STANDARISASI MUTU PRODUK PASCA PANEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STANDARISASI MUTU PRODUK PASCA PANEN"

Transkripsi

1 BAB 5 STANDARISASI MUTU PRODUK PASCA PANEN Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti kuliah dan membaca bahan ajar pada bab ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan akan : Mampu menjelaskan beberapa kriteria standar mutu produk, Mampu menjelaskan hubungan antara komponen mutu produk, Mampu menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu produk, dan Mampu menyebutkan dan kemudian menjelaskan beberapa metode dalam mengevaluasi mutu produk komoditi hortikultura,

2 104 A. Kriteria Standar Mutu Produk Berbicara masalah standar mutu tentunya kita harus mengetahui arti mutu atau kualitas tersebut. Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat suatu itu bernilai atau unggul. Kata kualitas digunakan dalam banyak hal. Terkait dengan buah, sayuran, dan bunga potong segar, kualitas dapat ditujukan untuk menjelaskan keadaan komoditi dalam tiap penanganan ataupun telah siap dikonsumsi seperti kualitas pasar, kualitas pengiriman, kualitas nutrisi, kualitas internal, dan kualitas penampilan. Penampilan yang baik tidak selalu berarti kualitas nutrisi dan rasanya juga baik. Buah, sayuran ataupun bunga potong yang sedikit lecet dan cacat di bagian luar mungkin saja sama baiknya dalam hal rasa dan nilai nutrisinya dibandingkan dengan yang berpenampilan baik. Oleh karena itu, penting juga menambahkan kriteria kualitas selain penampilan, yang mencerminkan pilihan konsumen. Namun demikian kriteria atau indek kualitas tersebut hendaknya relatif mudah untuk dievaluasi, dan metode evaluasi tersebut harus obyektif Kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat, dan nilai harga yang mencerminkan nilai total komoditi tersebut baik untuk bahan pangan (buah dan sayuran) maupun sebagai bahan kesenangan (tanaman hias bunga potong). Sedangkan kualitas akhir dari suatu komoditi panenan sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek kualitas pula. Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas akhir suatu komoditi sangat relatif tergantung dari mana kita melihatnya. Bagi petani sebagai produsen, kualitas dilihat pada aspek potensi hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen, dan tahan bilamana dikirim jauh. Sedangkan bagi konsumen ataupun distributor (penjual), aspek kualitas yang diutamakan berupa kualitas penampilan. Kedua belah pihak juga tertarik untuk menilai komoditi pada aspek kualitas ketahanan simpan yang panjang dan tingkat kekerasan komoditi.

3 105 Namun demikian, dengan perkembangan pengetahuan dan perkembangan bidang hortikultura nilai kualitas yang diberikan kepada komoditi panenan juga berkembang tidak saja melihat penampilan. Konsumen memperhatikan nilai kualitas suatu buah, sayuran, dan bunga potong didasari pada penampilan dan tingkat kekerasan yang baik. Selain itu nilai rasa dan kandungan gizi juga merupakan aspek kualitas yang dipersyaratan. Tidak itu saja, meskipun konsumen membeli buah dan sayuran atas dasar penampilan dan rasa, kepuasan dan rasa ingin membeli lagi terkandung pada kualitas yang baik dari bagian yang dapat dimakan (edible quality). Berbagai komponen kualitas telah dijelaskan pada Tabel 4.1. bab terdahulu yang digunakan untuk mengevaluasi komoditi dalam kaitannya dengan penentuan grade dan standart di dalam memilih untuk program pemuliaan maupun dasar perlakuan dan penanganan pasca panen. Dari Tabel 4.1. tersebut dapat diambil suatu informasi yang menjelaskan bahwa terdapat lima komponen pokok dalam kualitas produk panenan hortikultura, yaitu kualitas penampilan, kualitas rasa, kualitas nutrisi, dan tekstur, serta keamanan. 1. Kualitas penampilan (Visual) Tingkat kepentingan tiap komponen kualitas tergantung pada peruntukan terhadap komoditi bersangkutan. Komponen kualitas bagi bunga potong ditekankan pada kualitas penampilan atau penampakan. Beberapa cacad dapat mempengaruhi nilai kualitas penampilan produk panenan hortikultura. Cacat morfologi yang meliputi pertunasan (pada kentang, bawang), perpanjang disertai pembengkokan (pada asparagus dan bunga potong), berkecambahnya biji (pada tomat, cabe), tumbuhnya tunastunas kecil (pada selada, kubis), mekarnya bunga (pada brokoli, kol kembang) dan lain-lain.

4 106 Cacat fisik meliputi i layu dan mengkerut pada semua komoditi panenan, dan juga mengering pada bagian dalam komoditi, terutama pada buah. Sedangkan cacat akibat kerusakan mekanik dapat disebabkan karena tusukan, luka dan goresan, terbelah, terhimpit, dan tergesek, serta luka memar. 2. Kualitas Tekstur Tekstur komoditi panenan hortikultura sangat menentukan kualitas makanan dan masakan (bentuk olahan), sehingga tekstur merupakan faktor yang diperlukan untuk mempertahankan produk dari cekaman selaman proses penanganan pasca panen terutama pengiriman. Buah-buah yang lunak tidak dapat dikirim hingga jarak yang jauh tanpa adanya kehilangan produk dalam jumlah cukup akibat luka fisik. Untuk mengantisipasi kenyataan tersebut, maka terhadap buah yang bertekstur lunak dipanen pada kondisi di bawah tingkat kematangan yang optimal. 3. Kualitas Rasa (Flavour) Kualitas rasa tentunya akan melibatkan kerja indera perasa terhadap senyawa terkandung dalam produk yang mempengaruhi rasa maupun aroma. Namun demikian kualitas rasa ini sangat subyektif terkandung pada orangnya. Ada sebagian besar kelompok orang yang lebih suka rasa masam, maka komoditi yang memiliki rasa masam tersebut dikatakan sebagai kualitas baik. Namun, untuk sekolompok lainnya yang lebih suka rasa manis dan segar, maka terhadap komoditi yang sama tersebut dikatakan tidak memiliki kualitas rasa yang baik. Diperlukan suatu pengujian kualitas rasa pada skala yang luas dari konsumen yang representatif. 4. Kualitas Nilai Nutrisi Buah dan sayuran segar berperanan penting pada nutrisi manusia, khususnya sebagai sumber vitamin (C, B6, A, thiamin, niacin), mineral, dan

5 107 serat. Kehilangan kualitas nutrisi, khususnya vitamin C, dapat terjadi dengan adanya kerusakan fisik, periode penyimpanan yang panjang, suhu tinggi, kelembaban udara yang rendah, dan kerusakan akibat pembekuan (chilling injury). 5. Kualitas Keamanan (savety) Faktor-faktor keamanan termasuk tingkat senyawa toksik alami pada tanaman tertentu (contohnya glycoalkoloid pada kentang) yang keberadaannya sangat tergantung pada genotipe, juga merupakan faktor kualitas yang sangat mempengaruhi komoditi. Namun dengan program pemuliaan, kandungan senyawa toksik ini dapat dikendalikan pada tingkat aman. Kontaminan seperti residu kimia dan logam berat pada buah dan sayuran segar juga merupakan faktor penentu kualitas. Residu pada tingkat yang aman perlu dikendalikan melalui pengawasan pelaksanaan pengendalian hamapenyakit. Sanitasi saat panen dan penanganan pasca panen sangat penting untuk meminimumkan kontaminasi mikroba. Upaya atau tindakan untuk mengurangi pertumbuhan dan perkembangan jamur dan bakteri yang menghasilkan toksin perlu dilakukan sejak pra panen hingga pasca panen. B. Hubungan Antar Komponen Mutu Produk Pada kenyataannya kualitas suatu komoditi hortikultura panenan sangat terkait dengan tingkat atau kondisi kesegarannya. Kesegaran secara langsung mempengaruhi kualitas penampilan yang merupakan komponen kualitas yang pertama sekali diperhatikan oleh kosumen. Namun demikian, sebenarnyalah bahwa komponen kualitas yang satu mempengaruhi komponen kualitas lainnya. Seperti telah diutarakan bahwa kesegaran merupakan faktor kualitas yang mempengaruhi kualitas penampilan. Secara tidak langsung kesegaran juga mempengaruhi kualitas nutrisi. Semakin segar suatu komoditi panen khususnya sayuran, ini menandakan bahwa umur pasca panen komoditi bersangkutan masih dapat dikatakan baru atau belum lewat masak. Demikian

