METODE ANALISIS URIN HENDRA WIJAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE ANALISIS URIN HENDRA WIJAYA"

Transkripsi

1 METODE ANALISIS URIN HENDRA WIJAYA

2 Daftar isi Halaman 1. Pendahuluan Pemeriksaan Visual dan Fisik: Volume Warna Urin Bau Urin Berat Jenis Urin Kadar Padatan Urin ph Urin Penentuan Protein dalam Urin Penentuan Glukosa dalam Urin Penentuan Keton dalam Urin Penentuan Darah dalam Urin Penentuan Bilirubin dan Urobilinogen (Pigmen empedu) dalam Urin i

3 1. Pendahuluan Pemeriksaan air kemih atau urina sebagai salah satu cara untuk membantu menetapkan diagnosis berbagai penyakit telah dilakukan selama berabad-abad oleh praktisi kesehatan. Beberapa metode pemeriksaan yang hingga kini masih dijalankan tergolong cara yang tradisional, seperti misalnya mengamati penampakan dan bau contoh urina dan juga pemeriksaan mikroskop terhadap endapan di dalamnya. Sedangkan yang relatif baru ialah penggunaan batang/kertas celup (dipstick/test strip) untuk menandai atau mengukur (semikuantitatif) beberapa golongan senyawa dan juga dalam mengukur osmolalitas urina sebagai petunjuk atas konsentrasi zat linarut total. Meskipun tidak 'kuantitatif, pemeriksaan visual dan mikroskop tidak boleh diabaikan karena dapat mengandung informasi klinis yang berguna untuk diagnosis penyakit. Urinalisis rutin biasanya terdiri atas pemeriksaan air kemih di pagi hari (bangun tidur) terhadap warna, bau, berat jenis, atau osmolalitas: dapat juga dilakukan berbagai uji kualitatif atau pun semikuantitatif untuk ph, protein, glukosa atau gula pereduksi, badan-badan keton, darah dan mungkin juga biltrubin. Urobilinogen, dan nitrit; dan pemeriksaan mikroskop terhadap endapan di dalam urin. 1

4 2. Pemeriksaan Visual dan Fisik: Volume Informasi mengenai banyaknya air kemih yang diproduksi sehari-hari dapat menjadi petunjuk ada tidaknya gangguan fungsi/penyakit ginjal, akan tetapi penentuan volumenya memerlukan pengumpulan contoh dalam jangka waktu tertentu dan dalam jumlah yang cukup banyak. Luaran air kemih harian bergantung pada banyaknya asupan cairan dan juga kontrol oleh hormon. Namun demikian untuk mudahnya patut diingat-ingat bahwa rerata ekskresi urina orang dewasa berkisar 1 ml/menit atau kira-kira 1400±800 ml/24 jam. Oligouria terjadi bila eksresi urina menurun/lebih sedikit dari normal; sedangkan poliuria terjadi bila jumlah urina yang dikeluarkan meningkat. Penyebab oligouria terletak antara lain: sebelum melewati ginjal (tekanan darah rendaf, syok.perdarahan, kurang cairan), pada ginjal (nekrosis tubula akut, keracunan senyawa tertentu, penyakit vaskular ginjal, pengendapan zat tertentu dalam nefron). atau setelah ginjal (batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, pembesaran prostat). Sedangkan poliuria dapat disebabkan oleh: ekskresi zat linarut yang berlebihan, keluarnya air dalam volume banyak (setelah konsumsi garam berlebihan. Dan pada penyakit diabetes mellitus yang disertai glikosuria), defisiensi hormone antidiuretik (ADH), atau terlalu banyak menelan cairan atau senyawa diuretik. 2

