Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(3); Sept 2013 ABSTRAK. Okta Mustikallah 1 Dulakhir 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(3); Sept 2013 ABSTRAK. Okta Mustikallah 1 Dulakhir 2"

Transkripsi

1 Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Kesembuhan Pasien Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya) Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Timur Tahun 2013 Okta Mustikallah 1 Dulakhir 2 1 Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan, Universitas MH. Thamrin 2 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat FKes Universitas MH. Thamrin Alamat korespondensi: Prodi S1 Keperawatan, F.Kes UMHT, Jln. Raya Pondok Gede No Kramat Jati Jakarta Timur Telp: ext 104. ABSTRAK Penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun semakin meningkat, sementara fenomena NAPZA itu sendiri seperti ice berg. Pemulihan dari kecanduan NAPZA merupakan proses jangka panjang. Dukungan sosial keluarga yang adekuat sangat dibutuhkan bagi pasien yang sedang menjalani proses terapi dan rehabilitasi. Karena dengan adanya dukungan sosial keluarga akan menimbulkan motivasi kesembuhan pada pasien NAPZA. Motivasi merupakan kunci utama bagi para pengguna NAPZA untuk menjalani hidup bersih tanpa NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi kesembuhan pasien NAPZA. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Instrumen berupa kuesioner dukungan sosial dan motivasi. Dari 45 responden 93,3% laki-laki, mayoritas berpendidikan SMU (66,7%), dan memiliki pendapatan <Rp (55,6%). Sebanyak 84,4% mendapat dukungan sosial yang baik dan 15,6% mendapatkan dukungan sosial yang kurang baik. Untuk variabel motivasi 68,9% dan 31,1% responden memiliki motivasi yang tinggi dan rendah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi square dan =0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi kesembuhan pasien NAPZA di Ruang rawat Inap MPE dan Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantung Obat Jakarta (p value=0,023). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga berhubungan negatif dengan motivasi kesembuhan pasien NAPZA (OR=0,089) setelah dikontrol dengan variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi. Motivasi dapat berdampak positif pada proses terapi dan rehabilitasi pasien NAPZA, karena itu perlu adanya peningkatan motivasi salah satunya dengan cara memberikan dukungan baik berupa informasi, kepedulian, penghargaan, ataupun pertolongan langsung oleh keluarga. Kata kunci: Dukungan sosial keluarga, motivasi, NAPZA Pendahuluan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Data dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang dikemas dalam World Drug Report 2011 menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang di dunia. Data tahun diperoleh angka pengguna narkoba di dunia mencapai 272 jiwa atau meningkat 8% dari tahun sebelumnya (Firmanzah, dkk, 2011). Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat pada tahun 2008 jumlah pengguna narkoba mencapai 1,99 persen dari total populasi atau setara dengan 3,2 juta jiwa dan meningkat menjadi 2,21 persen pada tahun 2010 atau setara dengan 3,8 juta jiwa. BNN memprediksi pada tahun 2015, jumlah pengguna narkoba di Indonesia akan mencapai 5-6 juta jiwa (Firmanzah, dkk, 2011). Menurut BNN (2011) diperkirakan ada sebanyak 9,6 sampai 12,9 juta orang atau 5,9 % dari populasi yang berusia tahun di Indonesia pernah mencoba pakai narkoba minimal satu kali sepanjang hidupnya (ever used) atau dengan bahasa lain ada sekitar 1 dari 17 orang di Indonesia yang berusia tahun pernah pakai narkoba sepanjang hidupnya. Dampak penyalahgunaan NAPZA tidak hanya berakibat bagi penyalahgunanya yang dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental hingga berakibat pada kematian, namun juga berdampak pada tatanan sosial keluarga dan masyarakat sampai pada tindak kriminal. Masalah NAPZA merupakan permasalahan yang amat penting dan perlu penanganan khusus semenjak dini. Sebagai langkah awal dilakukan pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA, namun apabila seseorang sudah terlibat dilakukan pencegahan sekunder (terapi pengobatan) dan pencegahan tersier (rehabilitasi). Terapi penyalahgunaan NAPZA haruslah rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi medik, psikiatrik, dan sosial artinya tidak semata-mata hanya mengobati jasmani (fisik) tetapi juga dari segi kejiwaan, sosial dan spiritual. Terapi tersebut yaitu terapi dengan obat (psikofarmaka) dan terapi kejiwaan/ psikologik (psikoterapi) (Hawari, 2003). Salah satu bentuk psikoterapi adalah psikoterapi suportif yaitu memberikan dorongan, semangat, dan motivasi agar pasien ketergantungan NAPZA tidak merasa putus asa untuk berjuang melawan ketergantungannya. Salah satu bentuk psikoterapi ini adalah dengan adanya dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang memberikan bantuan kepada individu berupa perhatian,

