BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Rongga mulut dan dinding faring bagian belakang memiliki jaringan limfoid yang terbentuk dari beberapa organ limfatik diantaranya tonsil palatina, tonsil faringeal, tonsil lingual dan tonsil torus tubarius. Struktur limfatik tersebut berfungsi untuk melindungi jalur pernafasan dan saluran pencernaan, yang disebut cincin limfatik faringeal atau waldeyer s ring. 1 Tonsil palatina merupakan jaringan limfoid terbesar yang berada pada bagian lateral mandibula, antara glossopalatina dan arkus faringopalatina di bagian kiri dan kanan belakang tenggorok sebanyak 2 buah. 1,2 Bagian ini merupakan suatu sistem limfatik yang memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Tonsil bekerja dengan menyaring bakteri yang masuk melalui hidung dan mulut. 2 Peradangan pada bagian tonsil disebut dengan tonsilitis yang bisa disebabkan oleh virus atau bakteri. Biasanya memiliki tanda dan gejala seperti demam, pembesaran tonsil, sulit menelan, dan pembesaran pada nodus limfatikus sekitar. 3 Klasifikasi tonsilitis berdasarkan awitan munculnya gejala dibagi atas 3 macam. Pertama, tonsilitis akut yaitu tonsilitis yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang dapat sembuh sendiri dengan perbaikan imunitas. Kedua, tonsilitis subakut yaitu tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang bisa mengakibatkan infeksi bertahan antara tiga minggu sampai dengan tiga bulan. Ketiga, tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang dapat bertahan lebih dari 3 bulan. 4 Tonsilitis kronis didefinisikan secara klinis sebagai infeksi kronis pada tonsil, atau keluhan berulang tanpa gejala tonsilitis yang berat. Keluhan tonsilitis kronik terjadi lebih dari 3 bulan, dan adanya kekambuhan tonsilitis berulang sebanyak dua kali dalam 12 bulan. 5 Namun klasifikasi yang dikeluarkan oleh Federal Statistical Office (FSO) berdasarkan hasil diagnosis Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1
penyakit pada tonsil dibedakan berdasarkan tonsilitis akut, abses peritonsil, serta palatal dan faringeal tonsil kronik. 6 Timbulnya tonsilitis kronik terjadi karena proses peradangan berulang yang menyebabkan terkikisnya epitel mukosa dan jaringan limfoid. Sehingga, pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti menjadi jaringan parut yang akan mengalami pengerutan dan menyebabkan kripti melebar. Secara klinik kripti ini akan terlihat diisi oleh detritus. Proses tersebut terjadi secara terus menerus hingga menembus kapsul tonsil. Akhirnya, akan menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. 7 Kejadian infeksi berulang tenggorok di United Kingdom terhitung 100 dari 1000 populasi setiap tahunnya. 8 Angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit terbanyak pada period prevalence ISPA yang dihitung dalam kurun waktu tertentu. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Hasil prevalensi ISPA berdasarkan Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan Riskesdas tahun 2007 (25,5%). 9 Kejadian tonsilitis kronis dapat disebabkan karena anak sering menderita ISPA atau tonsilitis akut yang tidak diterapi dengan adekuat. Hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok- Kepala Leher (THT-KL) Badan Layanan Umum (BLU) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tentang profil penderita tonsilitis periode Januari 2010 Desember 2012 didapatkan sebanyak 138 pasien menderita tonsilitis. Hasil penelitian didapatkan jenis tonsilitis yang paling sering ditemukan adalah tonsilitis kronis dengan presentase 56%. 10 Pada kasus yang tidak tertangani dengan baik, tonsilitis kronis akan mengalami pembengkakan hingga mengganggu nafas secara keseluruhan dan mempengaruhi kualitas hidup khususnya bila terjadi pada anak- anak, baik fisik maupun psikis. Gejala yang ditemukan pada anak berupa lebih mudah mengantuk dan konsentrasi kurang sehingga prestasi belajar akan terganggu. Dampak lainnya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2
meningkatnya permasalahan psikologi seperti gangguan emosional, perilaku, dan neurokognitif. 11 Terjadinya tonsilitis kronis dipengaruhi dengan adanya kebiasaan makan yang buruk pada pasien, makanan yang tidak diproses dengan higienis serta tempat penyimpanan makanan yang terbuka dapat tertempel oleh kuman. Apabila dikonsumsi terus menerus maka akan meningkatkan risiko anak tersebut mengalami tonsilitis. 13 Higienitas mulut dan gigi yang buruk, kebiasaan merokok, serta ada atau tidaknya pengobatan pada tonsilitis akut sebelumnya juga dapat mempengaruhi kejadian tonsilitis kronis. 4,12 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di bagian THT-KL RSUD Raden Mattaher Jambi oleh Vivit pada tahun 2013 dari 30 orang penderita tonsilitis kronis di dapatkan 15 orang penderita berusia 5-14 tahun. Kejadian tonsilitis kronis yang lebih sering terjadi pada anak ini dihubungkan dengan belum sempurnanya pembentukan kekebalan tubuh sehingga mudah terinfeksi mikroorganisme. 14 Namun klasifikasi yang dikeluarkan oleh Federal Statistical Office memperlihatkan adanya penurunan insiden tonsilitis pada usia 1-5 tahun dan usia 15-20 tahun. 5 Penelitian yang dilakukan oleh Ivan tahun 2014 terhadap kejadian tonsilitis kronis yang terjadi pada anak sebanyak 50 kasus di bagian rekam medis THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak Januari - Desember 2013 didapatkan bahwa pasien tonsilitis kronis pada anak paling banyak terjadi antara umur 10-14 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Keluhan utama yang sering dirasakan adalah nyeri menelan berulang dengan ukuran tonsil T3-T3 yang ditatalaksana dengan cara operasi. 15 Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Andre di Manado, ditemukan dari 139 penderita tonsilitis terdapat 10 penderita yang disertai dengan komplikasi lokal berupa abses peritonsiler, otitis media, epitaksis, dan rhinitis tanpa ditemukan komplikasi sistemik. Hal ini dihubungkan dengan kepatuhan kontrol pasca terapi dan imunitas dari pasien yang menderita tonsilitis. 9 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3
Kejadian tonsilitis kronis pada bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang masih sering terjadi pada kurun waktu beberapa tahun terakhir, namun belum ada penelitian mengenai karakteristik dan epidemiologi mengenai tonsilitis kronis di bagian THT RSUP Dr. M. Djamil Padang. Berdasarkan uraian diatas, sampai saat ini informasi mengenai karakteristik dan epidemiologi penyakit THT di Indonesia khususnya tonsilitis kronis masih sulit didapatkan. Sehingga, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis di Departemen THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana karakteristik pasien tonsilitis kronis di bagian THT-KL Dr. M. Djamil padang periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2016 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahaui karakteristik tonsilitis kronis pada pasien di bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2016 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi pasien tonsilitis kronis menurut umur 2. Mengetahui distribusi frekuensi pasien tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin 3. Mengetahui distribusi frekuensi pasien tonsilitis kronis berdasarkan ukuran tonsil 4. Mengetahui distribusi frekuensi pasien tonsilitis kronis berdasarkan etiologi 5. Mengetahui distribusi frekuensi pasien tonsilitis kronis keluhan utama 6. Mengetahui distribusi frekuensi pasien tonsilitis kronis penatalaksanaan yang diberikan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan sebagai data mengenai gambaran karakteristik tonsilitis kronis di RSUP Dr. Mjamil Padang. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan bidang ini. 1.4.2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan THT-KL khususnya tonsilitis kronis dan menjadi sumber referensi untuk data pasien tonsilitis kronis terutama di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1.4.3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih dan materi edukasi kepada masyarakat tentang gambaran mengenai kejadian tonsilitis kronis sehingga kejadian tonsilitis kronis di masyarakat dapat di kurangi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5