6 108 pula halnya dengan komoditi buah. Kondisi tersebut sekaligus memberikan informasi keadaan kualitas nutrisi Komponen kualitas aroma dapat memberikan informasi tentang komponen kualitas rasa. Biasanya aroma yang harum dan menusuk mencerminkan bahwa komoditi bersangkutan cukup mengandung senyawa yang memberikan rasa manis. Khususnyanya bagi komoditi sayuran, kualitas penampilan merupakan komponen kualitas yang cukup sangat penting. Para konsumen dengan cukup melihat tingkat kesegaran sayuran sudah dapat memutuskan untuk membelinya. Komponen kualitas rasa tidak merupakan komponen kualitas yang dinomor satukan, karena rasa sayuran akan akhirnya berpulang pada racikan bumbu dalam pengolahannya. Namun kini komponen kualitas keamanan merupakan tuntutan konsumen yang sangat patut untuk diperhatikan, terutama keamanan dari residu bahan kimia. Kualitas penampilan yang baik tidak selalu berarti kualitas nutrisi dan rasanya juga baik. Buah atau sayuran yang sedikit lecet dan cacat di bagian luar mungkin saja sama baiknya dalam hal rasa dan nilai nutrisinya dibandingkan dengan yang berpenampilan baik. Oleh karena itu penting juga menambahkan kriteria atau komponen kualitas selain kualitas penampilan sebelum memilih komoditi panenan. C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Produk Tidak saja keadaan pasca panen yang mempengaruhi kualitas atau mutu produk panenan tetapi termasuk pula faktor pra panen. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas komoditi hortikultura panenan, 1. Faktor genetik Pemilihan atau seleksi kultivar bagi tanaman yang diperbanyak dengan benih (biji) khususnya tanaman semusim. Sedangkan bagi tanaman

7 109 tahunan biasanya sangat tergantung pada pemilihan jenis batang bawang dalam pengadaan atau persiapan bibit. 2. Faktor lingkungan pra panen a. Unsur iklim, seperti : Suhu, Cahaya, Angin, Curah hujan, dan Polutan b. Kondisi budidaya (bercocok tanam), seperti : Jenis tanah, Penyediaan hara dan air, Pemakaian mulsa, Pemangkasan (pruning), Penjarangan buah dan atau bunga (thinning), dan Penggunaan bahan kimiawi 3. Pemanenan Aspek yang merupakan faktor penting terkait dengan pemanenan adalah : a. Teknik panen, b. Tingkat kematangan dan atau kemasakan, dan c. Perkembangan fisiologis tanaman. 4. Perlakuan pasca panen a. Metode penanganan, b. Periode antara saat panen dengan saat dikonsumsi, dan c. Faktor lingkungan, seperti : Suhu, Kelembaban relatif, dan Komponen atmosfir. 5. Interaksi antara berbagai faktor yang dijelaskan di atas.

8 110 D. Metode Evaluasi Kualitas Untuk mengetahui tingkat kualitas produk hortikultura panenan tentunya memerlukan suatu metode analisis. Metode evaluasi kualitas produk panenan yang tersedia ada dua macam, yaitu diarahkan kepada sifat atau cara mengevaluasi, dan evaluasi atas dasar penilaian. Metode evaluasi kualitas atas dasar sifat evaluasi ada dua macam, yaitu : a. Metode Destruktif (merusak) Evaluasi dilakukan dengan cara merusak komoditi. b. Metode Non-Destruktif Evaluasi dilakukan dengan cara tidak merusak komoditi. Sedangkan metode evaluasi yang didasari atas sifat penilaian meliputi : a. Metode yang berifat obyektif Yaitu metode evaluasi berdasarkan alat analisis yang digunakan. b. Metode yang bersifat subyektif Yaitu metode evaluasi berdasarkan penilaian manusia ataupun dengan cara menggunakan skala. Berikut adalah beberapa metode mengevaluasi sekaligus alat evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi masing-masing komponen kualitas yang telah dibicarakan seperti kualitas penampilan, kualitas tekstur, kualitas rasa, kualitas nutrisi, dan kualits keamanan. 1. Kualitas Penampilan (Visual) a. Ukuran Dimensi : diukur dengan cincin (ring) pengukur, jangka sorong

9 111 Bobot Volume : umumnya menghubungkan antara ukuran dan berat. Ukuran juga dapat dinyatakan sebagai jumlah komoditi tiap unit beratnya, misalnya 10 apel/kg. : diketahui melalui pencelupan dalam air atau melalui pengukuran dimensi. b. Bentuk (shape) Perbandingan dimensi seperti perbandingan antara diameter dengan kedalaman digunakan sebagai indek bentuk buah. Model (diagramgambar) merupakan suatu alat evaluasi kualitas bentuk. c. Warna Keseragaman dan intensitas, merupakan kualitas penampilan yang sangat penting. Visual Matching kartu warna (colour chart) petunjuk untuk mencocokan dan menetukan warna buah dan sayuran. Light Reflection Meter pengukur warna berdasarkan jumlah cahaya yang dipantulkan dari permukaan komoditi. Light Transmision Meter pengukur warna melalui cahaya yang diteruskan (trnsmit) oleh komoditi. Digunakan untuk menentukan warna internal dan berbagai penyakit. d. Kandungan pigmen, merupakan cara mengevaluasi komoditi berdasarkan kandungan pigmen seperti klorofil, karotenoid (karotin, licopen, xantopil) dan flavonoid (anthosianin). e. Kilau (gloss atau bloom), merupakan kualitas penampakan dari kilap atau kilau permukaan produk. Contoh alat Gloos Meter. f. Adanya cacat (eksternal dan internal). Jumlah intensitas cacat dievaluasi dengan menggunakan sistim skoring dari 1 s/d 5.

10 112 1 = tidak ada gejala 2 = gejala ringan 3 = gejala sedang 4 = gejala banyak 5 = gejala sangat banyak Jika diperlukan kategori atau skor dapat diperpanjang dari 1 s/d 7 atau 1 s/d 9. Untuk mengurangi keragaman nilai antar evaluator, maka perlu pula disertakan gambaran rinci dan foto sebagai petunjuk dalam pemberian skor. 2. Kualitas Tekstur a. Yielding Quality (kualitas kelenturan) Hand Held Tester menentukan tenaga yang diperlukan untuk menetrasi bahan. Alat yang sering digunakan Penetrometer. Tes Laboratorium kekerasan buah dapat ditentukan melalui pengukuran kekuatan penetrasi dengan menggunakan Instron Universal Testing Machine atau Texture Testing System. b. Fibrousness dan Toughness (serat dan kekerasan) Diukur berdasarkan pengukuran tenaga yang digunakan untuk memotong. Pengukuran dengan menggunakan alat Instron atau Texture Testing System. Ketahanan terhadap pemotongan ditentukan dengan menggunakan Fibrometer ataupun dengan analisis kimia kandungan serat dan lignin. c. Succulence dan Juiceness Ukuran kandungan air sebagai indikator dari sukulensi atau turgidutas. Ukuran juice yang dapat diekstrak, sebagai indikator juiceness.

11 113 d. Textural Qualities (grittiness, crispness, mealness, dan chewiness). Prosedur evaluasi sensory 3. Kualitas Rasa (flavor) a. Sweetness Kandungan gula diukur melalui prosedur analisis kimia untuk total gula dan gula reduksi. Total soluble solid content (kandungan total bagian padat terlarut) dikur dengan menggunakan Refractometer atau Hidrometer, dapat sebagai indikator tingkat kemanisan, karena gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. b. Sourness/Acidity (kemasaman) Evaluasi tingkat kemasaman produk. Konsentrasi ion hidrogen (ph) dari juice terekstrak ditentukan dengan menggunakan ph meter atau kertas indikator ph. Perhitungan juga dapat dengan cara titrasi bahan. c. Astringency Ditentukan dengan tes rasa atau dengan mengukur kandungan tanin, kelarutan dan derajat polimerisasi. d. Bitterness (pahit) Ditentukan dengan tes rasa atau mengukur alkaloid atau glukosida yang terkandung dan bertanggung jawab terhadap rasa pahit. e. Odor (aroma) Ditentukan dengan menggunakan uji panelis (pencicipan) yang dikombinasikan dengan identifikasi komponen gas yang bersifat mudah menguap (volatile) yang bertanggung jawab terhadap aroma khas komoditi bersangkutan. Alat yang digunakan Gas Chromatographi.

12 Kualitas Nutrisi Kualitas nutrisi dievaluasi dengan cara uji laboratorium dengan menganalisis kandungan karbohidrat, vitamin, protein, serat, dan asam amino, lipid serta asam lemak maupun mineral dalam buah dan sayuran. 5. Kualitas Keamanan Prosedur analisis menggunakan Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, untuk menganalisis kandungan : a. Senyawa toksik alami Contoh senyawa ini meliputi nitrat dan nitrit pada sayuran daun, oksalat pada bayam, thioglucosida pada sayuran daun dan batang, dan glycoalkohol (solanin) pada kentang. b. Kontaminan alam Senyawa yang termasuk dalam kontaminan alam adalah mycotoksin yang berasal dari jamur, toksin dari bakteri, logam berat seperti Hg, Cd, dan Pb. c. Senyawa toksik buatan Seperti halnya kontaminan lingkungan dan polutan, residu bahan kimia pertanian. Berikut beberapa standar kualitas buah, sayuran, dan bunga potong menurut US (US standarts for grades) dan CA (California Food and Agriculture Code) yang juga banyak digunakan oleh petani-petani ataupun pebisnis hortikultura di Indonesia.

13 115 Standar kualitas buah, sayuran, dan bunga potong Komoditi Standar Komponen Kualitas Buah Apel Apokat Anggur US 1976 US 1957 US 1983 Nanas US 1953 Strawberi Jeruk (orange) US 1965 US Melon Asparagus Brokoli Kobis Kol Kembang US 1973 US 1943 US 1945 US 1968 Kematangan, warna, bentuk, bebas kerusakan, bebas penyakit, bebas kerusakan hama Kematanga (kandungan bahan padat terlarut), ukuran, warna, bebas cacat dan penyakit. Kematangan, bentuk, tekstur, warna kulit, bebas kerusakan dan penyakit. Kematangan, ukuran, bentuk, bebas kerusakan dan penyakit Kematangan, warna, keseragaman ukuran dan bentuk, bebas kerusakan dan penyakit, juiceness Kematangan, bebas kerusakan dan penyakit serta hama, kerusakan akibat pendinginan. Kematangan, kokoh, seragam ukuran dan besar, bebas penyakit Kematangan (1/2-3/4 bagian berwarna merah atau pink), kokoh, terdapat kelopak buah, bebas penyakit Kematangan (2/3 bagian berwarna merah), bebas penyakit, seragam dalam tiap pack. Kematangan, warna, kokoh, halus/rata, ukuran, bebas penyakit, bentuk dan ukuran. Kematangan, warna, ukuran seragam, bebas penyakit. Kematanga, ukuran tidak besar (sedang), bebas luka memar, bebas luka mekanik, tidak retak/pecah. Kokoh namun nampak lembut, warna-pucat putih, bebas penyakit, tidak layu (segar), tidak bertunas, bebas luka mekanik ataupun karena hama Kokoh namun lembut, berwarna putih, dimeter cukup besar dan seragam, bebas penyakit dan hama serta warna hijau. Warna, kematangan, panjang tangkai dan diemeter bunga, kompak, bebas penyakit. Bebas penyakit dan hama, tidak lewat matang, kompak Kematangan dan kokoh, kompak, seragam ukuran, tidak bertunas, warna hijau, bebas penyakit-hama. Sesuai dengan US dan diklasifikasikan dalam klasifikasi komersial Bunga bersih, kompak, ukuran (diameter), terbungkus daun segar dan bersih, bebas hama-penyakit. Bebas penyakit-hama, bebas dari kerusakan sinar matahari, dan kerusakan akibat pendinginan.

14 116 Standar kualitas buah, sayuran, dan bunga potong (lanjutan) Wortel Timun Cabe Kentang Tomat Bunga Potong Mawar Bunga potong krisan Gladiol Anthurium US 1965 US US 1963 US 1972 US 1976 Persatuan Petani Bunga Amerika- Eropa Keseragaman ukuran dan bentuk, bersih, warna tegas, segar dan tegar, bebas penyakit, tidak mengayu. Bebas penyakit, warna tegas, tidak terdapat warna ungu kehitaman, ukuran dan kerseragaman bentuk. Warna, ukuran (diameter dan panjang), kesegaran dan tegar, bebas penyakit dan luka mekanik. Kematangan, warna, ukuran, bentuk, bebas penyakit, bebas luka mekanik dan fisik Bebas penyakit-hama dan kerusakan fisik maupun mekanik. Keseragaman, kematangan, kokoh, bersih, ukuran, bentuk, tidak bertunas, tidak memar, tidak berwarna hijau, bebas hama-penyakit Sama dengan US, kulit tidak mengelupas. Kematangan dan kemasakan (warna), kokoh, juiceness, bebas penyakit, bebas luka fisik dan mekanik. Bebas hama, bebas luka akibat pendinginan, warna cerah dan kilau, bentuk. Tangkai cukup panjang, tingkat kemekaran kuncup, warna mahkota bunga, keberadaan (kesegaran) kelopak bunga, diameter bunga, keberadaan daun, kokoh Warna, diameter, keberadaan/kesegaran kelopak bunga, tingkat kemekaran kuncup bunga, jumlah kuntum per tangkai, panjang dan kekuatan tangkai, tegar dan kokok Panjang dan jumlah kuntum per tangkai, gradasi tingkat kemekaran kuntum, warna, bebas penyakit, bebas luka fisik, kesegaran, kokoh Kokoh, segar, bebas luka hama, luka fisik, luka mekanik, warna, kilau, ukuran, tingkat perkembangan kemekaran, tangkai yang kokoh cukup panjang US (US standarts for grades) CA (California Food and Agriculture Code)

15 117 DAFTAR PUSTAKA Acquaah, George, Horticulture Principles and Practices. Second Edition, Prentice Hall. Kader, Adel A., Quality Factors : Definition and Evaluation For Fresh Horticultural Crops. In Kader, Adel A., et al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension Univ. Of California. Kays, Stanley J., Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. An Avi Book. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. Poincelot, R.P., Sustainable Horticulture Today and Tomorrow. Prentice Hall. Salunkhe, D.K., et al Postharvest Biotechnology of Flowers and Ornamental Plants. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Wills, R.B.H., W.B. McGlasson, D. Graham, T.H. Lee, and E.G. Hall, Postharvest An Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. An AVI Book.

Setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari bahan ajar pada bab ini, para mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat :

Setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari bahan ajar pada bab ini, para mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat : PENDAHULUAN Tujuan Pembelajaran, Setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari bahan ajar pada bab ini, para mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat : Mampu menjelaskan ruang lingkup bahasan pascapanen

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

Sering ada pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan pascapanen hortikultura

Sering ada pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan pascapanen hortikultura I Made S. Utama FTP-UNUD 1 PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA 1 Oleh: Ir. I Made S. Utama, MS, Ph.D. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Sering ada pertanyaan tentang apa yang dimaksud

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: RUANG LINGKUP DAN PERKEMBANGAN HORTIKULTURA 1.1 Ruang Lingkup Hortikultura... 1.3 Latihan... 1.17 Rangkuman... 1.18 Tes Formatif 1..... 1.18 Perkembangan

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI DALAM PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA

BIOTEKNOLOGI DALAM PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA Bahan Ajar MK. Pasca Panen Hoertikultura PS Hortikultura, Fakultas Pertanian - UNRAM Semester Gasal Tahun Ajaran 2002-2003 Pokok Bahasan BIOTEKNOLOGI DALAM PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA Disampaikan oleh

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

BAB III SARANA PRASARANA

BAB III SARANA PRASARANA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 217 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB III SARANA PRASARANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI RESPIRASI AEROBIK C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + 38 ADP

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Program Studi Teknologi Pangan

Program Studi Teknologi Pangan Program Studi Teknologi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST FTP 200 Pengantar

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi

TINJAUAN PUSTAKA. baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respirasi Respirasi merupakan suatu aktifitas yang dilakukan oleh mikroorganisme hidup baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN

RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN 1 RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN Pendahuluan Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian. Iklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, serta tanah yang subur,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN PENYIMPANAN DINGIN Diperlukan untuk komoditi yang mudah rusak, karena dapat mengurangi Kegiatan respirasi dan metabolisme lainnya Proses penuaan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga mawar sangat pantas menyandang julukan si Ratu Bunga karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga yang cantik menawan dengan aneka ragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain karena bentuknya yang eksotik, buah naga juga memiliki rasa yang manis dan beragam manfaat untuk

Lebih terperinci

PENYIMPANAN KOMODITI HORTIKULTURA

PENYIMPANAN KOMODITI HORTIKULTURA BAB 6 PENYIMPANAN KOMODITI HORTIKULTURA Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari bahan ajar pada bab ini, para mahasiswa dan pembaca diarahkan untuk dapat : Mampu menjelaskan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian. Standar Nasional Indonesia Jeruk keprok ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Astawan & Andreas, 2008). ataupun buah import yang sudah mulai banyak dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Astawan & Andreas, 2008). ataupun buah import yang sudah mulai banyak dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat telah mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi buah sebagai suatu bagian dari pola makan yang berdasarkan kepada prinsip

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko penyakit pada konsumen. Makanan fungsional ini mengandung senyawa atau

BAB I PENDAHULUAN. resiko penyakit pada konsumen. Makanan fungsional ini mengandung senyawa atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Meningkatnya kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat telah mendorong terjadinya perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada kesehatan seperti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu suatu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi, dan faktor lainnya. Secara visual, faktor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permen atau kembang gula merupakan produk pangan yang banyak digemari. Menurut SII (Standar Industri Indonesia), kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Melawan Kanker dengan kombinasi makanan Tidak ada makanan tunggal dapat mengurangi resiko kanker, tetapi kombinasi makanan yang tepat dapat membantu membuat perbedaan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah

Lebih terperinci

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++) V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan mikroba lain tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan mikroba lain tumbuh di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah dan sayur merupakan jenis pangan yang mudah rusak karena kandungan airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan mikroba lain tumbuh di dalamnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT Alsuhendra 1, Ridawati 1, dan Agus Iman Santoso 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci