHECK PROCESSED PIPING CODE: B , April 15, 1999 HIGHEST STRESSES: (lb./sq.in.) OPE STRESS: 10 BENDING STRESS: 10 TORSIONAL STRESS: 1060 AXIAL STRESS: 500 3D MAX INTENSITY: STRESS SUMMARY CASE 2 (SUS) W+P1 **** CODE STRESS CHECK PASSED PIPING CODE: B , April 15, 1999 HIGHEST STRESSES: (lb./sq.in.) CODE STRESS %: 1200 STRESS: ALLOWABLE: BENDING STRESS: 1200 TORSIONAL STRESS: 539 AXIAL STRESS: 425 3D MAX INTENSITY: 1200

61 STRESS SUMMARY CASE 3 (EXP) DS3=DS1-DS2 **** CODE STRESS CHECK PASSED PIPING CODE: B , April 15, 1999 HIGHEST STRESSES: (lb./sq.in.) CODE STRESS %: 10 STRESS: ALLOWABLE: BENDING STRESS: 10 TORSIONAL STRESS: 1060 AXIAL STRESS: 110 3D MAX INTENSITY: 10 Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa tegangan (stress dibandingkan dengan allowable stress) yang disimulasikan pada desain pipa hasil perhitungan tersebut masih dalam batas aman (batas tegangan yang diperbolehkan).

62 Pemodelan dengan Pipeflow Expert Penurunan tekanan perlu diketahui pada desain pembangkit ini dikarenakan untuk mengetahui uap panas yang mengalir dapat melewati pipa yang telah direncanakan sampai posisi terakhir atau tidak. Apabila terjadi penurunan tekanan yang berlebihan, juga berpengaruh pada berkurangnya daya listrik yang akan dibangkitkan. Perhitungan penurunan tekanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu perhitungan manual maupun perhitungan dengan bantuan software. Pada saat ini, Penulis akan menggunakan metode dengan bantuan software yaitu software Pipe Flow Experts. Diharapkan dengan menggunakan metode bantuan software, dapat mempercepat proses perhitungan tanpa mengurangi nilai kebenaran perhitungan tersebut. Pada Software Pipe Flow Experts ini yang harus dilakukan pertama kali adalah input data pipa, menyesuaikan data fluida yang dipakai, memberikan kebutuhan aliran fluida masuk maupun keluar. Kemudian setelah semua input telah dimasukkan, maka data-data tersebut diproses oleh software pipe flow experts. Hasil keluarannya berupa informasi tentang tekanan, kecepatan pada tiap titik dan penurunan tekanan yang terjadi. Input data pada fluida : Fluid zone 1 : Tipe fluida = steam Temperatur = C = F Pressure = 12 bar.a = 172 psi.g Fluid zone 2 : Tipe fluida Temperatur Pressure = steam = C = 323,6 0 F = 6,5 bar.a = 94,27 psi.g

63 Gambar 4.55 Proses input data fluida pada pipeflow expert 185

64 186 = Arah Aliran Steam Turbine Separator dengan Demister Steam Jet Ejector Gambar 4.56 Data fluida dan pipa pada pemodelan pipeflow expert Rock Muffler Sumur Produksi KMJ-68

65 187 Hasil pemodelan dan simulasi dengan software Pipeflow expert tertampil pada result log. Gambar 4.57 Gambar result log pada pipeflow expert Berikut ditampilkan laporan analisa hasil dari software pipeflow expert :

