BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu >2000 mm/tahun. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2014, seperti dilansir laman Tribunnews, dalam kurun waktu 2005 sampai 2014 total terdapat peristiwa longsor dengan korban meninggal dunia mencapai orang. Sedangkan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah terjadi 553 kejadian tanah longsor. Dari total kejadian tersebut, Kecamatan Samigaluh memiliki tingkat bencana longsor mencapai 155 kejadian. Lokasi penelitian terletak di Desa Kebonharjo dan Banjarsari yang merupakan bagian dari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Secara regional, kondisi geomorfologi kedua desa ini berada pada Satuan Perbukitan Tinggi dengan ketinggian 300 mdpl hingga 775 mdpl dengan kemiringan lereng yang curam hingga sangat curam (Novianto dkk., 1997). Menurut Rahardjo dkk. (1977), kedua desa tersebut tersusun oleh Formasi Andesit Tua dan Formasi Jonggrangan dan menurut Novianto dkk. (1997), batuan penyusun pada kedua desa memiliki kekuatan batuan yang rendah hingga sedang karena batuan penyusun mengalami pelapukan yang tinggi. Data kejadian di Desa Banjarsari dan Desa Kebonharjo masih terbatas karena belum ada penelitian secara rinci dan hanya tersedia data dari BPBD Kulon Progo. 1

2 Informasi yang telah dijabarkan menunjukkan bahwa perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut dan lebih rinci mengenai kerentanan longsor di beberapa desa yang terletak dalam cakupan wilayah administrasi Kecamatan Samigaluh diantaranya Desa Banjarsari dan Kebonharjo dalam upaya mitigasi bencana geologi. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1452K/10/MEM/2000 tanggal 3 November 2000, metode analisis yang digunakan dalam pemetaan zona kerentanan gerakan massa terdiri dari 2 metode yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan pengambilan data di lapangan berupa parameter geomorfologi, geologi, struktur dan lainnya, yang kemudian dilanjutkan dengan penampalan peta parameter-parameter tersebut. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis yang dianggap tepat untuk digunakan dalam penyelidikan ini karena menghimpun beberapa parameter penting yang berpengaruh terhadap kestabilan lereng sehingga mengakibatkan longsor di suatu lokasi. Subyektivitas dalam pemberian bobot terhadap setiap parameter dapat disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian. Peta kerentanan dihasilkan dengan proses dan sistematis sehingga dapat dianggap valid. I.2. Rumusan Masalah Penelitian dilakukan berdasarkan pada beberapa masalah, yaitu : 1. Belum ada penelitian yang detail (skala 1:25.000) tentang kerentanan longsor menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) di Desa Kebonharjo dan Desa Banjarsari. 2

3 2. Belum ada penelitian yang memberikan informasi mengenai faktor pengontrol dan tipe longsor yang terjadi di lokasi penelitian dalam kaitannya dengan usaha mitigasi bencana longsor. I.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hanya berfokus pada pemetaan zonasi tingkat kerentanan longsor di Desa Kebonharjo dan Desa Banjarsari dengan skala 1 : serta penyelidikan mengenai tipe longsor di lokasi penelitian dan faktor faktor penyebabnya antara lain; kemiringan lereng, jenis batuan/litologi, tingkat pelapukan batuan, tingkat diskontinuitas batuan serta tata guna lahan. I.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Membuat peta zonasi kerentanan longsor di Desa Kebonharjo dan Desa Banjarsari menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam skala 1: Mengetahui faktor pengontrol dan tipe longsor yang terjadi di daerah penelitian untuk mendukung tindakan mitigasi bencana longsor di lokasi penelitian. I.5. Manfaat Penelitian 3

4 Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu informasi mengenai tingkat kerentanan longsor yang termuat dalam peta zonasi tingkat kerentanan longsor di daerah penelitian dengan skala 1: serta faktor pengontrol dan tipe longsor untuk mendukung tindakan mitigasi bahaya longsor di daerah penelitian. I.6. Lingkup Penelitian I.6.1. Lokasi penelitian dan kesampaian daerah Lokasi penelitian berada pada Desa Kebonharjo dan Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah penelitian dibatasi oleh batas administrasi Desa Kebonharjo dan Banjarsari yang terbentang pada koordinat UTM dan Gambar 1.1. Peta lokasi penelitian di Desa Kebonharjo dan Desa Banjarsari 4

