Wajib Latih Penanggulangan Bencana Lahar Hujan Gunungapi Merapi
|
|
- Yandi Kusnadi
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Wajib Latih Penanggulangan encana Lahar Hujan Gunungapi Merapi Diterbitkan Oleh :
2 WAJI LATIH PENANGGULANGAN ENCANA LAHAR HUJAN GUNUNGAPI MERAPI Penyelaras Tata Letak Desain Sampul : Eko Teguh Paripurno, Sigit Purwanto, Wana Kristanto, Indra askoro Adi : Grasea Timotella, Indra Wibi : Agung Trip Ink, Grasea Timotella Wajib Latih Penanggulangan encana Lahar Hujan Gunungapi Merapi Yogyakarta : adan Nasional Penanggulangan encana (NP), alai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (PPTK), Pusat Studi Manjemen encana UPN Veteran Yogyakarta, Paguyuban Siaga (PASAG) Merapi, Forum Merapi : 2012 Halaman iv, 442, Ukuran 29,7 x 21 ISN Dicetak di Yogyakarta, Indonesia
3 Daftar Isi A. Pengantar...1. Prakata...2 D. Kerangka Kegiatan...3 D.1. Dasar Pemikiran...3 D.2. Tujuan...4 D.3. Sifat...4 D.4. Sasaran...4 D.5. Penyelenggaraan dan Sumberdaya...4 D.6. Hak dan Kewajiban Peserta...5 D.7. Produk...5 Kajian Risiko encana...5 Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW...6 E. Proses dan Hasil Kegiatan...9 E.1. Identifikasi Lokasi...9 E.2. Lokakarya Pembaruan Modul...10 E.3. Pelatihan Fasilitator...12 E.4. Persiapan...13 E.5. Pelaksanaan...15 iii
4 E.6. Evaluasi...17 E.7. Pengelolaan Hasil...18 E.8. Lokakarya Rencana Tindak Lanjut...18 F. Lampiran...19 F.1. Daftar Peserta Wajib Latih Penanggulangan encana Kabupaten oyolali...21 Kabupaten Klaten...22 Kota Yogyakarta...27 Kabupaten Magelang...29 Kabupaten Sleman...39 F.2. Peta Risiko encana Kabupaten oyolali...45 Kabupaten Klaten...63 Kabupaten Magelang Kabupaten Sleman Kodya Yogyakarta F.3. Prosedur Penanggulangan encana F.4. Analisis Risiko iv
5 A. Pengantar Tahun 2009 masyarakat internasional menjuluki Indonesia sebagai supermarket bencana. Julukan ini diberikan karena segala macam bentuk bencana bisa terjadi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tinggi serta kerugian nyawa dan harta benda tidak kecil. encana-bencana tersebut bisa berasal dari ancaman alamiah maupun akibat kegiatan manusia. Mulai dari tsunami, banjir, letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, kekeringan, kebakaran, pencemaran, dan kecelakaan transportasi. Sekilas julukan supermarket bencana kedengarannya seperti hinaan. Tetapi jika kita dalami dengan niat baik memperbaiki diri sendiri, maka julukan sebenarnya cara internasional mengingatkan kita agar segera sadar dan bangkit dari ketertinggalan dalam gerakan internasional pengurangan risiko bencana. Kerugian nyawa dan harta benda dalam setiap kali kejadian bencana berasal dari ketidakseriusan kita dalam mengurangi risiko bencana. atu penjuru gerakan pengurangan risiko bencana internasional ditandai dengan disepakati Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framework of Action) di Hyogo, Jepang pada tahun 2005 oleh 136 negara di dunia termasuk Indonesia. Dalam kerangka aksi itu dinyatakan setiap negara penandatangan kerangka aksi itu akan melakukan usaha-usaha pengurangan risiko bencana lima langkah aksi yakni : 1) Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana (PR) merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat tata pemerintahan, 2) Mengidentifikasi, menjajagi dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini, 3) Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat, 4) Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasari, 5) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk respon yang efektif di semua tingkat. Setelah itu Pemeritah Indonesia mengeluarkan UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan encana, dengan harapan dapat menurunkan kerugian-kerugian akibat bencana sehingga meringkan beban pembangunan. Wajib latih ini merupakan bagian dari usaha membumikan gerakan kesadaran pengurangan risiko bencana sebagaimana diamanatkan undang-undang tersebut. 1
6 . Prakata Erupsi gunungapi Merapi tahun 2010 menyebabkan 365 jiwa meninggal serta kerugian material 3,2 triliun rupiah. Situasi belum sempat reda, terjadi lahar hujan di sungai-sungai berhulu di puncak Merapi dan menyebabkan ribuan orang kehilangan aset atau terpaksa mengungsi. Memasuki tahun 2012, ancaman primer (letusan) dan sekunder (lahar hujan) masih bersifat laten dengan potensi kekuatan dan sebaran berpeluang melenyapkan hasil pembangunan dalam beberapa menit saja. Di sisi lain sebagian besar masyarakat di kawasan rawan bencana gunungapi Merapi belum memiliki kesiapan memadai dan terukur dalam merespon kedua jenis ancaman tersebut secara proporsional. Meskipun pemerintah dan organisasi masyarakat sipil telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan penguatan kapasitas masyarakat di bidang kesiapsiagaan bencana. Jika tak segera dikurangi, kerawanan pada sisi masyarakat ini berpeluang menciptakan kembali kondisi bencana manakala kedua jenis ancaman terebut kembali terjadi. Wajib Latih Penanggulangan encana (WLP) tahun 2012 merupakan upaya untuk ikut memastikan adanya peningkatan kapasitas masyarakat bidang kesiapsiagaan menghadapi ancaman primer maupun sekunder gunungapi Merapi. Sekaligus usaha untuk terus mengembangkan WLP sebagai model alternatif mewujudkan masyarakat berketahanan terhadap bencana di setiap gunungapi di Indonesia. WLP 2012 merupakan hasil kerjasama Pasag Merapi, Pusat Studi Manajemen encana - LPPM UPN Veteran Yogyakarta, Forum Merapi, dengan dukungan dari alai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (PPTK) dan adan Nasional Penanggulangan encana (NP), dalam kerangka program rehabilitasi-rekonstruksi paska erupsi Merapi Secara umum kegiatan ini bertujuan mewujudkan masyarakat kawasan rawan bencana gunungapi Merapi berketahanan terhadap bencana. Sasaran pelatihan meliputi perempuan dan laki-laki, berusia di atas 17 tahun, sehat jasmani dan rohani, berdomisili di kawasan rawan bencana gunungapi Merapi dan belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan serupa. Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu Januari Maret 2012 dengan cakupan 38 desa/kelurahan berpotensi terlanda ancaman sekunder serta 5 desa berpotensi terlanda ancaman primer. Dalam pelaksanaannya WLP 2012 ini akan melibatkan 64 fasilitator Pasag Merapi dan PSM-LPPM UPN Veteran Yogyakarta serta 10 nara sumber ahli dari PPTK. Hasil keluaran WLP 2012 diantaranya, 1) masyarakat di kawasan rawan bencana KR 1 Gunungapi Merapi memiliki pengetahuan dasar dan keterampilan menyelamatkan diri beserta aset-asetnya dari ancaman primer maupun sekunder, 2) masyarakat di Kawasan Rawan encana Gunungapi Merapi memahami konsep pengurangan risiko bencana, mampu melakukan kajian risiko bencana serta menerapkan rencana kesiapsiagaan di lingkungan tempat tinggalnya. 2
7 D. Kerangka Kegiatan D.1. Dasar Pemikiran eragam bencana baik alam maupun akibat perbuatan manusia terus terjadi di Indonesia dan menyebabkan kerugiankerugian aset masyarakat serta pemerintah yang makin memberatkan pembangunan. encana kini menjadi ancaman paling nyata bagi bangsa Indonesia. ila ancaman terhadap kedaulatan negara berasal dari negara lain dapat dihadapi dengan menerapkan wajib militer bagi warga negara maka ancaman terhadap kedaulatan negara yang berasal dari bencana juga dapat dihadapi dengan penerapan Wajib Latih Penanggulangan encana (WLP). Kawasan Rawan encana merupakan suatu daerah yang rawan terhadap suatu jenis ancaman bahaya tertentu seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tanah longsor, banjir. Terbitnya Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan encana telah memunculkan harapan kemajuan penanggulangan bencana. Undang-Undang itu secara eksplisit mengatur hak perlindungan bagi masyarakat korban bencana. Namun, undang-undang itu tidak menyinggung kewajiban bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana. Hal itu merupakan bentuk kekurangan yang harus segera diisi dengan tindakan pencerahan kesadaran masyarakat Kawasan Rawan encana tentang kewajiban-kewajiban mereka untuk turut berperan dalam penanggulangan bencana. WLP merupakan konsep alternatif untuk menjawab kebutuhan di atas. Dalam jangka pendek WLP dapat menjadi strategi peningkatkan kapasitas penanggulangan bencana masyarakat di Kawasan Rawan encana. Dalam jangka panjang WLP, dapat dijadikan alat rekayasa sosial bagi terbentuknya masyarakat berketahanan terhadap bencana (community disaster-resillience) yang dicirikan dengan adanya budaya siaga bencana atau selalu menggunakan pertimbangan-pertimbangan risiko masuk akal dalam aktifitas keseharian mereka. Untuk tujuan jangka panjang ini WLP membutuhkan kesinambungan. Sekurang-kurangnya WLP diselenggarakan setahun sekali di tingkat desa kawasan rawan bencana. Kesinambungan WLP akan menjadikannya sebagai sumber pengetahuan dan nilai yang terus-menerus digunakan sebagai prasyarat dasar perubahan sikap (cara pikir, cara melihat dan cara mendekati permasalahan bencana), menjadi perilaku (cara bekerja) yang sesuai dengan sikap. Agar perilaku ini dapat terpola berulang-ulang dan menjadi kebiasaan, yang akhirnya akan menjadi suatu budaya. Sebaiknya WLP dikuatkan dalam peraturan daerah penanggulangan bencana dan dijadikan program dalam adan Penanggulangan encana Daerah sesuai yang diamanatkan oleh UU No.24/
8 D.2. Tujuan Tujuan Umum Jangka Panjang: Membentuk budaya masyarakat yang berketahanan terhadap bencana Tujuan Khusus: Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi bencana yang ada di lingkungannya. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko sehingga mampu mengambil keputusan tindakan pengurangan risiko secara mandiri. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan anggota masyarakat lainnya bila terjadi bencana. D.3. Sifat WLP wajib diikuti oleh masyarakat Kawasan Rawan encana, meskipun tidak ada sanksi yang mengikat. agi masyarakat di luar kawasan rawan bencana bersifat sukarela. Penyelenggaraan WLP atas dasar kemanusiaan, keselamatan manusia, tanpa pamrih. Namun demikian penyelenggaraan WLP haruslah terencana, sistematik dan dapat di pertanggungjawabkan. Dalam penyelenggaraannya, WLP tidak membedakan suku, agama, ras, antar golongan dan jenis kelamin. D.4. Sasaran: Setiap individu di kawasan rawan bencana. erumur 17 hingga 50 tahun atau sudah menikah, sehat secara rohani, dan mendapat ijin dari suami/istri. D.5. Penyelenggaraan dan Sumberdaya: WLP bisa diselenggarakan oleh lembaga pemerintah dan atau lembaga non-pemerintah berkompeten di bidang penanggulangan bencana atas sepengetahuan dan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Aspek ini merupakan etiket penyelenggaraan WLP untuk menghindari tumpang-tindih kegiatan dan bermakna pengakuan pada pemerintah sebagai pemegang mandat utama penanggulangan bencana. Dana penyelenggaraan WLP berasal dari APN/APD atau sumber tidak mengikat lainnya. Fasilitator WLP bisa berasal dari lembaga pemerintah maupun non-pemerintah berkompeten di bidangnya atau setidaknya telah memperoleh pelatihan kemampuan secara terukur.