66 Gambar 4.58 Cover hasil analisa pipeflow expert 188

67 Tabel 4.33 Data fluida pemodelan pipeflow expert Zone Fluid Name Chemical Formula Temperature ( o C) Pressure (bar) Density (kg/m 3 ) Centistokes Centipoise State 1 Water vapour H 2 O ,8733 3,7 270,791 1,002 Gas 2 Steam vapour 162 7,5132 3,7 270,791 1,002 Gas Tabel 4.34 Data pipa hasil analisa pipeflow expert Pipe Id Fluid Zone Material Inner dia. (Inch) Roughness (mm) Length (m) Total K Mass Flow (kg/s) Flow (m 3 /s) Velocity (m/s) Inlet Press (bar) Exit Pres (bar) 1 Water Steel 10 0,046 3,727 0,11 8,3729 2, ,479 7,6460 7, Water Steel 10 0,046 1,016 0,95 0, ,6288 7, Water Steel 10 0,046 0,546 0,09 8,3728 2, ,478 7,6288 7, Water Steel 14 0,046 2,144 0,21 8,3728 2, ,927 7,6200 7, Water Steel 14 0,046 12,284 0,21 8,3728 2, ,927 7,6161 7, Water Steel 14 0,046 2,767 1,27 0, ,6028 7, Water Steel 14 0,046 5, , ,6161 7, Water Steel 14 0,046 1,800 0,6500 8,3727 2, ,926 7,6028 7,

68 Pipe Fluid Zone Material Id 9 Water Steel 10 Water Steel 11 Water Steel 12 Water Steel 13 Water Steel 14 Water Steel 15 Water Steel 16 Water Steel 17 Water Steel 18 Water Steel 19 Water Steel 20 Water Steel 21 Water Steel Inner dia. (Inch) Roughness (mm) Length (m) Total K Mass Flow (kg/s) Flow (m 3 /s) Velocity (m/s) Inlet Press (bar) Exit Pres (bar) 14 0,046 2,391 0,4900 8,3727 2, ,926 7,5932 7, ,046 2,716 0,3900 8,3727 2, ,926 7,5841 7, ,046 2,391 0,1000 8,3727 2, ,926 7,5769 7, ,046 2,176 0,3900 3,0114 0,8138 9,325 7,5744 7, ,046 1,067 0,3900 3,0114 0,8138 9,325 7,5734 7, ,046 2,437 0,4900 3,0114 0,8138 9,325 7,5723 7, ,046 1,628 0,3900 3,0114 0,8138 9,325 7,5711 7, ,046 1, ,0114 0,8138 9,325 7,5703 7, ,046 42,258 0,4900 0,0010 0,0003 0,003 7,5705 7, ,046 1,067 0,3900 0,0010 0,0003 0,003 7,5705 7, ,046 1,567 0,3900 0,0010 0,0003 0,003 7,5701 7, ,046 1,668 0,3900 0,0010 0,0003 0,003 7,5701 7, ,046 1,739 0,0000 0,0010 0,0003 0,003 7,5707 7,

69 Pipe Fluid Zone Material Id 22 Water Steel 23 Water Steel 24 Water Steel 25 Water Steel 26 Water Steel 27 Water Steel 28 Steam Steel 29 Steam Steel 30 Steam Steel 31 Steam Steel 32 Steam Steel 33 Steam Steel 34 Steam Steel Inner dia. (Inch) Roughness (mm) Length (m) Total K Mass Flow (kg/s) Flow (m 3 /s) Velocity (m/s) Inlet Press (bar) Exit Pres (bar) 14 0,046 11,360 0,6500 5,3613 1, ,601 7,5744 7, ,046 10,895 0,3900 5,3613 1, ,601 7,5665 7, ,046 7,649 0,3900 5,3613 1, ,601 7,5602 7, ,046 13,002 0,2100 5,3613 1, ,601 7,5524 7, ,046 2,669 0,3900 5,3613 1, ,601 7,5461 7, ,046 0, ,3613 1, ,601 7,5431 7, ,046 4,851 0,6500 8,3729 2, ,927 7,5431 7, ,046 2,109 4,7900 3,0116 0,8139 9,326 7,5511 7, ,046 2,477 4,7900 3,0116 0,8139 9,326 7,5591 7, ,046 0, ,0116 0,8139 9,326 7,5590 7, ,046 2,118 1,1700 8,3729 2, ,927 7,5754 7, ,046 2, ,3729 2, ,927 7,5783 7, ,046 0,638 0,2600 5,3613 1, ,601 7,5590 7,

70 Pipe Fluid Zone Material Id 35 Steam Steel 36 Steam Steel 37 Steam Steel 38 Steam Steel 39 Steam Steel 40 Steam Steel 41 Steam Steel 42 Steam Steel 43 Steam Steel 44 Steam Steel 45 Water Steel 46 Water Steel 47 Water Steel Inner dia. (Inch) Roughness (mm) Length (m) Total K Mass Flow (kg/s) Flow (m 3 /s) Velocity (m/s) Inlet Press (bar) Exit Pres (bar) 14 0,046 1,896 0,3900 8,3717 2, ,923 7,5475 7, ,046 3, ,3717 2, ,923 7,5417 7, ,046 0,661 0,2300 0,2223 0,0601 0,688 7,5387 7, ,046 12,976 0,3900 8,1494 2, ,235 7,5387 7, ,046 3,037 0,4900 8,1494 2, ,235 7,5232 7, ,046 0, ,1494 2, ,235 7,5138 7, ,046 13,074 0,4200 0,2223 0,0601 1,181 7,5386 7, ,046 5,351 0,5300 0,2223 0,0601 1,181 7,5386 7, ,046 2,882 0,4200 0,2223 0,0601 1,181 7,5366 7, ,046 0, ,2223 0,0601 1,181 7,5365 7, ,046 2,006 0,6500 8,3717 2, ,923 7,5574 7, ,046 3,519 0,1000 3,0104 0,8136 9,322 7,5581 7, ,046 15,124 0,2100 3,0104 0,8136 9,322 7,5606 7,

71 Pipe Fluid Zone Material Id 48 Water Steel 49 Water Steel 50 Water Steel 51 Water Steel 52 Steam Steel 53 Steam Steel Inner dia. (Inch) Roughness (mm) Length (m) Total K Mass Flow (kg/s) Flow (m 3 /s) Velocity (m/s) Inlet Press (bar) Exit Pres (bar) 14 0,046 7,649 0,3900 3,0104 0,8136 9,322 7,5651 7, ,046 11,724 0,3900 3,0104 0,8136 9,322 7,5674 7, ,046 16,960 0,3900 3,0104 0,8136 9,322 7,5705 7, ,046 1,225 0,2100 8,3728 2, ,927 7,6237 7, ,046 1, ,3729 2, ,927 7,5325 7, ,046 2,598 0,4200 0,2223 0,0601 1,181 7,5387 7,5386 Tabel 4.35 Data titik perpotongan hasil analisa pipeflow expert Node Id Node Type Node Elevation (m) Press. at node (bar) HGL at node (m.hd Fluid) Total Flow In (m 3 /s) Total Flow Out (m 3 /s) 1 Join Point N1-1,368 7, ,48 2,2628 2, Join Point N2 2,359 7, ,39 2,2628 2, Join Point N3 3,375 7, , Join Point N4 2,359 7, ,32 2,2628 2, Join Point N5 0,852 7, ,93 2,2628 2,

72 Node Id Node Type Node Elevation (m) Press. at node (bar) HGL at node (m.hd Fluid) Total Flow In (m 3 /s) Total Flow Out (m 3 /s) 6 Join Point N6 0,852 7, ,35 2,2628 2, Join Point N7 0,852 7, , Join Point N8 0,852 7, , Join Point N9 0,852 7, ,71 2,2627 2, Join Point N10 3,243 7, ,13 2,2627 2, Join Point N11 3,243 7, ,19 2,2627 2, Join Point N12 0,852 7, ,98 2,2627 2, Join Point N13 0,852 7, ,38 0,8138 0, Join Point N14 1,919 7, ,23 0,8138 0, Join Point N15 1,919 7, ,08 0,8138 0, Join Point N16 1,919 7, ,70 0,8138 0, Join Point N17 0,852 7, ,27 0,8138 0, Join Point N18 0,852 7, ,27 0,0003 0, Join Point N19 1,919 7, ,27 0,0003 0, Join Point N20 1,919 7, ,27 0,0003 0, Join Point N21 0,251 7, ,27 0,0003 0, Join Point N22 0,251 7, ,27 0,0003 0,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

