4.2. Identifikasi Morfologi dan Biokimia Bakteri Asam Laktat

dokumen-dokumen yang mirip
3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat asal Daging pada ph Lambung dan ph Usus

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: AGATA MEILIAWATI

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

PROBIOTIC POTENCY AND BACTERIOCIN ACTIVITY OF LACTIC ACID BACTERIA FROM AMPEL BAMBOO SHOOTS FERMENTATION IN 2,5% OF SALT CONCENTRATION AT 15 C

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

Teknik Identifikasi Bakteri

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SURYA HADI SAPUTRA H

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR (TPP 1207) Disusun oleh : Dosen Pengampu

HASIL DAN PEMBAHASAN

VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT ASAL ASI TERHADAP ph ASAM LAMBUNG DAN GARAM EMPEDU Sri Sinto Dewi*, Herlisa Anggraini **

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT ACAR KUBIS PUTIH (Brassica oleracea) SENTRA SUMOWONO, BANDUNGAN YANG DIFERMENTASI DALAM KADAR GARAM 5% DAN 7,5%

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos)

Perbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif: Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna

METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Pendahuluan Preparasi Kultur Starter.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

Y ij = µ + B i + ε ij

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

IDENTIFIKASI MIKROBA METODE PEWARNAAN GRAM : CLAUDIA PERTIWI MALIK : G : MUHAMMAD IQBAL MUSTAFA

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

Teknik Isolasi pada Mikroba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODELOGI PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI ORGAN SALURAN PENCERNAAN AYAM SEBAGAI PENGHASIL SENYAWA ANTIMIKROBA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al.,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Permasalahan... 4 C. Tujuan penelitian... 5 D. Manfaat penelitian... 5

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : MELITA DEVIANA SANJOTO

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

BAB III BAHAN DAN METODE

Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN Menurut Wiander & Palva (2011), bakteri asam laktat dapat tumbuh secara alami pada substrat yang memiliki kandungan nutrien yang dibutuhkan untuk tumbuh, terutama kandungan glukosa. Proses fermentasi kubis dilakukan dengan menambahkan garam yang berguna untuk mengeluarkan kandungan air dan nutrien dari dalam jaringan kubis sehingga dapat dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat (Wiander & Palva, 2011). Kadar garam yang digunakan, yaitu 5% dan 7,5%. Menurut Emmawati et al. (2015), perbedaan kadar garam dalam proses fermentasi dapat menghasilkan bakteri asam laktat dengan karakteristik yang beragam. 4.1. Isolasi Bakteri Asam Laktat Hasil Fermentasi Acar Kubis Hasil isolasi didapatkan sebanyak 50 isolat bakteri dari fermentasi kubis putih dengan kadar garam 5% dan 50 isolat bakteri dari fermentasi dengan kadar garam 7,5%. Pemilihan isolat bakteri berdasarkan pada koloni tunggal yang berukuran besar dan menghasilkan zona bening pada media MRS agar yang mengandung CaCO3 1%. Zona bening yang muncul menandakan bahwa koloni bakteri yang tumbuh merupakan bakteri asam laktat. Menurut Rinto et al. (2012), zona bening yang terbentuk merupakan hasil reaksi antara CaCO3 yang terkandung dalam media agar dengan asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. 4.2. Identifikasi Morfologi dan Biokimia Bakteri Asam Laktat Identifikasi bakteri asam laktat dilakukan dengan melihat ciri morfologi dan biokimianya. Identifikasi morfologi bakteri asam laktat terdiri dari uji pewarnaan gram, pewarnaan spora, bentuk, dan uji motilitas. Identifikasi biokimia bakteri asam laktat dilakukan dengan uji katalase dan produksi gas. Bakteri asam laktat memiliki ciri sebagai bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, bersifat nonmotil, dan tidak menghasilkan enzim katalase (Rinto et al., 2012; Romadhon et al., 2012). Hasil pada Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa isolat yang memiliki ciri sebagai bakteri asam 31

32 laktat adalah sebanyak 24 isolat dari fermentasi dengan kadar garam 5% dan 24 isolat dari fermentasi dengan kadar garam 7,5%. Berdasarkan uji pewarnaan gram pada Tabel 1 terdapat sebanyak 33 isolat dari fermentasi dengan kadar garam 5% dan pada Tabel 2 terdapat sebanyak 36 isolat dari fermentasi dengan kadar garam 7,5% merupakan bakteri gram positif. Ciri bakteri gram positif ditunjukkan dengan warna sel bakteri yang telah diwarnai menunjukkan warna biru keunguan ketika diamati menggunakan mikroskop seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Warna biru tersebut merupakan warna kristal violet yang menempel pada lapisan peptidoglikan sel gram positif yang tidak hilang ketika pencucian dengan alkohol 96% (Hidayat & Fatri, 2012). Uji motilitas bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan kemampuan bakteri dalam bergerak, yang dibedakan menjadi 2 jenis yaitu motil (dapat bergerak) nonmotil (tidak dapat bergerak). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43 isolat bakteri dari hasil fermentasi dengan kadar garam 5% pada Tabel 1 dan 34 isolat dari hasil fermentasi dengan kadar garam 7,5% yang dapat dilihat pada Tabel 2 memiliki hasil sebagai bakteri nonmotil. Bakteri asam laktat termasuk dalam bakteri nonmotil (Romadhon et al., 2012). Menurut Green et al. (1984), kemampuan bakteri dalam bergerak ditentukan oleh keberadaan flagela. Flagela berfungsi sebagai kaki bakteri yang strukturnya terdiri dari filamen-filamen protein. Flagela terdapat pada sel bakteri aerob yang berguna untuk bergerak ke permukaan untuk mendapatkan oksigen. Bakteri asam laktat merupakan bakteri anaerob sehingga tidak memiliki flagela (nonmotil). Hasil penelitian uji katalase pada Tabel 2 terdapat 1 isolat dari hasil fermentasi dengan kadar garam 7,5% yang memiliki hasil katalase positif. Isolat tersebut tidak termasuk dalam bakteri asam laktat, karena karakteristik biokimia bakteri asam laktat adalah tidak menghasilkan ezim katalase (katalase negatif). Hal ini dikarenakan bakteri asam laktat merupakan bakteri anaerob sehingga tidak membutuhkan enzim katalase. Enzim katalase hanya dimiliki oleh bakteri aerob, karena fungsi utama enzim katalase pada bakteri adalah untuk menghasilkan gas O2 ketika lingkungan hidup bakteri aerob kekurangan O2 dengan mengkatalisasi hidrogen peroksida (Battcock & Ali, 1998).

33 Hasil Uji produksi Gas pada isolat hasil fermentasi dengan kadar garam 7,5% pada Tabel 2 terdapat 3 isolat bakteri homofermentatif dan 47 isolat lainnya merupakan heterofermentatif, sedangkan pada isolat bakteri hasil fermentasi dengan kadar garam 5% pada Tabel 1 seluruh isolat bakteri merupakan bakteri heterofermentatif. Bakteri homofermentatif merupakan bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam laktat, sedangkan bakteri heterofermentatif dapat mengubah glukosa menjadi asam-asam organik (asam laktat), etanol, dan gas CO2 (Battcock & Ali, 1998). Menurut Neysens et al. (2003), bakteri asam laktat yang termasuk dalam bakteri homofermentatif memiliki sensitivitas yang lebih rendah terhadap larutan garam dibandingkan dengan bakteri heterofermentatif. Oleh karena itu bakteri homofermentatif dapat tumbuh pada kadar garam 7,5%. 4.3. Identifikasi Genus Bakteri Asam Laktat Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat memiliki bentuk batang atau bacil yang dapat dilihat pada uji pewarnaan gram dan spora pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil uji genus memiliki hasil yang bervariasi, pada Tabel 3 dan Tabel 4 dapat dilihat secara pasti bahwa semua isolat yang diuji tidak tahan terhadap kadar garam 18%, sedangkan uji kondisi lainnya (suhu dan ph) memiliki hasil yang berbeda-beda. Hasil uji menunjukkan bahwa 4 isolat merupakan Lactobacillus, karena memiliki hasil yang sesuai dengan ciri-ciri khusus menurut Rahayu & Margino (1997) yang dapat dilihat pada lampiran 4 (Tabel 8) yaitu tidak tumbuh pada kadar garam 18% dan ph 9,6. Sebanyak 51 isolat yang terdiri atas 25 isolat dari hasil fermentasi dengan kadar garam 5% dan 26 isolat dari hasil fermentasi dengan kadar garam 7,5% sebagai Lactobacillus yang dapat beradaptasi, karena isolat tersebut dapat tumbuh pada ph 9,6. Menurut Patil et al. (2010) hal ini tidak menyimpang, karena genus Lactobacillus memiliki banyak spesies sehingga memiliki banyak ciri yang berbeda, terutama pada aspek ketahanan pada suhu, kadar garam, dan ph. Isolat yang memiliki ciri mampu hidup pada ph 9,6 adalah Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum. Oleh karena itu, 54 isolat yang diuji dimasukkan kedalam katagori genus Lactobacillus.

34 4.4. Kemampuan Probiotik Bakteri Asam Laktat Bakteri probiotik merupakan bakteri yang dapat hidup saluran pencernaan manusia yang memiliki kemampuan untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan manusia (Halim & Zubaidah, 2013). Manfaat utama bakteri probiotik adalah untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme patogen yang dapat menghasilkan racun pada saluran pencernaan manusia. Bakteri probiotik harus memiliki kemampuan untuk dapat bertahan pada keadaan ekstrem seperti pada kondisi didalam saluran pencernaan manusia, yaitu tahan terhadap asam dan garam empedu, serta dapat memberikan efek melawan bakteri patogen (Pundir et al., 2013). Oleh karena itu, pada penelitian uji probiotik dilakukan uji ketahanan ph (ph 3 dan ph 7), uji ketahan garam empedu, dan antimikroba. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh isolat bakteri yang diuji, baik pada ph 3 dan ph 7 mampu tumbuh pada media agar. Oleh karena itu, semua isolat bakteri tersebut memiliki ketahanan terhadap asam. Bakteri asam laktat memiliki ketahanan terhadap asam yang lebih besar dibandingkan dengan bakteri lainnya, meskipun tidak semua bakteri asam laktat dapat bertahan pada kondisi ph yang sangat asam. Bakteri asam laktat dapat bertahan pada kondisi ph rendah karena memiliki kemampuan untuk mempertahankan keadaan sitoplasma sel agar tetap pada kondisi basa. Oleh karena itu ph pada intraseluler bakteri lebih basa dibandingkan dengan kondisi ekstraselulernya. Kemampuan dalam mempertahankan ph pada sitoplasma disebabkan adanya membran yang dimiliki oleh bakteri tersebut yang dapat membatasi pergerakan senyawa atau proton dari luar sel, selain itu sel bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk merubah kondisi intraselulernya secara dinamis terhadap perubahan ph (Susanti et al., 2007). Kemampuan tersebut yang menjaga agar sel bakteri asam laktat tidak mengalami kerusakan atau kebocoran sel akibat kondisi ph yang sangat rendah. Hasil penelitian uji ketahanan garam empedu menunjukkan bahwa semua isolat bakteri asam laktat yang diuji memiliki hasil yang positif pada pengamatan yang dilakukan pada jam ke 0, 2, dan 4. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bintik-bintik kecil pada media agar pada cawan petri yang di-plating isolat bakteri yang telah diberi perlakuan dengan cara pour plate (Gambar 10). Kemampuan isolat bakteri asam laktat yang diuji

35 mampu bertahan terhadap garam empedu dapat disebabkan karena adanya enzim bile salt hydrolase (BHS) yang dihasilkan oleh sel bakteri. Menurut Halim & Zubaidah (2013), enzim bile salt hydrolase (BHS) merupakan senyawa yang dapat menghidrolisis garam empedu sehingga menyebabkan garam empedu tersebut tidak bersifat bakterisidal terhadap sel bakteri. Karakteristik utama yang harus dimiliki bakteri probiotik adalah mampu menghasilkan senyawa antimikroba untuk mengendalikan mikroorganisme didalam saluran pencernaan manusia, terutama terhadap mikroorganisme patogen (Pundir et al., 2013). Oleh sebab itu pada uji probiotik diperlukan uji antimikroba. Beberapa jenis bakteri asam laktat, terutama Lactobacillus mampu menghasilkan senyawa antimikroba berupa asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin. Asam organik terutama asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dapat merusak mikroorganisme lain dengan cara menurunkan ph, sehingga bakteri lain tidak dapat hidup sedangkan bakteri asam laktat dapat tetap bertahan (Suranto & Setyaningsih, 2005). Bakteri patogen yang digunakan pada uji aktivitas antimikroba adalah bakteri Escherichia coli FNCC 0091 dan Staphylococcus aureus FNCC 0047. Kedua jenis bakteri patogen tersebut sering terdapat pada saluran pencernaan manusia dan menyebabkan penyakit seperti gastroentritis, diarea, dan foodborne desease lainnya. Pengujian menggunakan kedua jenis bakteri patogen tersebut juga untuk mewakili jenis bakteri gram negatif (Escherichia coli FNCC 0091) dan gram positif (Staphylocaccus aureus FNCC 0047) lainnya (Susanti et al., 2007). Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 8 isolat yang tidak menghasilkan zona bening pada uji menggunakan Escherichia coli, sedangkan pada Staphylococcus aureus seluruh isolat menghasilkan zona bening. Hal ini menandakan bahwa bakteri Staphylococcus aureus FNCC 0047 yang merupakan bakteri gram positif lebih mudah untuk dihambat dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli FNCC 0091. Menurut Halim & Zubaidah (2013), bakteri Escherichia coli FNCC 0091 merupakan bakteri gram negatif yang memiliki lapisan dinding sel yang kompleks, yaitu terdiri dari lapisan luar berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa

36 peptdoglikan, sehingga memiliki ketahanan terhadap senyawa antimikroba yang lebih baik dibandingkan bakteri gram positif yang hanya memiliki lapisan tebal berupa peptidoglikan. Hasil uji pada Tabel 5 yang tidak menunjukkan zona bening pada uji antimikroba dengan bakteri Escherichia coli FNCC 0091 dapat disebabkan karena senyawa antimikroba yang dihasilkan isolat bakteri yang diuji tidak terlalu kuat. Senyawa antimikroba yang dihasilkan isolat tidak cukup kuat untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli FNCC 0091 sehingga sebagian besar masih dapat tumbuh pada daerah sumuran. Hal ini dapat terjadi karena bakteri Escherichia coli FNCC 0091 merupakan gram negatif yang memiliki dinding sel yang berlapis, sehingga senyawa antimikroba yang tidak terlalu kuat tidak dapat merusak sel secara keseluruhan (Halim & Zubaidah, 2013). Isolat hasil fermentasi acar kubis dengan kadar garam 7,5% memiliki ukuran zona bening yang lebih besar dibandingkan dengan isolat hasil fermentasi acar kubis dengan kadar garam 5%. Ukuran zona hambat terbesar juga terdapat pada isolat yang dihasilkan dari fermentasi acar kubis dengan kadar garam 7,5%, yaitu isolat kode T2C10 yaitu 10,16±1,16 mm pada bakteri Eschericia coli FNCC 0091 dan isolat T1C28 yaitu 10,08±0,53 mm pada bakteri Staphylococcus aureus FNCC 0047. Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi acar kubis dengan kadar garam 7,5% menghasilkan bakteri asam laktat yang memiliki karakteristik probiotik lebih baik dibandingkan acar kubis dengan kadar garam 5%. Hal ini dapat terjadi karena fungsi penggunaan garam dalam proses fermentasi pembuatan acar kubis adalah untuk menarik air beserta nutrien dalam jaringan substrat yaitu kubis sehingga dapat dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat untuk proses fermentasi (Neysens et al., 2003). Menurut Cai et al. (1997), fungsi penambahan garam pada proses fermentasi adalah untuk mengontrol jenis bakteri yang tumbuh, terutama untuk menghambat mikroorganisme yang tidak diinginkan termasuk bakteri patogen. Oleh karena itu pada proses fermentasi menggunakan kadar garam 7,5% lebih selektif terhadap jenis mikroorganisme yang tumbuh yaitu jenis bakteri asam laktat yang lebih kuat

37 dibandingkan dengan fermentasi dengan kadar garam 5% yang masih memungkinkan lebih banyak bakteri jenis lain yang tumbuh. Pada hasil uji antimikroba, zona hambat terbesar adalah pada isolat T2C10 sebesar 10,16±1,16 mm pada bakteri Eschericia coli FNCC 0091. Isolat T2C10 merupakan bakteri asam laktat yang memiliki ciri homofermentatif yang memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap kadar garam jika dibandingkan dengan bakteri heterofermentatif (Neysens et al., 2003). Oleh sebab itu, pada proses fermentasi menggunakan kadar garam 7,5%, isolat tersebut tetap mampu tumbuh dengan baik tanpa terhambat akibat adanya kadar garam yang cukup tinggi. Menurut Cai et al. (1997), kadar garam yang tinggi berguna untuk menghambat tumbuhnya bakteri proteolitik. Oleh karenanya, bakteri yang tumbuh pada kadar garam 7,5% dapat bertumbuh lebih baik dibandingkan dengan hasil fermentasi 5%, karena tidak adanya bakteri yang menghambat pertumbuhannya terutama bakteri proteolitik. Pada kadar garam tersebut bakteri asam laktat yang dihasilkan juga memiliki ketahanan yang lebih baik ditambah dengan sifatnya sebagai bakteri homofermentatif sehingga lebih banyak memproduksi asam laktat yang lebih banyak dibandingkan dengan bakteri heterofermentatif. Asam laktat merupakan salah satu zat antimikroba yang dapat merusak sel bakteri patogen (Suranto & Setyaningsih, 2005).