9 D.6. Hak dan Kewajiban Peserta: Mendapatkan sertifikat dari penyelenggara. Memberikan masukan pelaksanaan WLP, baik materi maupun teknis penyelenggaraannya. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana di desanya. D.7. Produk Salah satu hasil dari WLP adalah tersusunnya Kajian Risiko encana dan Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW. Kajian Risiko encana Pengkajian risiko bencana merupakan kegiatan tahap awal dalam pengelolaan risiko bencana. ertujuan untuk menemukenali faktor-faktor risiko dan aset-aset penghidupan berisiko, selanjutnya dijadikan dasar rencana aksi pengelolaan risiko bencana. Risiko bencana diartikan perkiraan kerugian pada satu atau lebih aset penghidupan akibat suatu kejadian ancaman/bahaya. entuk risiko bencana dapat berupa kematian, luka-luka, sakit, kehilangan rumah dan harta benda, serta gangguan pada kegiatan masyarakat. Risiko bencana dapat diketahui dengan mengkaji faktor (1) ancaman, (2) kelemahan, dan (3) kekuatan. Faktor ancaman, berupa kejadian alamiah, dampak kegiatan manusia atau gabungan keduanya. Ancaman alamiah seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir dan longsor. Ancaman dampak kegiatan manusia meliputi konflik sosial, pencemaran, kegagalan teknologi dan kecelakaan transportasi. Ancaman seperti banjir, longsor, wabah, hama, dan kecelakaan transportasi juga sering diartikan sebagai kombinasi antara peristiwa alamiah dan kesalahan manusia. Faktor kelemahan, yakni kondisi-kondisi negatif penyebab masyarakat dapat terpapar dan mengalami kerugian akibat peristiwa ancaman. Tinggal di kawasan rawan bencana, miskin, tidak paham tanda-tanda ancaman, masa bodoh, korupsi, kebijakan pembangunan tidak sensitif bencana adalah contoh-contoh kelemahan paling umum di Indonesia. Faktor kekuatan, yakni bentuk-bentuk sumberdaya pada masyarakat dan para pihak untuk mencegah atau mengurangi ancaman, menghindari ancaman serta mengurangi kelemahan-kelemahan. entuk sumberdaya dapat berupa misalnya biaya, tenaga, alat, pengetahuan, kebijakan, sikap. Pola hubungan tiga faktor diatas sehingga menghasilkan risiko bencana dapat diekspresikan dengan persamaan: Ancaman X Kelemahan Risiko encana = Kekuatan 5
10 Mengurangi risiko bencana dapat dilakukan dengan mengubah nilai faktor-faktor ancaman, kelemahan dan kekuatan. Risiko bencana akan menjadi rendah/kecil apabila; 1) ancaman dikurangi atau dicegah, 2) kelemahan diturunkan atau 3) kekuatan ditingkatkan. Tidak semua jenis ancaman dapat dicegah atau dikurangi intensitasnya seperti misalnya gempa bumi, tsunami dan letusan gunungapi. Mengurangi risiko bencana pada jenis ancaman tersbut dapat dilakukan dengan mengurangi kelemahan-kelemahan serta meningkatkan kemampuan. Membentuk tim siaga bencana kampung, merancang jalur evakuasi tsunami, menentukan tanda bahaya, merupakan bentuk kegiatan mengurangi risiko bencana dengan mengurangi kelemahan sekaligus meningkatkan kemampuan. Pengelolaan risiko bencana pada intinya merupakan serangkaian kegiatan bertujuan memperkecil kemungkinan kerugian akibat suatu kejadian. Agar efektif, pengelolaan risiko bencana harus didahului dengan pengkajian risiko bencana. Dari pengkajian tersebut akan diperoleh informasi-informasi detil tentang ancaman, kerentanan dan kekuatan. Selanjutnya informasi-informasi tersebut dapat disusun dan dianalisis. Hasil analisis kemudian dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan tindakan pengelolaan risiko bencana. Suatu kajian kajian risiko bencana tidak mengenal hasil akhir. Karena setiap perubahan situasi pada masyarakat serta kondisi lingkungannya dapat menjadikan hasil kajian usang dan perlu pemutakhiran. Pendekatan partisipatif juga bertujuan memastikan masyarakat mampu melakukan pemutakhiran hasil kajian secara berkala dan mandiri. Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW dapat dimaknai sebagai, rencana bersama untuk keselamatan bersama. Ia dapat juga menjadi semacam pedoman pelaksanaaan tindakan penyelamatan pada saat terjadi bencana. Dapat berbentuk dokumen tertulis, gambar, atau gabungan keduanya. Suatu prosedur tetap sekurang-kurangnya terdiri dari: - Kajian ancaman. agian ini menjelaskan karakter-karakter ancaman sebagai gambaran skenario kejadian bencana (intensitas, daerah dan perkiraan jumlah penduduk terkena dampak) - Pembagian peran dan tanggungjawab parapihak. agian ini menjelaskan secara terperinci tentang siapa saja terlibat, apa tugas masing-masing, bagaimana cara melakukan tindakan, dan kapan suatu tindakan harus dilakukan. - Kajian kebutuhan dan kesenjangan sumberdaya. agian ini membandingkan antara kebutuhan dengan ketersediaan sumberdaya Rencana kegiatan. agian ini menjelaskan secara terperinci rencana kegiatan-kegiatan lanjutan setelah penyusunan. Kegiatan lanjutan diantaranya pemenuhan kebutuhan sumberdaya, pelatihan-pelatihan teknik (misal P3K/PPGD), simulasi 6 ruangan dan simulasi lapangan, pemasangan rambu evakuasi, serta agenda pembaharuan rencana kesiapsiagaan.
11 Prosedur Tetap Dibuat Dengan Tujuan Dasar: Memberikan pedoman penanganan keadaan darurat. Prosedur tetap dapat menjadi pedoman bagi para pelaku dalam menjalankan peran masing-masing pada saat darurat, sesuai dengan kesepakatan (urutan kegiatan, cara melakukan, kapan melakukan dan dimana melakukannya). Meminimalisir korban meninggal. Prosedur tetap dibuat untuk meminimalkan kemungkinan adanya korban meninggal akibat peristiwa ancaman. Mengurangi penderitaan. Prosedur tetap dibuat juga untuk kebutuhan dasar pengungsi, perawatan korban luka-luka, dan pengurusan korban meninggal. 10 Prinsip Prosedur Tetap eberapa prinsip rencana kesiapsiagaan perlu ditegaskan untuk memastikan manfaat- manfaat dan keberfungsiannya. Prinsipprinsip dibawah ini kurang lebih baku; Satu ancaman. Satu prosedur tetap hanya untuk satu jenis ancaman. Karena ada perbedaan mendasar antara karakter suatu ancaman dengan ancaman lainnya (sumber/penyebab, tanda-tanda, kekuatan, keparahan dampak, perkiraan daerah terkena dampak, periode dan frekuensi ancaman). Pemilihan jenis ancaman untuk dibuat rencana kesiapsiagaannya sudah dilakukan pada tahap pengkajian risiko bencana. Masuk akal. Harus berdasarkan pertimbangan masuk akal antara tingkat ancaman dengan kemampuan-kemampuan tersedia. Keswadayaan. Harus mengutamakan keswadayaan. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam rencana kesiapsiagaan sebisa mungkin menggunakan sumberdaya setempat agar tidak memunculkan ketergantungan baru. Dukungan sumberdaya dari luar komunitas sifatnya hanya pelengkap saja. Jelas dan tegas. ahasa, gambar, atau keterangan-keterangan dalam rencana kesiapsiagaan harus bermakna jelas dan tegas. Hal ini penting untuk menghindari kebingungan atau salah tafsir. Mudah dipahami. Harus sesederhana mungkin agar mudah dipahami parapihak dengan beragam latar belakang. Partisipatif. Harus disusun secara partisipatif melibatkan sebanyak mungkin parapihak/unsur di dalam suatu unit sosial. Kesepakatan adalah pilar utama pembentukan suatu rencana kesiapsiagaan efektif. Disepakati dan diataati oleh semua pihak. Pelanggaran atas satu tatanan/kesepakatan peran dapat menggagalkan seluruh tujuan rencana kesiapsiagaan 7
12 8. 9. erkekuatan hukum. Apabila perlu dapat diberi kekuatan hukum agar ditaati dan memiliki dasar kuat dalam pengerahan sumberdaya. Disimulasikan. Uji coba dengan simulasi berguna untuk membuktikan dan memperbaiki efektivitas suatu rencana kesiapsiagaan. Simulasi dapat dimulai dari simulasi di dalam ruangan dan kemudian dilanjutkan dengan simulasi lapangan. Simulasi lapangan dilakukan semirip mungkin dengan kejadian sebenarnya. 10. Selalu diperbaharui. Karakter ancaman, kelemahan dan kekuatan sangat mungkin berubah seiring waktu, karenanya suatu rencana kesiapsiagaan selalu perlu pembaharuan berkala. D.8. Silabi Pelatihan Topik Latihan Tujuan Indikator Topik 1. Memulai Pelatihan Topik 2. Mengenal Ancaman Primer- Sekunder Gunungapi dan Sistem Peringatan Dininya Topik 3. Mengkaji Risiko encana Dusun/RW/RT Topik 4. Mempetakan Risiko encana Dusun/RW/RT Topik 5. Menyusun Prosedur Tetap Penanggulangan encana 1. Menciptakan suasana belajar menyenangkan 2. Mengkomunikasikan tujuan dan hasil pelatihan Memberikan pengetahuan tentang konteks ancaman lahar hujan dan sistem peringatan dininya Memberikan pemahaman dan keterampilan tentang pengertian risiko bencana dan cara menilai tingkat risiko bencana. Memberikan pengetahuan dan keterampilan mengidentifikasi ancaman lahar hujan Memperkuat kemampuan masyarakat menyusun prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan 1. Peserta dan fasilitator saling mengenal 2. Peserta memahami tujuan dan hasil pelatihan 3. Peserta memahami alur acara pelatihan 1. Peserta dapat menjelaskan minimal 2 jenis bahaya ancaman gunungapi 2. Peserta dapat menjelaskan minimal 1 bentuk sistem peringatan dini ancaman lahar hujan 1. Peserta mampu menjelaskan minimal 2 faktor risiko bencana dikawasan rawan bencana lahar hujan Peserta mampu menjelaskan minimal 2 cara untuk mengurangi risiko lahar hujan Peserta dapat melakukan kajian risiko bencana di lingkungannya Masyarakat mampu memetakan ancaman lahar hujan di lingkungannya Dihasilkannya rancangan prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan tingkat dusun/rw/rt 8
13 E. Proses dan Hasil Kegiatan E.1. Identifikasi Lokasi Kegiatan ini bertujuan menetapkan lokasi-lokasi pelaksanaan wajib latih. Dilakukan dengan survey lapangan untuk mengidentifikasi potensi ancaman lahar hujan di desa dan kelurahan calon lokasi. Daftar desa calon lokasi tersebut diperoleh dari PPTK. Survey lapangan dilakukan secara paralel di 15 aliran sungai berpotensi lahar selama 5 hari pada tanggal 28 Desember 2011 hingga 1 januari Selain mengidentifikasi potensi ancaman, pada saat survey juga dilakukan penggalian informasi tentang kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana baik oleh masyarakat setempat. LSM, pemerintah dan pihak lainnya. Dari hasil survey disimpulkan 34 desa dan 4 kelurahan sebagai lokasi wajib latih. Terbanyak Kabupaten Magelang 17 desa, Kabupaten Sleman 9 desa, Kabupaten Klaten 7 desa, Kota Yogyakarta 4 kelurahan dan Kabupaten oyolali 1 desa.. Kab/Kota Kab. Magelang No Nama Desa/ Kelurahan Kab/Kota No Nama Desa/Kelurahan Kab/Kota No Nama Desa/ Kelurahan 1 Jumoyo Kota 18 Kel. Prawirodirjan Kab. Klaten 32 Sukorini 2 Gondosuli Yogyakarta 19 Kel. Wirogunan 33 Kendalsari 3 Tamanagung 20 Kel. Gowongan 34 Tegalmulyo 4 longkeng 21 Kel. Cokrodiningratan 35 Sidorejo 5 Seloboro Kab. oyolali 22 Klakah 36 alerante 6 Ngrajek Kab. Sleman 23 Glagaharjo 37 Talun 7 Mranggen 24 Hargobinangun 38 Ngemplakseneng 8 Pabelan 25 Wukirsari 9 Sirahan 26 imomartani 10 Tegalrandu 27 Umbulharjo 11 Paten 28 Sindumartani 12 Mangunsoka 29 Taman Martani 13 anyudono 30 okoharjo 14 Menayu 31 Argomulyo 15 Keji 16 Srumbung 17 Gondowangi 9
14 E.2. Lokakarya pembaruan modul Kegiatan ini bertujuan menyediakan panduan bagi fasilitator wajib latih. Lokakarya ini terselenggara tanggal 12 Januari 2012 di Museum Gunungapi Merapi. Diikuti 21 orang peserta dari perwakilan Pasag Merapi, PPTK, dan PD Kabupaten Magelang, PD Kabupaten Sleman dan PD Kabupaten Klaten. Dari kegiatan ini dihasilkan rancangan modul dengan kerangkanya sebagai berikut: Topik Latihan Tujuan Indikator Topik 1. Memulai Pelatihan Topik 2. Mengenal Ancaman Primer-Sekunder Gunungapi dan Sistem Peringatan Dininya 1. Menciptakan suasana belajar menyenangkan 2. Mengkomunikasikan tujuan dan hasil pelatihan Memberikan pengetahuan tentang konteks ancaman lahar hujan dan sistem peringatan dininya 1. Peserta dan fasilitator saling mengenal 2. Peserta memahami tujuan dan hasil pelatihan 3. Peserta memahami alur acara pelatihan 1. Peserta dapat menjelaskan minimal 2 jenis bahaya ancaman gunungapi 2. Peserta dapat menjelaskan minimal 1 bentuk sistem peringatan dini ancaman lahar hujan Topik 3. Mengkaji Risiko encana Dusun/RW/RT Memberikan pemahaman dan keterampilan tentang pengertian risiko bencana dan cara menilai tingkat risiko bencana Peserta mampu menjelaskan minimal 2 faktor risiko bencana dikawasan rawan bencana lahar hujan Peserta mampu menjelaskan minimal 2 cara untuk mengurangi risiko lahar hujan Peserta dapat melakukan kajian risiko bencana di lingkungannya Topik 4. Mempetakan Risiko encana Dusun/RW/RT Topik 5. Menyusun Prosedur Tetap Penanggulangan encana Memberikan pengetahuan dan keterampilan mengidentifikasi ancaman lahar hujan Memperkuat kemampuan masyarakat menyusun prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan Masyarakat mampu memetakan ancaman lahar hujan di lingkungannya Dihasilkannya rancangan prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan tingkat dusun/ RW/RT 10
15 DAFTAR HADIR LOKAKARYA PEMARUAN MODUL WAJI LATIH PENANGGULANGAN ENCANA 2012 Museum Gunung Merapi, 12 Januari 2012 No Nama Alamat Instansi/Lembaga 1 Amsori Paten, Dukun, Magelang PASAG Merapi 2 Aris Prijatno Jl. Mayor unus 4A kota mungkid PD Kab. Magelang 3 ambang Sasongko PSM UPN 4 Dewi Sri Jl. Cendana 15 Yogyakarta PPTK 5 Eko Teguh PSM UPN 6 Joko Rukminto Jatinom, Jatinom, Klaten PD Kab. Klaten 7 Makwan Perum Candi gebang, Tridadi, Sleman PD Kab. Sleman 8 Moch Damil Jl. Mayor unus 4A kota mungkid PD Kab. Magelang 9 Muji ono Pemukti 610, Giwangan, Umbulharjo, YK PADMA 10 Noer Cholik Jl. Cendana 15 Yogyakarta PPTK 11 Ponilan Kaliurang, Dukun, magelang PASAG Merapi 12 Purwo widodo Kemiren, Srumbung, Magelang PASAG Merapi 13 Ratna Wulandari Sewukan, Dukun, Magelang PASAG Merapi 14 Ratno Tritis, Ngandong, Girikerto, Sleman PASAG Merapi 15 Sigit Purwanto PSM UPN 16 Siyono Tunggularum, Sleman PASAG Merapi 17 Sudasri abadan I, Paten, Magelang PASAG Merapi 18 Sudirman Srumbung, Magelang PASAG Merapi 19 Sukiman Deles, Sidorejo, Kemalang, Klaten PASAG Merapi 20 Sumpeno Dukun, Magelang PASAG Merapi 21 Suraji Keningar, Dukun, Magelang PASAG Merapi 22 Suwaji Sumberejo, Kaliurang, Srumbung, magelang PASAG Merapi 23 Temon Temu Slamet Kepuharjo, cangkringan, sleman PASAG Merapi 24 Totok Hartanto Srodokan, Wukirsari, Sleman PASAG Merapi 25 Wana kristanto PSM UPN 26 Warno Sutanto Kepuharjo, cangkringan, sleman PASAG Merapi 11