2 emosi, bantuan instrumental, pemberian informasi, dan penilaian kepada individu oleh lingkungan sosialnya (Kaplan dan Saddock, 1992). Motivasi merupakan karakteristik manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan, mempertahankan tingkah laku manusia ke dalam suatu arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 1996). Secara spesifik keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu timbulnya motivasi yang mengarahkan pada perilaku tertentu, perubahan perilaku yang positif dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Friedman, 1998). Dalam penelitian ini peneliti membatasi hanya pada dukungan sosial keluarga karena keluarga merupakan individu yang paling dekat dan mempunyai arti dan pengaruh besar bagi pasien. Keluarga mempunyai andil yang cukup besar dalam memerangi penyalahgunaan NAPZA terutama setelah keadaan intoksifikasi, keadaan lepas NAPZA dan berbagai komplikasi medis pasien dapat diatasi, maka problema kepribadian inilah yang biasanya muncul ke permukaan dan harus ditanggulangi. Dukungan sosial keluarga pada pasien ketergantungan NAPZA tidak semuanya baik karena ada beberapa keluarga yang menganggap selesai hanya dengan membawa anak mereka ke rehabilitasi, padahal perhatian dari petugas rehabilitasi tidaklah cukup, para pasien ketergantungan NAPZA juga membutuhkan support system dari orang terdekat yaitu keluarga untuk membangun motivasi mereka untuk sembuh baik dari segi fisik maupun psikis.ka Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Motivasi Kesembuhan Pasien NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat adiktif) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Timur". Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien NAPZA di Ruang Rawat Inap MPE dan Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang telah melewati tahap detoksifikasi yaitu sebanyak 45 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu sebanyak 45 orang. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dengan IBM SPSS 21. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariate dan multivariat yang dilakukan untuk mengontrol konfonding. Hasil Penelitian Karakteristik Responden Hasil penelitian sebanyak 45 responden didapatkan data bahwa sebanyak 42 orang (93,3%) berjenis kelamin lakilaki dan 3 orang (6,7%) berjenis kelamin perempuan. Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi tindakan maupun sikap seseorang, demikian juga dengan kecenderungan kenakalan remaja, yang termasuk salah satunya adalah penyalahgunaan NAPZA. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=45) Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) responden Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan ,3 6,7 Pendidikan - SD - SMP - SMU - D3 - S1 Pendapatan - Rp <Rp ,2 2,2 66,7 8,9 20,0 44,4 55,6 Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (2006) membuktikan bahwa penyalahgunaan NAPZA pada anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan. Hal ini disebabkan karena rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi pada laki-laki terhadap suatu hal yang baru dan mereka berani bereksperimen untuk memuaskan rasa ingin tahunya selain itu secara psikologis tingkat agresifitas laki-laki lebih tinggi daripada wanita. Selain itu menurut Maryana (2006) mengemukakan bahwa sebagian dari sifat laki-laki adalah lebih agresif, bersikap bebas, aktif, dan berani. Jadi dapat disimpulkan perilaku delikuensi atau kenakalan remaja lebih sering dilakukan oleh lakilaki daripada perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden terbesar berpendidikan rendah (SD/SMP/SMU) sebanyak 32 orang (71,1%), sedangkan berpendidikan tinggi (D3/S1) sebanyak 13 orang (28,8%). Berdasarkan data BNN (2012) menunjukkan para pemakai atau