5 Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan transportasi darat dari Kota Yogyakarta dalam waktu tempuh ± 1 jam. Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan berjalan kaki untuk mencapai titik lokasi penelitian. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1. I.6.2 Lingkup Pekerjaan Penelitian dilakukan di Desa Kebonharjo dan Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemetaan yang dilakukan meliputi pemetaan kemiringan lereng yaitu pengamatan terhadap kondisi kelerengan, pemetaan jenis batuan, diskontinuitas batuan, tingkat pelapukan batuan dilakukan dengan pengamatan singkapan di lapangan, serta pengamatan tata guna lahan. Dalam penyelidikan pasca lapangan, dilakukan analisis data dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui pengaruh kriteria terhadap tingkat kerentanan longsor di lokasi penelitian. I.7. Keaslian Penelitian Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan peneliti terdahulu adalah peneliti berfokus pada zonasi kerentanan longsor di daerah penelitian menggunakan metode AHP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. I.8. Peneliti Terdahulu 5

6 Penelitian terdahulu yang telah dilakukan lebih menitik beratkan pada masing-masing tujuan penelitian yang meliputi aspek geologi berupa geomorfologi, litologi, struktur geologi dan bencana geologi serta geologi teknik. Tabel 1.1 menampilkan informasi mengenai beberapa peneliti yang pernah melakukan penelitian tentang longsor di lokasi penelitian maupun di sekitar lokasi penelitian. Tabel 1.1 Peneliti Terdahulu No. Nama Peneliti Penjelasan 1. BPBD Kulon Progo (2017) Data dari Badan Penanggulangan Becana Daerah Kulon Progo memberikan informasi mengenai data kejadian longsor yang terjadi selama tiga (3) tahun terakhir di setiap kecamatan di Kulon Progo. 2. Kusuma, Yogi (2017) 3. Novianto, dkk (1997) Melakukan penelitian terhadap zona kerentanan longsor di Kabupaten Jepara dan perbandingan hasil penelitian dengan peneliti terdahulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa zona kerentanan longsor di Kabupaten Jepara dibagi menjadi 3 zona yaitu zona kerentanan longsor tinggi, menengah dan rendah. Hasil perbandingan dengan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penambahan faktor pengontrol longsor yang semakin lengkap memberikan zona yang lebih rinci dan valid. Penelitian berupa pemetaan geologi teknik regional Yogyakarta dan sekitarnya, kecuali Kabupaten Gunung Kidul. Peta memiliki skala 1: dengan pengelompokan formasi daerah Kulon Progo yang terdiri dari Batupasir Formasi Nanggulan, Breksi Formasi Kebo Butak, Konglomerat Formasi Jonggrangan, Batugamping Formasi Sentolo, Endapan Pasir dan Lempung Aluvium, Endapan Pasir Koluvium serta intrusi Andesit dan Dasit. Novianto dkk (1997) juga mengelompokkan formasi tersebut berdasarkan derajat kekuatan batuan, diantaranya Intrusi Andesit dan Dasit dikelompokkan dalam derajat kekuatan batuan tinggi, Konglomerat Formasi Jonggrangan dikelompokkan dalam derajat kekuatan batuan menengah, Batupasir Formasi Nanggulan, Batugamping Formasi Sentolo dan Breksi Formasi Kebo Butak dikelompokkan dalam derajat kekuatan batuan yang rendah, serta Endapan Pasir dan Lempung Aluvium dikelompokkan dalam derajat kekuatan batuan sangat rendah. 6

7 4. Satrio, Aji (2016) 5. Respati, Y.S dkk (2010) Melakukan penyelidikan karakterisitik geologi teknik dan zona kemampuan geologi teknik untuk permukiman di Desa Kebonharjo dan Banjarsari dalam skala 1: Hasil penelitian yaitu zonasi kemampuan geologi teknik untuk pemukiman pada daerah penelitian terbagi menjadi tiga zona, yaitu rendah, menengah, dan tinggi. Melakukan analisis GIS terhadap gerakan tanah di Girimulyo, Kulon Progo dan kajian faktor-faktor pengontrolnya. Hasil penelitian adalah curah hujan tinggi di daerah tersebut menyebabkan litologi dominan berupa breksi andesit dan breksi tuff mengalami pelapukan cukup tinggi. Tipe gerakan tanah dan batuan di daerah tersebut adalah tipe aliran dan tipe jatuhan. 7