Gambar 4.64 Tampak depan pemodelan CADWorx Plants daerah turbin uap

Gambar 4.64 Tampak depan pemodelan CADWorx Plants daerah turbin uap EL +8200 EL+6200 EL -1100 EL 0 Gambar 4.64 Tampak depan pemodelan CADWorx Plants daerah turbin uap 202 EL +12500 EL +7000 EL +5000 EL 0 EL -4000 Gambar 4.65 Tampak depan pemodelan CADWorx Plants daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-Data Awal Analisa Tegangan Berikut ini data-data awal yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini baik untuk perhitungan secara manual maupun untuk data

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan dan Analisa Tegangan 4.1.1 Perhitungan Ketebalan Minimum Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. Perbedaan ketebalan pipa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sistem Pemodelan Sumber (referensi) data-data yang diperlukan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem pemipaan dengan menggunakan program Caesar

Lebih terperinci

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN Dalam pemodelan sistem perpipaan diperlukan data-data pendukung sebagai input perangkat lunak dalam analisis. Data yang diperlukan untuk pemodelan suatu sistem perpipaan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK ACHMAD MARYONO 2110 030 091 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Mulai

BAB V METODOLOGI. Mulai BAB V METODOLOGI 5.1. Diagram Alir Pemodelan dan Pemeriksaan Tegangan, Defleksi, Kebocoran pada Flange, dan Perbandingan Gaya dan Momen Langkah-langkah proses pemodelan sampai pemeriksaan tegangan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik meningkat seiring berkembangnya perekonomian, oleh karena itu upaya pembaharuaan energi untuk memanfaatkan seluruh sumber daya alam sudah

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL 6.1. Persiapan Permodelan Sebelum melakukan pemodelan dan analisis, perlu dilakukan olah data terlebih dahulu dari data-data yang diperoleh untuk mempermudah dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat besar. Hampir 27.000 MWe potensi panas bumi tersimpan di perut bumi Indonesia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 3 MW SISTEM DIRECT-STEAM PLANTS PADA SUMUR PRODUKSI KAMOJANG-68

DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 3 MW SISTEM DIRECT-STEAM PLANTS PADA SUMUR PRODUKSI KAMOJANG-68 DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 3 MW SISTEM DIRECT-STEAM PLANTS PADA SUMUR PRODUKSI KAMOJANG-68 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline 5.1 Analisis Tegangan dan Fleksibilitas Analisis tegangan dan fleksibilitas pipeline ini dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA Edy Karyanta, Budi Santoso, Hana Subhiyah PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2]. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini, kebutuhan listrik telah menjadi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan listrik sendiri didasari oleh keinginan manusia untuk melakukan aktivitas lebih mudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System 32 BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System PLTP Gunung Salak merupakan PLTP yang berjenis single flash steam system. Oleh karena itu, seperti yang

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II 1 Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II Andis Dian Saputro dan Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis 2.8 Pipe Support Karena pipa dipengaruhi oleh ekspansi termal. Mendukung dalam sebuah langkah sistem perpipaan termal dalam arah yang berbeda. Pipe support oleh dua jenis support-kaku (rigid support) dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Refrigerasi ejektor tampaknya menjadi sistem yang paling sesuai untuk pendinginan skala besar pada situasi krisis energi seperti sekarang ini. Karena refregerasi ejector

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS 19 BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS 3.1 Kawasan Perumahan Batununggal Indah Kawasan perumahan Batununggal Indah merupakan salah satu kawasan hunian yang banyak digunakan sebagai rumah tinggal dan

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN 5.1 Pemilihan Kompresor Kompresor berfungsi menaikkan tekanan fluida dalam hal ini uap refrigeran dengan temperatur dan tekanan rendah yang keluar dari evaporator

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

Gambar 2.2 Flow Diagram PLTP Kamojang

Gambar 2.2 Flow Diagram PLTP Kamojang BAB II GAMBARAN UMUM PLTP UBP KAMOJANG 2.1 Definisi PLTP Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal ( Panas Bumi ) yang kita sebut dengan PLTP adalah sebuah instalasi yang merubah energi panas menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