3 penyalahguna NAPZA dari tahun sebagian besar pendidikan SMP (23,7%) dan SMA (61,9%) yaitu kelompok usia remaja. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Burt (1984) dalam Maryana (2006) mengemukakan remaja yang memiliki tingkat intelegensi rendah lebih banyak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 55,6% responden memiliki tingkat pendapatan < Rp /bulan yang dikategorikan oleh peneliti pada status ekonomi rendah, dan 44,4% dengan status ekonomi tinggi. Walaupun berdasarkan hasil penelitian dari Maryana (2006) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan penyalahgunaan NAPZA karena terlepas dari sosial ekonomi keluarga tergolong mendukung ataupun tidak jika keinginan mereka untuk memakai NAPZA tinggi disertai adanya pengaruh lingkungan pergaulan yang memakai NAPZA, maka mereka akan selalu penuh dengan kreativitas untuk mendapatkan NAPZA tanpa memandang keadaan perekonomian keluarga. Namun dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan adanya tekanan hidup yang serba kekurangan yang membuat responden kecewa dengan keadaan yang demikian. Sebagai pelarian diri dari masalah kemiskinan mereka dapat terbawa arus ke lingkungan pergaulan yang patologis yaitu lingkungan pemakai NAPZA dan pada akhirnya terlibat penyalahgunaan NAPZA. Dukungan Sosial Keluarga Responden Dukungan sosial keluarga yang terbesar diperoleh oleh responden adalah dukungan sosial keluarga yang baik sebanyak 38 responden (84,4%) dan sisanya 7 responden (15,6%) memiliki dukungan sosial keluarga kurang baik. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Keluarga Responden (n=45) Dukungan Sosial Frekuensi (n) Persentase (%) Keluarga - Baik - Kurang baik ,4 15,6 Walgito (2002) mengemukakan bahwa dukungan sosial keluarga yang dimaksud yaitu keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Jadi dapat disimpulkan dukungan sosial keluarga merupakan bentuk bantuan yang dirasakan seseorang dalam hal ini pasien NAPZA yang diperoleh melalui hubungan interpersonal. Dukungan sosial keluarga yang dapat diberikan pada pasien NAPZA dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumen, dukungan informatif dan dukungan penghargaan. Menurut Smet (1994) dukungan emosional ini meliputi rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga. Sikap keluarga yang peduli sangat diperlukan untuk menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian. Dengan perhatian yang berlebih maka pasien merasa tidak sendiri dalam menghadapi proses terapi dan rehabilitasinya. Pemulihan dari kecanduan NAPZA merupakan proses jangka panjang yang dapat menimbulkan stress bagi pasien NAPZA. Dukungan sosial keluarga merupakan strategi preventif untuk mengurangi stress dan segala konsekwensi negatifnya (Fiedman, 1998). Kemudian untuk menambah semangat agar pasien NAPZA terus menjalani program rehabilitasinya tanpa ada rasa putus asa keluarga dapat memberikan dukungan penghargaan. Menurut Smet (1994) dukungan ini bisa terjadi melalui ungkapan positif untuk seseorang, dorongan untuk maju, serta perbandingan positif dengan orang lain. Dengan adanya reinforcement positif maka sebuah perilaku akan semakin dapat ditingkatkan. Menurut Smet (1994) dukungan informatif mencakup pemberian nasihat, petunjuk, saran-saran atau umpan balik. Disini keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disemminator informasi, dalam hal ini khususnya informasi seputar terapi dan rehabilitasi ketergantungan obat. Selain itu dukungan instrumen yang berupa materi atau pertolongan langsung juga dibutuhkan oleh pasien NAPZA seperti pengusahaan biaya untuk proses terapi dan rehabilitasi ketergantungan obat, rutin melakukan kunjungan ke rehabilitasi dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat diberikan oleh keluarga sebagai individu yang paling dekat dan bertanggung jawab atas pasien. Jadi keluarga disini berfungsi sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit. Motivasi Kesembuhan Pasien NAPZA Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi kesembuhan pasien NAPZA sebanyak 31 responden (68,9%) memiliki tingkat motivasi yang tinggi dan sebanyak 14 responden (31,1%) memiliki tingkat motivasi rendah. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2009) yaitu dari 50 responden yang diteliti hasilnya responden yang memliki keinginan untuk sembuh sebanyak 33 orang (66%) dan sisanya sebanyak 17 orang (34%) tidak mempunyai keinginan untuk sembuh. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Motivasi Kesembuhan Responden (n=45) Motivasi Frekuensi (n) Persentase (%) Kesembuhan - Tinggi - Rendah ,9 31,1 Penelitian lain yang oleh Maryana (2006) hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan proses penyembuhan pasien NAPZA di Panti Rehabilitasi Pamardi Putra Mandiri Semarang yaitu dari 52 responden menunjukan bahwa sebanyak 65,4% mempunyai motivasi rendah, mempunyai motivasi cukup 34,6 % dan tidak ada yang mempunyai motivasi tinggi (0 %). Menurut Walgito (2002) mengemukakan motivasi