16 E.3. Pelatihan Fasilitator Kegiatan ini bertujuan menyediakan fasilitator terlatih dan teruji kemampuannya dalam memandu proses wajib latih. Calon fasilitator berasal dari Pasag Merapi dan organisasi masyarakat sipil lainnya di lingkar Merapi. Pelatihan berlangsung tanggal 3 hingga 6 Januari 2012 di Wisma Joyo, Kaliurang. Diikuti 70 orang calon fasilitator berasal dari kabupaten Magelang, oyolali, Klaten, Sleman dan antul. Pelatihan dibuka oleh Kepala NP, Dr Syamsul Maarif. Dilanjutkan dengan pembahasan konteks ancaman lahar hujan oleh PPTK, teknik fasilitasi oleh PSM UPN serta diakhiri dengan praktek fasilitasi wajib latih. Pelatihan diikuti oleh 64 orang calon fasilitator terbagi dalam 8 tim. Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim 1 1 Sudirman (Koordinator) Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim 3 1 Amsori (Koordinator) Tim 5 1 Ponilan (Koordinator) Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim 7 1 Sukiman (Koordinator) 2 Darwiji 2 Y. Gimono 2 Ratno 2 Teguh Widodo 3 Purwo Widodo 3 Sampeno 3 Suwaji 3 Kurniawan Widiantoro 4 Anang Ismail 4 udiyanto 4 Dwi Purwantari 4 Gotot Winarso 5 Eni Fitriyani 5 C. Rukini 5 udi Anggono 5 Diyono 6 Sukidi 6 Sri Hayati 6 Suyatmi 6 Djenarto 7 Triyono A. 7 Muhamad Makmun 7 Sarwandi 7 Subur 8 Hadi Suharto 8 Priningsih 8 Totok Hartanto Tim 8 1 Temon Temu Slamet (Koordinator) 9 Seno 9 Puji Aksono Tim 6 1 Siyono (Koordinator) 2 Widodo Tim 2 1 Sudasri (Koordinator) Tim 4 1 Suraji (Koordinator) 2 Warno Sutanto 3 Widayatno 2 Tony Efendi 2 Sriyono 3 Mujiono 4 Ragil Maryanto 3 Totok Herkutanto 3 Parlinur 4 Etty Kuswandari 5 Giyono 4 Supomo 4 Arif Dwi Armadani 5 Puji Indriadi 6 Giyanto 5 Amartono 5 Widodo 6 Tcimuri Suchini 7 Riyanto 6 Sukarno 6 M. Huda 7 Darno 7 Sutini 7 Nana Komariah 8 Muh. Fauzi 8 Jumadi 9 Jumarno 12
17 E.4. Persiapan Pertemuan persiapan dilakukan tanggal 16 Januari 2012 di sekretariat Pasag Merapi, dusun Kemiren, desa Kemiren, kecamatan Srumbung, Magelang. Dalam pertemuan ini dibahas dan dihasilkan rencana tanggal pelaksanaan wajib latih di tiap lokasi. Tanggal-tanggal rencana pelaksanaan ini sudah dikoordinasikan dengan kepala desa, lurah serta tokoh kunci di masing-masing lokasi. eberapa lokasi dirancang lebih dari satu kali penyelenggaraan karena jumlah dusun dan jumlah penduduk berpotensi terpapar lahar hujan cukup besar. Seperti desa Sirahan di Kabupaten Magelang direncanakan penyelenggaraan hingga 3 kali, desa Glagaharjo di Sleman hingga 2 kali, Argomulyo 2 kali, dan Kendalsari 2 kali. Dengan rancangan ini total jumlah penyelenggaraan wajib latih menjadi 44 kali. Kab/Kota No Nama Desa/Kelurahan Tgl Penyelenggaraan Kab. Magelang 1 Jumoyo 17-Jan 18-Jan 2 Gondosuli 20-Jan 21-Jan 3 Tamanagung 21-Jan 22-Jan 4 longkeng 23-Jan 24-Jan 5 Seloboro 25-Jan 26-Jan 6 Ngrajek 27-Jan 28-Jan 7 Mranggen 30-Jan 31-Jan 8 Pabelan 31-Jan 1-Feb 9 Sirahan 1 1-Feb 2-Feb 10 Tegalrandu 6-Feb 7-Feb 11 Sirahan 2 7-Feb 8-Feb 12 Sirahan 3 7-Feb 8-Feb 13 Paten 7-Feb 8-Feb 14 Mangunsoka 13-Feb 14-Feb 15 anyudono 14-Feb 15-Feb 16 Menayu 15-Feb 16-Feb 17 Keji 18-Feb 19-Feb 18 Srumbung 20-Feb 21-Feb 19 Gondowangi 21-Feb 22-Feb 13
18 Kab. Sleman 20 Glagaharjo 1 18-Jan 19-Jan 21 Glagaharjo 2 18-Jan 19-Jan 22 Hargobinangun 26-Jan 27-Jan 23 Wukirsari 28-Jan 29-Jan 24 imomartani 4-Feb 5-Feb 25 Umbulharjo 7-Feb 8-Feb 26 Sindumartani 8-Feb 9-Feb 27 Taman Martani 11-Feb 12-Feb 18 okoharjo 18-Feb 19-Feb 19 Argomulyo 1 18-Feb 19-Feb 28 Argomulyo 2 20-Feb 21-Feb 29 Sukorini 19-Jan 20-Jan 30 Kendalsari 2 23-Jan 24-Jan Kab. Klaten 31 Kendalsari 1 25-Jan 26-Jan 33 Tegalmulyo 28-Jan 29-Jan 34 Sidorejo 30-Jan 31-Jan 35 alerante 1-Feb 2-Feb 36 Talun 11-Feb 12-Feb 37 Ngemplakseneng 25-Feb 26-Feb 38 Kel. Prawirodirjan 3-Feb 4-Feb 39 Kel. Wirogunan 11-Feb 12-Feb Kota Yogyakarta 40 Kel. Gowongan 25-Feb 26-Feb 41 Kel. Cokrodiningratan 28-Feb 29-Feb 42 Klakah 4-Feb 5-Feb 43 Kel. Cokrodiningratan 28-Feb 29-Feb Kab. oyolali 44 Klakah 4-Feb 5-Feb 14
