BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi soil transmitted helminths adalah infeksi yang terjadi pada manusia yang berasal dari cacingyang siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi infektif.soil transmitted helminths yang banyak terdapat di Indonesia yaitu cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris Trichiura), cacing tambang (Necator Americanus dan Ancylostoma Duodenale).Infeksi soil transmitted helminths dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehataan,gizi, kecerdasan, dan produktifitas seseorang sehingga dapat menyebabkan kerugian karena adanya kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI,2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Resnhaleksmana(2014) prevalensi nematoda usus golongan soil transmitted helminthes pada peternak, dari 30 orang terdapat 90,00 % dengan infeksi Ascaris lumbricoides yaitusebanyak 24 orang (80,00%), infeksi Trichuris trichiura sebanyak 2 orang (6,67%) danyang terinfeksi oleh telur cacing tambang yaitusebanyak 1 orang (3,33%). Infeksi soil transmitted helminths dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain personal hygiene (kebersihan perorangan) dan lingkungan kerja yang kurang baik. Beberapa penelitian membuktikan personal hygiene berhubungan dengan terjadinya infeksi soil transmitted helminths. Hasil penelitian Martila (2015) mengenai hubungan higiene perorangan dengan terjadinya infeksi soil transmitted helminths menunjukkan bahwa dari 70 orang terdapat 88,4% 1
2 terinfeksi soil transmitted helminths dengan infeksi Ascaris lumbricoides sebesar 48,5%, infeksi Trichuris trichiura sebesar 28,6%, infeksi cacing tambang sebesar 14,3%. Hasil penelitian Hadi (2008) mengenai hubungan antara status higiene individu dengan angka kejadian soil transmitted helminths sebesar 10,7% terinfeksi soil transmitted helminths. Beberapa penelitian juga membuktikan adanya hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian soil transmitted helminths. Hasil penelitian Altiara (2011) mengenai hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian cacingan pada balita terdapat 7,5% terinfeksi Ascaris lumbricoides dan 2,5% terinfeksi Trichuris trichiura. Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian soil transmited helminths. Hasil penelitian Ulfa (2015) mengenai hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan angka kejadian kecacingan (soil transmitted helminth) pada petani sayur diperoleh infeksi Ascaris lumbricoides sebesar 89,1% dan terinfeksi cacing tambang sebesar 17,1%. Pekerjaan yang berhubungan dengan kejadian soil transmitted helminths salah satunya adalah pengrajin batu bata yang bahan baku dan dalam proses pembuatannya menggunakan tanah liat. Tanah liat yang lembab merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya terlur Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura menjadi infektif. Sedangkan pada cacing tambang (Necator Americanus dan Ancylostoma duodenale) larva berkembang dalam tanah (Ideham, 2007). Hasil penelitian Taufik (2008) menunjukkan bahwa dari 40 pekerja genteng di Kedawung terdapat 22,5% terinfeksi soil transmitted helminth yang
3 terdiri dari 5% terinfeksi Ascaris lumbricoides, dan 17,5% terinfeksi Trichuris trichiura. Hasil penelitian Fiola (2009) menunjukkan bahwa dari 60 pekerja genteng di Desa Singorojo terdapat 63,30% terinfeksi soil transmitted helminths. Kecamatan Pagar Merbau merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Deli Serdang yang memiliki penduduk sebagai pengrajin batu bata yang menggunakan tanah liat sebagai bahan bakunya dan proses pembuatannya berhubungan dengan tanah sebagai penularan infeksi soil transmitted helminths. Hasil Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 survei kecacingan di 9 kabupaten yaitu Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara, Mandailing Natal, Labuhan Batu Selatan, Langkat, Deli Serdang, Tanjung Balai, Asahan dan Binjai terdapat rata rata prevalensinya 25,7%.Sedangkan penurunan prevalensi kecacingan yang diharapkan adalah 10%, untuk itu prevalensi kecacingan yang ditemukan di 9 kabupaten tersebut cukup tinggi dari prevalensi yang diharapkan (Kemenkes, 2006). Hasil penelitian Herdiana (2005) di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Pagar Merbau terdapat 30,5% terinfeksi kecacingan dari 82 pengrajin batu bata. Penelitian Vera (2011) juga membuktikan dari 60 pengrajin batu bata terdapat 32 pengrajin batu bata terinfeksi soil transmitted helminthssebanyak 20 orang (33,3%) terinfeksi Ascaris lumbricoides, sebanyak 10 orang (16,7%) terinfeksi Trichuris trichiura, dan sebanyak 2 orang (3,3%) terinfeksi cacing tambang di Desa Purwodadi Kecamatan Pagar Merbau. Berdasarkan hasil survei awal di lapangan, pengrajin batu bata kurang menjaga personal hygiene, sanitasi jamban, dan kondisi sumber air (sumur) tempat kerja mereka. Pengarajin batu bata memiliki kebiasaan tidak menggunakan
4 alas kaki saat bekerja, kurang memerhatikan kebersihan tangan sebelum makan, dan kurang memerhatikan kebersihan lingkungan kerja sekitar. Kondisi jamban dan sumber air juga kurang diperhatikan oleh pengrajin batu bata. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan personal hygiene, sanitasi jamban, dan konstruksi sumur dengan kejadian infeksi Soil Transmitted Helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan personal hygiene, sanitasi jamban, dan konstruksi sumur dengan kejadian infeksi soil transmitted helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene, sanitasi jamban dan konstruksi sumur dengan kejadian infeksi soil transmitted helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017.
5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik demografi pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama kerja dan jumlah pendapatan. 2. Untuk mengetahui personal hygiene pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 3. Untuk mengetahui sanitasi jamban pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 4. Untuk mengetahui konstruksi sumur pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 5. Untuk megetahui kejadian infeksi soil transmitted helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 6. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian soil transmitted helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. 1.4 Hipotesis 1. Ha : Adanya hubungan personal hygiene dengan kejadian infeksi soil transmitted helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017.
6 1.5 Manfaat 1. Sebagai masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam upaya penanggulangan penyakit kecacingan pada pekerja batu bata. 2. Sebagai masukan bagi pekerja untuk memerhatikan personal hygiene, sanitasi jamban, dan konstruksi sumur guna mengurangi kejadian infeksi soil transmitted helminths pada pengrajin batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. 3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Medan. 4. Menambah wawasan dan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.