INVESTIGASI PENGARUH RETAK RADIAL PADA PELET EKSENTRIS TERHADAP PARAMETER TERMAL ELEMEN BAKAR PWR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INVESTIGASI PENGARUH RETAK RADIAL PADA PELET EKSENTRIS TERHADAP PARAMETER TERMAL ELEMEN BAKAR PWR"

Transkripsi

1 INVESTIGASI PENGARUH RETAK RADIAL PADA PELET EKSENTRIS TERHADAP PARAMETER TERMAL ELEMEN BAKAR PWR Hendro Tjahjono Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN)-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan Telp./Faks / , hendro@batan.go.id ABSTRAK INVESTIGASI PENGARUH RETAK RADIAL PADA PELET EKSENTRIS TERHADAP PARAMETER TERMAL ELEMEN BAKAR PWR. Keretakan arah radial dari pelet bahan bakar PLTN bisa diikuti dengan retaknya kelongsong akibat naiknya gradien azimutal maupun radial dari temperatur. Pengaruh ketidaksentrisan posisi pelet juga perlu diinvestigasi karena diperkirakan bisa memperparah keadaan. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh retak radial pada pelet eksentris terhadap gradien azimutal dan radial dari temperatur kelongsong sebagai dasar dalam menentukan besarnya tegangan mekanik yang dialami kelongsong. Investigasi dilakukan pada titik terpanas dari elemen bakar PWR kelas MW dengan rapat daya sebesar 8,27x10 8 W/m 3 dan dengan variasi lebar retak antara 1 hingga 6. Pengaruh keeksentrisan pelet diinvestigasi dengan membandingkan 3 posisi yaitu, posisi sentris, renggang dan rapat. Metode yang digunakan adalah dengan memecahkan persamaan konduksi pada koordinat silinder tergeser secara numerik dengan bantuan Matlab. Hasil investigasi menunjukkan retak radial berpengaruh menaikkan gradien azimutal temperatur kelongsong hingga 115C/mm dan gradien radial hingga 215C/mm, pengaruh variasi lebar retak hingga 6 tidak signifikan. Temperatur maksimum pada pelet juga dipengaruhi posisi, yaitu 1.937C pada posisi sentris, 1.728C pada posisi renggang dan 2.118C pada posisi rapat. Dengan investigasi ini dapat disimpulkan bahwa retak radial yang terbuka pada pelet bahan bakar berdampak meningkatkan tegangan termal kelongsong sehingga memperbesar peluang terjadinya retak kelongsong. Kata kunci: retak radial, pelet eksentris, gradien temperatur kelongsong, PWR ABSTRACT INVESTIGATION ON THE INFLUENCE OF ECCENTRIC PELLETS RADIAL CRACK TO THERMAL PARAMETERS OF PWR FUEL ELEMENTS. Cracks in the radial direction of a nuclear fuel pellets can be followed by a cladding failure due to the increase of azimuthal or radial gradient of temperature. Effect of pellet eccentricity position also needs to be investigated because it is estimated could aggravate the situation. This investigation aims to determine how far the influence of radial cracks in the eccentric pellets against azimuthal and radial gradient of temperature in the cladding as the basis for determining the mechanical stresses experienced by cladding. Investigation performed at the hottest point of PWR fuel element with power density of 8.27 x10 8 W/m 3 and with variation of crack width between 1 to 6. Effect of pellet eccentricity investigated by comparing the 3-position such as: the symmetrical position, the tenuous position and aligned position. The method used is to solve the conduction equation in shifted cylindrical coordinates numerically with the help of Matlab. Results of this investigation show that radial cracks increase the azimuthal temperature gradient of cladding to 115C/mm and a radial gradient up to 215C/mm, the influence of crack width variations of up to 6 is not significant. Maximum temperature in pellets is also influenced by the position, that is 1.937C in the centric position, 1.728C at tenuous position and 2.118C in aligned position. With this investigation it can be concluded that the presence of radial cracks of fuel pellets give impact to increase thermal stress cladding so enlarge opportunities for cladding cracking. Key words: radial crack, eccentric pellets, cladding temperature gradient, PWR ISSN

2 1. PENDAHULUAN Keretakan dari pelet bahan bakar suatu PLTN terjadi ketika tegangan mekanik yang dialami melampaui batas dukungnya. Tegangan mekanik yang besar tersebut bisa disebabkan oleh dilatasi pelet melampaui dilatasi dari kelongsong sehingga terjadi interaksi pelet-kelongsong yang lebih dikenal dengan istilah PCI (Pelet Cladding Interaction). Selain itu, tingginya gradien temperatur di dalam pelet sendiri juga berkontribusi menyebabkan terjadinya retak baik dalam arah radial maupun azimutal. Retak azimutal pada umumnya merupakan retak yang tertutup sehingga tidak menimbulkan dampak langsung pada kelongsong, sedangkan retak radial umumnya bersifat terbuka sehingga bisa berdampak pada integritas kelongsong. Beberapa hasil penelitian terkait PCI tersebut [1,2,3,4,5] menunjukkan bahwa retaknya pelet dalam arah radial bisa diikuti dengan retaknya kelongsong bagian dalam tepat di titik yang berhadapan dengan titik retak pelet tersebut. Pada Gambar 1 ditunjukkan foto dari penampang elemen bakar yang mengalami retak, baik radial maupun azimutal yang diikuti dengan retaknya kelongsong pada titik yang berhadapan dengan posisi retak radial [1]. Kelongsong Pelet Retak radial (a) (b) Gambar 1. Keretakan Pada Elemen Bakar PWR (a). Keretakan pada Pelet (b). Perambatan Retak pada Kelongsong Bahasan sementara yang diambil adalah bahwa dengan terbukanya pelet di titik retak, maka terjadi penurunan konduktivitas termal di jalur retak yang menyebabkan terjadinya gradien temperatur dalam arah azimutal di sisi dalam kelongsong yang berhadapan dengan alur retak. Gradien temperatur ini menyebabkan timbulnya tegangan mekanik azimutal (hoop stress) yang bisa menyebabkan keretakan kelongsong jika melampaui batas dukungnya. Adanya difusi gas-gas produk fisi yang mengalir pada celah retak dan diteruskan ke arah kelongsong akan memperbesar konduktivitas celah dibandingkan dengan konduktivitas gap antara pelet dan kelongsong. Dari literatur diperkirakan bahwa nilai konduktivitas efektif dari celah retak hanya turun sekitar 20% saja dari konduktivitas pelet atau sekitar 4 kali lebih tinggi dibandingkan konduktivitas gap. Semua hasil investigasi di atas dilakukan untuk posisi pelet yang simetris/sentris terhadap kelongsong. Untuk pelet yang eksentris, telah ditunjukkan, dalam investigasi sebelumnya [6], adanya gradien temperatur kelongsong dalam arah azimutal walaupun untuk pelet yang utuh sehingga sudah memberikan resiko naiknya tegangan mekanik azimutalnya. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh retak radial pada pelet eksentris terhadap gradien temperatur azimutal dari kelongsong sebagai dasar dalam menentukan besarnya tegangan mekanik yang dialami kelongsong. Perhitungan tegangan mekanik dalam hal ini tidak termasuk dalam lingkup penelitian ini. Elemen bakar yang diinvestigasi adalah elemen terpanas dari PLTN tipe PWR kelas MW pada kondisi ISSN

3 operasi nominal dengan pelet UO2 berdiameter 8,19 mm, kelongsong Zirconium, lebar gap 0,085 mm dan dengan retak radial divariasikan selebar 1 hingga 6 atau sekitar 0,071 mm hingga 0,429 mm [7,8]. Pengaruh keeksentrisan pelet diinvestigasi dengan membandingkan 3 posisi yaitu, posisi simetris, posisi retak di sisi renggang dan posisi retak di sisi rapat. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Persamaan yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan terlebih dahulu menyusun program perhitungan numerik dengan fasilitas Matlab menggunakan koordinat silinder tergeser (akibat ketidaksimetrian). Persamaan yang dipecahkan adalah persamaan konduksi dalam dimensi radial dan azimutal dalam rejim permanen untuk menentukan distribusi temperatur dalam penampang elemen bakar seperti ditunjukkan pada persamaan (1). Perpindahan kalor dalam arah aksial bisa diabaikan mengingat dimensi aksial yang jauh lebih besar dibandingkan dengan dimensi radial, yaitu perbandingan panjang dengan diameter sekitar 300 dibanding 1 [9]. 1 T 1 r r r r r 1 T q r k ''' 0 (1) dengan: r : posisi radial (m) : posisi azimutal (radian) T : temperatur (K) q : daya volumik yang dibangkitkan (W/m3), diasumsikan konstan k : konduktivitas termal (W/mK), diasumsikan konstan. Pada elemen bakar PWR terdapat tiga mekanisme perpindahan kalor, yaitu konduksi dalam pelet, gap dan kelongsong, radiasi dalam gap dan konveksi antara permukaan luar kelongsong dan air pendingin. Konveksi alam oleh gas dalam gap diabaikan mengingat dimensi gap yang sangat kecil yaitu dengan bilangan Rayleigh jauh lebih kecil dari 1 (estimasi bilangan Rayleigh di gap hanya sebesar 0,003). Radiasi dalam gap dimungkinkan berlangsung antara permukaan pelet bahan bakar dengan permukaan kelongsong sisi dalam, tetapi dengan lebar gap yang sangat kecil (kurang dari 0,2 mm), maka faktor radiasi tersebut relatif kecil dibandingkan dengan konduksi yaitu dengan rasio kurang dari 10%. Oleh karena itu, mekanisme perpindahan kalor pada gap bisa tetap dimodelkan konduksi dengan nilai konduktivitas termal yang disesuaikan untuk mengakomodasi radiasi tersebut. Antara permukaan luar kelongsong dengan air pendingin, perpindahan kalor berlangsung secara konveksi paksa karena air pendingin di PWR dialirkan secara paksa oleh pompa primer. Nilai koefisien perpindahan kalor dalam analisis ini diasumsikan konstan sesuai nilai generik pada PWR MWe. Nilai koefisien tersebut bersama dengan temperatur air pendingin digunakan sebagai syarat batas dalam pemecahan persamaan konduksi tersebut secara numerik. Adanya retak radial menyebabkan terjadinya diffusi gas hasil fisi yang mengalir melalui retak tersebut ke arah kelongsong. Adanya aliran ini meningkatkan konduktivitas ekivalen dari ruang retak tersebut hingga sampai pada permukaan sisi dalam kelongsong. Beberapa penelitian menyarankan orde nilai konduktivitas termal sekitar 80% dari konduktivitas pelet, suatu nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konduktivitas gap yang hanya 25% dari konduktivitas pelet. ISSN

4 2.2. Pemecahan Persamaan Konduksi dengan Metode Numerik Beda Hingga Metode numerik beda hingga merupakan metode yang relatif sederhana dalam perumusan matematiknya tetapi agak kurang fleksibel dibandingkan metode elemen hingga jika diterapkan untuk geometri daerah analisis yang tidak teratur. Kasus ketidaksentrisan pelet ini termasuk kategori geometri tidak teratur, untuk itu penerapan metode beda hingga harus disertai dengan pengambilan strategi yang tepat dalam diskritisasi daerah analisis agar kesalahan pendekatan numerik masih relatif kecil. Tahapan yang digunakan dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut: a. Penetapan data masukan, yaitu data geometris (Rpelet, Rkelongsong, tebal kelongsong, pergeseran gap), sifat termal bahan ( kpelet, kgap, kkelongsong dan kretak), koefisien perpindahan kalor ke pendingin (hkonveksi), densitas daya pembangkitan (q ) dan temperatur pendingin (Tpendingin). b. Diskritisasi daerah analisis dalam segmen-segmen dan simpul-simpul arah radial (Nr) dan azimutal (N ). Untuk menghindari pembagian dengan nol, titik pusat koordinat tidak diambil sebagai titik simpul. Jarak antar simpul dalam masing-masing arah bisa dibuat seragam atau tidak, disesuaikan dengan keragaman daerah analisis. Petunjuk umum adalah, semakin tinggi gradien temperatur diperkirakan di suatu lokasi, semakin rapat jarak antar simpul dibuat. Jika daerah analisis mengandung bidang/ garis simetri, baik simetri geometri maupun simetri termal, daerah analisis bisa direduksi untuk mengurangi waktu komputasi. Pengaruh ketidaksentrisan diakomodir dengan memperbanyak jumlah segmen di daerah gap, demikian juga halnya dengan daerah retak sendiri yang karena sangat kecilnya ukuran retak, segmentasinya juga dibuat lebih kecil. c. Selanjutnya dilakukan identifikasi koordinat seluruh titik simpul, misalkan simpul ( berada pada koordinat r=r(i) dan =(. Berikutnya adalah mengidentifikasi bahan, yaitu menentukan harga konduktivitas termal dari setiap titik simpul. Dalam hal ini, titik simpul yang berada di perbatasan dua daerah, konduktivitasnya didekati dengan harga rata-rata konduktivitas kedua daerah tersebut. Nilai densitas daya pembangkitan q pada setiap simpul juga ditetapkan, yaitu untuk simpul-simpul yang berada dalam pelet bahan bakar, selain itu nilainya nol. d. Merumuskan pendekatan beda hingga terhadap diferensial temperatur orde satu dan orde dua di sekitar titik simpul (, yaitu T r T( I 1, T( r( I 1) r( ) I 1, J I dan T r T( T( I 1, r( I) r( I 1) I, J (2) demikian juga T T( J 1) T( ( J 1) ( ) I, J 1 J dan T T( T( J 1) ( ( J 1) I, J (3) sehingga T T r( I 1) r( I 1) 1 T 2 r I 1, J r I, J (4) r r r r r( I) r( I 1) r( I 1) ISSN