19 E.5. Pelaksanaan Dari 38 desa sasaran wajib latih jumlah penyelenggaraan sebanyak 44 kali latihan dengan waktu penyelenggaraan di tiap desa sesuai dengan perencanaan. Total jumlah peserta mencapai orang. Jumlah ini terdiri dari 220 orang perempuan dan 852 orang laki-laki. Tidak semua desa dapat memenuhi kuota 30 orang peserta akibat faktor diluar dugaan. Desa Jumoyo misalnya, ada warga desa meninggal tepat pada hari pelaksanaan pelatihan. Kab/Kota Kab. Magelang No Nama Desa/ Kelurahan P Peserta 1 Jumoyo Gondosuli Tamanagung longkeng Seloboro Ngrajek Mranggen Pabelan 29 9 Sirahan Tegalrandu Paten Mangunsoka anyudono Menayu Keji Srumbung Gondowangi 2 28 L Jumlah
20 18 Glagaharjo Hargobinangun Wukirsari imomartani 32 Kab. Sleman 22 Umbulharjo Sindumartani Taman Martani okoharjo Argomulyo 4 56 Jumlah Sukorini Kendalsari Tegalmulyo 1 29 Kab. Klaten 30 Sidorejo alerante Talun Ngemplakseneng 30 Jumlah Kel. Prawirodirjan Kel. Wirogunan 3 27 Kota Yogyakarta 36 Kel. Gowongan Kel. Cokrodiningratan 9 18 Jumlah Kab. oyolali 38 Klakah TOTAL
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013 1 Kebijakan Teknis Evakuasi Kebijakan teknis evakuasi merupakan bagian dari Skenario Rencana Penanggulangan Bencana Erupsi Gunungapi Merapi Menyusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat terelakkan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin banyak kebutuhan lahan yang harus disiapkan untuk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan hasil analisis mean sistem manajemen bangunan pasca letusan
BAB V PENUTUP Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis mean sistem manajemen bangunan pasca letusan merapi didapatkan nilai
Lebih terperinciDATABASE ANGGOTA PERHIPTANI KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014
DATABASE ANGGOTA PERHIPTANI KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 No. Anggota Nama Tempat Kelamin Pendidikan Penyuluh Alamat Tanggal Lahir L P Terakhir PNS THL Swa X Provinsi Kabupaten Kecamatan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 merupakan salah satu letusan besar dalam catatan sejarah terjadinya erupsi Gunung Merapi. Letusan eksplosif yang terjadi
Lebih terperinciDAFTAR ANGGOTA PERHIPTANI KABUPATEN BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015
No. Anggota L P PNS THL Swa X Provinsi Kabupaten Kecamatan Kelurahan/Desa Jalan 33.09.06.01.001 Haryono, Purworejo, 26/07/1964 Rumah Jawa Tengah Boyolali Selo Samiran 33.09.06.01.002 Mulyoto, SP 21/02/1964
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013
1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2008, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana sangat tinggi dan bervariasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.
No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciDAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 KABUPATEN : PACITAN PROVINSI : JAWA TIMUR DAERAH PEMILIHAN : PACITAN 5 ( KEBONAGUNG-TULAKAN ) 1 PARTAI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK
PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Klaten merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan berbagai macam bentuk kebudayaan dan karakteristik wilayah yang komplek. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skripsi ini menganalisis tentang partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Huntap Komunal Di Kecamatan Cangkringan, Sleman 2. Peta Persil Huntap Banjarsari, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan 3. Peta Persil Huntap Batur, Desa Kepuhharjo, Kecamatan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH
Lebih terperinci,096 1 SUDJITO, SH TRI SAPTO ARGO ALFIAH, SE MARJONO SETYO WASIYATI, S.
KABUPATEN / KOTA *) : PURWOREJO DAERAH PEMILIHAN : PURWOREJO- 1 PARTAI NasDem 475 302 31 1,0 1 SUDJITO, SH - - - - 2 TRI SAPTO ARGO 30 24 55 3 ALFIAH, SE 414 130 57 01 4 MARJONO 5 34 13 27 5 SETYO WASIYATI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah
Lebih terperinciPENGUMUMAN HASIL TES TERTULIS CALON ANGGOTA PANWASLU KECAMATAN Se-KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR : 019 /POKJA-PANWAS.SKH/ IX/ 2017
PANWASLU KABUPATEN SUKOHARJO Se-KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Wungusari RT.02 RW.VI, Kal.Gayam, Kec. Sukoharjo Kab. Sukoharjo No. Telp. (0271) 5992677 PENGUMUMAN HASIL TES TERTULIS CALON ANGGOTA PANWASLU
Lebih terperinciNOMOR : 1 (SATU) PARTAI NASIONAL DEMOKRAT NOMOR : 2 (DUA) PARTAI KEBANGKITAN BANGSA MODEL BE1. ACHMAD SUBCHAN KATSIR, S.
MODEL BE1 DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 KABUPATEN : NGANJUK PROVINSI : JAWA TIMUR DAERAH PEMILIHAN : NGANJUK 1 : 1 (SATU) PARTAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN /KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH /KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014-6 1 PARTAI NasDem 2 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 1 SUDJITO, SH L GEBANG 1 Rr. NURUL KOMARIYAH, S.Sos P LOANO 2 TRI SAPTO ARGO L
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera
Lebih terperinciDAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN /KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
MODEL BE1 DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN /KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 KABUPATEN PROVINSI DAERAH PEMILIHAN : PURWOREJO : JAWA TENGAH : PURWOREJO-6 1 PARTAI
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN
Lebih terperinci11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan hidup seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai warga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidup seseorang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia rawan akan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas gunungapi. Salah satu gunungapi aktif yang ada di Indonesia yaitu Gunungapi Merapi dengan ketinggian 2968
Lebih terperinciTENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya penyelamatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK
MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO Oleh: Yusman Wiyatmo Jurdik Fisika FMIPA UNY, yusmanwiyatmo@yahoo.com, HP: 08122778263 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui
Lebih terperinciPENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan
Lebih terperinciII. DATA PENGGUNAAN SURAT SUARA SAWAHAN NGETOS BERBEK LOCERET. 4 Jumlah surat suara yang digunakan III.
DI TINGKAT DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD TAHUN 2014 Halaman 1 URAIAN RINCIAN PEROLEHAN SUARA URAIAN RINCIAN PEROLEHAN SUARA I. DATA PEMILIH DAN PENGGUNAAN HAK PILIH 1 2 8 II. DATA PENGGUNAAN SURAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk., 2000). Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling
BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengintegrasikan unit-unit pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam hal penanggulangan bencana
Lebih terperinciUSULAN KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) DESA KEMBANG
USULAN KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) DESA KEMBANG Nama Bina : Siaga Bencana dan Perubahan Iklim Desa : Kembang Nama Kelompok : KMP GUPIT INDAH Jenis Kegiatan : Pembangunan Rabat Jalan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta dan Perencanaan Partisipatif Dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Tingkat Kampung A. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta
Lebih terperinciLampiran : Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ponorogo Nomor : 11 / SK / KPU / Tahun 2009 Tanggal : 22 April 2009
Lampiran : Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ponorogo Nomor : / SK / KPU / Tahun 00 Tanggal : April 00 PENGHITUNGAN PEROLEHAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMILIHAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan masih aktifnya proses erupsi dan peningkatan aktifitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Gunung Merapi merupakan salah satu gunungapi teraktif di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masih aktifnya proses erupsi dan peningkatan aktifitas vulkanik
Lebih terperinciVERIFIKASI KELENGKAPAN PESERTA TES PENDAMPING DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA.
1. 80363822 TONI BIANTORO TA- TTG 2. 67858032 FAKHRONY NOOR ARRIFIN TA- TTG 3. 35593909 Yhogi Himawan TA- TTG 4. 77610218 FKO BIROWO ADI CONDRO TA- TTG 5. 53210136 Sugeng Riyadi TA- TTG 6. 22527575 Samsudin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDARISASI LOGISTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggaunggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun
Lebih terperinciLAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
LAMPIRAN Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Lampiran 1. Aspek dan Indikator Desa/Kelurahan Tangguh Aspek Indikator Ya Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Rencana Aksi Daerah (RAD) 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Dari aspek geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang :
Lebih terperinciKESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI
KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: ERNA MARDLIYANA RAHMAWATI NIM A610090107 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciHIMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO
Kepada : Yth. (1) Pengurus HIMATIKA Periode 2011-2016 (2) Pengurus HIMATIKA Periode 2016-2021 (3) Panitia Reuni Akbar Matematika UNDIP 2016 di Tempat Semarang, 31 Mei 2016 Dengan hormat, Sehubungan telah
Lebih terperinciDAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009
DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 KABUPATEN : GUNUNGKIDUL DAERAH PEMILIHAN : 3 (SEMIN, KARANGMOJO, PONJONG) PROVINSI : DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciPEDOMAN BANTUAN PERALATAN
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PERALATAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
Lebih terperinciDefinisi dan Jenis Bencana
Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5 Lintang Selatan dan 110º 26.5 Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4 (empat) wilayah kabupaten
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciSEKRETARIAT. 1. KEPALA DINAS Nama : Ir. Teguh Dwi Paryono, MT. Kantor : Jl. Madukoro AA-BB No. 44 Semarang 50144
SEKRETARIAT 1. KEPALA DINAS Nama : Ir. Teguh Dwi Paryono, MT Rumah : Jl. Banteng Utara VI No. 8 Semarang 2. SEKRETARIS Nama : Sudaryadi, SH, MH Telp. : 0285-4416554 Fax. : 0285-4416553 Ext. : 100 Rumah
Lebih terperinciRANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Gunungapi, Banjir Lahar, Kerusakan Permukiman
ABSTRAK Banjir lahar adalah bahaya sekunder dari erupsi gunungapi. Banjir lahar yang berasal dari erupsi Gunungapi Merapi 2010 telah mengakibatkan kerusakan permukiman di beberapa desa yang berada di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam atau mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat,
Lebih terperinciBAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Wonogiri 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Wonogiri Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Wonogiri merupakan lembaga
Lebih terperinciDAFTAR NAMA PEGAWAI KANTOR PENGELOLAAN PASAR KAB BANTUL PER : DESEMBER 2013
DAFTAR NAMA PEGAWAI KANTOR PENGELOLAAN PASAR KAB BANTUL PER : DESEMBER 2013 No N a m a N I P Gol Jabatan Ket I KANTOR 1 Hermawan Setiaji, SIP, MH 19740322 199311 1 001 IV/a Kepala Kantor 2 Dewi Nurharjanti,
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun
BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman 45 4.1. Data dan Informasi Hasil Pembangunan Kabupaten Sleman termasuk daerah yang rawan bencana karena terdapat Gunung Merapi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 002 / Kpts/ KPU- WSB- 012.
S A L I N A N KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 002 / Kpts/ KPU- WSB- 012.329430/ 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGANGKATAN PANITIA PEMILIHAN
Lebih terperinciPEDOMAN BANTUAN LOGISTIK
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah menenggelamkan 19 kampung, memutus 11 jembatan, menghancurkan lima dam atau bendungan penahan banjir, serta lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan (Hamdani, 2011 : 21). Adapun kegiatan belajar seperti menghitung, membaca, menulis,
Lebih terperinci