Tugas khusus Adi Kunchoro

Tugas khusus Adi Kunchoro Tugas khusus Adi Kunchoro 03111003045 EJEKTOR A. Fungsi Ejektor Ejektor merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan udara atau gas gas yang tidak dapat dikondensasikan di tempat-tempat vakum. Ejektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321 Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Stainless Steel, 310, dan 321 pada Aliran Reject 1st Cleaner to 2nd Cleaner OCC Line Voith Unit SP 3-5 di PT. PAKERIN (Pabrik Kertas Indonesia) Budi

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka DiPippo (1999) dalam jurnal yang dimuat pada GHC buletin, Juni 1999, membahas tentang desain dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari tower DA-501 ke tower DA-401 dijelaskan seperti diagram alir dibawah ini: Mulai Memasukan Sistem Perpipaan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Tony Suryo Utomo*, Sri Nugroho, Eflita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP Oleh: Eswanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Medan Jl. Gedung Arca

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER Oleh : Mohammad Choirul Anam 4213 105 021 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 BOILER 1. Dasar Teori

Lebih terperinci

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng PERANCANGAN DAN STUDI NUMERIK VARIASI ARAH ALIRAN COUNTERFLOW DAN CROSSFLOW TERHADAP PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA INDUCED DRAFT COOLING TOWER UNTUK SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE Nama Mahasiswa : HAYKEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk memperbaiki kualitas ikan, dibutuhkan suatu alat yaitu untuk menjaga kondisi ikan pada kondisi seharusnya dengan cara menyimpannya didalam sebuah freezer yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

POMPA. 1. Anindya Fatmadini ( ) 2. Debi Putri Suprapto ( ) 3. M. Ronal Afrido ( )

POMPA. 1. Anindya Fatmadini ( ) 2. Debi Putri Suprapto ( ) 3. M. Ronal Afrido ( ) POMPA 1. Anindya Fatmadini (03121403041) 2. Debi Putri Suprapto (03121403045) 3. M. Ronal Afrido (03101403068) DEFINISI(Terminologi) Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu fluida

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK 3.1 Konfigurasi PLTGU UBP Tanjung Priok Secara sederhana BLOK PLTGU UBP Tanjung Priok dapat digambarkan sebagai berikut: deaerator LP Header Low pressure HP header

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA 4.1. Spesifikasi Main Engine KRI Rencong memiliki dua buah main engine merk Caterpillar di bagian port dan starboard, masing-masing memiliki daya sebesar 1450 HP. Main

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT *Muchammad Akbar Ghozali 1, Djoeli Satrijo 2, Toni Prahasto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

Basic Comfort Air Conditioning System

Basic Comfort Air Conditioning System Basic Comfort Air Conditioning System Manual Book (CAC BAC 09K) 5 PERCOBAAN 32 5.1. KOMPONEN KOMPONEN UTAMA DALAM SISTEM PENDINGIN TUJUAN: Setelah melakukan percobaan ini siswa akan dapat : 1. Memahami

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN FLANGE PADA SISTEM PEMIPAAN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

ANALISA KEKUATAN FLANGE PADA SISTEM PEMIPAAN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG ANALISA KEKUATAN FLANGE PADA SISTEM PEMIPAAN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG Hendra Prihatnadi, Budi Santoso Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong,Gedung 71,Tangerang -15310

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER 4.1 Data Spesifikasi Desain Cooling Tower Data spesifik desain cooling tower digunakan sebagai acuan dan basic data untuk menghitung kinerja cooling tower.

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN III.1 DATA III.1.1 Pipeline and Instrument Diagram (P&ID) Untuk menggambarkan letak dari probe dan coupon yang akan ditempatkan maka dibutuhkan suatu gambar teknik yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2 EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2 Brian Deril Kemur 1), Frans Sappu 2), Hengky Luntungan 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Steam ejector tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci