EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Pemberian Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Terhadap Kinerja Uterus Tikus Ovariektomi adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juli 2008 Adrien Jems Akiles Unitly NRP G

3 3 ABSTRACT ADRIEN JEMS AKILES UNITLY. Soybean Flour and Tempeh Flour Added Effectiveness To Ovariectomy Rat of the performance of uterus. Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI. Soybean is a planted that can be processed become tempeh through the fermentation process. Soybean and tempeh contains isoflavon compound. Isoflavon compound had been proved to have a hormonal effect, especially estrogen effect. The objective of this research are to see how exogenous estrogen that produced by soybean flour and tempeh flour can influence ovariectomy rat of the performance of uterus, and to compare the ovariectomy rat of the performance of uterus fed by soybean flour and tempeh flour using randomized complete design experimental method with 4 block of treatment and 5 repetition. The treatment are nonovariectomy rat fed by pelet/usual woof (Non OV), ovariectomy rat fed by pelet/usual woof (Control), ovariectomy rat fed by 10 g dry weight/100 g body weight/day soybean flour (OV Kd), ovariectomy rat fed by 10 g dry weight/100 g body weight/day tempeh flour (OV Tp). The parameter are of uterus weight, ratio uterus weight and body weight, left uterus length, right uterus length, totally uterus length, nonfat wet weight uterus and nonfat dry weight uterus. The outcome analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and then continued by Duncan Multiple Range Test at 95% confidence interval (5% significance level). Exogenous estrogen that produced by soybean flour and tempeh flour 10 g dry weight/100 g body weight/day within 28 days, influence ovariectomy rat of the performance of uterus. It is showed by the excalation of uterus weight, ratio of uterus weight and body weight, left uterus length, right uterus length, totaly uterus length, nonfat moist weight uterus, and nonfat dry weight uterus that can increase the reproduction. Effect given by Exogenous estrogen of the performance of uterus for the tempeh flour is better than the soybean flour. Keywords : Uterotrophic, Ovariectomy, Soybean, Tempeh, Estrogen, Isoflavon.

4 4 RINGKASAN ADRIEN JEMS AKILES UNITLY. Efektivitas Pemberian Tepung Kedelai dan Tepung Tempe terhadap Kinerja Uterus Tikus Ovariektomi. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI. Kedelai merupakan tumbuhan yang dapat diolah menjadi tempe melalui proses fermentasi. Kedelai dan tempe memiliki senyawa isoflavon. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan estrogen eksogenik yang dihasilkan tepung kedelai dan tepung tempe dapat mempengaruhi kinerja uterus tikus ovariektomi, dan membandingkan kinerja uterus tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan tepung tempe dengan menggunakan metode eksperimental yaitu pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 kelompok perlakuan dan 5 kali ulangan. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yang terdiri dari tahap persiapan tepung kedelai dan tepung tempe. Sampel biji kedelai impor varietas americana diperoleh dari agen pembuatan tempe desa Ciherang, kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor. Kedelai diolah secara fermentasi menjadi tempe kemudian dibuat menjadi tepung kedelai dan tepung tempe dan dianalisis senyawa isoflavon yang terkandung didalamnya. Tahap persiapan hewan model yaitu 20 ekor tikus betina yang terdiri dari 5 ekor tikus nonovariektomi dan 15 ekor tikus ovariektomi. Tahap perlakuan dan pengamatan yaitu 20 ekor tikus betina dikelompokkan dalam empat kelompok dimana masing-masing 5 ekor tikus dalam satu kelompok yang terdiri dari tikus non ovariektomi yang diberi pellet/pakan biasa (Non OV), tikus ovariektomi yang diberi pellet/pakan biasa (Kontrol), tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai 10 g bk/100 g bb/hari (OV Kd), dan tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe 10 g bk/100 g bb/hari (OV Tp). Tahap perlakuan dilakukan selama 28 hari atau 4 (empat) minggu. Perlakuan pemberian tepung kedelai dan tepung tempe dilakukan dengan cara dicekok tiga kali sehari yaitu pagi hari (pukul WIB), siang hari (pukul WIB) dan sore hari (pukul WIB). Sebelum pencekokan tepung kedelai dan

5 5 tepung tempe dibuat seperti bubur dengan penambahan aquades sebanyak 30 ml. Tahap analisis uterus yaitu tikus dibius terlebih dahulu dengan menggunakan eter sampai mati kemudian tikus dibedah dan diangkat uterus. Uterus yang telah diangkat, diukur panjangnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 4, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat basah, selanjutnya uterus diekstraksi dalam etanol 1 x 24 jam dan eter secara bergantian 2 x 24 jam dimaksudkan untuk membebaskan lemak dari uterus, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat basah bebas lemak (BBBL), setelah itu dikeringkan dalam oven 70 0 C selama 2 x 24 jam dan dihaluskan untuk mendapatkan berat kering bebas lemak (BKBL) uterus. Parameter yang diamati adalah perubahan berat badan, berat uterus, rasio berat uterus per berat badan, panjang uterus kiri, panjang uterus kanan, total panjang uterus, berat basah bebas lemak uterus, dan berat kering bebas lemak uterus. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α = 0.05). Estrogen eksogenik yang dihasilkan oleh tepung kedelai dan tepung tempe 10 g bk/100 g bb/hari selama 28 hari, dapat mempengaruhi kinerja uterus pada tikus ovariektomi. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan berat badan pada tikus ovariektomi yang diberi pelet (kontrol) pada minggu kedua. Penurunan berat badan terjadi juga pada tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai pada minggu ketiga, sedangkan pada tikus non ovariektomi dan tikus ovariektomi yang diberi tempe tidak terjadi penurunan berat badan. Pada minggu keempat terjadi peningkatan untuk semua perlakuan bahkan peningkatannya lebih tinggi dari berat badan awal. Perlakuan tikus ovariektomi tempe mengalami pertambahan berat badan pada akhir percobaan lebih tinggi dibandingkan dengan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol. Persentase kenaikan berat badan pada tikus ovariektomi tempe lebih tinggi dari tikus ovariektomi kedelai dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan berat uterus tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe lebih tinggi dibandingkan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai, kontrol dan tikus non ovariektomi sedangkan perlakuan kedelai lebih tinggi dibandingkan kontrol namun lebih rendah dibandingkan tikus non

