HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Widyawati Wibowo
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Danau Teluk merupakan salah satu dari 8 kecamatan di Kota Jambi, Provinsi Jambi. Luas wilayah kecamatan ini adalah 15,7 Km². Batas Kecamatan Danau Teluk sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi, sebelah selatan dengan Sungai Batang Hari, sebelah barat dengan Kabupaten Muaro Jambi dan sebelah timur dengan Kecamatan Pelayangan. Kecamatan Danau Teluk terdiri dari 5 kelurahan dan 42 RT. Kelurahan Ulu Gedong terdiri dari 9 RT, Kelurahan Olak Kemang terdiri dari 13 RT, Kelurahan Tanjung Pasir terdiri dari 6 RT, Kelurahan Tanjung Raden terdiri dari 1 RT dan Kelurahan Pasir Panjang terdiri dari 4 RT. Pelayanan kesehatan di kecamatan ini terdiri dari 1 puskesmas induk dan 3 puskesmas pembantu dan 14 posyandu. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi ini sebagai wilayah yang diambil data sekundernya yaitu karena Kecamatan Danau Teluk merupakan kecamatan yang memiliki kasus gizi (BB/U dan TB/U) terbanyak di Kota Jambi. Jumlah penduduk Kecamatan Danau Teluk berdasarkan sensus 25 adalah jiwa. Rata-rata pendidikan penduduk Kecamatan Danau Teluk adalah tamatan SMP atau sderajat. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Danau Teluk antara lain sebagai petani, buruh pabrik, nelayan sungai, pedangang dan pegawai negeri. Dalam keluarga yang berperan mencari nafkah adalah kaum pria dan kaum wanita sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Karakteristik Sosial Keluarga Tingkat Pendidikan orang tua Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam kaitannya dengan partisipasi seseorang untuk berperilaku hidup sehat (Adnyadewi 24). Tingkat pendidikan orang tua relatif rendah. Secara umum persentase terbesar tingkat pendidikan orang tua berada pada kelompok tingkat pendidikan rendah (tamat SMP), yaitu 46.7%, sedangkan persentase terkecil berada pada kelompok tingkat pendidikan tinggi (tamat perguruan tinggi / akademi) yaitu sebesar 1.4%. Proporsi terbesar tingkat pendidikan ayah berada pada kelompok tingkat pendidikan rendah (tamat SMP) yaitu 6.4%, sedangkan proporsi terbesar tingkat pendidikan ibu berada pada kelompok tingkat
2 31 pendidikan sedang (tamat SMA) yaitu 5%. Tabel 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Tingkat Ayah Ibu Total Pendidikan Orang Tua N % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mengerti tentang pemilihan pengolahan pangan serta cara pemberian makan yang sehat dan bergizi untuk anaknya (Soetjiningsih 1995), sedangkan menurut Suhardjo (1989) keadaan tingkat pendidikan orang tua terutama ibu yang rendah berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam mengelola rumah tangga terutama pola konsumsi pangan sehari-hari. Dalam penelitian ini sebagian besar contoh memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga akan memberi pengaruh terhadap perilaku orang tua terutama ibu dalam mengelola keluarga terutama pola konsumsi pangan sehari-hari. Umur orang tua Umur orang tua pada contoh yang diteliti cukup beragam. Umur ayah termuda yaitu 2 tahun dan tertua adalah 8 tahun, sedangkan umur ibu termuda yaitu 18 tahun dan tertua adalah 66 tahun. Sebagian besar orang tua (64.8%) termasuk kategori umur dewasa madya atau berkisar umur antara 3-49 tahun. Dan persentase terkecil yaitu dari kelompok umur dewasa lanjut (%). Proporsi terbesar umur ayah dan ibu berada pada kelompok dewasa madya yaitu berturut-turut sebesar 74.2% dan 55.4%. Tabel 5 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan umur orang tua. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua Umur Ayah Ibu Total Orang Tua n % n % n % Remaja Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut Total Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda (Hurlock 1995 dalam Adwinanti 24). Orang tua muda,
3 32 terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan terhadap anak menjadi kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya sebagai seorang ibu dengan sepenuh hati (Hurlock 1998). Besar Keluarga Jumlah anggota keluarga berkisar antara 3 sampai 14 orang. Pengelompokan jumlah anggota keluarga mengacu pada anjuran pemerintah mengenai keluarga berencana (KB), yaitu dua anak cukup. Hampir separuh dari jumlah keseluruhan contoh (44.2%) merupakan keluarga kecil yaitu beranggotakan 4 orang, persentase terkecil adalah keluarga besar yaitu 2%. Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga n % Keluarga besar Keluarga sedag Keluarga kecil Total Jumlah anggota yang banyak, menyebabkan perhatian ibu terhadap anak-anaknya dan anggota keluarga yang lain berkurang, demikian pula dengan perhatian ibu terhadap dirinya sendiri (Sukarni 1994). Afriyenti (22) Menambahkan bahwa jumlah anggota keluarga (besar keluarga) juga berhubungan dengan pembagian ruang dan konsumsi zat gizi per penghuni rumah. Rumah yang padat penghuninya akan menyebabkan berkurangnya konsumsi oksigen dan memudahkan penularan penyakit. Sehingga dapat mempengaruhi status gizi keluarga (Notoatmodjo 1997). Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Lima Indikator KADARZI Lima indikator KADARZI terdiri dari menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium dan minum suplemen gizi sesuai anjuran. Sebagian besar contoh telah melaksanakan penimbangan berat badan balita sesuai umur, memberikan
4 33 ASI ekslusif, mengkonsumsi makanan beraneka ragam secara baik dengan persentase berturut-turut adalah 9.4%, 7% dan 87.9%. Semua contoh telah menggunakan garam beryodium setiap harinya dan mengkonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran. Tabel 7 menunjukan sebaran contoh berdasarkan lima indikator KADARZI. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan 5 indikator KADARZI Belum baik Baik Total Indikator KADARZI N % N % n % Pemantauan penimbangan berat badan Pemberian ASI ekslusif Konsumsi makanan beraneka ragam Penggunaan garam beryodium Konsumsi suplemen gizi sesuai anjuran Hasil penelitian ini bila dibandingkan dengan hasil RISKESDAS 27, untuk penimbangan balita menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 45.4% berdasarkan data RISKESDAS dan 9.4% berdasarkan hasil penelitian, pemberian suplemen gizi menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 47.6% berdasarkan data RISKESDAS dan 1% berdasarkan hasil penelitian, balita yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 71.5% berdasarkan data RISKESDAS dan 1% berdasarkan hasil penelitian, konsumsi makan makanan beraneka ragam menunjukkan nilai yang lebih rendah yaitu 93.6% berdasarkan data RISKESDAS dan 87.9% berdasarkan hasil penelitian, pemberian suplemen gizi menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 47.6% berdasarkan data RISKESDAS dan 1% berdasarkan hasil penelitian. Berdasarkan target pencapaian pemerintah yang tertuang dalam standar pelayanan minimal diketahui bahwa sebagian besar indikator telah mencapai target. 9.4% bayi dan balita ditimbang setiap bulan dari 9% target pemerintah, 1% keluarga menggunakan garam beryodium dari 9% target pemerintah dan 87.9% keluarga makan beraneka ragam sesuai kebutuhan dari 8% target pemerintah dan 1% keluarga telah mendapatkan suplemen gizi sesuai anjuran. Indikator yang tidak tercapai yaitu 8% balita medapat ASI ekslusif sedangkan hasil penelitian menunjukkan hanya 7% balita yang mendapat ASI ekslusif. Hal ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang diterapkan pemerintah yaitu pada program pemantauan pertumbuhan bayi dan balita,
5 34 konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga, konsumsi makan makanan beragam dan konsumsi suplemen sesuai anjuran telah berhasil, namun untuk program ASI ekslusif masih belum berhasil. Penilaian konsumsi suplemen gizi sesuai anjuran diihat berdasarkan 3 hal yaitu pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi 6 11 bulan serta balita 6 59 bulan, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dan pemberian TTD pada ibu hamil, namun mengingat semua contoh memiliki bayi atau balita maka indikator yang digunakan adalah pemberian vitamin A pada bayi dan balita. Tabel 8 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemen gizi. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemen gizi yang dianjurkan Suplemen gizi yang dianjurkan Belum baik Baik Total n % N % N % Vitamin A dosis tinggi untuk balita usia 6-59 bulan sebanyak 2 kali dalam setahun Vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas sebanyak 2 buah selama masa nifas Tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil minimal 9 tablet selama masa kehamilan Target pemerintah yang tertuang dalam standar pelayanan minimal untuk program pemberian kapsul vitamin A yaitu sebesar 9%, hasil penelitian menunjukkan bahwa 1% bayi 6 11 bulan dan atau balita umur 6-59 bulan telah mendapatkan kapsul vitamin A dua kali pertahun atau sesuai dengan usia. Target pemerintah untuk ibu nifas dapat kapsul vitamin A yaitu sebear 9%, hasil penelitian menunjukkan 1% ibu nifas telah mendapatkan kapsul vitamin A merah sebanyak 2 buah. Program yang tidak tercapai yaitu ibu hamil mendapat TTD minimal 9 tablet selama masa kehamilan atau minimal 3 tablet tiap trimester kehamilan sedangkan hasil penelitian hanya 75.% ibu hamil yang mengkonsumsi TTD sesuai anjuran. Hal ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang diterapkan pemerintah yaitu program pemberian vitamin A pada bayi 6 bulan dan balita bulan dua kali setahun serta pemberian vitamin A merah pada ibu nifas telah berhasil, namun pada program pemberian TTD pada ibu hamil masih belum berhasil. Perilaku KADARZI contoh Berdasarkan Depkes (27b) pemerintah mempunyai upaya dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat melalui KADARZI yaitu dengan 8%
6 35 keluarga diharapkan telah menjadi KADARZI di tahun 21. Lebih dari separuh contoh (57.9%) merupakan keluarga sadar gizi dengan telah melaksanakan lima indikator KADARZI secara baik. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian KADARZI masih jauh dari target yang diharapkan. Tabel 9 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan perilaku KADARZI. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan perilaku KADARZI Perilaku KADARZI n % Belum KADARZI Sudah KADARZI Total Sebagian besar contoh (57.9%) berada pada kategori perilaku keluarga sudah sadar gizi. Bila dibandingkan dengan data Dinas Kesehatan Kota Jambi hasil pemetaan, hasil penelitian ini menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 52.% berdasarkan hasil pemetaan 24 dan 57.9% berdasarkan hasil penelitian 21, namun demikian hasil tersebut belum merupakan hasil yang ingin dicapai pemerintah yaitu sebesar 8% keluarga sudah menjadi keluarga sadar gizi. Hal ini menunjukkan bahwa program KADARZI di Kota Jambi belum berhasil. Hasil penelitian pada masing-masing indikator gizi yang sebagian besar telah mencapai target pemerintah (tabel 7) sedangkan pada perilaku KADARZInya masih jauh dari target pemerintah (tabel 9), hal ini disebabkan karena contoh tidak menerapkan kelima indikator KADARZI secara keseluruhan. Status Gizi Balita Berdasarkan Surjani (29) target yang ingin dicapai pemerintah yang tertuang dalam RPJM bidang kesehatan yaitu menurunkan prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dari 2% menjadi 18.4% dan menurunkan prevalensi anak balita yang pendek dari 36.8% menjadi 25.%. Terdapat % dan 7.9% contoh yang memiliki status gizi balita berdasarkan indikator berat badan menurut umur pada kategori gizi buruk dan gizi kurang serta terdapat 3.4% contoh yang memiliki status gizi balita berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur pada kategori pendek. Tabel 1 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan status gizi berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur.
7 36 Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan status gizi berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur Status Gizi n % Berat badan menurut umur Gizi buruk Gizi kurang Normal Gizi lebih Tinggi badan menurut umur Pendek Normal Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa angka kekurangan gizi (gizi kurang dan buruk) telah berada dibawah target yang diharapkan yaitu 9.6% (7.9% gizi kurang dan % gizi buruk) dari 18.4% target pemerintah. Namun, berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur diketahui bahwa balita dengan kategori pendek yaitu 3.4% sedangkan target pemerintah yaitu dibawah 25.%, hal ini menunjukkan bahwa target pemerintah dalam penurunan angka anak pendek masih belum tercapai. Status gizi anak merupakan cerminan dari status gizi masyarakat (Suharjo dan Riyadi 199). Menurut Suhardjo (1989), berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizi, khususnya untuk mereka yang berumur di bawah lima tahun. Hal ini memerlukan kemampuan yang baik untuk mendeteksi dan menentukan apakah anak mengalami gangguan pertumbuhan atau tidak dengan menggunakan satu ukuran berat badan. Meskipun berat badan dari berbagai kelompok anak sangat bervariasi, namun telah banyak diketahui bahwa hal ini terjadi karena perbedaan dalam status gizi dan status kesehatan. Karakteristik berat badan yang sensitif, indeks berat badan menurut umur menggambarkan status gizi saat ini (Supariasa et al 21). Riyadi (21) lebih menjabarkan lagi bahwa indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi anak adalah berat badan menurut umur. Berat badan menurut umur digunakan untuk mengetahui status gizi masa sekarang karena berat badan sangat labil terhadap perubahan keadaan mendadak (sakit atau kurang nafsu makan). Status gizi indeks tinggi badan menurut umur menurut Soekirman (2) dapat memberikan gambaran perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat dari waktu ke waktu.
8 37 Hubungan Antar Variabel Karakteristik Sosial Keluarga dengan Perilaku KADARZI Contoh Berperilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) merupakan suatu upaya dalam rangka meningkatkan status kesehatan dan status gizi keluarga terutama balita. Melakukan pemantauan terhadap tumbuh kembang balita serta memberikan asupan makanan sesuai umur dan kebutuhan balita, jenis dan jumlah pangan yang sesuai serta memperhatikan asupan suplemen gizi yang dianjurkan dapat membantu upaya pemerintah dalam menurunkan kejadian kekurangan gizi. Pemberian suplemen gizi pada ibu hamil dan nifas, dapat menurunkan angka kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), angka kematian ibu saat melahirkan, serta angka kematian bayi baru lahir. Tabel 11 menjelaskan sebaran contoh berdasarkan karateristik sosial keluarga dan perilaku KADARZI contoh. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial keluarga dan perilaku KADARZI contoh Perilaku KADARZI contoh Karakteristik sosial Belum KADARZI Sudah KADARZI keluarga N %* n %* Tingkat pendidikan orang tua Ayah Rendah Sedang Tinggi Ibu Rendah Sedang Tinggi Umur orang tua Ayah Remaja Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut Ibu Remaja Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut Besar keluarga Keluarga besar Keluarga sedang Keluarga kecil * Hasil dari pembagian dengan total contoh Proporsi terbesar contoh pada perilaku belum KADARZI maupun sudah KADARZI adalah contoh dengan tingkat pendidikan ayah pada kelompok rendah berturut-turut yaitu 27.1% dan 33.3%, sedangkan tingkat pendidikan ibu pada
9 38 kelompok sedang berturut-turut yaitu 2.% dan 32.2%. Adnyadewi (24) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam kaitannya dengan partisipasi seseorang untuk berperilaku hidup sehat. Contoh dengan tingkat pendidikan orang tua (baik pada ayah maupun ibu) tinggi dan sudah KADARZI memiliki proporsi yang lebih besar dari pada yang belum KADARZI. Hal ini diduga bahwa pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal akan semakin luas wawasan berfikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap (Campbell 22). Umur ayah dengan kategori dewasa madya memiliki proporsi terbesar baik pada contoh dengan perilaku belum KADARZI maupun sudah KADARZI yaitu 3% dan 4%, begitu pula dengan umur ibu dengan kategori dewasa madya memiliki proporsi terbesar baik pada contoh dengan perilaku belum KADARZI maupun sudah KADARZI yaitu berturut-turut sebesar 24.2% dan 31.2%. Berdasarkan Hurlock (1998) usia muda juga cenderung menjadikan orang tua terutama ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan terhadap anak menjadi kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya sebagai seorang ibu dengan sepenuh hati. Contoh dengan kategori umur orang tua (baik ayah maupun ibu) dewasa madya dan sudah KADARZI memiliki proporsi yang lebih besar dari pada yang belum KADARZI. Hal ini diduga bahwa orang tua terutama ibu yang lebih berumur telah menerima perannya sebagai seorang ibu dengan sepenuh hati sesuai dengan pendapat Hurlock (1998). Besar keluarga dengan kategori keluarga kecil memiliki proporsi terbesar baik pada contoh dengan perilaku belum KADARZI maupun sudah KADARZI yaitu 16.7% dan 27.5%. Menurut Suhardjo (1996) bahwa semakin sedikit jumlah anak makan kesempatan anak untuk tumbuh dan berkembang semakin baik. Contoh dengan kategori keluarga kecil dan sudah KADARZI memiliki proporsi yang lebih besar dari pada yang belum KADARZI. Hal ini diduga bahwa besarnya jumlah anggota keluarga berdampak pula terhadap kurangnya perhatian pada kaidah-kaidah hidup sehat, seperti penyediaan makanan yang seimbang, kelayakan fasilitas rumah dan usaha untuk mewujudkan perilaku hidup yang sehat (Harjono 2). Untuk melihat sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial keluarga dengan lima indikator KADARZI dijelaskan dalam tabel 12.