5 dan 1 T 2 r r r( I) T T I, J 1 I ( J 1) ( J 1) 1, J 2 (5) e. Langkah berikutnya adalah menerapkan pendekatan diferensial tersebut ke dalam persamaan konduksi (persamaan 1) pada seluruh titik simpul di daerah analisis kecuali pada simpul-simpul yang terletak di perbatasan. Untuk simpul-simpul pada perbatasan bisa diberlakukan syarat batas Dirichlet, jika nilai temperatur ditetapkan, atau Neumann, jika nilai gradien temperatur yang ditetapkan. Dalam kasus ini, syarat batas yang sesuai untuk diterapkan adalah syarat batas Neumann karena tidak ada penetapan temperatur dalam daerah analisis. f. Dari penerapan pendekatan diferensial untuk seluruh simpul, dihasilkan suatu sistem persamaan linier dengan temperatur simpul sebagai variabel yang dihitung. Jumlah persamaan sama dengan jumlah simpul, yaitu Nr x N persamaan. Dengan menggunakan program aplikasi Matlab, solusi sistem persamaan linier tersebut dapat diperoleh[10]. g. Dengan telah diperolehnya data distribusi temperatur di seluruh daerah analisis, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data tersebut dengan menampilkan profil-profil radial maupun azimutal dari temperatur pada kondisi yang ditentukan Deskripsi Data Penelitian Daerah analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan bagian dari penampang elemen bakar PWR mencakup pelet bahan bakar termasuk daerah retak, gap dan kelongsong, dengan batas terluar adalah permukaan luar kelongsong. Pada posisi pelet yang konsentris, temperatur dan fluks kalor dalam arah azimutal seragam sehingga terdapat bidang/ garis simetri yang tak berhingga jumlahnya, dalam hal ini analisis bisa dilakukan hanya terhadap dimensi radial. Pada posisi pelet yang tidak konsentris atau posisi eksentris, masih ada satu bidang/ garis simetri yang berimpit dengan garis pergeseran pelet. Dengan demikian daerah analisis bisa diperkecil menjadi setengah bagian dari penampang elemen bakar. Untuk menginvestigasi pengaruh posisi retak radial terkait dengan ketidaksimetrian pelet tersebut, ditinjau 3 posisi berbeda, yaitu: a. Posisi rapat, yaitu ketika titik retak merapat ke dinding kelongsong. b. Posisi sentris, yaitu ketika pelet pada posisi kosentris dengan kelongsong. c. Posisi renggang, yaitu ketika pelet merapat ke kelongsong dalam arah yang berlawanan dengan posisi titik retak. Gambar 2 menunjukkan penampang dari elemen bakar dalam ketiga posisi retak relatif terhadap ketidaksentrisan pelet. (a) (b) (c) Gambar 2. Posisi Retak Dalam Ketidaksentrisan Pelet (a) Posisi Rapat (b) Posisi Simetris (b) Posisi Renggang ISSN

6 Temperatur (C) Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Dalam analisis ini, jumlah simpul arah azimutal diambil sebesar 34 untuk setengah lingkaran atau sebesar 68 jika digunakan dengan jarak antar simpul seragam kecuali di daerah retak yang dibagi dalam 4 segmen. Sedangkan untuk arah radial jarak antar simpul bervariasi dengan mengambil jarak yang kecil untuk simpul-simpul yang berada di gap mengingat tingginya gradien temperatur di daerah tersebut. Data masukan dalam analisis ini adalah: a. Data geometri: diameter luar kelongsong = 9,50 mm diameter dalam kelongsong = 8,36 mm diameter pelet =8,19 mm lebar gap = mm atau 0,9% dari diameter luar kelongsong. pergeseran gap relatif= 100% dari lebar gap atau bergeser penuh hingga pelet menyentuh kelongsong lebar sudut retak = antara 1 sampai 6 b. Data termal: konduktivitas termal pelet UO2 (kpelet) = 2,8 W/m.K konduktivitas termal ekivalen pada gap (kgap) =0,51 W/m.K konduktivitas termal kelongsong (kkelongsong) = 13 W/m.K konduktivitas daerah retak= 80% dari konduktivitas pelet densitas daya pembangkitan pada posisi terpanas (q ) = 8,27 x108 W/m3 koefisien perpindahan kalor pada permukaan kelongsong ke pendingin = Watt/m2K temperatur pendingin (Tf) = 315C atau 588K 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 3 diberikan profil radial dari temperatur sepanjang bidang yang melalui sumbu retak untuk ketiga posisi yang ditinjau PROFIL RADIAL TEMPERATUR Sentris Renggang Rapat Radius (mm) Gambar 3. Profil Radial Temperatur Elemen Bakar Profil radial temperatur tersebut menunjukkan bahwa ketidakeksentrisan posisi pelet berpengaruh baik pada profil maupun nilai temperatur maksimum dari bahan bakar, yaitu sebesar 1.728C pada posisi renggang, 1.937C pada posisi sentries dan 2.118C pada posisi rapat. Nilai maksimum tersebut dipengaruhi oleh kemampuan menyalurkan daya yang dibangkitkan pada pelet. Semakin mudah penyaluran dayanya, semakin rendah temperatur ISSN

7 Temperatur (C) Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 maksimum dari pelet. Ketika bagian pelet yang retak merapat ke dinding kelongsong, di sisi yang lain, bagian yang utuh justru merenggang yang menyebabkan efektivitas menyaluran daya menurun sehingga akan menaikkan temperatur pelet. Merapatnya sisi retak ke kelongsong tidak seefektif merapatnya sisi utuh dalam menyalurkan kalornya karena konduktivitas bagian retak lebih rendah. Jadi ketika sisi utuh yang merapat atau pelet berada pada posisi renggang, penyaluran kalornya maksimal sehingga temperatur puncak bahan bakar lebih rendah dibandingkan kedua posisi lainnya. Dari ketiga profil tersebut selalu ditemui profil temperatur yang sangat tajam yang merupakan profil temperatur pada gap yang memang berkonduktivitas termal rendah. Satu hal yang penting untuk ditinjau dalam investigasi adalah profil azimutal dari temperatur kelongsong, khususnya pada sisi dalam yang berhadapan langsung dengan bagian pelet yang retak. Dari profil ini dapat ditentukan gradien maksimum dari temperatur kelongsong yang diperlukan dalam penentuan tegangan mekanik yang dialami kelongsong. Profil azimutal dari temperatur kelongsong sisi dalam untuk ketiga posisi pelet diberikan pada Gambar PROFIL AZIMUTAL TEMPERATUR SISI DALAM KELONGSONG Rapat Sentris Renggang Sudut (derajat) Gambar 4. Profil Azimutal Temperatur Kelongsong Dari profil tersebut terlihat bahwa terdapat gradien temperatur yang sangat besar di sisi yang berhadapan dengan posisi retak (sudut arah azimutal di bawah 6), yaitu hingga mencapai 100C/mm dalam arah azimutal untuk posisi renggang dan 90C/mm untuk posisi sentris. Gradien azimutal yang rendah terjadi pada posisi rapat yaitu hanya sebesar 14C/mm karena gap di sekitarnyapun sangat sempit. Dalam arah radial, gradien temperatur maksimum pada kelongsong juga relatif besar, yaitu sebesar 189C/mm untuk posisi renggang, 216C/mm untuk posisi sentris dan 198C/mm untuk posisi rapat. Walaupun tegangan mekanik sangat erat kaitannya dengan masalah gradien temperatur, namun penentuan besar tegangan mekanik sebagai fungsi dari gradien temperatur pada kelongsong tidak termasuk dalam lingkup penelitian ini. Pengaruh dari lebar retak juga diinvestigasi dalam penelitian ini. Pada Tabel 1 diberikan pengaruh lebar/sudut retak terhadap temperatur maksimum pelet dan kelongsong serta gradien temperatur maksimumnya untuk posisi sentris. Hasil investigasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa lebar sudut retak hingga 6 sangat kecil pengaruhnya terhadap temperatur kelongsong maupun pelet. Gradien temperatur kelongsong juga sedikit menurun dengan semakin lebarnya retak. Investigasi hanya dibatasi hingga 6 saja karena sangat kecil kemungkinannya terjadi retak dengan lebar sudut yang lebih besar. ISSN

8 Flukskalor (W/m2) Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Tabel 1. Pengaruh Lebar Sudut Retak Terhadap Temperatur dan Gradiennya Lebar sudut retak Tmax pelet (C) Tmax kel (C) Gradien T azim (C/mm) Gradien T rad (C/mm) ,4 478,9 109,3 211, ,4 481,6 90,6 215, ,4 481,2 91,0 214, ,3 479,9 90,2 212, ,3 478,8 89,1 209, ,3 477,1 87,8 207,6 Lebar sudut retak ini juga memberikan pengaruh pada besarnya fluks kalor di permukaan kelongsong seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Terlihat bahwa dengan semakin besarnya lebar sudut retak, fluks kalor yang diteruskan ke permukaan luar kelongsong juga semakin tinggi walaupun untuk sudut retak mulai dari 1 hingga 6, fluks kalor hanya bervariasi sebesar 3% saja x 106 PROFIL AZIMUTAL FLUKSKALOR SISI LUAR KELONGSONG sudut retak 6 derajat Sudut (derajat) Gambar 5. Pengaruh Lebar Sudut Retak pada Fluks Kalor 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari hasil investigasi ini dapat disimpulkan bahwa adanya retak radial yang merupakan retak terbuka pada pelet akan berdampak pada naiknya gradien azimutal dan radial dari temperatur kelongsong terutama pada sisi yang berhadapan dengan posisi retak yang bisa berdampak pada terganggunya integritas dari kelongsong. Adanya ketidaksentrisan posisi pellet dalam kelongsong juga akan memperbesar resiko tersebut. Pengaruh dari lebar retak hingga sudut 6 relatif kecil terhadap temperatur maupun gradien temperatur kelongsong Saran Untuk melengkapi kajian yang lebih lengkap terhadap keselamatan kelongsong dari dampak retaknya pellet diperlukan investigasi lanjutan untuk menentukan besarnya tegangan mekanik yang dialami kelongsong akibat gradien temperatur azimutal maupun radial. ISSN

9 DAFTAR PUSTAKA [1]. BROCHARD, J., et.al., Modelling of Pelet Cladding Interaction in PWR fuel, Transaction, SMiRT 16, Washington DC, August 2001, paper [2]. DEMARCO, G.L. and MORINO, A.C., 3D Finite Elements Modelling for Design and Performance Analysis of UO2 Pellets, Science and Technology of Nuclear Installation, Vol 2011, Article ID843491, 10 pages. [3]. CRAWFORD, D., LWR Fuel Performance, Global Nuclear Fuel, June 3, [4]. SONG, K. W., et.al., High Burnup Fuel Technology in Korea, Nuclear Engineering and Technology, Vol 40, No. 1, February, [5]. LEE J.S., et.al., The Mechanical Behavior of Pelet Cladding with the Missing Chip under PCMI loading during Power Ramp, Proceeding of the 2007 International LWR Fuel Performance Meeting, San Fransisco, California, September 30 October 3, 2007, paper [6]. TJAHJONO, H., Pengaruh ketidaksentrisan pelet terhadap parameter termal elemen bakar PWR pada kondisi tunak, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir I Jakarta, 25 Juni [7]. GLASSTONE, S. and SESSONSKE, A., Nuclear Reactor Engineering, third edition, Van Nostrand Reinhold Company, New York, Cincinnati, Toronto, London, Melbourne, 1980 [8]. POPP, D. M., AP1000 European Design Control Document, Westinghouse Electric Company, EPS-GW-GL-700-Rev.0, [9]. INCROPERA & DE WITT, Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Son, 4 th edition, [10]. GUNAIDI ABDIA AWAY, The Shortcut of MATLAB Programming, Penerbit Informatika, Bandung, DISKUSI 1. Pertanyaan dari Sdr. Bima (PT Krakatau Steel): a. Apa bahan dari kelongsong? b. Bagaimana mekanisme retak pada pelet? c. Bagaimana pengaruh gradien temperatur terhadap tegangan mekaniknya? Jawaban : a. Bahan kelongsong PWR adalah zircaloy (zirconium) b. Mekanisme retak bisa dikarenakan interaksi antara kelongsong dengan pelet (PCl), bisa juga akibat transien daya terlalu cepat yang mengakibatkan gradien temperatur tinggi sehingga tegangan mekanisnya melampaui daya dukungnya. c. Masih perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui pengaruh gradien temperatur terhadap tegangan mekanik kelongsong. 2. Pertanyaan dari Sdr. Pande Made Udayani (PTRKN_BATAN) Pengaruh posisi retak pellet terhadap gradient suhu? Jawaban : Posisi retak memang berpengaruh terhadap gradient suhu pada kelongsong. Dalam penelitian ada 3 posisi retak yang ditinjau, yaitu posisi retak merapat, sentris dan merenggang. Dari hasil analisis ternyata kondisi retak merenggang memberikan gradient temperatur yang lebih tinggi disbanding posisi lain. ISSN

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan secara analitik dan numerik dengan pendekatan finite difference

Lebih terperinci

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE EDY SULISTYONO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ( PTBN ), BATAN e-mail: edysulis@batan.go.id ABSTRAK PENGARUH

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan ABSTRAK SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Aliran panas pada pelat

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RINGKASAN Selama beropersinya reaktor nuklir, pelet bahan bakar mengalami iradiasi neutron pada suhu tinggi dan memproduksi produk fisi. Akibatnya pelet

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK

ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK Edy Sulistyono 1, Etty Marti Wigayati 2 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder. Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi

Lebih terperinci

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL 0.075 m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger) JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) B-316 Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger) Ahmad Zaini dan

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA

RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA RINGKASAN Untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, PLTN harus dapat mensuplai daya sesuai kebutuhan pada saat diperlukan. Oleh karena

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi FT Mesin Universitas Brawijaya, MT Haryono 167, Malang Indonesia, 65145

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 11-22 ISSN 1978 8568 SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Afo Rakaiwa dan Suma inna Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K.

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN KAPSUL FASILITAS IRADIASI PRTF

ANALISIS KESELAMATAN KAPSUL FASILITAS IRADIASI PRTF Yogyakarta, Rabu, 11 September 013 ANALISIS KESELAMATAN KAPSUL FASILITAS IRADIASI PRTF Pusat Reaktor Serba Guna BATAN prsg@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS KESELAMATAN KAPSUL FASILITAS IRADIASI PRTF. Power

Lebih terperinci

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 2(B) 13204 Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson Siti Sailah Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No. 1, (013) 1-5 1 Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger) Ahmad Zaini 1 dan Gunawan Nugroho Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:

Lebih terperinci

STATUS PENCEMBANCAN INFRA - KODE ANALISIS KINERJA BAHAN BAKAR PLTN di KOREA SELATAN

STATUS PENCEMBANCAN INFRA - KODE ANALISIS KINERJA BAHAN BAKAR PLTN di KOREA SELATAN ISSN 0854-5561 STATUS PENCEMBANCAN INFRA - KODE ANALISIS KINERJA BAHAN BAKAR PLTN di KOREA SELATAN Suwardi ABSTRAK STATUS PENGEMBANGAN INFRA-KODE ANALISIS KINERJA BAHAN BAKAR PLTN DI KOREA SELATAN. Bahan

Lebih terperinci

HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISIS

HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab 5 HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISIS 5.1 Data Spesi kasi GCFR No Parameter Spesi kasi 1 Power 600 MW th 2 Power density teras reaktor 100 MW=m 3 3 Power density rata-rata 55 MW=m 3 4 Tekanan pendingin

Lebih terperinci

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD Agus Waluyo 1, Nathanel P. Tandian 2 dan Efrizon Umar 3 1 Magister Rekayasa

Lebih terperinci

PEMBUATAN KODE KOMPUTER UNTUK ANALISIS AWAL TERMOHIDROLIK SUBKANAL PENDINGIN REAKTOR LWR

PEMBUATAN KODE KOMPUTER UNTUK ANALISIS AWAL TERMOHIDROLIK SUBKANAL PENDINGIN REAKTOR LWR PEMBUATAN KODE KOMPUTER UNTUK ANALISIS AWAL TERMOHIDROLIK SUBKANAL PENDINGIN REAKTOR LWR Muhammad Khoiri 1, Tri Wulan Tjiptono 2, Adhi Prihastomo 3 1.Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN Afdhal Kurniawan Mainil Program Studi Teknik Mesin Universitas Bengkulu e-mail: Afdhal_km@yahoo.com Abstract Based on heat transfer properties, materials

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM. I SIMULASI NUMERIK PERPINDAHAN PANAS 2 DIMENSI PADA PROSES PENDINGINAN TEMBAGA MURNI DENGAN VARIASI CETAKAN PASIR DAN MULLITE MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEDA HINGGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR (*)

PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR (*) PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR (*) Sukmanto Dibyo ABSTRAK PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR : Pengukuran temperatur fluida mengalir, pada umumnya menggunakan termokopel.

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI

PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: GINANJAR SYAMSUL PAMUNGKAS

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW. 68 ISSN 06-38 Widarto, dkk. ANALISIS DAN PENENTUAN DISTIBUSI SUHU PEN- DINGIN PIME PADA DAEAH ING B, C, D, E DAN F TEAS KATINI UNTUK DAYA 50 KW. Widarto,Tri Wulan Tjiptono, Eko Priyono P3TM BATAN ABSTAK

Lebih terperinci

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN D 2 O Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176 JURUSAN

Lebih terperinci

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR Penetapan Parameter Proses Pembuatan Bahan Bakar UO 2 Serbuk Halus yang Memenuhi Spesifikasi Bahan Bakar Tipe PHWR (Abdul Latief) PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH

ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH Anni Rahmat, dkk. ISSN 0216-3128 179 ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH Anni Rahmat, Roziq Himawan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, BATAN

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Model Aliran Panas Perpindahan panas adalah energi yang dipindahkan karena adanya perbedaan temperatur. Terdapat tiga cara atau metode bagiamana panas dipindahkan: Konduksi Konduksi

Lebih terperinci

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal.

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal. J. Tek. Reaktor. Nukl. Vol. 10 No. 3, Oktober 2008, Hal. 126-135 ISSN 1411 240X ANALISIS TRANSIEN ALIRAN PENDINGIN SMALL SIMPLE AND SAFE REACTOR TANPA POSTULASI KECELAKAAN Enjang Ruhiat, Andang Widi Harto,

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Very Richardina 1*, Wahyu Setia Budi 1 dan Tri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas tentang dasar-dasar teori yang digunakan untuk mengetahui kecepatan perambatan panas pada proses pasteurisasi pengalengan susu. Dasar-dasar teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR

STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR (SMR) Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K Ign. Djoko Irianto, Sri Sudadiyo, Sukmanto Dibyo Pusat Teknologi dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL Keis Jury Pribadi 1, G. Bambang Heru 2, Ainur Rosidi 2, Mulya Juarsa 1,2 1 Laboratorium

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP Elfrida Saragi PPIN BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15310 Email

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA Kriteria Penerimaan Untuk Kecelakaan ISSN : 0854-2910 Budi Rohman P2STPIBN-BAPETEN KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN DARI BAWAH KE ATAS (BOTTOM-UP) TERHADAP KARAKTERISTIK PENDINGINAN TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN DARI BAWAH KE ATAS (BOTTOM-UP) TERHADAP KARAKTERISTIK PENDINGINAN TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN DARI BAWAH KE ATAS (BOTTOM-UP) TERHADAP KARAKTERISTIK PENDINGINAN TERAS REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG V. Indriati Sri Wardhani vero@batan-bdg.go.id Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo ABSTRAK PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Langkah awal dalam penelitian ini adalah mencari dan mengumpulkan sumbersumber seperti: buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perangkat mikro berkembang sangat pesat seiring meningkatnya teknologi mikrofabrikasi. Aplikasi perangkat mikro diantaranya ialah pada microelectro-mechanical

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS. Pertemuan 9 Fisika 2. Perpindahan Panas Konduksi

PERPINDAHAN PANAS. Pertemuan 9 Fisika 2. Perpindahan Panas Konduksi PERPINDHN PNS Pertemuan 9 Fisika 2 Perpindahan Panas onduksi dalah proses transport panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat, cair atau gas), atau antara medium

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU Lutfiyatun Niswah 1, Widowati 2, Djuwandi 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah

Lebih terperinci

VERIFIKASI PERHITUNGAN TEMPERATUR ELEMEN BAKAR REAKTOR KARTINI

VERIFIKASI PERHITUNGAN TEMPERATUR ELEMEN BAKAR REAKTOR KARTINI VERIFIKASI PERHITUNGAN TEMPERATUR ELEMEN BAKAR REAKTOR KARTINI Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) ABSTRAK Verifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS Nawawi Juhan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe *Email:

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA Oleh Audri Deacy Cappenberg Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ABSTRAK Pengujian Alat Penukar Panas Jenis Pipa Ganda Dan

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan

Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan Kurniadi Heru Prabowo 1, Prabowo 2 1) Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Magister Rekayasa Energi, ITS

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13 B13 Studi Numerik Karakteristik Perpindahan Panas pada Membrane Wall Tube Boiler Dengan Variasi Jenis Material dan Ketebalan Insulasi di PLTU Unit 4 PT.PJB UP Gresik I Nyoman Ari Susastrawan D dan Prabowo.

Lebih terperinci

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA Oleh : Farda Nur Pristiana 1208 100 059 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000. Nanang Triagung Edi Hermawan *

PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000. Nanang Triagung Edi Hermawan * PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000 Nanang Triagung Edi Hermawan * ABSTRAK PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK DISTRIBUSI PANAS TAK TUNAK PADA HEATSINK MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENT

ANALISA NUMERIK DISTRIBUSI PANAS TAK TUNAK PADA HEATSINK MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENT PILLAR OF PHYSICS, Vol. 4. November 2014, 81-88 ANALISA NUMERIK DISTRIBUSI PANAS TAK TUNAK PADA HEATSINK MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENT Fahendri *), Festiyed **), dan Hidayati **) *) Mahasiswa Fisika,

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI Ainur Rosidi, G. Bambang Heru, Kiswanta Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS VISUAL PENDINGINAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure R. Djailani, Prabowo Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa

Lebih terperinci

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU SINTER TERHADAP DENSITAS PELET UO 2 DARI BERBAGAI UKURAN SERBUK

PENGARUH WAKTU SINTER TERHADAP DENSITAS PELET UO 2 DARI BERBAGAI UKURAN SERBUK PENGARUH WAKTU SINTER TERHADAP DENSITAS PELET UO 2 DARI BERBAGAI UKURAN SERBUK Taufik Usman, Maradu Sibarani, Tata Terbit Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang,

Lebih terperinci

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 ) digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu

Lebih terperinci

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR) Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR) Andang Widi Harto 1), Arnoldus Lambertus Dipu 2), Alexander Agung 3) 1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Teknologi pengelasan las tahanan listrik mula-mula dikembangkan oleh Elihu Thompson pada akhir abad 19. Kini proses tersebut telah berkembang

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan tahap sarjana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN TERMAL PADA DINDING BEJANA TEKAN REAKTOR PWR. Elfrida Saragi, Roziq Himawan Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN

ANALISIS TEGANGAN TERMAL PADA DINDING BEJANA TEKAN REAKTOR PWR. Elfrida Saragi, Roziq Himawan Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN ANALISIS TEGANGAN TERMAL PADA DINDING BEJANA TEKAN REAKTOR PWR Elfrida Saragi, Roziq Himawan Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN ABSTRAK ANALISIS TEGANGAN TERMAL PADA DINDING BEJANA

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU ALIR PENDINGIN DI TERAS REAKTOR KARTINI

ANALISIS LAJU ALIR PENDINGIN DI TERAS REAKTOR KARTINI Analisis Laju Alir Pendingin di Teras Reaktor Kartini ISSN : 0854-2910 Budi Rohman, BAPETEN ANALISIS LAJU ALIR PENDINGIN DI TERAS REAKTOR KARTINI Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN. Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2

STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN. Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2 STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2 1 Mahasiswa FMIPA Fisika UNPAD Jatinangor 2 Laboratorium Eksperimental Termohidrolika Pusat

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O) OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O) Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh :

Lebih terperinci