6 6 ovariektomi. Rasio berat uterus per berat badan tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe lebih tinggi dibandingkan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol namun lebih rendah dibandingkan tikus non ovariektomi. Rasio berat uterus per berat badan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai lebih tinggi dibandingkan kontrol. Panjang uterus kiri pada tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe lebih panjang dibandingkan dengan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol, namun masih lebih pendek bila dibandingkan dengan tikus non ovariektomi. Begitu juga panjang uterus kanan pada perlakuan tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe terlihat lebih panjang dibandingkan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol, namun masih lebih pendek bila dibandingkan dengan tikus non ovariektomi. Secara total panjang uterus tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe terlihat lebih panjang dibandingkan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol, namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan tikus non ovariektomi. Total panjang uterus tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai lebih tinggi dibandingkan kontrol. Berat basah bebas lemak uterus pada tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe lebih tinggi dari pada tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol, tetapi lebih rendah dari tikus non ovariektomi. Pemberian tepung kedelai pada tikus ovariektomi memiliki berat basah bebas lemak uterus lebih tingi dibandingkan kontrol. Berat kering bebas lemak uterus pada perlakuan tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe lebih tinggi dibandingkan tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan kontrol, tetapi lebih rendah dibandingkan tikus non ovariektomi. Pemberian tepung kedelai pada tikus ovariektomi lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol. Efek estrogen eksogenik terhadap kinerja uterus yang lebih baik adalah tepung tempe dibandingkan dengan tepung kedelai. Kata Kunci : Uterus, Ovariektomi, Kedelai, tempe, estrogen, isoflavon

7 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

8 8 EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magíster Sains pada Program Studi Biologi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Drh. S. Hamdani Nasution 9

10 10

11 11 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan Berkat dan AnugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Efektivitas Pemberian Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Terhadap Kinerja Uterus Tikus Ovariektomi, yang dilaksanakan sejak juli 2007 sampai Desember Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Dr. dra. Nastiti Kusumorini selaku komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis. Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Beasiswa Unggulan P3SWOT-DIKNAS, Yayasan Dana Beasiswa Maluku (YDBM) dan Yayasan Satyabhakti Widya yang telah membantu dalam pemberian dana dalam penelitian dan penulisan tesis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan pegawai pada Program Studi Biologi FMIPA-IPB, staf pengajar, pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB, staf laboran pada Laboratorium Gizi dan Pangan FATETA-IPB, staf laboran Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor, dan sahabat terbaik Ibu Safrida dan Ibu Suprihatin yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya serta teman-teman Sub Program Studi Zoologi Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Papa dan Mama, Kakak Joice serta kedua adik Yane dan Christo, juga keluarga besar atas dukungan Doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bogor, Juli 2008 Adrien Jems Akiles Unitly

12 12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ouw pada tanggal 30 Maret 1981 dari ayah Drs. Marthinus Unitly dan ibu Eklefina Silahooy, SPd. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Kristen YPKPM Ambon. Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado, lulus pada tahun Pada tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Biologi Pascasarjana IPB.

13 13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe Isoflavon Biologi Umum Tikus Ovarium Uterus Hormon Estrogen BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Perubahan Berat Badan Berat Uterus dan Rasio Berat Uterus per Berat Badan Panjang Uterus Kiri, Panjang Uterus Kanan dan Total Panjang Uterus Berat Basah Bebas Lemak (BBBL) Uterus dan Berat Kering Bebas Lemak (BKBL) Uterus SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran

14 14 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 15 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kandungan asam amino esensial biji kedelai Komposisi kimia biji kedelai kering per 100 gram Hasil analisis senyawa isoflavon tepung kedelai dan tepung tempe Kandungan senyawa isoflavon tepung kedelai dan tepung tempe Perubahan berat badan tikus Pengaruh perlakuan terhadap rasio berat uterus per berat badan Panjang uterus kiri, panjang uterus kanan dan total panjang uterus Berat basah bebas lemak uterus dan berat kering bebas lemak uterus

16 16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Struktur isoflavon Uterus tikus Bentuk-bentuk estrogen Pengukuran panjang uterus Diagram perubahan berat badan tikus pada minggu pertama sampai minggu keempat Persentase kenaikan berat badan Diagram korelasi persentase kenaikan berat badan terhadap rasio berat uterus per berat badan

17 17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Proses pembuatan tepung kedelai Proses pembuatan tempe Proses pembuatan tepung tempe Prosedur analisis senyawa isoflavon Contoh perhitungan kandungan senyawa isoflavon Kromatogram HPLC standar senyawa isoflavon Kromatogram HPCL tepung kedelai Kromatogram HPCL tepung tempe Analisis statistik persentase perubahan berat badan tikus minggu I Analisis statistik persentase perubahan berat badan tikus minggu II Analisis statistik persentase perubahan berat badan tikus minggu III Analisis statistik persentase perubahan berat badan tikus minggu IV Analisis statistik persentase kenaikan berat badan tikus Analisis statistik berat badan akhir tikus Analisis statistik berat uterus tikus Analisis statistik berat uterus per berat badan tikus Uji korelasi dan regresi persentase kenaikan berat badan terhadap rasio berat uterus per berat badan tikus Analisis statistik panjang uterus kiri tikus Analisis statistik panjang uterus kanan tikus Analisis statistik total panjang uterus tikus Analisis statistik berat basah bebas lemak uterus tikus Analisis statistik kering basah bebas lemak uterus tikus Analisis statistik berat badan tikus minggu I Analisis statistik berat badan tikus minggu II Analisis statistik berat badan tikus minggu III Analisis statistik berat badan tikus minggu IV

18 18 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan Negara megadiversiti yang kaya akan berbagai jenis keanekaragaman hayati, termasuk didalamnya berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Ada berbagai macam jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan misalnya tumbuhan umbi-umbian dan tumbuhan kacang-kacangan. Salah satu tumbuhan kacangkacangan yang dapat dikonsumsi baik secara langsung atau diolah terlebih dahulu adalah kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan termasuk tempe yang diolah melalui proses fermentasi. Tempe mempunyai potensi untuk dikembangkan karena senyawa isoflavon yang dimilikinya. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogen. Aktivitas estrogenik isoflavon diketahui terkait dengan struktur kimianya yang mirip dengan dietylstilbesterol, yang biasanya digunakan sebagai obat yang memiliki sifat estrogenik (Pawiroharsono 2007). Beberapa senyawa nonsteroid yang berasal dari tanaman, ternyata memperlihatkan aktivitas estrogenik, misalnya flavon, isoflavon dan derivate komestan (Tanu 2005). Isoflavon utama yang bersifat fitoestrogen yang terdapat di dalam kedelai dan tempe berada dalam dua bentuk yaitu daidzin dan genistin (bentuk glikosida) serta daidzein dan genestein (bentuk aglikon) (Wuryani 1995). Fitoestrogen yang terkandung dalam isoflavon diketahui dapat mengatasi gejala menopause, mengurangi kadar kolesterol darah (Pakasi 2000), menghambat pertumbuhan kanker (Coward et al. 1993) dan melindungi tulang terhadap proses osteoporosis (Pawiroharsono 2007). Perkembangan uterus, tuba fallopii, vagina, mammae dan tanda-tanda seks sekunder, serta timbulnya naluri dan tingkah laku seksual dipengaruhi oleh estrogen (Pineda 1989). Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium, korpus luteum, plasenta, korteks adrenal dan testes. Estrogen berperan dalam reproduksi dengan cara merangsang pertumbuhan uterus dengan meningkatkan massa endometrium dan miometrium, merangsang kontraktil uterus, proliferasi dan differensiasi epitel vagina, merangsang perkembangan

19 19 duktus kelenjar ambing dan mempengaruhi perkembangan alat kelamin sekunder (Nalbandov 1990). Penyuntikan estrogen pada mamalia yang muda atau dewasa menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada uterus, meningkatnya proliferasi sel dan kelenjar uterus serta otot akan membesar dan terhadap vagina menyebabkan proliferasi dan kornifikasi epitel (Gadjahnata 1989). Turner dan Bagnara (1976) menyatakan bahwa untuk menstimulus perkembangan uterus dibutuhkan estrogen. Ovarium merupakan sumber utama estrogen yang berperan dalam proliferasi sel-sel uterus. Estrogen juga dapat menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia tenunan endometrium serta miometrium sehingga menyebabkan uterus bertambah berat akibat adanya pembendungan air (Hardjopranjoto 1995). Dilakukannya Ovariektomi pada tikus betina menyebabkan terjadinya atropi pada uterus. Turner dan Bagnara (1976) menjelaskan keadaan ini, bahwa atropi uterus ini disebabkan oleh karena menurunnya konsentrasi estrogen dalam darah, sehingga tidak terjadi penebalan endometrium dan kelenjar uterus berada dalam keadaan tidak mengeluarkan sekresi sehingga uterus mengecil dan bobotnya menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Santell et al. (1997) mendapatkan data bahwa pemberian genestein sebanyak 375 ppm sampai 750 ppm pada tikus yang diovariektomi menunjukkan efek uterotropic yang ditandai dengan terjadinya peningkatan berat uterus tikus tersebut, dimana hal ini menyebabkan peningkatan jumlah DNA yang ditandai dengan penambahan sel-sel pembentuk uterus dan RNA yang ditandai dengan adanya aktivitas sintesa protein. Pentingnya peranan estrogen terhadap organ reproduksi betina, menyebabkan para ahli dan peneliti telah melakukan berbagai percobaan untuk mencari sumber estrogen lain dari luar tubuh (estrogen eksogen). Salah satunya yaitu isoflavon yang banyak terdapat dalam kacang-kacangan, terutama kedelai dan produk olahannya, seperti tempe yang banyak dikonsumsi masyarakat. Kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan gangguan reproduksi, oleh karena itu diperlukan pakan berupa kedelai dan tempe yang mengandung estrogen eksogenik yang dapat berperan dalam kinerja reproduksi.

20 20 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan estrogen eksogenik yang dimiliki tepung kedelai dan tepung tempe dapat mempengaruhi kinerja uterus tikus ovariektomi, dan membandingkan kinerja uterus tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai dan tepung tempe. Hipotesis Estrogen eksogenik yang dimiliki oleh tepung kedelai dan tepung tempe dapat mempengaruhi kinerja uterus pada tikus ovariektomi, dan kinerja uterus tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe lebih baik dibandingkan dengan yang diberi tepung kedelai. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek estrogenik isoflavon pada kedelai dan tempe terhadap uterotropik hewan dan manusia. Data ini dapat digunakan untuk penerapan dan pengembangan dalam Ilmu Kedokteran serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan dalam bidang farmasi.

21 21 TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe Kedelai (Glycine max) adalah tanaman semusim yang termasuk kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, family Fabaceae dan genus Glycine (Wikipedia 2007), berasal dari Cina dan kemudian dikembangkan ke berbagai negara seperti, Amerika, Amerika Latin dan Asia. Kedelai dapat dibudidayakan di daerah sub tropis dan tropis dengan teknis budidaya yang sederhana. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah yang kecil. Nilai protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan memiliki mutu yang lebih baik dari jenis-jenis kacang-kacangan lain. Disamping itu, protein kedelai merupakan satusatunya leguminosa yang mengandung semua asam amino esensial (tabel 1). Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh, jadi harus dikonsumsi dari luar. Meskipun kadar minyaknya tinggi (sekitar 18%), tetapi ternyata kadar lemak jenuhnya rendah dan bebas terhadap kolesterol serta rendah nilai kalorinya. Kedelai juga dikenal paling rendah kandungan racun kimia serta residu pestisidanya karena bersifat antioksidan dan bisa digunakan sebagai penopang kesehatan badan dan umur panjang. Kedelai banyak dikonsumsi oleh manusia sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan protein hewani yang relatif lebih mahal (Cahyadi 2007). Indonesia merupakan salah satu negara yang dipandang sebagai negara yang kaya akan pengalaman fermentesi tradisional, dibuktikan dengan adanya tempe sebagai bahan makanan hasil fermentasi tradisional dari kedelai yang sudah dikenal selama berabad-abad. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama ini, dipercaya bahwa tempe dapat meningkatkan kesuburan wanita karena mengandung fitoestrogen. Beberapa abad sebelum masehi, bangsa cina memanfaatkan kedelai untuk dijadikan susu, yaitu dengan cara merebusnya, kemudian digiling, diperas, dan diambil airnya. Resep tersebut kemudian menyebar ke negara-negara lain, seperti Jepang, Amerika termasuk Indonesia. Bahkan pada zaman orde Lama, adanya susu kedelai ini cukup membantu. Saat itu, bangsa Indonesia mengalami kekurangan susu sapi sehingga anak-anak balita

22 22 cukup tertolong oleh susu kedelai ini, karena nilai gizinya hampir sama dengan susu sapi. Perlu diketahui bahwa dari tumbuhan berupa semak dengan tinggi mencapai 50 cm ini, memiliki biji tanaman yang berbentuk polong seperti kacang ternyata mengandung berbagai zat seperti lemak tak jenuh linoleat, oleat, arakhidat, serta zat lainnya yang telah dipercaya mampu memberikan manfaat bagi dunia kesehatan (Cahyadi 2007). Tabel 1. Kandungan asam amino esensial biji kedelai Asam Amino Jumlah (mg/g N) Isoleusin 340 Leusin 480 Lisin 400 Fenilalanin 310 Tirosin Sistin Treonin Triptofan Valin Metionin (Cahyadi 2007) Kandungan gizi biji kedelai cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya yang mencapai ± 34%, karbohidrat 34.8% (Deptan 2005). Sedangkan menurut Cahyadi (2007), kandungan protein pada kedelai 34.9%, dan karbohidrat 34.8%, dimana kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah yang kecil. Selain mengandung protein dan karbohidrat, kedelai juga mengandung zat besi, kalsium, vitamin A dan vitamin B1 (Tabel 2). Kedelai mengandung senyawa anti gizi (antitrypsin, hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida penyebab timbulnya gas dalam lambung atau glukosa, saponin, estrogen dan senyawa penyebab alergi) (Koswara 1995). Dalam keadaan kering, kacang kedelai mentah mengandung 2-4 mg isoflavon/gram. Konsentrasi Isoflavon dalam produk kedelai sangat beraneka ragam tapi semua makanan tradisional asal kedelai seperti susu kedelai, tempe dan tahu, merupakan sumber Isoflavon yang baik, dengan

23 23 kandungan isoflavon antara mg per gelas atau potong. Setengah mangkuk tepung kedelai mengandung kurang lebih 50 mg isoflavon (IHME 2007). Tabel 2. Komposisi kimia biji kedelai kering per 100 gram Komponen Jumlah Kalori (kkal) Protein (gram) 34.9 Lemak (gram) 18.1 Karbohidrat (gram) 34.8 Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) 8.0 Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) 1.1 Air (gram) 7.5 (Cahyadi 2007) Kedelai mengandung isoflavon dan fitokimia yang dapat melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, meningkatkan sistem kekebalan, serta melawan serangan penyakit seperti diabetes, ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis dan hipertensi. Kandungan total isoflavon sekitar mg/g protein kedelai. Jenis isoflavon yang ditemukan dalam kedelai dan hasil olahannya tempe adalah daidzein dan genistein mg/100g berat kering, yang mempunyai efek estrogenik bagi manusia dan hewan dalam kinerja reproduksi (Heinnermen 2003). Tempe adalah makanan tradisional yang merupakan makanan asli Indonesia. Tempe dibuat dengan cara kedelai difermentasi dengan cendawan. Fermentasi tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus sp. pada kedelai rebus sehingga membentuk massa yang padat dan kompak. Proses fermentasi tersebut membuat nilai gizi hasil olahan ini bertambah baik. Sebagian besar asam lemak yang diproduksi adalah asam lemak tidak jenuh yang bersifat esensial. Kualitas protein tinggi ditandai dengan daya cerna yang tinggi yaitu sebesar 86.1% (Koswara, 1992). Menurut Shurtleff & Aoyagi (1979), tempe yang baik adalah tempe yang berwarna putih, kompak, dan beraroma khas.

24 24 Kedelai mengalami berbagai perubahan komposisi selama proses pembuatannya. Aktivitas enzim protease kapang menyebabkan protein terurai menjadi asam amino bebas yang bersifat lebih mudah dimanfaatkan oleh tubuh. Murata et al (1967), menyatakan bahwa pada umumnya jumlah asam amino bebas, baik yang esensial maupun nonesensial dalam kedelai meningkat akibat fermentasi. Meskipun demikian, jumlah total asam amino tempe relatif sama dengan jumlah total asam amino kedelai. Keterlibatan mikroorganisme pada proses pembuatan tempe terutama terjadi pada saat perendaman (oleh bakteri pembentuk asam) dan saat fermentasi (oleh aktivitas kapang). Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut tempe menjadi lebih enak, lebih begizi dan lebih mudah dicerna. Salah satu faktor penting dalam perubahan tersebut adalah terbentuknya senyawa-senyawa isoflavon dalam bentuk bebas (aglikon) dan terbentuknya senyawa faktor-ii (6,7,4 -trihidroksi isoflavon), yang hanya terdapat pada tempe dan tidak terdapat pada kedelai. Senyawa faktor II dapat berikatan dengan reseptor hormon estrogen dalam tubuh dapat mengurangi keluhan psikovasomotor khususnya semburan atau hentakan panas di dada sebagaimana yang dialami perempuan saat memasuki masa menopause (Pawiroharsono 2007). Tempe merupakan sumber vitamin yang baik terutama vitamin B. Selain itu, tempe juga merupakan sumber mineral khususnya kalsium, fosfor dan besi. Beberapa mineral lain juga terdapat dalam tempe walau dalam jumlah kecil, seperti Mg (236 mg/100 g bk), Zn (3.8 mg/100 g bk) dan Mn (1.2 mg/100 g bk) dan Mn (1.2 mg/100 g bk) (Shurtleff & Aoyagi 1979). Menurut Cahyadi (2007), tempe merupakan sumber vitamin B seperti riboflavin, niasin, biotin, asam pantotenat, dan vitamin B6 yang meningkat jumlahnya selama fermentasi, kecuali vitamin B1 karena dipergunakan oleh kapang tempe sebagai sumber nutrisinya. Tempe merupakan sumber vitamin B12 di dalam tempe berkisar antara mikrogram per 100 gram tempe kering, ini merupakan suatu jumlah yang dapat mencukupi kebutuhan seorang per hari. Dibandingkan dengan kedelai mentah, nilai gizi tempe lebih baik karena pada kedelai mentah terdapat zat-zat antinutrisi seperti antitripsin dan oligosakarida penyebab kelebihan gas dalam lambung (flatulensi). Fermentasi kapang

25 25 menghilangkan kedua senyawa tersebut serta meningkatkan daya cerna kedelai. Di samping itu, terjadi pula perbaikan tekstur dan flavour sehingga menjadi lebih disukai. Tempe mempunyai potensi untuk dikembangkan karena senyawa isoflavon yang dimilikinya. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Aktivitas estrogenik isoflavon diketahui terkait dengan struktur kimianya yang mirip dengan dietylstilbesterol, yang biasanya digunakan sebagai obat yang memiliki sifat estrogenik (Pawiroharsono, 2007). Isoflavon Isoflavon tergolong kelompok flavonoid yang banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian. Isoflavon kedelai terdapat dalam empat bentuk, yaitu 1) Glikosida: daidzin, genistin, dan glisitin; 2) Asetil glikosida: 6-0 Asetildaidzin, -genestin dan glisitin; 3) Malonil glikosida: 6-0 Malonildaidzin, -genestin dan glisitin; 4) Aglikon: daidzein, genistein dan glisitein. Isoflavon yang dominan pada kedelai terdapat dalam bentuk glikosida (genistin dan daidzin) sedangkan yang dominan pada tempe adalah aglikon (genistein dan daidzein) yang dihasilkan dari pelepasan glukosa dari glikon. Glikosida dipertahankan oleh tanaman dalam bentuk inaktif sebagai antioksidan (Yulianto 2003). Genistein dalam tempe akan mempengaruhi kenaikan rasio uterus dibandingkan dengan berat badan pada masa prapubertas (Casanova 1999). Isoflavon mempunyai struktur hampir sama dengan estrogen. Oleh sebab itu isoflavon sering disebut sebagai fitoestrogen atau estrogen nabati. Struktur kimia senyawa isoflavon terlihat pada gambar 1. Wuryani (1995) menyatakan bahwa senyawa fitoestrogen seperti genistin dan daidzin dalam bentuk glikosida, serta daidzein dan genistein dalam bentuk aglikon adalah isoflavon utama yang ditemukan dalam kedelai dan produk fermentasi kedelai (tempe). Senyawa isoflavon yang dominan pada tepung kedelai dan tepung tempe adalah daidzein dan genistein. Kandungan total isoflavon pada tepung kedelai impor varietas americana adalah mg/100g bk dan kandungan total isoflavon pada tepung tempe kedelai impor varietas americana mg/100g bk (tabel 3)

26 26 (Astuti 1999). Hasil penelitian Nakajima et al. (2005) kandungan total isoflavon (aglikon dan glikosida) dalam tempe yang berasal dari kedelai kuning adalah mg per 100 g berat basah dan kandungan total isoflavon dalam tempe yang berasal dari kedelai hitam adalah mg per 100 g berat basah. Gambar 1. Struktur Isoflavon (Winarsi 2005) Tabel 3. Hasil analisis senyawa isoflavon tepung kedelai dan tepung tempe. Komponen Tepung kedelai (mg/100g bb) Tepung tempe (mg/100g bb) Tepung kedelai (mg/100g bk) Tepung tempe (mg/100g bk) Faktor II Daidzein Glisitein Genistein Total isoflavon Keterangan : bb = berat basah, bk = berat kering ( Astuti 1999) Dosis isoflavon yang digunakan oleh manusia berkisar mg/kg berat badan/hari sedangkan dosis isoflavon pada rodensia berkisar mg/kg berat badan/hari (Whitten dan Patisaul 2001). Fungsi utama dari isoflavon yang memiliki struktur mirip estrogen ini adalah untuk kinerja reproduksi (Guyton 1996).

27 27 Biologi Umum Tikus Tikus (Ratus norvegicus) adalah hewan yang digolongkan pada kelas Mamalia, ordo Rodentia, family Muridae dan genus Rattus yang distribusinya sangat luas karena kebiasaan makannya meliputi semua jenis makanan (Omnivora) (Wikipedia 2007). Tikus merupakan salah satu hewan percobaan yang banyak digunakan sebagai model dalam penelitian. Hewan ini memiliki keistimewaan yaitu umur relatif pendek, sifat produksi dan reproduksi menyerupai mamalia besar, lama produksi ekonomis (2.5 3 tahun), lama kebuntingan berkisar hari, umur sapih 21 hari, umur pubertas hari, angka kelahiran tinggi (6 12 ekor per kelahiran), memiliki siklus estrus yang pendek (4 5) dengan karakteristisk setiap fase siklus yang jelas, lama estrus 9 12 jam, interval antar generasi relatif pendek dan berukuran kecil sehingga memudahkan dalam pemeliharaan serta efisien dalam mengkonsumsi pakan (10 g/100 g bb) (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Ditambahkan oleh Smith dan Mangkoewidjojo (1988), bahwa berat badan tikus betina dewasa sekitar gr dan mulai dikawinkan umur hari karena jika dikawinkan terlalu muda atau terlalu tua (lebih dari 10 minggu) akan mengurangi fertilitas. Tikus yang baru lahir memiliki berat lahir antara 5 6 g. Tikus bersifat poliestrus yaitu hewan yang memiliki siklus birahi lebih dari dua kali dalam satu tahun. Perkawinan yang terjadi dalam jangka waktu 24 jam dapat diketahui dengan mengamati sumbat vagina atau memeriksa adanya spermatozoa dalam usapan vagina (Malole dan Pramono 1989). Ovarium Ovarium sebagai organ reproduksi primer pada betina mempunyai peranan dwifungsi yaitu sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan ovum dan sebagai endokrin yang menghasilkan hormon-hormon reproduksi. Ovarium terletak dekat rongga pelvis menggantung pada dinding perut oleh mesovarium, ligamen ini banyak mengandung pembuluh darah. Ovarium tertanam dalam bursa ovari (Nalbandov 1990). Nalbandov (1990) menyatakan bahwa kerjasama antara hormon gonadotropin dari hipofise dan hormon-hormon ovarium dalam siklus

28 28 ovarium menghasilkan folikel matang, pertumbuhan dan terbentuknya korpus luteum. Gonadotropin mengaktifkan korpus luteum sehingga melepaskan progesteron yaitu hormon gonadal yang merangsang mucosa uterus untuk mempersiapkan implantasi jika terjadi fertilisasi. Perkembangan ovum dan folikel pada ovari dipengaruhi oleh produksi FSH pada pituitari menyebabkan folikel menjadi berongga dan menghasilkan estrogen. Ovariektomi adalah tindakan operasi pemotongan, pengambilan, pengamputasian organ ovarium dari rongga abdomen. Berdasarkan penelitian Nurdin (2002) pemulihan tikus ovariektomi hingga jahitan siap dilepas adalah 20 hari. Dilakukannya Ovariektomi pada tikus betina menyebabkan terjadinya atropi pada uterus. Turner dan Bagnara (1976) menjelaskan keadaan ini, bahwa atropi uterus ini disebabkan oleh karena menurunnya konsentrasi estrogen dalam darah, sehingga tidak terjadi penebalan endometrium dan kelenjar uterus berada dalam keadaan tidak mengeluarkan sekresi sehingga uterus mengecil dan bobotnya menurun. Uterus Tikus mempunyai uterus berbentuk dupleks dengan dua serviks, tanpa badan uterus dan pemisahan tanduk uterus secara sempurna (Gambar 2). Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligament uterus yang lebar (Ligamentum lata uteri), melalui ligamentum lata uteri membentuk ligamentum uterus yang melingkar (Ligamentum tetes uteri) (Nalbandov 1990). Serviks uterus merupakan otot sfinkter yang terletak di ujung bawah uterus berdekatan dengan vagina. Lumen serviks dibatasi oleh epitel yang berbentuk silindris. Sekresinya berupa mukus yang jumlah dan kekentalannya berubah-ubah sesuai tahapan siklus (Nalbandov 1990). Kelenjar uterus selama fase folikuler terlihat sederhana dan lurus dengan sedikit cabang, sedangkan selama fase luteal saat progesteron bekerja terhadap uterus akan terlihat endometrium bertambah tebal secara mencolok, diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat, menjadi bercabang dan berkelok-kelok. Estrogen menyebabkan meningkatnya faskularisasi dan aktivitas mitosis uterus

29 29 yang lebih besar mengakibatkan organ bertambah berat. Kenaikan berat uterus seimbang dengan jumlah estrogen yang diberikan (Nalbandov 1990). Gambar 2. Uterus Tikus (Nalbandov 1990) Uterus sangat berperan penting bagi perkembangan dan diferensiasi embrio sebagai sumber nutrisi, tempat implantasi, dan sebagai penunjang fetus sampai waktu normal kelahiran. Perubahan utama perkembangan embrio dalam fetus selama fase praimplantasi terjadi ketika embrio berkembang dari stadium sel ke-4 atau sel ke-8 menjadi morula, kemudian blastosis. Embrio masih dilindungi oleh membran tambahan, zona pellusida, dan sangat tergantung pada cadangan makanan sitoplasma telur, tetapi saat pelepasan zona, kebutuhan nutrisi embrio praimplantasi yang tumbuh cepat sangat bergantung pada unsur pokok cairan uterus (yang disebut dengan susu uterus atau histotrof). Selama fase ini akan terbentuk ruang (spatial) antara embrio dan uterus, pada spesies politokus hal ini menyangkut penyebaran (spacing) embrio ke seluruh tanduk uterus (Hunter 1995) Uterus diketahui lebih banyak mengandung reseptor estrogen alfa (ERα) dari pada reseptor estrogen beta (ERβ), sedangkan isoflavon bersifat antagonis terhadap reseptor estrogen alfa (ERα) sehingga pada jaringan yang banyak mengandung ERα, senyawa ini menempati reseptor estrogen (Anderson et al. 1995). Menurut Persky et al (2002) Isoflavon bertindak estrogen antagonis ketika estrogen endogen dalam konsentasi tinggi, sedangkan bertindak estrogen agonis saat estrogen endogen dalam konsentrasi rendah. Genestein sebagai senyawa

30 30 isoflavon dengan efek estrogenik terkuat mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap ERβ bila dibandingkan dengan ERα (Kuiper et al. 1997). Hormon Estrogen Estrogen adalah hormon steroid yang dihasilkan oleh sel teka interna dari folikel ovarium, corpus luteum, plasenta dan dalam jumlah sedikit oleh korteks adrenal dan testes. Estrogen terdapat dalam bentuk estradiol-17β, estron dan estriol (gambar 3). Pada manusia, estradiol merupakan estrogen paling banyak disekresi dan paling kuat, dalam hati mudah teroksidasi menjadi estron, dan mengalami hidrasi menjadi estriol. Ketiga bentuk estrogen ini mengalami konjugasi dengan asam sulfat atau glukoronat di dalam hati (Pineda 1989). Kekuatan estrogenik ß-estradiol adalah 12 kali kekuatan estron dan 80 kali estriol, sehingga ß-estradiol dianggap merupakan estrogen utama (Guyton 1996). Estrogen merupakan hormon steroid pada betina yang bertanggungjawab pada perkembangan duktus kelenjar mammae, bersama oksitosin dan PGF2α meningkatkan frekuensi kontraksi uterus. Estrogen berpengaruh pada otak yang ada hubungannya dengan tingkah laku estrus, mengontrol perubahan pada alat kelamin betina, produksi lendir pada uterus yang akan mengubah aktivitas metabolismenya. Kesemuanya berlangsung guna mempersiapkan uterus untuk menerima ovum dan spermatozoa (Hafez 2000). Menurut Guyton (1994), fungsi utama estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin serta jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Konsentrasi estrogen menjelang ovulasi mencapai kadar tertinggi dalam tubuh dan berfungsi menekan produksi follicle stimulating hormone (FSH) dan merangsang pelepasan luteinizing hormones (LH) sehinga terjadi ovulasi. Peningkatan estrogen dalam darah menyebabkan pituitari mengurangi produksi follicle stimulating hormone (FSH) dan meningkatkan pelepasan luteinizing hormones (LH) dan Luteotropic hormone (LTH). Produksi follicle stimulating hormone (FSH) mencapai puncak yang disertai meningkatnya luteinizing hormones (LH) menyebabkan folikel mencapai fase akhir pertumbuhannya dan menjadi pecah. luteinizing hormones (LH) menyebabkan terjadinya ovulasi dan perubahan folikel kosong menjadi korpus luteum dan atas

31 31 pengaruh Luteotropic hormone (LTH) dihasilkan progesteron. Progesteron menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) dan estrogen yang akan mempengaruhi keseimbangan luteinizing hormones (LH), Luteotropic hormone (LTH) serta korpus luteum selanjutnya. Secara struktural dan fungsional korpus luteum berkurang, maka pengeluaran progesteron dan estrogen mencapai kadar rendahnya dan menyebabkan follicle stimulating hormone (FSH) akan meningkat lagi dan siklus baru akan dimulai kembali (Wodzicka-Tomaszewska et al. 1991). Estriol Estradiol Estron Gambar 3. Bentuk-bentuk Estrogen (Guyton 1996) Produksi estradiol selama fase luteal menginisiasi luteolisis. Hal ini dimediasi oleh pembentukan reseptor oksitosin dalam endometrium ternak betina. Keluarnya oksitosin dari CL mengikat reseptor menghasilkan PGF2α dan terjadi luteolisis. Menurut Beard et al (1994), terdapat korelasi positif antara konsentrasi estradiol dan jumlah reseptor oksitosin uterus. Fitoestrogen pada kedelai dan tempe mempunyai efek uterotropik karena isoflavon dengan aktivitas estrogen dapat menstimulir penebalan endometrium sehingga uterus membesar dan bobotnya meningkat (Astuti 1999).

32 32 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Juli sampai Desember Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat yaitu Pemeliharaan tikus di kandang hewan percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Ovariektomi tikus dilaksanakan bulan Juli sampai Agustus 2007 di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pembuatan tepung kedelai dan tepung tempe pada bulan Agustus 2007 di Laboratorium Gizi dan Pangan Fakultas Teknik Pertanian IPB. Perlakuan di kandang hewan percobaan Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada bulan September sampai Oktober dan Analisis Uterotropik dilakukan pada Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada bulan Oktober sampai Desember Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tikus betina (Rattus norvegicus) yang berasal dari galur Sprague-Dawley paritas II berumur dua belas minggu dengan bobot badan ± 200 gram sebanyak 20 ekor yaitu 5 ekor tikus nonovariektomi dan 15 ekor tikus ovariektomi yang diperoleh dari kandang hewan percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bahanbahan lain yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kedelai dan tempe, pelet dari Confeed PT. Suri Tani Pemuka Grup PT. Japis Comfeed Indonesia, dengan kandungan protein kasar %, lemak kasar min 40%, serat kasar max 7.0%, kalsium max 2.0%, phosfor max 2.0%, abu max 13%, air max 10%, air, wadah plastik, methanol, xylazine, ketamine, ragi LIPI produksi Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kertas saring, sekam dan kawat ram. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah perangkat kandang tikus, timbangan, oven dan seperangkat alat bedah. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yang terdiri dari tahap persiapan tepung kedelai dan tepung tempe, tahap persiapan hewan model, tahap

33 33 perlakuan dan pengamatan, dan tahap analisis uterus. Parameter yang diamati adalah perubahan berat badan, berat uterus, rasio berat uterus per berat badan, panjang uterus kiri, panjang uterus kanan, total panjang uterus, berat basah bebas lemak uterus dan berat kering bebas lemak uterus. Perubahan berat badan diketahui dengan cara penimbangan berat badan tiga kali dalam seminggu selama penelitian. Perubahan berat badan dilihat dengan adanya persentase kenaikan ataupun penurunan berat badan. Persentase perubahan berat badan adalah perubahan berat badan akhir dikurangi berat badan awal dibagi berat badan awal dikali 100%. Tahap Persiapan Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Sampel biji kedelai impor varietas americana sebanyak 10 kg dibuat menjadi tepung kedelai. Proses pembuatan tepung kedelai sebagai berikut : penggilingan, pengeringan dengan oven pada suhu 45 C dan kadar air 10%, penepungan dan pengayakan (60 mesh). Pembuatan tempe pada penelitian ini menggunakan 20 kg kedelai dengan mengikuti tahapan sebagai berikut: pembersihan biji kedelai kering, pencucian dan perendaman, perebusan pertama, pengupasan kulit, perendaman, perebusan kedua, penirisan dan pendinginan, inokulasi (peragian), pembungkusan dan inkubasi, selanjutnya tempe diolah menjadi tepung tempe (lampiran 2). Proses pembuatan tepung tempe sebagai berikut : pengirisan tempe (1 x 2 x 0,5 cm 3 ), penggilingan, pengeringan dengan oven pada suhu 45 C dan kadar air 10%, penepungan dan pengayakan (60 mesh) (lampiran 3). Analisis kandungan isoflavon tepung kedelai dan tepung tempe dilakukan dengan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Cromatography). Prosedur analisis kandungan isoflavon dapat dilihat pada lampiran 4. Tahap Persiapan Hewan Model Tikus betina ditempatkan dalam kandang plastik dengan tutup terbuat dari kawat ram dan dialasi sekam, pakan berupa pellet dan air minum diberikan ad libitum. Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembab, ventilasi yang cukup serta penyinaran yang cukup dimana lamanya terang 14 jam dan lama gelap 10 jam.

34 34 Jumlah tikus betina yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor yaitu 5 ekor tikus nonovariektomi dan 15 ekor tikus ovariektomi (ovariektomi dilakukan oleh dokter hewan FKH IPB). Masa pemulihan tikus ovariektomi selama 20 hari kemudian masing-masing tikus ditempatkan dalam kandang per individu. Sebelum percobaan dimulai semua tikus diadaptasikan di lingkungan kandang percobaan selama 10 hari. Tahap Perlakuan dan Pengamatan Percobaan menggunakan 20 (dua puluh) ekor tikus betina dimana tikustikus tersebut dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus tiap kelompok yaitu: 1). tikus non ovariektomi yang diberi pelet/pakan biasa (Non OV), 2). tikus ovariektomi yang diberi pelet/pakan biasa (Kontrol), 3). tikus ovariektomi yang dicekok tepung kedelai 10 g bk/100 g bb/hari (OV Kd), dan 4). tikus ovariektomi yang dicekok tepung tempe 10 g bk/100 g bb/hari (OV Tp). Tahap perlakuan dilakukan selama 28 hari atau 4 (empat) minggu. Perlakuan pemberian tepung kedelai dan tepung tempe dilakukan dengan cara dicekok tiga kali sehari yaitu pagi hari (pukul WIB), siang hari (pukul WIB) dan sore hari (pukul WIB). Sebelum pencekokan tepung kedelai dan tepung tempe dibuat seperti bubur dengan penambahan aquades sebanyak 30 ml. Tahap Analisis Uterus Sebelum dilakukan analisis uterus, terlebih dahulu tikus ditimbang berat badannya untuk nantinya digunakan dalam perhitungan rasio berat uterus per berat badan. Untuk menganalisis uterus, tikus dibius terlebih dahulu dengan menggunakan eter sampai mati kemudian tikus dibedah dan diangkat uterus. Uterus yang telah diangkat, diukur panjangnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 4, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat basah, selanjutnya uterus diekstraksi dalam etanol 1 x 24 jam dan eter secara bergantian 2 x 24 jam dimaksudkan untuk membebaskan lemak dari uterus, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat basah bebas lemak (BBBL), setelah itu dikeringkan dalam

35 35 oven 70 0 C selama 2 x 24 jam dan dihaluskan untuk mendapatkan berat kering bebas lemak (BKBL) uterus. Panjang uterus kanan Gambar 4. Pengukuran panjang uterus Panjang uterus kiri Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok perlakuan dan 5 (lima) kali ulangan, dengan perlakuan tersebut adalah 1). tikus non ovariektomi yang diberi pelet/pakan biasa (Non OV), 2). tikus ovariektomi yang diberi pellet/pakan biasa (Kontrol), 3). tikus ovariektomi yang diberi tepung kedelai 10 g bk/100 g bb/hari (OV Kd), dan 4). tikus ovariektomi yang diberi tepung tempe 10 g bk/100 g bb/hari (OV Tp). Analisis Data Hasil yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α = 0.05) dengan menggunakan perangkat lunak SAS (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe 21 TINJAUAN PUSTAKA Kedelai dan Tempe Kedelai (Glycine max) adalah tanaman semusim yang termasuk kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, family Fabaceae dan genus Glycine (Wikipedia 2007), berasal dari Cina

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 34 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2007. Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat yaitu : pembuatan tepung kedelai dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan dewasa : - jantan - betina g. Konsumsi air minum tikus dewasa

TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan dewasa : - jantan - betina g. Konsumsi air minum tikus dewasa 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Umum Tikus Tikus digolongkan ke dalam kelas Mamalia, bangsa Rodentia, suku Muridae dan marga Rattus (Meehan 1984). Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN

OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Kedelai 19 TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Kedelai (Glycine max) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun SM dan baru masuk ke Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

PERUBAHAN KADAR HORMON ESTROGEN PADA TIKUS YANG DIBERI TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE SAFRIDA

PERUBAHAN KADAR HORMON ESTROGEN PADA TIKUS YANG DIBERI TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE SAFRIDA PERUBAHAN KADAR HORMON ESTROGEN PADA TIKUS YANG DIBERI TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE SAFRIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa

Lebih terperinci

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu hasil bumi yang sangat dikenal di Indonesia. Kedelai yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies, yaitu, kedelai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan (golongan Leguminoceae). Terdapat dua spesies kedelai yang biasa dibudidayakan, yaitu kedelai putih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Organ Reproduksi Betina 2.1.1 Ovarium Organ reproduksi betina terdiri atas dua buah ovari, dua buah tuba falopii, uterus, serviks, vagina, dan vulva. Ovarium bertanggung jawab

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering menjadi ketakutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity country, yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000 tumbuhan,

Lebih terperinci

KADAR GENISTEIN DAN DAIDZEIN PADA KEDELAI, AMPAS TAHU, DAN ONCOM MERAH RIMA JANNATUN NI MAH

KADAR GENISTEIN DAN DAIDZEIN PADA KEDELAI, AMPAS TAHU, DAN ONCOM MERAH RIMA JANNATUN NI MAH KADAR GENISTEIN DAN DAIDZEIN PADA KEDELAI, AMPAS TAHU, DAN ONCOM MERAH RIMA JANNATUN NI MAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 KADAR GENISTEIN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) Cerria Inara 1, Adrien Jems Akiles Unitly 2,3 1 Mayor Akuakultur Sekolah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus) TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Kandungan gizi dalam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA DI UNIT PENGOLAHAN HASIL BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI Oleh : Kemas Muhammad Erwansyah, S.TP NIP. 19820916200901 1010 I. PENDAHULUAN Kedelai mempunyai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati dan lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati dan lemak yang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang 1.1 Kacang kedelai Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati dan lemak yang penting dan secara tradisional telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat diberbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tikus Putih (Rattus sp.) Tikus putih atau rat (Rattus sp.) sering digunakan sebagai hewan percobaan atau hewan laboratorium karena telah diketahui sifat-sifatnya dan mudah dipelihara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental (experimental research) yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.net KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI Oleh: C. Budimarwanti Staf Pengajar Jurdik Kimia FMIPA UNY Pendahuluan Susu adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental dengan nama SIMPO. Sapi SIMPO merupakan hasil

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur kondisinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya pemakaian terhadap susu formula memang menjadikan kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat berpengaruh terhadap konstruksi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PULPA KAKAO UNTUK MEMPRODUKSI ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI DAN AERASI MARGARETHA HAUMASSE

PEMANFAATAN PULPA KAKAO UNTUK MEMPRODUKSI ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI DAN AERASI MARGARETHA HAUMASSE PEMANFAATAN PULPA KAKAO UNTUK MEMPRODUKSI ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI DAN AERASI MARGARETHA HAUMASSE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Penelitian Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang berumur 2 minggu. Puyuh diberi 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci