PEMIKIRAN EKONOM MUSLIM TENTANG PASAR MODAL SYARIAH. Salmah Said

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMIKIRAN EKONOM MUSLIM TENTANG PASAR MODAL SYARIAH. Salmah Said"

Transkripsi

1 PEMIKIRAN EKONOM MUSLIM TENTANG PASAR MODAL SYARIAH Jurusan Akuntansi UIN Alauddin Makassar Jln Sultan Alauddin No. 36, Samata Gowa SULSEL Abstract; Islamic financial industry experiences rapid expanding in the recent decades, both in Muslim countries and western ones. This Islamic law-based financial system is thought to be an alternative of conventional financial system which could not overcome economic crisis in 1997 and global financial crises in In recent years, the Islamic financial institutions have contributed tremendeously in rising funds and profits. Sharia capital market is one of Islamic financial area (sector) that developed significantly in Malaysia, Indonesia, and the Gulf Cooperation Council (GCC) ountries. The sharia capital market is also developed in European countries (such as UK and France) and the USA. In Indonesia, this sharia-based capital market is operated under the conventional act. The main factor should be taken into account is that the activities related to sharia capital market (i.e. mechanism, type of contracts, transactions, and capital market instruments) should not violate the Islamic principles. In other words, sharia-based capital market should not involve riba, gharar, and maysir in all capital market activities. Abstrak; Industri keuangan Islam berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, baik di negara-negara muslim maupun negara barat. Keuangan Islam yang dilandasi prinsip-prinsip Islam dianggap sebagai alternatif dari keuangan konvensional yang tidak mampu mengatasi krisis ekonomi tahun 1997 dan krisis keuangan global di tahun Dalam beberapa tahun terakhir, lembagalembaga keuangan Islam telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menghimpun dan dan menghasilkan keuntungan. Pasar modal syariah merupakan salah satu sektor keuangan Islam yang mulai berkembang secara signifikan di Malaysia, Indonesia, serta di negara-negara Timur Tengah. Tidak saja itu, pasar modal di Eropa (Inggris dan Perancis) serta Amerika Serikat juga mulai mengembangkan pasar modal syariah. Permasalahan utama yang kemudian perlu diperhatikan bahwa kegiatan di pasar modal syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Hal ini menyangkut mekanisme, jenis kontrak yang mendasari, serta produk/instrumen pasar modal syariah itu sendiri tidak melanggar syariah Islam. Dengan kata lain, riba,

2 gharar, dan maysir tidak boleh ada dalam semua kegiatan di pasar modal syariah. Keywords; Islam, Financial Instruments, Financial Market, Financial Industry, Sharia Capital Market I. Pendahuluan Ekonomi syariah dalam beberapa tahun terakhir berkembang cukup pesat, baik di negara-negara muslim (Indonesia, Malaysia, dan negara-negara di Timur Tengah) maupun di negara barat seperti Amerika dan Eropa (Inggris dan Perancis). Sistem ekonomi syariah dianggap sebagai alternatif bagi sistem ekonomi konvensional yang ada sekarang. Terlebih sektor moneter (pasar modal) dianggap berkontribusi meningkatkan penggunaan leverage (hutang) dan tindakan spekulasi yang massif yang akhirnya menimbulkan krisis keuangan global tahun Perkembangan industri keuangan syariah dimulai dengan booming minyak dunia sekitar tahun 1970an, didominasi sektor perbankan, sektor yang menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangan ini dapat dilihat dari pertumbuhan total aset dari bank-bank Islam yang beroperasi di lebih dari 75 negara sebesar $US 300 juta dengan tingkat pertumbuhan melebihi 15%/tahun. 1 Perkembangan ini diikuti oleh asuransi syariah (takaful) pada tahun 1980an, serta pasar modal syariah pada tahun 1990an, yang kemudian dianggap sebagai awal perkembangan pasar modal syariah ketika equity fund dan Islamic securitization mulai diperkenalkan sebagai alternatif investasi berbasis syariah. Satu dekade terakhir menunjukkan peningkatan ekspansi keuangan Islam, salah satunya adalah penerbitan sukuk (obligasi syariah) untuk memeroleh modal di pasar modal. Penerbitan sukuk meningkat dari US$7,2 milyar tahun 2004 menjadi US$39 milyar tahun 2007, dengan volume sukuk yang outstanding secara global melebihi nilai US$90 milyar. 2 Pasar modal, terutama terdiri dari pasar primer dan sekunder. Setiap perusahaan yang ingin go public harus melakukan penawaran perdana ke masyarakat (Initial Public Offering, IPO) pada pasar primer, yang berfungsi sebagai sarana suplai dana bagi perusahaan emiten. Sedangkan transaksi di pasar sekunder (lantai bursa) merupakan transaksi sekuritas (saham) yang telah melalui pasar primer. Pasar sekunder ini berperan ganda, sebagai sumber dana bagi perusahaan dan keuntungan bagi investor. Pasar sekunder menjadi penting untuk memastikan likuiditas, penentuan harga serta informasi yang relevan dengan sekuritas tersebut, serta menunjukkan tingkat return (keuntungan) dan risiko yang dihadapi investor. 3

3 II. Pasar Modal Syariah Peran pasar modal adalah meningkatkan sistem keuangan yang efisien karena akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan prekonomian suatu negara. 4 Pasar modal berfungsi sebagai intermediasi modal jangka panjang antara investor (surplus unit) dan perusahaan (deficit unit). Modal jangka panjang ini umumnya berbentuk sekuritas (surat-surat berharga) baik dalam bentuk modal ekuitas (saham) maupun dalam bentuk hutang (obligasi). Peran pasar modal dalam sistem keuangan Islam juga sama pentingnya dalam sistem perekonomian konvensional. Berbeda dengan pasar modal konvensional, perkembangan pasar modal syariah masih tergolong baru. Perbedaannya adalah dalam pasar modal konvensional dimungkinkan perdagangan sekuritas berbentuk ekuitas dan hutang. Sedangkan, pada pasar modal syariah, tidak dimungkinkan pengumpulan modal melalui instrumen hutang karena dapat diartikan sebagai bentuk dari jual beli hutang (bai aldayn). Menurut Zahiri, jual beli hutang tidak sah dalam transaksi karena mengandung unsur gharar. 5 Pasar modal syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat di beberapa negara muslim di dunia, utamanya negara-negara Timur Tengah, dan juga di Eropa. Namun, Amerika Serikat adalah negara non-muslim pertama yang meluncurkan the Amana Fund sebagai equity fund syariah pertama oleh The North American Islamic Trust pada tahun Pada Februari 1999, New York Stock Exchange (NYSE) juga menerbitkan DJIMI (Dow Jones Islamic Market Index). 7 Di Eropa (termasuk Inggris dan Perancis), pemerintah mengambil langkah hukum untuk mengakomodasi sukuk, bahkan di Inggris terdapat indeks syariah yaitu FTSE Global Islamic Index, seperti halnya negara-negara TImur Tengah, dengan indeks GCC (Gulf Cooperation Council) Islamic Index. 8 Sedangkan di Indonesia, pasar modal syariah baru berkembang di awal tahun 2000an dengan diperkenalkannya Jakarta Islamic Index (JII) di BEJ (Bursa Efek Jakarta, sekarang Bursa Efek Indonesia, gabungan dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). JII ini merupakan indeks dari 30 saham perusahaan yang lolos seleksi dari Dewan Syariah Nasional (DSN) terkait dengan seleksi syariah dari core business perusahaan-perusahaan tersebut. Seleksi ini dilakukan per semester tiap tahun. Evaluasi secara syariah menjadi penilaian penting selain evaluasi keuangan yang ditetapkan oleh BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) bagi perusahaan yang dikategorikan saham syariah. 9 Pada tahun 2011, BEI telah mengeluarkan satu indeks syariah lagi, yaitu Indeks Saham Syariah Inddonesia (ISSI) yang berisi saham dari 214 perusahaan. 10 Pelaksanaan kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Pasar Modal (UUPM) No. 8 Tahun 1995, yang lahir sebelum pelaksanaan pasar modal syariah sehingga tidak membedakan pelaksanaan kegiatan pasar modal didasarkan pada prinsip syariah atau tidak. Jadi, kegiatan pasar modal di Indonesia dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah dan

4 konvensional. Instrumen pasar modal syariah di Indonesia telah berkembang sejak tahun 1997 dengan diterbitkannya reksadana syariah, meskipun secara resmi baru mulai beroperasi sejak tahun Selanjutnya, PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerjasama dengan PT. Dana Reksa Investment Management (DIM) memperkenalkan Jakarta Islmic Index (JII) yang terdiri dari 30 jenis saham dari emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan syariah. 12 Reksa Dana indeks yang diperkenalkan tahun 2006 ini menjadikan JII sebagai underlying asset-nya. 13 Selain saham, instrumen lain yang diperdagangkan di pasar modal syariah Indonesia adalah: obligasi syariah/sukuk mudharabah, obligasi syariah/sukuk ijarah, reksadana syariah, sukuk negara syariah, dan sukuk negara ritel syariah. 14 Sukuk berbeda dengan obligasi konvensional, karena obligasi syariah didasarkan pada akad transaksi mudharabah (konsep bagi hasil). Perkembangan reksadana syariah di Indonesia merupakan rangkaian dari perkembangan Islamic Fund secara global yang dipelopori oleh Global Trade Equity yang diterbitkan oleh National Commercial Bank Saudi Arabia tahun Perkembangan pasar modal di Indonesia lebih lambat dibanding negaranegara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Singapore. Di Indonesia, peran pasar modal hanya berkontribusi sebesar 36% terhadap nilai Pendapatan Nasional Bruto. Sektor perbankan Indonesia masih mendominasi (sebesar 64%) sebagai penggerak perekonomian Indonesia. Nilai ini sangat kecil dibanding dengan 133% kapitalisasi pasar modal Malaysia dan 262% pasar modal Singapore masing-masing terhadap Pendapatan Nasional kedua negara tersebut. 16 Di Malaysia, obligasi syariah cukup berkembang dan banyak digunakan sebagai pembiayaan kegiatan pemerintah dan industri keuangan syariah. 17 III. Pasar modal belum dikenal pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Kegiatan ekonomi pada masa itu adalah transaksi pada sektor riil saja. Keikutsertaan modal dalam bentuk kepemilikan suatu perusahaan (syirkah) tidak ditunjukkan dalam bentuk kepemilikan saham seperti saat ini. Dengan demikian, transaksi yang terjadi hanya dalam bentuk transaksi jual beli biasa dengan menggunakan uang atau dengan cara pertukaran antar barang melalui barter. Sistem ekonomi Islam didasarkan pada transaksi asset riil yang produktif pada sektor riil. 18 Olehnya, pasar modal syariah juga harus didasarkan pada pasar sekuritas berbasis ekuitas, bukan berbasis pada hutang. Model pasar modal syariah yang memenuhi prinsip syariah Islam belum diformulasikan secara formal. Namun, perlu diidentifikasi beberapa isu penting sehingga dapat dibedakan pasar modal syariah dengan pasar modal

5 konvensional. Menurut Iqbal dan Mirakhor, setidaknya tiga hal penting yang harus diperhatikan. 19 Pertama, mengenai perjanjian kontraktual yang dapat merepresentasikan dengan tepat bagian dalam perusahaan saham gabungan dengan liabilitas (hutang) terbatas. Hal ini menjadi penting terutama terkait dengan legalitas entitas korporasi dan perlakuannya sebagai judicial person, terutama jika terjadi kasus gagal bayar perusahaan atas liabilitas/kewajibannya. Kedua, mengenai jenis kontrak yang sesuai untuk saham biasa sebagai mitra dalam saham perusahaan, berdasarkan musyarakah mulk atau musyarakah aqed. 20 Pengklasifikasian saham perusahaan dalam kontrak musyarakah mulk menyebabkan sebagian besar transaksi saham di pasar modal tidak bisa diterima secara syariah. 21 Negotiability, transferability dan tradability di pasar primer dan sekunder menjadi isu penting ketiga yang perlu dicermati. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa ekonomi Islam mendorong transaksi atas asset/barang riil (tangible), yang berarti pelarangan terhadap transaksi hutang (dayn), mata uang, obligasi yang dibatasi dalam barang generik, serta hak kontinjen (seperti options, futures, forward), dimana instrumen-instrumen ini ditransaksikan di pasar modal. Perbedaan mendasar antara pasar modal syariah dan pasar modal konvensional adalah bahwa pelaksanaan pasar modal syariah secara umum tidak hanya ditentukan oleh kondisi bisnis, lingkungan sosial ekonomi, dan politik. Terdapat prinsip penting mengenai apa yang benar dan apa yang tidak benar yang didasarkan pada al-quran dan Hadis Rasulullah SAW. Prinsip yang dimaksud adalah pelarangan riba, spekulasi serta serangkaian kegiatan yang dilarang yaitu ketidakpastian (gharar), judi (maysir), ketidaktahuan (jahl). 22 Prinsip-prinsip tersebut harus dipedomani dalam semua transaksi ekonomi, termasuk pasar modal. 23 Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI Indonesia memastikan bahwa kegiatan transaksi dan investasi di pasar modal syariah Indonesia tidak melibatkan unsur-unsur tersebut di atas. Hal ini berlaku baik untuk instrumen ekuitas (saham) maupun hutang (obligasi) serta derivatif (instrumen turunan) dari saham. Beberapa fatwa telah dikeluarkan oleh DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia) terkait dengan transaksi dan instrumen pasar modal yang memenuhi prinsip syariah. Salah satu diantaranya adalah fatwa nomor 65/DSN_MUI/III/2008 mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. 24 Fatwa ini memastikan kehalalan investasi pada instrumen saham dan juga pada produk turunan (derivatif), yaitu instrumen yang berbentuk rights (hak) yang melekat pada produk induknya (underlying asset). Hak ini merupakan salah satu produk pasar modal yang bersifat hutang, yang dalam prinsip ekonomi Islam tidak diakomodasi. Menurut Ushaimi 25, dari aspek hukum, beberapa ekonom muslim (fuqaha) memiliki pendapat yang berbeda dalam menilai apakah transaksi sekuritas dalam pasar modal syariah mengandung unsur-unsur yang dilarang secara syariah. Beberapa alasan tidak diperbolehkannya transaksi (saham) di

6 pasar modal. 26 Pertama, saham merupakan instrumen yang sama dengan obligasi (yang merepresentasikan hutang), karena perusahaan berhutang pada investor yang suatu saat harus dikembalikan. Bertransaksi saham sama hukumnya dengan bertransaksi hutang yang secara syariah dilarang. Kedua, riba najsy masih banyak terjadi dalam kegiatan transaksi di pasar modal. Ketiga, mobilitas (keluar-masuknya) investor di pasar modal tidak diketahui oleh seluruh pemegang saham. Keempat, adanya percampuran antara harta dan modal perusahaan dengan yang mengandung unsur haram maka semuanya haram. Kelima, harga saham tidak mencerminkan modal awal pada waktu pendirian perusahaan, tetapi ditentukan pada saat awal penerbitannya (IPO = Initial Public Offering). Keenam, transaksi saham tidak memenuhi unsur penyerahan (taqabudh) dan persamaan nilai (tamatsul), yang seharusnya ada dalam kegiatan pertukaran jual beli. Ketujuh, investor tidak mengetahui secara pasti spesifikasi barang yang dibelinya yang direpresentasikan dalam bentuk saham. Dengan kata lain, terdapat unsur ketidaktahuan (jahl) dalam transaksi saham, sehingga transaksinya batal karena salah satu syarat sahnya jual beli adalah bahwa pembeli tahu barang yang hendak dibelinya. Selain itu, harga saham berfluktuasi sesuai kondisi pasar saham, sehingga saham tidak merupakan pembayaran nilai yang sama pada saat perusahaan didirikan (at par value). Selain itu praktik short-selling (menjual saham yang belum dimiliki oleh penjual) yang dilakukan oleh investor, sangat tidak sesuai dengan prinsip Islam. Para ekonom Islam memiliki pendapat yang berbeda pula terkait produk forward dan futures 27 yang juga diperdagangkan di pasar modal. Mohammad Obaidullah dan Hakim Muhammad Taqi Uthmani 28 menyatakan bahwa perdagangan forward dan futures ini melanggar aturan hukum Islam karena transaksi keduanya hanya perjanjian untuk menyerahkan sejumlah dana dan barang di masa yang akan datang, penyerahan barang yang ditransaksikan umumnya tidak dilakukan dan ketika transaksi berakhir yang terjadi hanyalah penetapan perbedaan harga. 29 Jadi, sebagian besar transaksi futures itu hanya bersifat spekulasi (maysir) di masa yang akan datang. Lebih jauh, tujuan penggunaan transaksi futures dan forward yang bertujuan untuk menghindari (hedge out) ketidakpastian bisnis di masa depan tidak memiliki pengaruh, karena hal ini menurut, Uthmani, tidak diperbolehkan dalam syariah. Abdul Rahim al-saati juga memiliki argumentasi yang sama dan bahkan menyatakan bahwa ekonom muslim lainnya seperti: Umer Chapra (1992), M. Fahim Khan (1995), M. Akram Khan (1988), A. Muhiaddin (1995), A.Y. Sulayman (1982), Subhi Mahmassani (1983) and Majma al Fiqh al-islami (1989) juga menolak kontrak futures. 30 Obaidullah juga mendukung pendapat Uthmani dengan menyatakan bahwa transaksi seperti itu adalah transaksi hutang (bai -al dayn- bi-al-dayn), transaksi yang dilarang dalam syariah, terlebih transaksi futures terhadap komoditas yang tidak dimiliki (short-selling) penjual menimbulkan unsur gharar. Umumnya futures dan forward (terutama untuk

7 transaksi kurs mata uang) digunakan untuk spekulasi, yang justru akan makin meningkatkan volatilitas nilai kurs mata uang dan akhirnya akan menimbulkan skala ekonomi yang besar. Argumantasi ini merupakan alasan rasional ekonomi tidak dibolehkannya upaya hedging menggunakan futures dan forward dalam syariah. 31 Namun beberapa ekonom muslim, membolehkan keberadaan kontrak futures dan forward, seperti Ali Salehabadi dan Mohammad Aram, Muhammed Sahid Ebrahim serta Mohammad Hashim Kamali. Dua ekonom Iran, Ali Salehabadi dan Mohammad Aram, menyatakan bahwa penggunaan kontrak futures untuk mengantisipasi risiko berfluktuasinya harga (dalam hal ini harga minyak mentah, dimana Iran salah satu negara produsen minyak mentah) dapat diterima. 32 Negara produsen minyak mentah akan memeroleh keuntungan dengan kontrak futures daripada menjualnya di pasar spot. Tanpa mengabaikan pendapat ekonom muslim lainnya, alasan yang dikemukakan keduanya adalah bahwa kontrak futures dipandang sebagai kontrak yang masih berlanjut di masa depan (undetermined concluding contract) karena adanya kewajiban pada perdagangan di masa depan yang akan efektif di periode tertentu di masa depan, sehingga berbeda dengan konsep jual beli. Menurut Salehabadi dan Aram, kontrak futures adalah bentuk kontrak joalah 33, dan karenanya dapat diterima sesuai dengan prinsip Islam. Menurut Muhammad Sahid Ebrahim mengutip pendapat Kamali 34, bahwa tidak ada keberatan terhadap kontrak futures karena merupakan kebolehan (ibahah) dalam kerangka hukum Islam, dengan lebih mempertimbangkan kemashalatannya. Lebih jauh, Kamali berpendapat bahwa kontrak futures memberikan manfaat signifikan bagi ekonomi berbasis pertanian untuk bisa bersaing dengan ekonomi berbasisindustri. Futures, menurut Kamali, meningkatkan efisiensi biaya, memberi peluang pelaksanaan perencanaan yang lebih baik, dan sebagai sarana asuransi dalam mengelola risiko dan juga berfungsi sebagai indikator harga. 35 Dengan, kata lain, kontrak futures memberikan manfaat bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat, hal mana yang menjadi pertimbangan dalam hukum Islam. Terkait dengan obligasi syariah (sukuk), beberapa pakar syariah menyatakan bahwa sebagian besar sukuk tidak memenuhi prinsip syariah karena melanggar setidaknya satu di antara tiga prinsip. 36 Dengan demikian, secara efektif sukuk tidak ada bedanya dengan obligasi konvensional, seperti argumentasi dari Muhammad Taqi Uthmani, Presiden Majelis Syariah AAOIFI (the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions), Miller, Challoner, Atta (2007), dan Wilson (2008). 37 Namun, Cakir dan Raei (2007) berpendapat bahwa sukuk berbeda dengan obligasi konvensional karena memberikan manfaat dalam hal meminimalkan risiko ketika investor membentuk portofolio dari sekuritas berpendapatan tetap (fixed income securities). 38 Salah satu instrumen pasar modal yang juga tidak memenuhi prinsip syariah adalah options, yaitu hak untuk menjual (put options) atau membeli (call

8 options) sekuritas (utamanya saham) di masa yang akan datang dengan harga yang telah ditentukan saat ini. 39 Mahmoud El Gamal, Tariqullah Khan serta Muhammad Taqi Uthmani, memiliki pendapat yang sama bahwa options mengandung unsur gharar, maysir, dan jahl. 40 IV. Penutup Industri keuangan Islam berkembang cukup pesat dalam dua dekade terakhir, baik secara global maupun nasional. Penyempurnaan mekanisme pasar modal syariah terus diupayakan. Upaya ini ditujukan sebagai pencegahan adanya praktik riba, maysir dan gharar dalam transaksi di pasar modal syariah. Selama ini transaksi di pasar modal tidak dapat dipisahkan dari ketiga praktik ini. Upaya ini tidak berarti menghambat perkembangan pasar modal syariah, karena sektor moneter ini potensial untuk berkembang di masa yang akan datang, dengan pangsa pasar masyarakat muslim di seluruh dunia. Endnotes 1 Chong B.S., Ming-Hua L., Islamic Banking: Interest Free or Interest-Based? Pacific- Basin Finance Journal 17, 2009, Menurut Jobst, et.al (2008) dalam Christophe J. Godlewski, Rima Turk-Ariss, Laurent Weill, Do Markets Perceive Sukuk and Conventional Bonds as Different Financing Instruments? BOFIT Discussion Paper 6/2011, Bank of Finland, BOFIT, Institute for Economies in Transition, diakses tanggal 10 Mei Ibid, h Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik (Jakarta: Kencana, 2008), h Bambang Saputra, Pasar Modal Syariah Indonesia: Alternatif Instrumen Investasi, (Makassar: ADEI, 2012), h. 112, lihat pula Firdaus NH., Muhammad, dkk.(b), Sistem Kerja Pasar Modal Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, (Jakarta: Renaisan, 2005), h Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Cetakan Pertama (Jakarta: Kencana, 2007), h Firdaus NH., Muhammad, dkk.(c), Konsep Dasar Obligasi Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 19. Lihat pula Michael J.T. McMillen, Islamic Capital Market: Market Development and Conceptual Evolution in the First Thirteen Years, diakses tanggal 9 Maret Lihat Christophe J. Godlewski, Rima Turk-Ariss, Laurent Weill, Do Markets Perceive Sukuk and Conventional Bonds op.cit., Lihat pula Najeeb, Syed Faiq, Islamic Capital Market: An Exploratory Study on Investor Rationality, University of Nottingham Malaysia, diakses tanggal 9 Juni Muhammad Firdaus HN (c), Sistem Keuangan dan Investasi Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, Jakarta: Renaisan, 2005, h Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar di Indonesia, Edisi 3, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan ke-1, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 117.

9 12 Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Cetakan Kedua, (Jakarta: Penerbit Prenada Media, 2004), h. 210, lihat pula Michael J.T. McMillen, Islamic Capital Market: Market Development, op.cit., h Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,.. op.cit. 14 Bambang Saputra, Pasar Modal Syariah Indonesia, op.cit., h Firdaus NH., Muhammad, dkk.(d), Investasi Halal di Reksadana Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, (Jakarta: Renaisan, 2005), h Irwan Abdalloh, Pasar Modal Syariah Indonesia: Prospek dan Tantangan, materi seminar Pasar Modal Syariah, diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Makassar 2010, di Makassar. 17 Obligasi yang diterbitkan pemerintah Malaysia adalah Government Investment Issues (GIIs) yang bersifat pinjaman kebaikan (qard al-hasan), the Malaysian Global Sukuk didasarkan pada akada ijarah, merupakan asset-backed securities dengan asset real estate milik pemerintah Malaysia, lihat Firdaus NH., Muhammad, dkk.(a), Konsep Dasar Obligasi Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, (Jakarta: Renaisan, 2005), h Menurut Chapra (2008), Chapra, Ebrahim, Mirakhor, dan Siddiqi (2008), transaksi atas asset/harta riil adalah salah satu dari empat kondisi fundamental dari keuangan Islam yang dapat menekan kelebihan hutang (leverage) dan spekulasi di pasar modal, lebih lanjut lihat Amelie Charles, Olivier Darne, Adrian POP, Is the Islamic Finance Model More Resilient the Conventional Finance Model? Evidence from Sudden Changes in the Dow Jones Indexes, jurnal SSRN, diakses tanggal 15 April Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam, op.cit., h Musyarakah mulk adalah memberikan hak kepemilikan atas aset riil tertentu kepada mitra usaha, sedangkan musyarakah aqed adalah pemberian hak kepemilikan atas nilai aset tanpa ada kaitan khusus terhadap asset riil tersebut kepada mitra. Pembahasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam, ibid. 21 Ibid. 22 Syed Faiq Najeeb, Islamic Capital Markets: An Exploratory Study, op.cit. 23 Obiyathullah Ismath Bacha, Derivative Instruments and Islamic Finance: Some Thoughts for A Reconsideration, International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1 No. 1, 1999, p. 8; Mohammed Obaidullah, Islamic Financial Services. (Jeddah, Saudi Arabia: Islamic Economic Research Centre, King Abdulaziz University, 2005), p Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, op.cit., h Beberapa fatwa yang terkait dengan pengembangan pasar modal syariah di Indonesia, telah dikeluarkan oleh DSN-MUI, lihat Burhanuddin Susanto, Pasar Modal Syariah: Tinjauan Hukum, Cetakan Pertama, (Yogyakarta: UII Press, 2009), h Saptono Budi Satrio, Optimasi Portofolio Saham Syariah (Studi Kasus Bursa Efek Jakarta Tahun ), Tesis Program Pascasarjana PSKTTI-UI Jakarta, Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Cetakan I, Jakarta: Kencana, 2007), h Lihat pula Bambang Saputra, Pasar Modal Syariah Indonesia, op.cit., h mengenai transaksi efek/sekuritas yang dilarang di pasar modal. Lebih lanjut pembahasan mengenai transaksi di pasar modal syariah yang dilarang dalam fiqh muamalah dapat dilihat pada Burhanuddin Susanto, Pasar Modal Syariah, op.cit., h Transaksi berjangka komoditas (dapat berupa hasil pertanian, hasil tambang), dan juga berupa nilai mata uang, dimana penyerahan barang yang diperjanjikan saat ini diserahkan pada suatu periode waktu tertentu di masa depan, dengan nilai yang telah disepakati pada saat kedua belah pihak memasuki kontrak (predetermined price) 28 Mohammed Obaidullah, Islamic Financial Services, op.cit. Argumentasi yang sama juga dikemukakan oleh Hakim Muhammad Taqi Uthmani dalam menjawab berbagai

10 pertanyaan mengenai instrumen derivatif dalam artikel What Shariah Experts Say: Futures, Options and Swaps. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1 No. 1, (Editor); 29 Hal ini dikenal sebagai marking-to-market atau daily settlement dalam pasar futures dan forward. Kegiatan ini dilakukan di akhir perdagangan setiap hari untuk menyeimbangkan posisi semua futures dan ditulis kembali dalam bentuk penetapan harga pada hari tersebut oleh pihak bursa (clearing house). 30 Abdul Rahim Al-Saati, Sharia Compatible Futures. J.KAU: Islamic Econ, Vol. 15, pp. 3 25, Mohammed Obaidullah (b), Financial Options in Islamic Contracts: Potential Tools for Risk Management. J.KAU: Islamic Econ, Vol. 11, pp. 3 26, Ali Salehabadi and Muhammad Aram. Islamic Justification of Derivative Instruments. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 4 No. 3, Kontrak joalah adalah kontrak antara dua pihak dimana pembeli menyatakan bahwa ketika penjual menyerahkan barang yang ditransaksikan pada waktu yang telah disepakati di masa yang akan datang, pembeli akan menyerahkan pembayaran atas barang tersebut kepada penjual, lihat, Derivatives Instruments and Islamic Scholars Viewpoint, Jurnal Bisnis dan Manajemen Informatika, Vol. 4. No. 2 Mei 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNHAS. 34 Muhammed Hashim Kamali (a), Islamic Commercial Law: Analysis of Options, American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 14, Muhammed Hashim Kamali (b), Islamic Commercial Law: Analysis of Futures and Options, (United Kingdom, Cambridge: Islamic Texts Society Publisher, 2000), pp Mengenai tiga prinsip yang harus dipenuhi obligasi syariah (sukuk) lihat Christophe J. Godlewski, Rima Turk-Ariss, Laurent Weill, Do Markets Perceive Sukuk and Conventional Bonds, op.cit. 37 Ibid, argumen yang sama juga dinyatakan oleh Meysam Safari, bahwa sukuk sama dengan obligasi konvensional, kecuali bahwa penerbitan sukuk didasarkan pada implementasi regulasi syariah, lihat Meysam Safari, Are Sukuk Securities the Same as Conventional Bonds?, Working Paper Januari 2011, diakses tanggal 6 Juni Ibid 39 John C. Hull, Fundamental of Options and Options Markets. 5 th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc., 2005, h Lihat Mahmoud El-Gamal, An Economic Explication of the Prohibition of Gharar in Classical Islamic Jurisprudence, Paper presented on The 4 th International Conference on Islamic Economics in Leicester, UK, August 2000); Muhammad Taqi Uthmani response to a series of questions about these derivative instruments, see What Shariah Experts Say: Futures, Options and Swaps. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1 No. 1, (Editor) DAFTAR PUSTAKA Abdalloh, Irwan, Pasar Modal Syariah Indonesia: Prospek dan Tantangan, materi seminar Pasar Modal Syariah, diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Makassar 2010, di Makassar. Al-Saati, Abdul Rahim, Sharia Compatible Futures. J.KAU: Islamic Econ, Vol. 15, pp. 3 25, Bacha, Obiyathullah Ismath, Derivative Instruments and Islamic Finance: Some Thoughts for A Reconsideration, International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1 No. 1, 1999,

11 Chong, B.S., Ming-Hua L., Islamic Banking: Interest Free or Interest-Based? Pacific-Basin Finance Journal 17, Charles, Amélie, Olivier Darne, Adrian POP, Is the Islamic Finance Model More Resilient the Conventional Finance Model?Evidence from Sudden Changes in the Dow Jones Indexes, diakses tanggal 15 April Darmadji, Tjiptono, dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat, Editor, What Shariah Experts Say: Futures, Options and Swaps. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1 No. 1, El-Gamal, Mahmoud, An Economic Explication of the Prohibition of Gharar in Classical Islamic Jurisprudence, Paper presented on The 4 th International Conference on Islamic Economics in Leicester, UK, August Firdaus NH., Muhammad, dkk.(a), Konsep Dasar Obligasi Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, Jakarta: Renaisan, (b), Sistem Kerja Pasar Modal Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, Jakarta: Renaisan, (c), Sistem Keuangan dan Investasi Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, Jakarta: Renaisan, (d), Investasi Halal di Reksadana Syariah, Edukasi Profesional Syariah, Cetakan I, Jakarta: Renaisan, Godlewski, Christophe J., Rima Turk-Asiss and Laurent Weill, Do Markets Perceive Sukuk and Convetional Bond as Different Financing Instruments? BOFIT Discussion Paper 6/2011, Bank of Finland, BOFIT, Institute for Economies in Transition, diakses tanggal 10 Mei Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Cetakan I, Jakarta: Kencana, Hull, John C., Fundamental of Options and Options Markets. 5 th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc., 2005 Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, Muhammed Hashim Kamali (a), Islamic Commercial Law: Analysis of Options, American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 14, (b), Islamic Commercial Law: Analysis of Futures and Options, (United Kingdom, Cambridge: Islamic Texts Society Publisher, 2000), pp Jusmaliani, dkk., Investasi Syari ah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, Cetakan I, Yogyakarta: Kreasi Wacana, McMillen, Michael J.T., Islamic Capital Market: Market Development and Conceptual Evolution in the First Thirteen Years, diakses tanggal 9 Maret 2012.

12 Najeeb, Syed Faiq, Islamic Capital Market: An Exploratory Study on Investor Rationality, University of Nottingham Malaysia, diakses tanggal 9 Juni Nasaruddin, Irsan., dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Cetakan Kedua, Jakarta: Penerbit Prenada Media, Obaidullah, Mohammed (a), Islamic Financial Services. (Jeddah, Saudi Arabia: Islamic Economic Research Centre, King Abdulaziz University, 2005) (b), Financial Options in Islamic Contracts: Potential Tools for Risk Management. J.KAU: Islamic Econ, Vol. 11, pp. 3 26, Safari, Meysam, Are Sukuk Securities the Same as Conventional Bonds?, Working Paper Januari 2011, diakses tanggal 6 Juni Said, Salmah, Derivatives Instruments and Islamic Scholars Viewpoint, Jurnal Bisnis dan Manajemen Informatika, Vol. 4. No. 2, Edisi Mei, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNHAS, Salehabadi, Ali and Muhammad Aram. Islamic Justification of Derivative Instruments. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 4 No. 3, Saputra, Bambang, Pasar Modal Syariah Indonesia: Alternatif Instrumen Investasi, Makassar: Penerbit ADEI, Satrio, Saptono Budi, Optimasi Portofolio Saham Syariah (Studi Kasus Bursa Efek Jakarta Tahun ), Tesis Program Pascasarjana PSKTTI-UI Jakarta, Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan I, Jakarta: Kencana, Susanto, Burhanuddin, Pasar Modal Syariah: Tinjauan Hukum, Cetakan Pertama, Yogyakarta: UII Press, 2009.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupak an subset dari

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupak an subset dari BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Jakarta Islamic Index Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ yang bekerja sama dengan Danareksa Investment Management

Lebih terperinci

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES 20 BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES A. Pasar Modal Syariah 1. Pengertian Pasar Modal Syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)

Lebih terperinci

PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. FENOMENA DI INDONESIA Dalam perjalanannya, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan, sebagai gambaran setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah investasi lebih populer dalam dunia usaha, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah investasi lebih populer dalam dunia usaha, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini istilah investasi dan penanaman modal merupakan dua istilah yang cukup dikenal dalam kegiatan bisnis dan kegiatan perundangundangan. Istilah investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memerlukan dana yang bersumber dari luar perusahaan untuk pengembangan usahanya. Dana luar itu, selain berupa pinjaman dari bank dapat pula dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal atau bursa efek merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Peran pasar modal sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Lebih terperinci

CERDAS INVESTASIKU, CERAH MASA DEPANKU BURSA EFEK INDONESIA

CERDAS INVESTASIKU, CERAH MASA DEPANKU BURSA EFEK INDONESIA CERDAS INVESTASIKU, CERAH MASA DEPANKU Potret diri kita? Bergantung terhadap pekerjaan tetap saat ini Merasa hidup saat ini sangat nyaman Hasil survey Boston Consulting Group: 90% warga Indonesia mengatakan

Lebih terperinci

-2- a. memperluas cakupan pihak yang wajib menggunakan Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan; b. memperluas cakupan jenis Ef

-2- a. memperluas cakupan pihak yang wajib menggunakan Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan; b. memperluas cakupan jenis Ef TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Efek. Syariah. Kriteria. Penerbitan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 137) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antar suatu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha, perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha, perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalankan usaha, perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan operasinya. Sumber pembiayaan yang sering digunakan oleh perusahaan ada tiga macam, yaitu saham,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan pasar modal dalam aktifitas perekonomian sebuah negara sangat penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk membesarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syari ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syari ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga keuangan syari ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi yang berbasis pada investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, perkembangan suatu negara bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, perkembangan suatu negara bisa juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Di zaman modern seperti saat ini, perkembangan suatu negara bisa juga diamati melalui kinerja pasar modalnya, hampir semua negara di dunia memiliki pasar modal, baik

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERBITAN OBLIGASI SYARIAH IJARAH DI INDONESIA PERIODE PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERBITAN OBLIGASI SYARIAH IJARAH DI INDONESIA PERIODE PENELITIAN UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI SKRIPSI ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERBITAN OBLIGASI SYARIAH IJARAH DI INDONESIA PERIODE PENELITIAN 2003-2007 Diajukan Oleh : Devi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban akan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebangkitan industri keuangan syariah di tengah-tengah dominasi industri keuangan konvensional yang beberapa dekade terakhir mengalami keruntuhan akibat guncangan ekonomi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 11: Pasar Modal Syariah (PMS) Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Definisi PMS Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dana pada surat berharga (financial asset) yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dana pada surat berharga (financial asset) yang diharapkan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset berupa harta maupun dana pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan pasti akan membutuhkan dana sebagai modal tambahan untuk menjalankan operasinya. Modal yang digunakan oleh perusahaan tersebut dapat berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu jawaban, sekaligus tantangan akan kebutuhan masyarakat dunia terhadap

I. PENDAHULUAN. suatu jawaban, sekaligus tantangan akan kebutuhan masyarakat dunia terhadap 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan industri keuangan syariah di tengah-tengah dominasi industri keuangan konvensional yang mulai goyah akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu indikator penentu kemajuan perekonomian suatu negara, di karenakan pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

Lebih terperinci

PEMIKIRAN FUQAHA DAN FATWA ULAMA TENTANG INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH

PEMIKIRAN FUQAHA DAN FATWA ULAMA TENTANG INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH PEMIKIRAN FUQAHA DAN FATWA ULAMA TENTANG INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH Oleh: Arsan Ulimatua Batubara Advokat dan Dosen STIKes Hang Tuah Pekanbaru Email: au.batubara01@gmail.com Abstrak Dalam literatur

Lebih terperinci

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pasar Modal Syariah a. Pengertian Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN INVESTASI. SUTIA BUDI E: W: sutiabudi.wordpress.com STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

MANAJEMEN INVESTASI. SUTIA BUDI E: W: sutiabudi.wordpress.com STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA MANAJEMEN INVESTASI SUTIA BUDI E: sutia_budy@yahoo.com W: sutiabudi.wordpress.com STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA INVESTMENT MANAGEMENT Session 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times Chapter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (www.bapepam.go.id).

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (www.bapepam.go.id). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang terjadi di setiap negara menimbulkan globalisasi yang berdampak pada hubungan antara negara satu dan lainnya. Sebagai contoh adalah pasar

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi industri perbankan

Lebih terperinci

1.2 Latar Belakang Penelitian

1.2 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Obyek Studi Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi berbasis syariah (Islam) yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu maupun institusi melakukan investasi untuk mewujudkan tujuan mereka di masa depan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini menuntut terbentuknya berbagai lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan fasilitas kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Konsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam instrumen keuangan seperti hutang (obligasi), saham, instrumen

BAB I PENDAHULUAN. macam instrumen keuangan seperti hutang (obligasi), saham, instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai macam instrumen keuangan seperti hutang (obligasi), saham, instrumen derivatif dan instrumen lainya, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah demi menarik perhatian masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah demi menarik perhatian masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam, menginspirasi berbagai Lembaga Keuangan untuk menerapkan dan menggunakan sistem ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang 12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Jakarta Islamic Indeks Jakarta Islamic Index adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Badan Pengawas Pasar Modal)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Badan Pengawas Pasar Modal) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya, perusahaan dapat memilih beberapa alternatif sumber dana tambahan yang ada, antara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan wadah bagi pemilik modal (investor) untuk melakukan investasi dan salah satu alternatif untuk melakukan pembiayaan. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang perilaku, etika, dan moral yang tidak bisa dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak mulai didirikannnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 maka ekonomi syariah mulai banyak dikenal masyarakat dan mengalami perkembangan yang diharapkan

Lebih terperinci

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH Training of Trainer Modul Regulasi di Pasar Modal Syariah 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang

Lebih terperinci

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL)

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) Oleh: DEDEN MULYANA Disampaikan pada Seminar Bulanan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi 15 Mei 2013 Pendahuluan Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari pasar modal oleh para pemodal (investor), baik informasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari pasar modal oleh para pemodal (investor), baik informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal membawa peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat dipandang sebagai salah satu barometer kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Seorang investor harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Seorang investor harus mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu alternatif untuk menanamkan modal demi mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Seorang investor harus mampu menilai suatu investasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 13: Reksadana Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Definisi Inggris unit Trust unit (saham) kepercayaan Amerika mutual fund dana bersama Jepang investment fund pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin menarik investor untuk melakukan investasi. Investasi membutuhkan informasi yang memadahi sebagai dasar pengambilan keputusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri yang terus berkembang di dunia, rata-rata pertumbuhan industri keuangan

BAB I PENDAHULUAN. industri yang terus berkembang di dunia, rata-rata pertumbuhan industri keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam satu dasawarsa terakhir, industri keuangan syariah merupakan industri yang terus berkembang di dunia, rata-rata pertumbuhan industri keuangan syariah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: kinerja perusahaan, pengumuman penerbitan sukuk, pengumuman

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: kinerja perusahaan, pengumuman penerbitan sukuk, pengumuman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran strategis bagi perekonomian nasional. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan dan wahana investasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak atau batil. Rasul SAW selalu menganjurkan kepada umatnya agar

BAB I PENDAHULUAN. hak atau batil. Rasul SAW selalu menganjurkan kepada umatnya agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal memiliki peranan yang cukup penting karena pasar modal dapat dijadikan indikator keadaan perekonomian suatu negara. M elalui pasar modal,

Lebih terperinci

INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH

INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH Mengapa Perlu Berinvestasi? PASAR MODAL Pasar Modal adalah mekanisme transaksi jual beli efek antara penjual dan pembeli (individu, korporasi, pemerintah) Pasar perdana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 1 Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal atau Capital market merupakan pasar yang. memperdagangkan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal atau Capital market merupakan pasar yang. memperdagangkan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal atau Capital market merupakan pasar yang memperdagangkan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock)

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh perkembangan pasar modal, maka saham telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh perkembangan pasar modal, maka saham telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis di Indonesia yang didukung oleh perkembangan pasar modal, maka saham telah menjadi alternatif yang menarik bagi investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga perlu adanya usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut adanya suatu industri sektor perekonomian yang sehat, tangguh, dan berperan. Mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO)

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) 2.1. Proses Bisnis 2.1.1. Deskrisi Bisnis PT Danareksa (Persero) mempunyai dua deskripsi bisnis utama yang merupakan bisnis inti dari perusahaan. Yang pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan untuk mencari model ekonomi yang lebih komprehensif.salah satu alternatif pilihan adalah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi kesalahan dalam menjalankannya, dibutuhkan rasio keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi kesalahan dalam menjalankannya, dibutuhkan rasio keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sudah menjadi alternatif bagi investor yang ingin menanamkan modalnya dengan harapan mendapatkan keuntungan dan menjadi fasilitas bagi emiten yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan kekuatan ekonomi global di Asia. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang telah menembus angka US$ 1 trilyun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ekonomi syariah di dunia, ekonomi syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan pasar modal syariah

Lebih terperinci

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1 Penelitian Terdahulu 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan dalam penlitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan Pembayaran Imbalan yaitu Sukuk Negara Ritel mencerminkan besaran sewa yang mejadi hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian global yang mengalami tekanan akibat krisis menghadapkan perekonomian Indonesia pada beberapa tantangan yang tidak ringan pada tahun 2009.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasar Modal (UUPM), Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya

IV. GAMBARAN UMUM. Pasar Modal (UUPM), Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya 72 IV. GAMBARAN UMUM Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya Reksadana berbentuk Perseroan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Perbandingan imbal..., Muhariandi Rachmatullah, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Perbandingan imbal..., Muhariandi Rachmatullah, FISIP UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dunia harus bekerja untuk mendapatkan suatu penghasilan bagi dirinya. Dengan bekerja, setiap individu akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana (investor). Investee menjual

Lebih terperinci

PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA

PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA Jurnal HIKAMUNA PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA Ahmad Nazir, S.Sos., M.Si Dosen Tetap Universitas Pamulang Email: nazimangkurat@gmail.com Abstract Islamic capital market to function as an investment medium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

Lebih terperinci

Proses Bank Syariah Go Publik

Proses Bank Syariah Go Publik Proses Bank Syariah Go Publik Go Publik adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang

Lebih terperinci

BAHAN BACAAN - Ahmed, Habib, 2002, A Microeconomic Model of An Islamic Bank

BAHAN BACAAN - Ahmed, Habib, 2002, A Microeconomic Model of An Islamic Bank Rencana Pembelajaran Semester (RPS) SKS : 3 Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Program Studi Semester : Seminar Perbankan Syariah : BS604 : Magister Manajemen : Ganjil DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah Seminar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam mekanisme investasi tersebut sehingga dengan sendirinya ia

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam mekanisme investasi tersebut sehingga dengan sendirinya ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan mengembangkan harta kekayaan dengan cara-cara tertentu yang mengakibatkan aktivitas dan risiko. Dimana pemilik modal (investor)

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN DI PT. DANAREKSA SURABAYA. A. Gambaran Umum PT. Danareksa Surabaya

BAB III MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN DI PT. DANAREKSA SURABAYA. A. Gambaran Umum PT. Danareksa Surabaya BAB III MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN DI PT. DANAREKSA SURABAYA A. Gambaran Umum PT. Danareksa Surabaya 1. Profil PT. Danareksa Surabaya a. Identitas Persero PT. Danareksa Persero, merupakan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Salah satu pilihan bagi para investor tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Salah satu pilihan bagi para investor tersebut adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern seperti saat ini, banyak sekali pilihan bagi para investor untuk menginvestaikan uangnya dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian suatu negara biasanya dapat dilihat dari keberadaan suatu pasar modal. Sebuah negara industri maju maupun negara industri baru selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi ekonomi, globalisasi teknologi, globalisasi keuangan, dan lain-lain. Globalisasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin lama semakin berkembang pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin lama semakin berkembang pesat. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal di Indonesia semakin lama semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang mendaftarkan diri ke bursa efek

Lebih terperinci

Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera

Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera Investasi Untuk Pembangunan Bangsa Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH Gedung A.A. Maramis II Lantai

Lebih terperinci

Dow Jones Islamic Market Indexes)

Dow Jones Islamic Market Indexes) Jurnal Perbankan Syariah Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN: 2527-6344 REKONSTRUKSI KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-180/BL/2009 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH (Perbandingan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUKUK IJĀRAH AL-MUNTAHIYA BITTAMLIK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS SUKUK IJĀRAH AL-MUNTAHIYA BITTAMLIK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 61 BAB IV ANALISIS SUKUK IJĀRAH AL-MUNTAHIYA BITTAMLIK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Aplikasi Perdagangan Sukuk Ijārah Al-Muntahiya Bittamlik di Bursa Efek Indonesia Pada dasarnya segala bentuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. risiko. Upaya meminimalisir risiko adalah salah satu kajian utama yang kerap

BAB I PENDAHULUAN. risiko. Upaya meminimalisir risiko adalah salah satu kajian utama yang kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia investasi merupakan salah satu fenomena paling menarik dalam perekonomian global dan lokal. Akan tetapi sistem investasi tidak lepas dari risiko. Upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak krisis Pasar Modal di Indonesia boleh dikatakan memiliki umur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak krisis Pasar Modal di Indonesia boleh dikatakan memiliki umur yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pasar modal Indonesia telah tumbuh dengan pesat dan semakin maju sejak krisis 1998. Pasar Modal di Indonesia boleh dikatakan memiliki umur yang cukup panjang

Lebih terperinci