5 3. Warna Urin Sangat penting untuk memperhatikan warna air kemih yang tidak biasa (abnormal). Adanya darah segar atau hemoglobin dapat menyebabkan warna kemerahan, sedangkan darah yang sudah lama menyebabkan warna yang keruh pada air kemih; keduanya menjadi petunjuk terjadinya pendarahan pada saluran urogenitalia. Pigmen empedu mengakibatkan air kemih berwarna kehijauan, coklat, atau kuning tua yang menandakan gangguan fungsi hati atau saluran empedu. Air kemih yang berwarna coklat tua dapat disebabkan oleh adanya asam homogentisat yang diproduksi oleh penderita penyakit genetis langka, yaitu alkaptonuria. Obat-obatan atau zat pewarna tertentu mungkin saja mengubah warna urina. 3

6 4. Bau Urin Air kemih segar memiliki bau yang khas yang dapat dipengaruhi oleh makanan tertentu, seperti asparagus. Pada asidosis diabetes, mungkin urina akan beraroma buah-buahan yang disebabkan oleh asam-asarn keto dan aseton. Pada penyakit maple syrup, yaitu suatu penyakit genetis yang langka, urina berbau seperti gula karamel atau sirup mapel. Bila contoh urina sudah lama, atau bila ada infeksi bakteri proteus, biasanya tercium bau amonia yang menyengat. Bau busuk menandakan telah terjadi dekomposisi oleh bakteria karena contoh urina dibiarkan terlalu lama tanpa disimpan dalam lemari pendingin 4

7 5. Berat Jenis Urin Berat Jenis (BJ). Berat jenis urina bergantung pada jumlah gram zat terlarut yang diekskresikan per liternya. BJ memberi informasi tentang kemampuan ginjal untuk memekatkan filtrat glomerulus. Nilai fisiologis BJ berkisar dari 1,003 hingga 1,032, namun contoh urin usia 24 jam biasanya antara Urina paling pekat diperoleh di pagi hari. Pada penyakit tubula ginjal, kemampuan memekatkan filtrat paling cepat hilang. BJ dapat diukur secara langsung menggunakan urinometer atau secara tak langsung dari penentuan indeks refraktif dengan refraktometer. Cara kerja: Tuangkan urin yang akan diperiksa ke dalam gelas ukur atau tabung urinometer. Apungkan urinometer di dalam tabung yang telah berisi cairan urin. Alat ini harus terapung bebas, tidak menempel pada dinding tabung. Cara membaca berat jenis: Pembacaan BJ ditentukan dengan menentukan skala pada urinometer yang berhimpit dengan dasar meniskus urin. Bila urin berbuih, gunakan kertas saring untuk menghilangkannya. Beberapa alat urinometer telah ditera pada suhu tertentu. 5

8 6. Kadar Padatan Urin Kalikan dua angka terakhir BJ urina dengan 2,6 (Koefisien Long) maka akan diperoleh kadar padatan, di dalam gram per 1000/mL urina. Kadar ini hanya perkiraan kasar. Contoh. BJ urin 1.025; dua angka terakhir = 25 Kadar padatan = 25 x 2.6 gram = 56 gram/1000 ml 6

9 7. ph Urin Urin manusia mempunyai ph fisiologis berkisar antara 4,6 hingga 8,0 dengan rerata sekitar 6,0. Kelaparan dan ketosis meningkatkan keasaman urin. Sangat tidak lazim urin bersifat basa, kecuali pada kondisi tertentu seperti alkalosis, terlalu banyak mengkonsumsi senyawa basa seperti obat untuk penderita tukak lambung, atau adanya bakteri dalam urin yang menghasilkan amonia. Penentuan ph dapat dilakukan dengan kertas celup yang mengandung indikator asam/basa atau kertas indikator ph komersil. Cara kerja: Ambil secarik kertas lakmus biru atau merah dan celupkan ke dalam urin yang akan diperiksa. Perhatikan perubahan warna kertas tersebut: o Lakmus biru berubah menjadi merah, urin bersifat asam o Lakmus merah berubah menjadi biru, urin bersifat basa Ambil kertas indikator ph universal dan celupkan ujungnya sekejap ke dalam urin contoh. Warna yang timbul dibandingkan dengan warna yang tertera pada skala ph yang sama 7

10 8. Penentuan Protein dalam Urin Setiap hari sedikit protein (50mg-150mg/24 jam) akan terdapat di dalam urina normal. Sebagian protein tersebut berasal dari albumin yang disaring di dalam glomerulus tetapi tidak diserap di dalam tubula, sedangkan sisanya adalah glikoprotein dari lapisan sel saluran urogenitalia. Normalnya jumlah protein dalam urina kurang dari 10 mg/dl dan tidak akan terdeteksi dengan metode urinalisis yang biasa digunakan. Proteinuria (adanya protein dalam jurnlah yang, dapat terdeteksi) biasanya menjadi petunjuk adanya luka pada membran glomerulus sehingga terjadi filtrasi atau lolosnya molekul protein ke dalam air kemih. Keadaan ini harus dibedakan dengan proteinuria sementara yang mungkin terjadi pada keadaan demam atau keadaan lain yang tidak membahayakan (disebut proteinuria ortostatis). Uji Koagulasi dengan pemanasan. Urin contoh disaring lebih dahulu, pipet sebanyak 5 ml dan panaskan sampai mendidih. Kekeruhan yang timbul dan berwarna putih dapat disebabkan oleh pretein, tetapi bisa juga oleh fosfat. Tambahkan 1-3 tetes asam asetat 6%. Bila cairan menjadi jemih kembali maka kekeruhan disebabakan oleh fosfat. Bila setelah penambahan asam itu kekeruhan makin nyata, penyebabnya adalah protein di dalam urina. Perkiraan kadar protein dalam air kemih menurut uji ini: Cairan tetap jernih seperti awalnya = negatif (-) Kekeruhan sangat tipis (±) = ± 0.01% Kekeruhan jelas terlihat (+) = mg/dl Kekeruhan lebih banyak (sedang) (++) = mg/dl Sangat keruh (+++) = mg/dl Ada endapan (++++) = 500 mg/dl atau lebih 8

11 Uji Bang Pipet 5 ml urin yang telah disaring lalu tambah dengan 2 ml pereaksi Bang, campur baik-baik dan panaskan. Bandingkan uji ini dengan uji koagulasi. Pereaksi Bang adalah larutan bufer asetat ph 4.7. Uji Asam Sulfosalisilat Pipet urin yang telah disaring sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi dan miringkan tabung tersebut. Tambahkan perlahan-lahan pada dinding tabung reaksi 3 tetes pereaksi (25% asam sulfosalisilat). Asam ini akan membentuk lapisan di bawah cairan urina; jangan digoyang/dicampur. Perhatikan setelah 1 menit kekeruhan yang timbul di pertemuan antara lapisan asam dan urina. Kekeruhan yang sangat tipis, hampir tak terlihat = ± (biasanya 5 mg/dl) Kekeruhan selanjutnya = 1+ hingga 4+ 9

12 9. Penentuan Glukosa dalam Urin Glukosuria. Glukosa dapat ditemukan di dalam air kemih sebagai akibat dari penyakit ginjal, namun hal ini sangat jarang terjadi. Umumnya pemeriksaan gula di dalam urina dilakukan untuk menduga adanya penyakit diabetes atau untuk memantau khasiat pengobatan insulin pada penderita diabetes. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun enzimatis. Pada prinsipnya secara kimiawi suatu larutan basa CuSO 4 yang panas akan mengoksidasi semua gula pereduksi dan membentuk endapan Cu 2 O warna merah bata hingga kuning. Sedangkan metode enzimatis yang sering digunakan ialah menggunakan batang celup yang mengandung enzim glukosa oksidase dan peroksidase serta dua senyawa kimia lain, yaitu suatu peroksida organik dan o- tolidina, suatu donor hidrogen yang tak berwarna tetapi berubah menjadi biru bila dioksidasi (kehilangan 2 atom H-nya). Glukosa oksidase mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan H 2 O 2. Setelah itu H 2 O 2 diurai oleh peroksidase menjadi H 2 O dan terjadi oksidasi terhadap o-tolidina menjadi pigmen biru. Enzim ini sangat spesifik untuk beta-glukosa, namun reaksinya dapat dihambat oleh asam askorbat atau asam urat di dalam urina sehingga menghasilkan reaksi negatif yang semu (false negative) Uii Benedict Pipetlah tepat 5 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi yang bersih dan tambahi 8 tetes urina yang sudah disaring. Panaskan di atas nyala Bunsen hingga mendidih, dinginkan, dan perhatikan perubahan warna larutan. Adanya gula pereduksi dapat dilihat bila larutan berubah warna dari hijau-kuning-merah bata. Warna biru (tanpa endapan) = (-) Biru kehijauan = (+) atau 0.5 g/dl Hijau = (++) Hijau kekuningan = (+++) Kuning kemerahan = (++++) Merah bata = (+++++) 10

13 Catatan Urina yang mengandung protein harus diendapkan dahulu proteinnya dengan pereaksi Bang: pipet 4 ml urina dan tambahi 2 ml pereaksi Bang, kocok, panaskan, lalu saring. Filtrat yang jernih uji dengan pereaksi Benedict. Sedangkan urina yang basa harus dinetralkan dulu dengan asam asetat 6%. Uji ini tidak spesifik untuk glukosa 11

14 10. Penentuan Keton dalam Urin Ketonuria. Badan-badan keton tidak ditemui dalam air kemih orang sehat dengan menu seimbang. Akan tetapi senyawa ini mungkin terdapat dalam urina penderita diabetes yang tak diobati, pada orang yang tidak makan beberapa hari lamanya, atau yang tengah berdiet kaya lemak rendah karbohidrat. Metode yang paling lazim dipakai untuk mendeteksi senyawa keton dalam urina berdasar pada reaksi antara natrium nitroprusida dan asetoasetat atau aseton dalam suasana basa; hasilnya senyawa berwarna merah muda keunguan (lavender), Betahidroksibutirat tidak bereaksi dengan pereaksi ini Uji Rothera Pipet 5 ml urina, tambahi kristal amonium sulfat sampai jenuh. Setelah itu tambahi dengan 2-3 tetes larutan natrium nitroprusida 5% dan 1-2 ml amonia pekat. Perhatikan warna yang terbentuk. 12

15 11. Penentuan Darah dalam Urin Terdapat dua kemungkinan ditemukannya darah di dalam air kemih: pertama, hematuria yakni adanya sel darah merah (eritrosit) dalam air kemih; dan yang ke dua, hemoglobinuria yaitu bila air kemih mengandung hemoglobin. Hematuria umumnya disebabkan oleh adanya luka di organ/saluran setelah ginjal (ureter, kandung kemih, uretra). Sel-sel darah merah dapat langsung dilihat di bawah mikroskop setelah urina disentrifus lebih dahulu. Terjadinya hemoglobinuria menandakan hemolisis dalam aliran darah di dalam saluran kemih. Gejala ini lazim menyertai berbagai penyakit ginjal atau penyakit pada saluran kemih. Darah (sel darah atau hemoglobin) yang jumlahnya sangat sedikit dalam air kemih (hingga tidak terlihat mengubah warna air kemih) masih dapat dideteksi secara enzimatis dengan kertas/gagang yang mengandung senyawa peroksida. Hemoglobin akan betindak sebagai enzim yang menguraikan senyawa peroksida, dalam proses ini akan terjadi oksidasi terhadap donor hidrogen yang ditambahkan (o-tolidin) ke dalam sistem, sehingga akan terbentuk warna biru. Cara kimiawi menggunakan prinsip yang sama, hanya cara ini tidak terlalu sensitif karena memerlukan hemoglobin yang relatif cukup banyak untuk menimbulkan hasil positif. Uji Benzidin (Uji Peroksidase) Ke dalam 3 ml larutan benzidin 1% tambahka.n 1 ml H % dan campur baik-baik dengan cara memindah-mindahkan larutan antara dua tabung reaksi, selanjutnya dibagi ke dalam dua tabung reaksi tersebut. Teteskan urina ke dalam salah satu tabung, sedang tabung yang lain gunakan sebagai blanko. Perhatikan perubahan warna yang terjadi dan bandingkan dengan blanko. 13

