Usulan Perbaikan Metode Kerja Proses Pemanenan Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode SCAT Di PT. XYZ

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Usulan Perbaikan Metode Kerja Proses Pemanenan Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode SCAT Di PT. XYZ"

Transkripsi

1 Usulan Perbaikan Metode Kerja Proses Pemanenan Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode SCAT Di PT. XYZ Muhammad Nur Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas No. 155 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru, Intisari PT. XYZ bergerak dibidang pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan Palm Kernel dengan kapasitas pabrik 45 ton TBS/jam. Permasalahan yang terjadi adalah banyaknya terjadi kecelakaan kerja khususnya pada karyawan pemanenan kelapa sawit (TBS). Kecelakaan kerja panen kelapa sawit di PT. XYZ tahun 2013 sampai 2015 terjadi 955 kasus yang menyebabkan hari kerja hilang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang dialami karyawan pemanen TBS dan memberi usulan perbaikan metode kerja kepada perusahaan khususnya pemanenan TBS agar kecelakaan kerja yang saat ini masih terjadi dan dialami oleh karyawan dapat diminimalisir dan tidak terulang kembali. Metode yang digunakan untuk penyelesaian masalah tersebut yaitu dengan menggunakan metode Systematic Cause Analysis Technique (SCAT). Penyebab kecelakaan yang terjadi dikarenakan tidak adanya SOP, tidak memakai APD, kurang pengawasan dari pimpinan, dan tidak adanya program kesehatan dan keselamatan kerja. Usulan perbaikan berupa membuat SOP kerja yang benar dan aman, mewajibkan penggunaan APD, peningkatan kesadaran dan pengetahuan karyawan, merencanakan pengadaan APD, pengawasan karyawan, dan membuat program kesehatan dan keselamatan kerja. Kata kunci: Metode kerja, proses pemanenan, SCAT 1. Pendahuluan PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO)dan Karnel Palm (KP), dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tandan buah sawit (TBS) diperoleh dari perkebunan milik sendiri yang mencapai luas 4357,91 Ha dengan ouput 520 Ton/Hari. Tidak dapat dipungkiri perusahan sebesar ini akan memberikan dampak penyerapan tenaga kerja pemanen TBS yang besar pula. Seiring dengan itu dalam menjalankan pekerjaannya, karyawan pemanen TBS sangat beresiko tinggi mengalami kecelakaan kerja, hal ini diketahui dari pengamatan di lapangan bahwa tidak adanya standar metode kerja yang baku, benar dan aman, antara satu karyawan dengan karyawan lainnya memiliki cara pemanenan TBS yang berbeda-beda. Kesalahan metode kerja ini dapat dilihat pada saat karyawan melakukan pemotongan pelepah sawit maupun buahnya secara bersamaan yang mengakibatkan jatuhnya pelepah dan buah menjadi tidak stabil dan tidak terkendali. Resiko terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan pemanenan TBS selain disebabkan oleh metode kerja pemanenan TBS yang tidak benar dan aman, diperparah pula dengan rendahnya kesadaran karyawan akan kesehatan dan keselamatan kerja seperti tidak memakai alat pelindung diri (APD) seperti sepatu boot, helm, kacamata dan apron, tidak fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan (melakukan pekerjaan memanen buah sawit sambil melakukan aktifitas lain seperti merokok, mengobrol, dan lain-lain), dan sikap abai terhadap keselamatan kerja lainya. TP-170

2 Kecelakaan kerja yang terjadi pada karyawan pemanen tandan buah sawit (TBS) di PT. XYZ umumnya terdiri dari kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh tertimpa pelepah atau buah sawit, kejatuhan serbuk atau berondolan sawit, tertusuk duri sawit, tersandung dan terjatuh, terluka akibat terkena alat kerja yang tajam egrek dan beberapa kecelakaan kerja akibat faktor lainnya. Akibat yang ditimbulkan dari kecelakan kerja ini antara lain iritasi mata ringan sampai berat, masalah penglihatan permanen, luka robek, memar, terkilir, patah tulang, dan cacat permanen bahkan bisa saja dapat menimbulkan korban jiwa meninggal dunia. Tabel 1 menunjukkan data rincian kecelakaan kerja yang terjadi pada karyawan pemanenan tandan buah sawit (TBS) di PT. XYZ sepanjang tahun 2013 sampai dengan tahun Tabel 1 Data Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab Kecelakaan No Jenis Kecelakaan Jumlah Kejadian Jumlah 1 Tertimpa Pelepah atau Janjangan Buah Sawit Kejatuhan Berondolan Sawit, Serbuk Bunga Sawit atau Sampah Lainnya Tertusuk Duri Sawit Tersandung, Terpeleset, atau Terjatuh Terluka Atau Cidera Karena Alat Kerja Total Kecelakaan Waktu / Hari Kerja Yang Hilang Jumlah Karyawan (Sumber: PT. XYZ, 2016) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang dialami karyawan pemanen TBS dan memberikan usulan perbaikan satandar kerja kepada perusahaan PT. XYZ melalui pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) keselamatan kerja pemanenan tandan buah sawit (TBS) dan rekomendasi-rekomendasi tindakan yang dapat diambil perusahaan agar kecelakaan kerja yang saat ini masih terjadi dan dialami oleh karyawan pemanen tandan buah sawit (TBS) dapat diminimalisirkan dan tidak terulang kembali. 2. Metodologi Metode untuk melakukan identifikasi penyebab terjadinya kecelakaan kerja cukup banyak tetapi pada penelitian ini menggunakan metode Systematic Cause Analysis Technique (SCAT). Metode SCAT adalah suatu tool yang digunakan untuk mengevaluasi dan menginvestigasi incident dengan menggunakan SCAT chart (Nuruddin, 2012). Alasan menggunakan metode SCAT karena dengan menggunakan metode ini kita dapat melihat gambaran kecelakaan yang sebenarnya terjadi, sehingga dapat diketahui gambaran penyebab langsung serta akar permasalahan dari kejadian kecelakaan, koreksi atas kegagalan manajemen perusahaan. Dengan demikian rekomendasi dari penelitian ini akan bisa memberi usulan perbaikan atau koreksi secara tuntas. 3. Hasil dan Pembahasan Cara kerja adalah metode yang digunakan secara terus-menerus oleh karyawan pada saat melakukan pekerjaannya. Cara kerja yang digunakan oleh karyawan saat ini adalah cara kerja yang mereka dapatkan dari pengalaman maupun melihat langsung serta melakukan secara langsung tanpa pernah mengetahui sebelumnya. Cara kerja satu karyawan dengan karyawan lainnya saat ini berbeda-beda. Artinya satu karyawan dengan karyawan lainnya dalam melakukan TP-171

3 pekerjaanya tidak sama. Secara keseluruhan cara kerja yang digunakan oleh karyawan adalah cara kerja yang tidak aman. Cara kerja tidak aman yang digunakan saat ini adalah tidak adanya mengerti jarak aman berdirinya karyawan yang tepat. Jarak aman antara pohon kelapa sawit dengan karyawan berdiri adalah 1 sampai 1,5 meter, sehingga buah yang jatuh dan terguling tidak akan sampai ke arah karyawan. Selain jarak juga terdapat cara memotong yang tidak aman. Maksud dari cara memotong tidak aman adalah karyawan memotong pelepah ataupun buah dengan cara memotongnya secara langsung sehingga jatuhnya pelepah tidak dapat di prediksi arahnya. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi karyawan ketika pelepah jatuh mengarah kepada karyawan tersebut. Dengan demikian perlu adanya pembuatan cara kerja yang benar dan aman yang nantinya akan di gunakan oleh para karyawan. Sehingga karyawan memiliki pedoman yang pasti dan bekerja dengan nyaman dan aman. Kecelakaan yang terjadi pada proses pemanenan buah kelapa sawit di PT. XYZ dapat di ketahui penyebab dan solusinya dengan menggunakan metode SCAT. Ada 5 blok atau kotak dalam SCAT diagram, meliputi deskripsi kejadian, pemicu kejadian, penyebab langsung, penyebab dasar, dan tindakan perbaikan. Deskripsi Kejadian Pemicu Kejadian Penyebab Langsung Penyebab Dasar Tindakan Perbaikan Karyawan PT. XYZ mengalami kecelakaan kerja berupa Luka Memar, Luka Robek, Terkilir, Patah Tulang, Kematian, Iritasi Mata, Luka Pada Mata, Cacat Pada Mata, Kebutaan, Luka Tusuk, Timbulnya Rasa Nyeri, Luka Gores, Keseleo, Luka Sayatan, Anggota Tubuh Putus, dan lainlain. Pemicu Kecelakaan Kerja Tertimpa Pelepah atau Janjangan Buah Sawit, kejatuhan brondolan sawit, serbuk bunga sawit/sampah lainnya, tertusuk duri sawit, tersandung, terpeleset, atau terjatuh, terluka karena alat kerja. Tidak adanya metode atau standar kerja yang baku, kondisi lingkungan kerja, tidak memakai APD, dan tidak fokus pada saat bekerja. Kurang pengetahuan pentingnya K3, ketidaktahuan tentang tata cara kerja yang baik dan aman, beban pekerjaan yang berat, kurangnya pengadaan APD, kurang atau tidak ada pengawasan, dan program K3 tidak sesuai atau tidak ada. Membuat standar kerja yang benar dan aman, meningkatka n kesadaran pentingnya K3, Merencanaka n pengadaan APD, mewajibkan penggunaan APD, pengawasan terhadap K3 karyawan, membuat dan menjalankan program K3. Gambar 1. Diagram SCAT TP-172

4 A. Deskripsi Kejadian 1. Tertimpa Pelepah atau Janjangan Buah Sawit Tertimpa pelepah atau janjangan buah sawit merupakan kejadian kecelakaan dimana pelepah atau janjangan buah sawit yang telah dipotong dengan egrek terjatuh menimpa tubuh si karyawan yang umumnya dapat menyebabkan cidera berupa luka memar, luka robek, terkilir, patah tulang, kematian, dan lain-lain. 2. Kejatuhan Berondolan Sawit, Serbuk Bunga Sawit atau Sampah Lainnya Jatuhnya berondolan sawit, serbuk bunga sawit atau sampah lainnya mengenai bagian tubuh (umumnya pada bagian wajah, terutama pada bagain mata) yang menimbulkan cidera luka memar, benjol, iritasi mata, luka pada mata, cacat pada mata, kebutaan, dan lain-lain. 3. Tertusuk Duri Sawit Cidera tertusuk duri dari buah maupun pelepah sawit yang menimbulkan cidera luka tusukan, dan rasa nyeri pada bagain tubuh yang terluka, dan lain-lain. 4. Tersandung, Terpeleset, atau Terjatuh Kejadian kecelakaan yang menyebabkan cidera berupa luka memar, luka gores, keseleo, terkilir, dan lain-lain. 5. Terluka Atau Cidera Karena Alat Kerja Kecelakaan kerja ini merupakan kecelakaan kerja dimana terjadinya kontak antara tubuh karyawan dengan peralatan-peralatan kerja seperti egrek, dodos, kampak, gancu, dan perlatan kerja lainnya yang menimbulkan cidera berupa luka robek, luka sayatan, anggota tubuh putus, dan lain-lain. B. Analisa Pemicu Kejadian 1. Pemicu Kecelakaan Kerja Tertimpa Pelepah atau Janjangan Buah Sawit. Kecelakaan kerja akibat tertimpa pelepah atau janjangan buah sawit dipicu oleh jatuhnya pelepah atau jajangan buah sawit dari ketinggian rata-rata lebih dari 10 meter dan memiliki berat rata-rata diatas 30 kg secara tidak terkendali sementara pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) serta ketidaktahuannya karyawan mengenai tata kerja pemanenan tandan buah sawit yang aman guna terhindar dari kejatuhan pelepah atau janjangan buah sawit. 2. Pemicu Kecelakaan Kerja Kejatuhan Berondolan Sawit, Serbuk Bunga Sawit atau Sampah Lainnya. Kecelakaan kerja ini dipicu oleh brondolan, serbuk sawit atau sampah lainnya yang jatuh dari ketinggian pohon sawit mengenai bagian kepala dan wajah terutama bagian mata karyawan, resiko cidera akibat kejatuhan berondolan sawit, serbuk bunga sawit atau sampah lainnya semakin diperparah dengan tidak digunakannya kacamata pelindung oleh karyawan 3. Pemicu Kecelakaan Kerja Kerja Tertusuk Duri Sawit. Terjadinya kontak antara duri janjangan sawit atau pelepah sawit dengan bagian tubuh, permukaan kulit karyawan panen tandan buah sawit (TBS) yang tidak tertutup pakaian kerja atau alat pelindung diri (APD) lainnya pada saat memanen, memindahkan, atau mengangkut janjangan dan pelepah sawit sebagai pemicu terjadinya kecelakaan kerja tertusuk duri sawit. 4. Pemicu Kecelakaan Kerja Tersandung, Terpeleset, atau Terjatuh. Kecelakaan kerja tersandung, terpeleset, dan terjatuh dipicu oleh pada saat berjalan ditengah kebun sawit, saat memanen atau saat memindahkan dan menyusun pelepah sawit ke pasar mati dan mengangkut janjangan buah sawit ke tempat pengumpulan hasil (TPH) menggunakan angkong (gerobak) dengan beban yang sangat berat. TP-173

5 5. Pemicu Kecelakaan Kerja Terluka atau Cidera Karena Alat Kerja. Terluka pada saat mengasah egrek, dodos, atau kampak. Pada saat membawa ala-alat kerja yang tajam dengan tidak hati-hati atau terburu-buru. Terkena gancu saat menggancu janjangan buah sawit, terkena kampak saat memotong pelepah dan tangkai buah sawit. C. Analisa Penyebab Langsung Sebab-sebab yang secara langsung mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pemenenan terbagi kedalam dua kategori, yaitu: 1. Kondisi Berbahaya. a. Tidak Adanya Metode atau Standar Kerja yang Baku. b. Kondisi Lingkungan Kerja 2. Prilaku Berbahaya. a. Tidak Memakai Alat Pelindung Diri (APD). b. Tidak Fokus Pada Pekerjaan yang Sedang Dilakukan D. Analisa Penyebab Dasar 1. Faktor Pribadi atau Personal a. Kurangnya Pengetahuan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. Ketidaktahuan Tentang Tata Cara Kerja yang Baik dan Aman c. Beban Pekerjaan Yang Berat 2. Faktor Pekerjaan a. Kurangnya Rekayasa dan Simulasi b. Kurangnya Perencanaan Pengadaaan 3. Faktor Manajemen atau Lemahnya Kontrol a. Kurang Atau Tidak Ada Pengawasan dari Pimpinan b. Program Tidak Sesuai atau Tidak Tersedia E. Analisa Tindakan Perbaikan 1. Membuat Standar Metode Kerja yang Benar dan Aman. Upaya untuk menghindari kecelakaan yang sama terjadi dimasa akan datang adalah dengan memberikan metode kerja baku atau StandardOperational Procedure (SOP) yang tetap sebagai pedoman dalam melakukan pekerjaan pemanenan tandan sawit (TBS). Berikut adalah StandardOperational Procedure (SOP) untuk proses pemanenan tandan sawit (TBS): a. Berdiri disamping pelepah atau buah yang akan dipotong, jarak karyawan dengan pohon adalah 1 sampai 1,5 meter. Tujuan karyawan berdiri disamping pelepah atau buah yang akan di potong dengan jarak antara 1 sampai 1,5 meter adalah memudahkan karyawan dalam memposisikan dan menempatkan mata pisau egrek ke dalam celah pangkal pelepah atau buah yang akan di potong. selain itu juga akan memudahkan karyawan dalam menetapkan arah jatuhnya pelepah dan buah. Serta jarak tersebut adalah jarak aman karyawan dari buah sawit yang jatuh lurus dari tempat awal buah sawit sebelum dipotong. b. Masukkan pisau egrek ke celah pangkal pelepah atau buah yang akan dipotong. Pisau dimasukkan ke celah yang terdapat di pangkal pelepah ataupun buah sawit yang akan di potong. Egrek ditempatkan dipangkal pelepah atau buah karena bagian pangkal pelepah dan buah sawit adalah bagian yang mudah di potong dibandingkan bagian lainnya. c. Letakkan tangan kiri sejajar kepala dan tangan kanan sejajar dada. TP-174

6 Dengan tangan kiri sejajar kepala karyawan dan tangan kanan sejajar dada akan mengoptimalkan tenaga karyawan dalam memotong pelepah dan buah kelapa sawit. d. Berdiri disamping kiri egrek dengan kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, kaki dibuka selebar bahu. Berdiri disamping kiri egrek yang di maksud adalah disamping kiri dari posisi karyawan berdiri. Dengan kaki dibuka selebar bahu dan kaki kiri berada didepan serta kaki kanan di belakang bertujuan agar posisi berdiri karyawan kokoh dan tidak berubah saat menarik egrek. Disamping itu juga agar tenaga yang dimiliki dan digunakan karyawan akan semakin maksimal. e. Memotong pelepah sawit. 1) Tarik egrek sampai pelepah menggantung. Setelah egrek berada pada posisi yang tepat untuk memotong pelepah sawit yaitu di celah pelepah sawit, tarik egrek sampai pelepah menggantung. Hal ini bertujuan agar pelepah tidak langsung terpotong dan pelepah akan mudah untuk ditentukan arah jatuhnya serta jatuhnya. Dengan arah jatuh pelepah yang ditentukan, maka karyawan akan aman dan terhindar dari kecelakaan kejatuhan pelepah. 2) Tarik ujung pelepah ke arah karyawan dengan tangan kanan, tangan kiri memegang egrek. Menarik ujung pelepah kearah berdirinya karyawan akan membuat pangkal pelepah setelah selesai dipotong jatuh ke arah yang berlawanan. Artinya pangkal pelepah jatuh menjauh dari karyawan. Sehingga kemungkinan kecelakaan kejatuhan pelepah tidak akan terjadi. 3) Letakkan tangan kiri sejajar kepala dan tangan kanan sejajar dada. 4) Berdiri disamping kiri egrek dengan kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, kaki dibuka selebar bahu. 5) Tarik egrek sampai pelepah terpotong. Pelepah akan terpotong dan jatuhnya pangkal pelepah jauh dari karyawan. Dengan demikian resiko kejatuhan pelepah pun menjadi sangat kecil bahkan tidak akan terjadi. f. Memotong tandan buah sawit (TBS). 1) Tarik egrek satu kali. Pangkal buah sawit lebih kecil dibandingkan dengan pangkal pelepah, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan satu kali agar buah tidak langsung terpotong, sehingga tidak langsung jatuh. Ini akan menghindari karyawan dari kecelakaan kejatuhan buah karena buah jatuh secara tiba-tiba dan tidak dapat di ketahui arah jatuh buah sawit tersebut. 2) Tarik bagian atas buah ke arah bawah menggunakan pisau egrek. Kegiatan ini dilakukan agar buah sawit yang selesai dipotong akan langsung jatuh ke bawah dengan lurus. Buah yang ditarik ke bawah juga akan berada di bawah egrek dan pelepah yang ada di bawah buah sawit sehingga buah tidak jatuh diatas egrek maupun pelepah. 3) Masukkan pisau egrek ke celah pangkal buah yang akan dipotong. 4) Tarik egrek sampai buah terpotong. Buah yang selesai di potong akan jatuh lurus dan jauh dari karyawan pemanen. Jatuhnya buah tidak terhalang oleh egrek maupun pelepah yang ada di pohon, sehingga karyawan pemanen terbebas dari resiko kejatuhan buah kelapa sawit tersebut. 2. Meningkatkan Kesadaran Pentingnya Keselamatan Kerja. TP-175

7 Memberikan kesadaran kepada karyawan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai arti yang sama pentingnya dengan kualitas dan target. Dengan demikian karyawan akan lebih berhati-hati dan mengedepankan keselamatan ketika melakukan pekerjaannya. Apabila pengetahuan dan kesadaran pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja diterima dan dimiliki karyawan dan menerapkannhya ketika melakukan pekerjaan dan memiliki tanggung jawab tentang keselamatan kerja sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan akan sangat kecil. 3. Merencanakan Pengadaan Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang Dibutuhkan. Selain perlengkapan produksi yang dibutuhkan dan direncanakanpengadaannya, perlengkapan keselamatan kerja juga harus dilakukan perencanaan pengadaanya. 4. Mewajibkan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Dengan mewajibkan karyawan menggunakan alat pelindung diri (APD) ketika melakukan pekerjaan penamenan tandan buah sawit (TBS) akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja berakibat fatal apabila kecelakaan masih saja terjadi dan tidak terhindarkan. 5. Pengawasan Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan. Pengawasan tersebut adalah mengawasi dan memastikan bahwa karyawan telah menggunakan perlengkapan alat pelindung diri (APD) yang telah diberikan, mengikuti metode kerja dengan benar, serta memberikan rambu-rambu yang mengingatkan tentang pentingnya keselamatan kerja. 6. Membuat dan Menjalankan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu program yangbertujuan untuk mengurangi kecelakaan-kecelakaan dan kondisi yang tidak sehat yang terjadi didalam perusahaan atau organisasi, dengan mewujudkan suatu kondisi kerja yang lebih aman dan sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan terutama yang memiliki tingkat kecelakaan dan resiko yang tinggi. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan 1. Faktor penyebab terjadinya kecelakan kerja di PT. XYZ adalah sebagai berikut: a. Penyebab Langsung b. Penyebab Dasar 2. Usulan perbaikan metode kerja pemanenan melalui pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) keselamatan kerja pemanenan TBS, peningkatan kesadaran diri karyawan terhadap pentingnya keselamatan kerja, merencanakan pengadaan perlengkapan APD sesuai yang dibutuhkan, mewajibkan penggunaan APD oleh setiap karyawan pada saat berkerja, melakukan pengawasan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, membuat dan menjalankan program kesehatan dan keselamatan kerja Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Perlunya pengawasan yang lebih baik dan menyeluruh seperti pengecekan dan perawatan secara berkala perlengkapan keselamatan. 2. Perusahaan meningkatkan kualitas sumber daya manusia tentang perlunya kesehatan dan keselamatan kerja dengan cara memberikan penyuluhan terhadap semua karyawan dengan cara mendatangkan ahli keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Sebaiknya ditempat kerja di pasang display yang bersifat mengingatkan karyawan akan bahaya kecelakaan. TP-176

8 4. Apabila karyawan tidak mematuhi atau melanggar prinsip yang telah diterapkan oleh perusahaan mengenai manajemen kesehatan dan keselamatan, maka perusahaan harus bertindak tegas untuk tidak memberi ijin masuk bagi karyawan yang tidak melaksanakan. 5. Memberikan penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi dan menjalankan program K3 dengan sungguh-sungguh. Daftar Pustaka Anizar, 2012, Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri, Medan:Graha Ilmu. Dainur, 1992, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta:Widya Medika. Hadi, S, 2008, Prinsip-Prinsip Dasar Pengetahuan Keselamatan Kerja Dan Penerapannya, Jakarta:Rineka Cipta. Kuswana, W, S, 2014, Ergonomi dan K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Nuruddin, 2012, Investigasi Kecelakaan Kerja Dan Tools Yang Digunakan, Jakarta:Pustaka Utama Grafiti. Ramli, S, 2010, Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Jakarta:Dian Rakyat. Ridley, J, 2008, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Jakarta:Penerbit Erlangga. Suma mur, P, K., 1992, Kecelakaan Dan Keselamatan Kerja, Jakarta:Gunung Agung. Tarwaka, 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Surakarta: Harapan Press. TP-177

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya perindustrian. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEMANENAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC CAUSE ANALYSIS TECHNIQUE

USULAN PERBAIKAN SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEMANENAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC CAUSE ANALYSIS TECHNIQUE USULAN PERBAIKAN SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEMANENAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC CAUSE ANALYSIS TECHNIQUE (SCAT) (Studi Kasus : PT. Ciliandra Perkasa Sei Batang Ulak Bangkinang)

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa 1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flow Chart Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama kegiatan penelitian berlangsung. Deskripsi dilengkapi dengan penyajian diagram alir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang krusial dan merupakan fenomena yang banyak terjadi pada saat ini dalam pemanfaatan lahan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan dua alat panen yaitu berupa egrek dan dodos. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada penggunaan egrek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) karena

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perkebunan kelapa sawit di tanah air diakui memberikan peluang besar untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan menjadi pekerja di perkebunan. Pekerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Kelapa sawit sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga manusia masih menjadi hal yang utama dan paling penting dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titik berat dalam proses pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan, yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

BAB II TINJAUAN TEORI. menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993). BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk dengan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja telah berkembang menjadi isu global saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan faktor utama dalam kesuksesan sebuah perusahaan, tetapi disamping itu manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan setiap pekerjaanya, maka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013 PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN- TEBING TINGGI TAHUN 0 Khoirotun Najihah, Lina Tarigan, Halinda Sari Lubis Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi terbaru. Perusahaan yang terbuka terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemajuan dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat, biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat, beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun produktivitasnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faktor utama dari kenyamanan kerja adalah keselamatan kerja, khususnya terkait dengan kecelakaan kerja. Dimana kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

MENERAPKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MENERAPKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.003.01 MENERAPKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

Analisis Penentuan Sikap Kerja yang Ergonomis di Area Loading Ramp pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Luwu Timur

Analisis Penentuan Sikap Kerja yang Ergonomis di Area Loading Ramp pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Luwu Timur Petunjuk Sitasi: Rapi, A., & Arminas. (2017). Analisis Penentuan Sikap Kerja yang Ergonomis di Area Loading Ramp pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Luwu Timur. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B312-318).

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7. Kesimpulan 7.. Waktu baku perusahaan. Waktu baku perusahaan yang merupakan waktu baku yang sudah dihitung dengan menambahkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-11 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 01 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya pembangunan di bidang offshore yang membutuhkan berbagai jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan membuat perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (Crude palm oil,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (Crude palm oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kelapa sawit berkapasitas 45 ton/jam. Lokasi terletak di desa Sukadamai Kec

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kelapa sawit berkapasitas 45 ton/jam. Lokasi terletak di desa Sukadamai Kec BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Berdiri Perusahaan PT. Rohul Sawit Industri (RSI) PKS -Sukadamai adalah bagian dari perusahaan besar yakni anak perusahaan dari BGA Group (Bumitama Gunajaya

Lebih terperinci

Perumusan Masalah : Tujuan Batasan dan Asumsi LANDASAN TEORI Pengertian Risiko Pengendalian Risiko

Perumusan Masalah : Tujuan Batasan dan Asumsi LANDASAN TEORI Pengertian Risiko Pengendalian Risiko PT Laban Raya Cakrawala, merupakan perusahaan yang memproduksi lilin dengan berbagai type dan jenis yang bermacam macam seperti lilin penerangan, lilin hias, lilin angka, lilin hotel dan lilin peribadatan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent ) LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent ) Kepada Yth. Responden di Tempat Dengan Hormat, Saya mahasisiwi S1 sarjana ekstensi FKM Universitas Esa Unggul Nama : Rismayani Nim :

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI (Pemahaman - Persiapan Pelaksanaan - Angkutan) NO. PSM/AGR-KBN/06 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 03 Maret 2015 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Disusun Oleh ; Diperiksa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

Lebih terperinci

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA JSA Worksheet Form PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA No DESKRIPSI PEKERJAAN POTENSIAL BAHAYA MITIGASI si Penangkal Petir Menggunakan sarung tangan kain dan APD wajib lainnya seperti Safety Helmet,Safety Shoes,

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan yang didirikan bertujuan untuk kelangsungan hidup untuk mencapai keuntungan yang diharapkan, juga dimasa mendatang mempertahankan

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Panen 1. Pengertian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING Disusun Oleh: Andy Permana/30411836 Latar Belakang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH Mutiara Dwi Putri, Sutarni, Marlinda Apriyani 1 Mahasiswa, 2 Dosen Politeknik Negeri Lampung 1, 3 Dosen Politeknik Negeri Lampung 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. PSM/AGR-KBN/10 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 07 Mei 2012 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 8 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja saat ini menjadi kewajiban dan kebutuhan perusahaan dalam segala bentuk kegiatan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

Lebih terperinci