10 39 Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial keluarga dengan lima indikator KADARZI Lima indikator KADARZI Makan Pemberian Penggunaan Konsumsi Karakteristik sosial makanan Penimbangan ASI garam suplemen keluarga beraneka balita ekslusif beriodium gizi ragam Tingkat pendidikan Ayah Rendah Sedang Tinggi Ibu Rendah Sedang Tinggi Umur orang tua Ayah Remaja Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut Ibu Remaja Dewasa muda Dewasa madya Dewasa lanjut Besar keluarga Keluarga besar Keluarga sedang Keluarga kecil BB B BB B BB B BB B BB B Keterangan : BB = Belum baik, B = Baik. Hasil dalam satuan persentase. Bila dilihat berdasarkan masing-masing indikator KADARZI dapat diketahui bahwa proporsi terbesar yaitu contoh dengan perilaku KADARZI baik dengan tingkat pendidikan ayah pada kelompok rendah (berturut-turut yaitu 52.9%, 4%, 6.4%, 55.% dan 6.4%), sedangkan tingkat pendidikan ibu pada kelompok sedang (berturut-turut yaitu 46.2%, 38.3%, 5%, 47.9% dan 5%). Adnyadewi (24) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam kaitannya dengan partisipasi seseorang untuk berperilaku hidup sehat. Contoh dengan tingkat pendidikan ibu tinggi dan sudah KADARZI memiliki proporsi yang lebih besar dari pada yang belum KADARZI. Hal ini diduga bahwa pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal akan semakin luas wawasan berfikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap (Campbell 22)
11 4 Umur ayah dan ibu dengan kategori dewasa madya memiliki proporsi terbesar pada contoh berdasarkan masing-masing indikator KADARZI, proporsi terbesar yaitu contoh dengan perilaku KADARZI baik dengan umur ayah pada kelompok dewasa madya, berturut sebesar 64.6%, 5%, 74.2%, 68.3% dan 74.1%. Proporsi terbesar yaitu contoh dengan perilaku KADARZI baik dengan umur ibu pada kelompok dewasa madya, berturut sebesar 48.3%, 4.%, 55.4%, 49.6% dan 55.4%. Berdasarkan Hurlock (1998) usia muda juga cenderung menjadikan orang tua terutama ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan terhadap anak menjadi kurang terpenuhi. Sebaliknya, orang tua yang lebih berumur cenderung akan menerima perannya dengan sepenuh hati. Contoh dengan kategori umur ayah dan ibu pada kelompok dewasa madya dan sudah KADARZI memiliki proporsi yang lebih besar dari pada yang belum KADARZI. Hal ini diduga bahwa ayah dan ibu yang lebih berumur telah menerima perannya sebagai orang tua dengan sepenuh hati sesuai dengan pendapat Hurlock (1998). Besar keluarga dengan kategori keluarga kecil memiliki proporsi terbesar pada contoh dengan perilaku sudah KADARZI yaitu 26.7%. Bila dilihat berdasarkan masing-masing indikator KADARZI, proporsi terbesar yaitu contoh dengan perilaku KADARZI baik dengan besar keluarga adalah keluarga kecil, berturut sebesar 38.3,%, 3%, 44.2%, 4% dan 44.2%. Menurut Suhardjo (1996) bahwa semakin sedikit jumlah anak makan kesempatan anak untuk tumbuh dan berkembang semakin baik. Contoh dengan kategori keluarga kecil dan sudah KADARZI memiliki proporsi yang lebih besar dari pada yang belum KADARZI. Hal ini diduga bahwa besarnya jumlah anggota keluarga berdampak pula terhadap kurangnya perhatian pada kaidah-kaidah hidup sehat, seperti penyediaan makanan yang seimbang, kelayakan fasilitas rumah dan usaha untuk mewujudkan perilaku hidup yang sehat (Harjono 2). Untuk mengetahui karakteristik sosial keluarga yang mempengaruhi status kesehatan anak balita, dilakukan uji analisis korelasi spearman. Pada penelitian ini karakteristik sosial keluarga yang diduga berpengaruh terhadap perilaku KADARZI antara lain tingkat pendidikan ayah dan ibu, umur ayah dan ibu dan besar keluarga. Tabel 13 menunjukkan hasil uji korelasi spearman pada variabel-variabel tersebut.
12 41 Tabel 13 Hasil uji analisis korelasi spearman karakteristik sosial keluarga dengan lima indikator KADARZI dan perilaku KADARZI contoh. Lima indikator KADARZI Makan Pemberian Penggunaan Konsumsi makanan Penimbangan ASI garam suplemen beraneka balita ekslusif beriodium gizi ragam Karakteristik sosial keluarga Tingkat pendidikan Ayah Ibu Umur Ayah Ibu Besar keluarga r =.29 p =.657 r =.148 p = p =.175 r =.9 p = p =.689 r =.94 p =.148 r =.57 p = p =.28.3 p =.649 r =.22 p =.73.9 p =.891 r =.23 p =.724 r =.31 p = p =.576 r =.18 p =.5 Perilaku KADARZI contoh r =.9 p =.166 r =.141 p = p = p =.522 r =.84 p =.194 Hasil uji analisis korelasi spearman (tabel 13) menunjukkan bahwa karakteristik keluarga yang berhubungan dengan perilaku KADARZI yaitu umur ayah (p =.82), tingkat pendidikan ibu (p =.3). Bila dilihat berdasarkan masing-masing indikator KADARZI, dapat diketahui bahwa variabel karakteristik keluarga yang memiliki hubungan dengan variabel lima indikator KADARZI yaitu variabel pendidikan ibu dengan makan makanan beragam (p =.22), umur ayah dengan pemberian ASI ekslusif (p =.28) dan besar keluarga dengan penimbangan balita (p =.5). Hubungan Perilaku KADARZI dan Status Gizi Balita Proporsi terbesar contoh dengan perilaku belum KADARZI maupun sudah KADARZI adalah contoh dengan status gizi berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur pada kelompok normal. Tujuan diselenggarakannya program Kadarzi, yaitu adalah agar keluarga dapat mengatasi masalah gizi setiap anggotanya (Depkes 29a). Perilaku orang tua terutama ibu memiliki peran yang sangat penting terhadap keadaan gizi anaknya (Sediaoetama 26). Sebaran contoh berdasarkan perilaku KADARZI dengan status gizi berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur dijelaskan dalam tabel 14.
13 42 Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan perilaku KADARZI dengan status gizi balita. Status gizi KADARZI Makan makanan beraneka ragam Belum baik Baik Pemberian ASI Belum baik Baik Pengunaan garam beriodium Belum baik Baik Penimbangan balita Belum baik Baik Konsumsi suplemen gizi sesuai anjuran Belum baik Baik Perilaku KADARZI Belum KADARZI Sudah KADARZI Gizi buruk Berat badan menurut umur Gizi kurang Normal Gizi lebih Tinggi badan menurut umur Pendek Normal Dari hasil penelitian diketahui bahwa keluarga yang belum KADARZI pada kelompok status gizi berat badan menurut umur normal lebih rendah (36.2%) dari pada yang sudah KADARZI (5%). Keluarga yang belum KADARZI pada kelompok status gizi tinggi badan menurut umur normal lebih rendah (%) dari pada yang sudah KADARZI (38.8%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik perilaku KADARZI keluarga semakin baik status gizi balitanya baik berdasarkan indikator berat badan menurut umur maupun tinggi badan menurut umur. Proporsi terbesar contoh pada masing-masing indikator KADARZI yaitu contoh dengan perilaku baik dan berstatus gizi balita normal baik pada status gizi dengan indikator berat badan menurut umur maupun tinggi badan menurut umur. Untuk melihat hubungan antar variabel maka dilakukan uji korelasi spearman pada masing-masing variabel tersebut yang dijabarkan pada Tabel 15.
14 43 Tabel 15 Hasil uji korelasi spearman lima indikator KADARZI dan perilaku KADARZI contoh terhadap status gizi balita berdasarkan indikator berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur. KADARZI Berat badan menurut umur Status gizi Tinggi badan menurut umur Lima indikator KADARZI Makanan beraneka ragam r =.34 p =.597 r =.116 p =.73 Pemberian ASI ekslusif r =.1 p = p =.293 Penggunaan garam beriodium Penimbangan balita r =-.29 p = p =.17 Konsumsi suplemen gizi Perilaku KADARZI r =.22 p = p =.292 Berdasarkan hasil uji rank spearman correlation menunjukkan bahwa perilaku KADARZI tidak berhubungan dengan status gizi balita baik berdasarkan indikator berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur. Bila dilihat hubungan masing-masing indikator KADARZI dengan status gizi balita, variabel yang memiliki hubungan yaitu konsumsi makan makanan beraneka ragam dengan status gizi balita berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur (p =.73) dan variabel penimbangan balita dengan status gizi balita berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur (p =.17).
KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.
5 Lampiran 1 KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 21 I. IDENTITAS LOKASI 1. Propinsi 2. Kabupaten 3. Kecamatan 4. Desa / Kelurahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Provinsi Jambi, yang mana pemilihan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
4 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keadaan gizi masyarakat Indonesia masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang vitamin A, anemia
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciPEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR
1 PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR 1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, kemudian menjadi dewasa, dan pada siklus
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA
94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)
Lebih terperinciPANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI
PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya manusia yang bermutu perlu ditata sejak dini
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA JAMBI HILMA SYAFLY
HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA JAMBI HILMA SYAFLY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT Hilma Syafly.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur (BB/U) pada tahun 2008 adalah 8,0% dengan jumlah batita18.369.952 orang dan meningkat pada tahun
Lebih terperinciINFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciKeluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI
KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 3 Tujuan a. Umum b. Khusus. 4 Kegiatan a. Pokok b. Rincian Kegiatan. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6 Sasaran 7 Jadwal pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikatornya adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang dapat menikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Balita Balita adalah bayi dan anak yang berusia kurang dari lima tahun
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Balita Balita adalah bayi dan anak yang berusia kurang dari lima tahun (Marimbi, 2010). Masa balita sering disebut masa emas. Masa emas merupakan masa pertumbuhan tubuh dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar
Lebih terperinci67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh
31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (
Lebih terperinciNo. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien
KONSULTASI GIZI.. A. PENGERTIAN Serangkaian proses komunikasi dua arah untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makanan yang baik dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang belum dapat diselesaikan, khususnya masalah kekurangan gizi. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) Denny Septian*, Rosmalia Helmy* Program perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
Lebih terperinciGAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009
GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap
Lebih terperinciKORELASI PERILAKU KADARZI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA TAHUN 2014
p-issn 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):195-201 e-issn 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2015.6.3.195-201 Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp 0748.21052 SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 Organisasi Bidang Seksi Program KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TAHUN ANGGARAN 2013 : Dinas
Lebih terperinciNeneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI LINGKUNGAN PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG Neneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Keluarga 2.1.1 Pendidikan Orang Tua Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA
HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI KELURAHAN GUNUNG SARI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 Zhainab Ulya*), M.Ridwan, Islamiyati**) Abstrak. Kelaparan dan gizi buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini diikuti dengan semakin bertambahnya
Lebih terperinciterdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.
1. 2. 3. SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 94,26 81,30 26,98 94,28 81,35 27,42 94,60 80,15 32,75 95,35 82,86 35,64 95,40 83,63 35,80 95,42 83,64 38,99 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung 2013 Selama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia atau SDM merupakan kunci pembangunan bangsa. Banyak faktor yang menentukan kualitas SDM, salah satunya adalah faktor gizi masyarakat sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas
Lebih terperinciterdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.
Selama enam tahun terakhir APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/Sederajat dan yang terendah di tingkat SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan partisipasi penduduk untuk menempuh pendidikan paling tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang 1. Balita Usia balita merupakan periode paling kritis dalam kehidupan manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan keterampilan motorik yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) DI PUSKESMAS PASAR BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2012 Usulan Penelitian Skripsi Diajukan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin baik. Status gizi anak balita akan berkaitan erat dengan kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi pada masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Kondisi sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi. Bila kondisi sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang meliputi seluruh aspek kehidupan dari berbangsa dan bernegara. Manusia sebagai modal dari pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Balita dengan berat badan BGM menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi. Balita merupakan
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Erwin Silitonga Dosen Akbid Dewi Maya Medan ABSTRAK Keluarga disebut Sadar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa. Pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
49 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Hasil pemilahan data dari sebanyak 2.822 rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-11 bulan yang berasal dari 10 provinsi di Sumatera, hanya 1.749 rumah tangga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Kelurahan Situgede merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang menjadi salah satu lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran
21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinci