We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve

Transkripsi

1 We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve

2 Kami ketawa lagi. Nggak lama kemudian, sesosok bayangan mendekati meja kami. Gue yang pertama kali lihat. Bayangan itu gelap, cepat, dan misterius. Tiba-tiba saja, bayangan itu berubah menjadi sepuluh jari nempel di meja kami, setengah kepala manusia muncul disamping Elle yang notabene duduk di depan gue. Rambutnya hitam, dan sebuah kacamata bergagang silver bertengger. Kayaknya, dia lagi berlutut di samping Elle. Elle! seru gue kaget. Elle segera menoleh, lalu melompat mundur gara-gara melihat siapapun yang ada di samping dia itu. Lo siapa?! sembur Elle sambil memegangi dadanya. Kami berenam kaget semua. Si bayangan itu berdiri. Ternyata, dia cewek. Manusia utuh. Tampilannya culun abis, kemeja dikancing semua, masuk rapi ke rok yang melebihi lutut, kaos kaki panjang dan sepatu kets putih. Kacamatanya kegedean, nutupin setengah wajahnya.

3 Rambutnya yang hitam dikuncir dua di samping dan ada kamera tergantung dari lehernya. Tampilan begini cuma dimiliki satu organisasi. Klub jurnalistik. Lo mau jantung gue copot ya? sembur Elle setelah dia yakin bahwa cewek disamping dia itu manusia biasa. Si cewek hanya diam, tapi menatap ke gue. Lebih tepatnya, gue merasa dia menatap gue. Soalnya, mata dia bener-bener nggak keliatan dibalik lensa kacamatanya yang gelap. Bulu kuduk gue langsung pada naik semua. Selama satu menit penuh tuh cewek hanya diam. Lalu, perlahan-lahan, dia memutar kepalanya kayak robot usang dan menatap Elle. Elle menatapnya balik, setengah bingung, setengah bergidik. Apa? sembur Elle. Aku butuh bantuan. jawab cewek itu lirih. Nada suaranya mirip kayak nada suara orang yang

4 sekarat. Gue makin merinding saja. Bantuan? tanya Elle. Si cewek mengangguk, lalu memutar kepalanya lagi ke depan, menatap gue. Lo bisa nggak sih muter kepala lo normalan dikit? ketus Anthony. Dan nggak usah natap Vara lama-lama! Gue memutar bola mata gue. Anthony demen banget gombalin gue, meskipun gue nggak pernah liat Anthony gombalin cewek lain selain gue. Stop! Berhenti di situ! Jangan mikir macam-macam! Balik ke si cewek. Buat gue, cewek ini creepy, spooky, dan tentunya scary. Lama banget dia menatap gue. Kenapa? Ada kumbang di muka gue? sembur gue. Gue paling nggak suka ditatap lamalama. Bikin perasaan gue nggak nyaman. Aku butuh bantuan. ulang si cewek. Iya, bantuan apa? Elle mulai nggak sabar. Kayaknya dia udah yakin betul ini cewek manusia

5 asli. Si cewek mengangkat tangannya pelan-pelan, lalu menunjuk gue dengan telunjuknya yang pendek dan bulat. Bantuan dari kamu, putri sekolah. jawabnya lirih, nyaris mendesis. Gue menatapnya dengan bingung. Sebelum lo minta bantuan gue, mending lo ngasih tahu nama lo siapa. Lo dari klub jurnalistik kan? Si cewek nggak menurunkan tangannya. Dia menatap gue lama. Namaku Riri. jawabnya lirih. Dan aku butuh bantuanmu. Bantuan apa? tanya gue. Belom sempat Riri menjawab, tiba-tiba lampu kantin yang terang mati semua. Keadaan langsung jadi gelap. Nggak segelap seperti waktu gue nyelinap dulu, karena tetap ada sinar matahari yang masuk remang-remang lewat jendela kecil kantin. Tapi, berhubung kantin gue ada di basement, otomatis gelap banget tanpa lampu. Kontan, seluruh

6 anak-anak dan penjual kantin langsung berteriak kaget. Beberapa anak cewek yang centil dan bawel langsung teriak ketakutan. Gue spontan langsung megang tangan Anthony. Gue paling nggak suka gelap. Kamu harus bantu aku, Riri mengulang. bantu kami... Suaranya bertambah pelan, lalu menghilang begitu saja. Kilap gagangnya juga nggak keliatan lagi. Jantung gue langsung berdebar-debar, bingung dan takut.