16 12. Penentuan Bilirubin dan Urobilinogen (Pigmen empedu) dalam Urin Bilirubin, merupakan pigmen empedu utama, terbentuk dari penghanghancuran hemoglobin yang berasal dari eritrosit yang telah usang. Dalam prosesnya bilirubin harus dibuang ke luar tubuh; untuk itu metabolisme di dalam hepatosit akan mengubahnya menjadi bilirubin diglukuronida (bilirubin ester) yang larut air untuk dikeluarkan bersama cairan empedu. Di usus besar bilirubin ester akan direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, pigmen tak bewarna; sebagian akan diserap-balik melalui vena porta ke hati, urobilinogen yang tidak diserap-balik ke hati akan teroksidasi sebagian menjadi urobilin dan pigmen berwarna kecoklatan lainnya untuk dikeluarkan bersama tinja. Ada sebagian kecil (1%) urobilinogen akan dikeluarkan melalui ginjal bersama air kemih. Oleh karena itu bilirubin tidak akan terdeteksi di dalam air kemih individu normal dan sehat. Adanya bilirubin dalam air kemih menandakan adanya gangguan patologis pada hati atau sistem empedunya. Biasanya yang ditemui adalah bentuk larut-nya yaitu bilirubin ester. Sebaliknya pada individu yang sehat akan terdapat urobilinogen dalam air kemihnya sebagai hasil metabolisme bilirubin. Kira-kira sebanyak 1-4 mg/24 jam uribilinogen dikeluarkan dalam air kemih. Jumlah ini akan meningkat pada penyakit hemolisis (karena meningkatnya sintesis bilirubin), pada penyakit hemolisis (akibai berkurangnya serap-balik oleh hepatosit), dan pada gagal jantung. Adanya sumbatan oleh batu empedu, baik di kantung mau pun di saluran empedu, akan menurunkan bahkan menihilkan urobilinogen dalam air kemih. Uji Bilirubin metode Hyman vd Bergh Sebanyak 5 ml pereaksi diazo yang masih segar ditambah 5 ml urin beralkohol, bubuhi setetes amonia pekat. Adanya bilirubin ditunjukkan oleh timbulnya warna merah eosin. Catatan: Reaksi ini kurang spesifik karena bila urina terlalu basa atau terlalu asam, zat lain daiam urina juga akan memberi warna merah yang sama. 14

17 Uji Bilirubin metode Harrison modifikasi Watson & Hawkinson Rendam kertas saring yang agak tebal dalam larutan barium klorida jenuh, keringkan, dan guntinglah menjadi potongan kecil memanjang. Celupkan setengah bagian bawah potongan kertas tersebut dalam urina, lalu angkat. Setetes pereaksi Fouchet (1 gram feriklorida dilarutkan dalam cairan TCA 25% hingga 100 ml) dibubuhkan pada batas antara bagian yang basah dan yang kering pada potongan kertas tersebut. Adanya bilirubin ditunjukkan oleh warna hijau atau biru. Intensitas warna dipengaruhi oleh banyak sedikitnya bilirubin yang ada dalam urina. Uji Urobilinogen and urobilin metode Schlessinger Pipet 5 ml urin and tambahi 5 ml suspensi Zn-asetat jenuh beralkohol. Tetesi dengan sedikit amonia, kocok and diamkan sebentar. Selanjutnya saringlah dengan kertas saring kering, tampung filtratnya. Amati ada tidaknya fluorosensi pada filtrat; hal nii disebabkan oleh adanya urobilin. Urobilinogen tidak memberi fluoresensi, tetapi setelah dibubuhi beberapa tetes larutan Lugol akan menghasilkan fluorosensi juga. Hasilnya akan lebih nyata bila menggunakan lampu UV. 15

18 13. Penentuan Kalsium dalam Urin Pemeriksaan terhadap jumlah kalsium yang dikeluarkan dengan urin dapat dilakukan dengan cara mudah memakai reagens Sulkowitch (asam oxalat 2,5 g; amoniumoxalat 2,5 g: asam, acetat glacial 5,0 ml dan aquadest ad 150 ml). Untuk pemeriksaan ini diperlukan urin 24 jam, sedangkan penderita diberi makanan yang tidak mengandung kalsium. Reagens ini mengendapkan kalsium dalam bentuk Kalsiumoxalat tanpa kalsiumfosfat oleh ph reagens itu. Percobaan menurut Sulkowitch ini berguna dalam kelainan faal gl. parathyreoidea dan gangguan metabolismus kalsium pada umumnya. Cara Sulkowitch 1. Masukkanlah 3 ml urin ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi. Tabung reaksi kedua hanya dipakai selaku kontrol. 2. Tambahlah kepada tabung pertama 3 ml reagens Sulkowitch, campur dan biarkan selama 2-3 menit. 3. Bacalah hasil secara semikuantitatif. Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan terjadi Positif (1 +) : kekeruhan yang halus Positif (+ 2) : kekeruhan sedang Positif (3 +) : kekeruhan agak berat yang timbul dalam waktu kurang dari 20 detik. Positif (4 +) : kekeruhan berat yang terjadi seketika. Catatan Urin normal menghasilkan positif 1+ Jika hasil test ini negatif, pendapat itu dipertalikan dengan hypocalcemia yang kurang dari 7,5 mg%. Pada hypercalcemia (hyperparathyteoidie) exkresi kalsium bertambah besar dan hasil test ini menjadi 3 + atau 4 + Pemeriksaan ini mudah dapat dilakukan sebagai "bedside test" untuk diagnosa dan mengikuti hasil terapi pada penderita dengan kelainan metabolismus kalsium. 16

19 14. Penentuan Klorida dalam Urin Penetapan jumlah klorida dalam urin 24 jam secara cepat dilakukan menurut Fantus. Pada cara ini dilakukan titrasi memakai perak-nitrat dengan ion kromat sebagai indikator. Cara Fantus tetes urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan memakai pipet tetesan. 2. Cucilah pipet yang dipakai tadi beberapa kali dengan aquadest. 3. Bubuhilah 1 tetes larutan kaliumkromat 20% dengan pipet itu juga. 4. Cucilah lagi pipet itu dengan aquadest. 5. Tambahlah secara bertetesan memakai pipet itu juga, sambil terus-menerus mengocok tabung reaksi larutan perak nitrat 2,9% sampai saat terjadinya warna merah yang menetap. 6. Hitunglah kadar chlorida: jumlah tetes larutan perak nitrat yang dipakai sama dengan jumlah gram NaCl per liter urin. Jika kadar itu hendak disebut dengan milliequivalentper liter, maka angka itu dibagi 58,5 dan dikalikan Catatan Cara kasar ini sering sudah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik jika ingin mengikuti pengeluaran chlorida dari sehari ke sehari. 17

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori : Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

Lebih terperinci

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih 1.PEMERIKSAAN URIN RUTIN A.PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih Alat/ bahan: Pipet tetes Tabung reaksi Refraktometer Kertas lakmus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN

TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN BAB I TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN Tujuan analisis biokimia urin adalah : A. Pemeriksaan fisik Mengamati sifat fisik urin, dari jumlah (volume), warna, buih ketika dikocok, kekeruhan, dan bau. B. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung. Pembahasan benedict Pada praktikum biokimia gizi tentang pemeriksaan kadar glukosa urine dengan metode benedict, kelompok kami menggunakan sampel urine fenti. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI Tujuan: 1. Mempelajari cara menyiapkan olesan bakteri dengan baik sebagai prasyarat untuk memeplajari teknik pewarnaan 2. Mempelajari cara melakukan pewarnaan

Lebih terperinci

Melakukan Uji Protein Urin

Melakukan Uji Protein Urin Melakukan Uji Protein Urin 1. Tujuan : 1. Mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat 2. Mengetahui besarnya kandungan protein yang terdapat pada urin 2. Pendahuluan : Penetapam kadar protein dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel yang digunakan / diperiksa

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin yang disebut juga kemih atau air kencing, adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin sekitar

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PROTEIN A. REAKSI UJI PROTEIN 1. PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM-GARAM

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA Disusun oleh Nama : Gheady Wheland Faiz Muhammad NIM

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Meutia Atika Faradilla (147008014) Sri Wulandari (147008005) Tanggal Praktikum : 10 Maret 2015 Tujuan Praktikum : 1. Memahami prinsip dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : 1. Irmayanti (157008011) 2. Binayanti Nainggolan (157008008) 3. Henny Gusvina Batubara (157008010) Tanggal Praktikum : 31 Maret 2016 Tujuan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Jurnal BIOKIMIA Praktikum ke-2, 2011 KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Riska Pridamaulia, Hafiz Alim, Eka Martya Widyowati, dan Maharani Intan Kartika Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

: Kirana patrolina sihombing

: Kirana patrolina sihombing Laporan Praktikum Biomedik BM 506 Tema : ph Meter, Buffer dan Pengenceran Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/10 Maret 2015 Jam Nama Praktikan Tujuan Praktikum : 10.00 WIB 14.00 WIB : Melya Susanti : Kirana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan kronik metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perkemihan Sistem perkemihan melibatkan kerja beberapa organ yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. 1. Ginjal a. Letak Manusia memiliki 2 buah ginjal. Ginjal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Juwita (127008003) Herviani Sari (127008008) Tanggal Praktikum: 4 Oktober 2012 Tujuan Praktikum: 1. Memahami prinsip dasar larutan buffer

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH I. TUJUAN Untuk mengetahui angka protein loss pada sampel urin II. METODE III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

: Kirana patrolina sihombing

: Kirana patrolina sihombing Laporan Praktikum Biomedik BM 506 Tema : ph Meter, Buffer dan Pengenceran Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/10 Maret 2015 Jam Nama Praktikan Tujuan Praktikum : 10.00 WIB 14.00 WIB : Melya Susanti : Kirana

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI)

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI) MODUL PRAKTIKUM STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI) OLEH : drh. Tri Harjana, M.P. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2008 TOPIK I. STRUKTUR GINJAL

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan HASIL DAN DATA PENGAMATAN 1. Uji molish warna cincin ungu pada batas larutan pati cincin ungu pada batas larutan arabinosa cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ By. Jaya Mahar Maligan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2014 Metode Analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015 LAPORAN PRAKTIKUM NAMA PRAKTIKAN : Nini Chairani (14700801) Zakirullah Syafei (1470080) PRODI : Magister Ilmu Biolmedik JUDUL : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 015

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN A. Tujuan Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin. B.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Pemeriksaan senyawa boraks pada bakso secara kualitatif dilakukan di Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Williem

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208 PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : TAUFIK NOOR KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Dody H. Dwi Tiara Tanjung Laode F. Nidya Denaya Tembaga dalam bahasa latin yaitu Cuprum, dalam bahasa Inggris yaitu Copper adalah unsur kimia yang mempunyai simbol

Lebih terperinci