4 adalah keinginan didalam seorang individu yang mendorong ia untuk bertindak. Motivasi menunjukkan dorongan dan usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan penggerak perilaku atau disebut dengan energizer of behavior. Motivasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor internal yang terdiri dari sifat fisik, jenis kelamin, sifat kepribadian, intelegensia dan sifat bawaan. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan, pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan. Menurut Hawari (2003) mengatakan bahwa pemulihan dari kecanduan NAPZA dapat merupakan proses jangka panjang dan sering membutuhkan beberapa episode perawatan. Terapi penyalahgunaan NAPZA ini dibedakan menjadi dua tahapan yaitu detoksifikasi dan pascadetoksifikasi. Tahapan pascadetoksifikasi ini merupakan suatu rehabilitasi yang bertujuan mengembalikan kondisi kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologik, sosial, dan spiritual. Tahapan ini merupakan proses jangka panjang dimana didalam pelaksanaannya dibutuhkan motivasi yang merupakan kunci utama bagi para pengguna NAPZA untuk menjalani hidup bersih tanpa NAPZA. Pada penelitian ini variabel motivasi didasarkan pada salah satu teori motivasi yaitu Teori Kebutuhan McClelland (1970) dalam Koeswara (1989) yang Dukungan Sosial Keluarga Menurut Friedman (1998) keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem sosial yang hidup, dimana hubungan satu sama lain ditemukan dalam sebuah sistem keluarga, sehingga perubahan yang terjadi pada suatu bagian pasti menyebabkan perubahan dalam suatu sistem. Motivasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain menurut Walgito (2002) diantaranya yaitu faktor internal yang terdiri dari sifat fisik, jenis kelamin, sifat kepribadian, intelegensia dan sifat bawaan. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan, pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan. Dukungan sosial disini hanya merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor yaitu lingkungan yang merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi. Namun demikian dengan adanya dukungan sosial keluarga memberikan rasa aman, nyaman, tenang, dan dapat meningkatkan motivasi pasien NAPZA dalam proses terapi dan rehabilitasi yang sedang mereka jalani di rehabilitasi. Tabel 5. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Kesembuhan Pasien NAPZA Motivasi Kesembuhan OR Pasien Napza Total Tinggi Rendah dibedakan menjadi tiga komponen yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan kekuasaan. Kebutuhan prestasi adalah dorongan yang kuat sekali untuk berhasil, dalam hal ini dibutuhkan dorongan yang kuat dari diri pasien NAPZA dalam menjalankan proses terapi dan rehabilitasi NAPZA dengan baik sehingga dapat lepas dari jeratan NAPZA. Kebutuhan afiliasi didasari adanya keinginan untuk bersahabat dan bekerja sama dengan orang lain, dalam hal ini kehidupan di rehabilitasi dimana para pasien NAPZA hidup bersamasama teman seperjuangan yang mempunyai tujuan sama akan dapat lebih memotivasi. Kemudian kebutuhan kekuasaan yang tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dalam hal ini seseorang yang lebih aktif, yang dapat memberikan pengaruh pada teman-temannya di rehabilitasi. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Kesembuhan Pasien NAPZA Hasil penelitian menunjukkan pada hasil uji Chi Square dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,05. Diperoleh hasil yang signifikan (p=0,023) maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi pasien NAPZA di Ruang Rawat Inap MPE dan Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. (95% CI) P value n % n % n % Baik 29 76,3 9 23, ,056 0,023 Kurang Baik 2 28,6 5 71, ,3-48,8 Jumlah 31 68, , Hal ini sesuai karena secara spesifik keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu dengan timbulnya suatu motivasi yang mengarahkan pada perilaku tertentu. Perubahan perilaku yang positif dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Friedman, 1989). Menurut Smet (1994) Dukungan yang dapat diberikan pada pasien NAPZA yang sedang menjalani proses terapi dan rehabilitasi NAPZA dapat berupa dukungan informasi, yaitu dengan memberikan informasiinformasi, pengetahuan seputar terapi dan rehabilitasi NAPZA. Dukungan instrumental yaitu berupa pemberian bantuan secara langsung, seperti pengusahaan biaya untuk proses terapi dan rehabilitasi ketergantungan obat, rutin melakukan kunjungan ke rehabilitasi. Dukungan emosional meliputi rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga. Dengan perhatian yang berlebih maka pasien merasa tidak sendiri dalam menghadapi proses terapi dan rehabilitasinya. Dukungan

5 penghargaan bisa terjadi melalui ungkapan positif untuk seseorang, dorongan untuk maju, serta perbandingan positif dengan orang lain. Dengan adanya reinforcement positif maka sebuah perilaku akan semakin dapat ditingkatkan. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Motivasi Kesembuhan Pasien NAPZA Setelah dikontrol dengan 3 Confounder (Jenis Kelamin, Pendidikan, Status Ekonomi) Hasil penelitian dengan analisis uji regresi logistik, dukungan sosial keluarga berhubungan signifikan (p value=0,023) dengan motivasi kesembuhan pasien NAPZA di Ruang Rawat Inap MPE dan Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dengan OR=0,089 maka dukungan sosial keluarga menjadi pencegah motivasi kesembuhan pasien responden atau dengan kata lain probabilitas motivasi tinggi pada responden dengan dukungan sosial keluarga yang baik lebih rendah 91,1% dibandingkan dengan responden yang memiliki dukungan sosial yang kurang baik. Hasil regresi karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi hanya memberikan sumbangsih 8,9% bagi perubahan motivasi kesembuhan pada responden. Tabel 5. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Kesembuhan Pasien NAPZA Setelah Dikontrol Dengan 3 Confounder B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% CI Lower Upper Dukungan Sosial Keluarga Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan StatusEkonomi Constant Hasil penelitian dengan analisis uji regresi logistik, dukungan sosial keluarga berhubungan signifikan (p value=0,023) dengan motivasi kesembuhan pasien NAPZA di Ruang Rawat Inap MPE dan Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dengan OR=0,089 maka dukungan sosial keluarga menjadi pencegah motivasi kesembuhan pasien responden atau dengan kata lain probabilitas motivasi tinggi pada responden dengan dukungan sosial keluarga yang baik lebih rendah 91,1% dibandingkan dengan responden yang memiliki dukungan sosial yang kurang baik. Hasil regresi karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi hanya memberikan sumbangsih 8,9% bagi perubahan motivasi kesembuhan pada responden. Penelitian yang telah dilakukan oleh Putra (2011) mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi untuk sembuh pada pengguna napza di Rehabilitasi Madani Mental Health Care menyatakan dukungan sosial memberikan sumbangsih sebesar 27,5% terhadap motivasi sembuh, sisanya 72,5% dapat dijelaskan oleh variabel lain selain dukungan sosial. Sedangkan hasil regresi aspek demografi pada dukungan sosial yaitu jenis kelamin dan lama tinggal direhabilitasi, hanya memberikan kontribusi 5% bagi perubahan motivasi untuk sembuh. Menurut Martono (2006) dalam Siahaan (2012) mengemukakan bahwa dukungan sosial keluarga sudah menyediakan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan. Selama masa terapi pengobatan, banyak tanggung jawab korban penyalahguna NAPZA dalam keluarga diabaikan sehingga keluarga mengambil alih tanggung jawab tersebut. Keluarga perlu berupaya untuk secara bertahap menyerahkan kembali tanggung jawab tersebut kepada mereka. Keluarga tidak boleh membiarkan mereka hidup tanpa tanggung jawab. Keluarga harus menyadari bahwa menghargai diri harus muncul dari dalam diri mereka, bukan dari dorongan luar sehingga korban penyalahguna NAPZA perlu menemukan jati dirinya dengan kembali mengambil perannya dalam keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2009) sebanyak 50 responden mendapatkan hasil dukungan keluarga yang tinggi (54%), dukungan keluarga yang sedang (28%) dan dukungan keluarga yang rendah (18%). Dukungan keluarga yang didapatkan oleh penyalahguna NAPZA masih beragam, namun sebagian besar mendapatkan dukungan yang tinggi. Permasalahan ini sesuai dengan lingkungan yang mendukung terutama keluarga sangat berperan dalam proses penyembuhan seseorang yang ketergantungan obat. Hal ini disebabkan tidak banyak dari mereka yang keinginan sembuhnya datang dari dalam dirinya sendiri, lebih banyak pengguna membutuhkan dukungan orang tua. Isnaini (2009) juga mengemukakan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi keinginan untuk sembuh yang menyatakan bahwa sebenarnya para penyalahguna NAPZA ingin berhenti menggunakan NAPZA karena Guilty Feeling. Guilty Feeling dapat memotivasi seseorang pemakai NAPZA untuk berhenti menggunakan NAPZA yang muncul dari dalam diri individu sendiri, dari luar individu, dan perasaan bertanggung jawab baik bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintah maupun Tuhannya. Dalam hasil penelitiannya dikemukakan motivasi dari diri sendiri

6 memberikan peluang 40% kesembuhan. Sisanya, dibutuhkan dukungan obat, keluarga, dan lingkungan. Penyembuhan seharusnya tidak hanya secara fisik, namun juga psikologis penyalahguna NAPZA, seperti mengembalikan kepercayaan dirinya. Saran 1. Bagi Keluarga Mengingat Pemulihan dari kecanduan NAPZA dapat merupakan proses jangka panjang dan sering membutuhkan beberapa episode perawatan maka dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien NAPZA dalam menjalani proses terapi dan rehabilitasinya. Keluarga hendaknya lebih intensif di dalam pemberian dukungan bagi pasien NAPZA baik berupa informasi, memberikan pertolongan langsung, rasa empati atau kepedulian, dan memberikan penghargaan. 2. Bagi Rumah Sakit Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga baik belum sampai tingkat maksimal. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi pihak rumah sakit secara komprehensif sebagai bahan pertimbangan pemberian psikoterapi suportif khususnya dukungan sosial keluarga, dengan mengevaluasi kembali psikoterapi keluarga seberapa banyak telah diberikan pada program rehabilitasi dan melihat lagi seberapa jauh dukungan keluarga pada saat pasien kembali dilingkungan keluarganya. 3. Untuk Penelitian Selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan penelitian secara kualitatif agar dapat lebih menggali dukungan sosial keluarga dan motivasi pasien NAPZA dalam proses penyembuhan ketergantungan obat secara mendalam. Studi Ilmu Keperawatan Fakkultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi Walgito, B. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Edisi 3.Yogyakarta : Andi Offset. Smet Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo. Koeswara. (1989). Motivasi: Teori dan Penelitiannya. Bandung : Angkasa. Putra, Bayu S. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Untuk Sembuh Pada Pengguna Napza Di Rehabilitasi Mandani Mental Health Care. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Psikologi. Skripsi. Siahaan, Elisa P. (2012). Dukungan Psikososial Keluarga Dalam Penyembuhan Pasien Napza Di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Skripsi Isnaini Y. (2009). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keinginan Untuk Sembuh Pada Penyalahgunaan Napza Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Kota Yogyakarta. FKM Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Skripsi. Daftar Pustaka Firmanzah, dkk. (2011). Mengatasi Narkoba dengan Welas Asih. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama BNN (2011). Survey Nasional Perkembangan Penyalahgunaaan Narkoba di Indonesia Tahun 2011 (Kerugian Sosial dan Ekonomi) Jakarta : BNN Hawari Dadang. (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kaplan HI dan Sadock BJ. (1992). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara. Stoner, JA dan freeman. (1996). Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo. Friedman, M, et. al. (1998). Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta : EGC. Maryana, D Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Klien Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif) Dalam Proses Penyembuhan Ketergantungan Obat Di Panti Rehabilitasi Pamardi Putra Mandiri Semarang. Program

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengguna Narkoba 1. Pengertian Pengguna Narkoba Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang menggunakan narkotika atau psikotropika tanpa indikasi medis dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan untuk Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN NAPZA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN MUARO PADANG TAHUN 2017

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN NAPZA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN MUARO PADANG TAHUN 2017 MENARA Ilmu Vol. XII Jilid I No.79 Januari 2018 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN NAPZA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN MUARO PADANG TAHUN 2017 Wuri Komalasari Dosen Program Studi DIV Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat-obatan dengan tujuan medis secara legal diresepkan oleh dokter atau tenaga medis untuk mengobati penyakit. Namun, pemakaian obat tanpa petunjuk medis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba adalah sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat Edaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperkenalkan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) atau yang sering dikenal dengan Narkoba(Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. Setiap tahunnya penggunaan Napza semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga segala aspek kehidupan manusia tidak memiliki batas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa

Lebih terperinci

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini sudah menjadi permasalahan serius, dan dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan yang luar biasa (Extra

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN KELUARGA DENGAN PERILAKU RELAPSE (KEKAMBUHAN) NARKOBA PADA RESIDEN

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN KELUARGA DENGAN PERILAKU RELAPSE (KEKAMBUHAN) NARKOBA PADA RESIDEN ISSN 089-0346 (Print) ISSN 503-39 (Online) Volume 7, Nomor, Desember 07 HUBUNGAN ANTARA KEADAAN KELUARGA DENGAN PERILAKU RELAPSE (KEKAMBUHAN) NARKOBA PADA RESIDEN THE CORRELATION BETWEEN A FAMILY SITUATION

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung Abstrak Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung 1 Ega Kusmawati 2 Antonius Ngadiran 3 Tri Sulastri 1,2,3 Program Studi Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat adiktif) atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan NARKOBA di Indonesia terus mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Disisi lain, apabila disalahgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak menuju masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena penggunaan narkoba di kalangan generasi muda semakin mencemaskan. Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA Merry Tiyas Anggraini, Afiana Rohmani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nation Office on Drugs and Crime memperkirakan penyalahguna narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 tahun (UNODC, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah satunya adalah penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita-berita kriminalitas yang semarak di berbagai media, baik cetak maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA adalah narkotika,

Lebih terperinci

17. Keputusan Menteri...

17. Keputusan Menteri... Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh tingginya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan keselamatan manusia, tetapi

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Putri Eka Hidayati, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam masyarakat. Diantara

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

Lebih terperinci

Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA

Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA Muhammad John Elang Lanang Sismadi, Muhammad Ardiansyah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2 Bagian Syaraf FKIK UMY Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) bukan menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for Youth on Drug, badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Jumlah pengguna dan pecandu narkoba dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara Indonesia. Berdasarkan data tahun 2001

Lebih terperinci

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Narkoba atau yang kini dikenal juga dengan sebutan NAPZA, adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Bahan/ zat adiktif. Narkoba merupakan bahan/ zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tak kurang dari 320.000 orang antara usia 15-29 tahun meninggal setiap tahun karena berbagai penyebab terkait alkohol. Jumlah ini mencapai sembilan persen

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Say no to drugs adalah ungkapan yang tidak asing lagi di telinga kita. Ungkapan ini merupakan bagian dari ekspresi kegelisahan pemerintah dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEINGINAN UNTUK SEMBUH PADA PENYALAHGUNA NAPZA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEINGINAN UNTUK SEMBUH PADA PENYALAHGUNA NAPZA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEINGINAN UNTUK SEMBUH PADA PENYALAHGUNA NAPZA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA Abstract Yulia Isnaini, Widodo Hariyono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di masyarakat sedemikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU no. 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbidilitas. WHO telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) jika digunakan dengan pengawasan dan pengendalian yang baik dapat bermanfaat di bidang kesehatan dan pengembangan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA SKIZOFRENIA Riska Ratnawati (Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK merupakan salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

DUKUNGAN KELUARGA PADA KEKAMBUHAN PENYALAHGUNA NARKOTIKA

DUKUNGAN KELUARGA PADA KEKAMBUHAN PENYALAHGUNA NARKOTIKA 45 DUKUNGAN KELUARGA PADA KEKAMBUHAN PENYALAHGUNA NARKOTIKA Filia Linda Hapsari ¹, Induniasih² 1 STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta 2 Poltekes Kepmenkes Yogyakarta ABSTRACT Background : Drug abuse is one

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak memakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga BAB I PENDAHULUAN Permasalahan penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, dari sudut medik psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psiko sosial (ekonomi politik, sosial budaya, kriminalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan digunakan untuk pengobatan dan digunakan secara illegal, atau barang haram yang dinamakan narkoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang tercatat dalam sejarah manusia, NAPZA dipuja karena manfaatnya bagi manusia tetapi sekaligus dikutuk karena efek buruk yang diakibatkannya. NAPZA alami sudah

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS (Studi Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dokter Soekardjo Tasikmalaya) Andina Dea Priatna 1) Nur Lina dan Siti Novianti

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA PENYALAHGUNAAN NAPZA DENGAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA PAMEKASAN ABSTRAK

KENAKALAN REMAJA PENYALAHGUNAAN NAPZA DENGAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA PAMEKASAN ABSTRAK KENAKALAN REMAJA PENYALAHGUNAAN NAPZA DENGAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA PAMEKASAN Harfan Roziki 1, Enny Nurhidayati, M.MKes. 2 ) ABSTRAK Pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba mengancam kehidupan kita. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar meningkat pesat. Hal tersebut merupakan fakta mengejutkan yang cukup meresahkan karena remaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB I PENDAHULUAN TA- 100 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah narkoba mulai dikenal pada sekitar tahun 1998, akibat maraknya kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif terlarang. Agar lebih mudah dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penyalahgunaan Narkoba meliputi pelayanan rehabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip utama yang telah disepakati oleh pakar pendidikan adalah bahwa setiap warga negara seharusnya mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) merupakan salah satu permasalahan yang menjadi ancaman serius bagi Bangsa Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

Lebih terperinci

Oleh : Rahayu Setyowati

Oleh : Rahayu Setyowati FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INSTALASI RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba merupakan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Masalah 1 Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian ini yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya lain. Istilah lain yang sering digunakan yaitu NAPZA yang merupakan singkatan kata dari

Lebih terperinci