Bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum)

dokumen-dokumen yang mirip
SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

Susu segar-bagian 1: Sapi

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

Air demineral SNI 6241:2015

Terasi udang SNI 2716:2016

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Air mineral SNI 3553:2015

Kulit masohi SNI 7941:2013

Air mineral alami SNI 6242:2015

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Bambu lamina penggunaan umum

Sosis ikan SNI 7755:2013

Biji kakao AMANDEMEN 1

Semen portland komposit

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Siomay ikan SNI 7756:2013

Cara uji daktilitas aspal

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Analisis kadar abu contoh batubara

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Mutu karkas dan daging ayam

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Cara uji berat jenis aspal keras

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Spesifikasi aspal emulsi kationik

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Bakso ikan SNI 7266:2014

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Jahe untuk bahan baku obat

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Cara uji penetrasi aspal

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Cara uji sifat tahan lekang batu

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

SNI Standar Nasional Indonesia

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Pupuk kalium klorida

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

SNI PANGAN SEKARANG INI A BASRAH ENIE

PEDOMAN OTORISASI IRADIASI PANGAN SECARA UMUM ATAU BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Bibit sapi perah holstein indonesia

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum) ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan defenisi... 1 4 Pengkelasan... 2 5 Persyaratan mutu... 3 6 Ketentuan mengenai ukuran... 3 7 Ketentuan mengenai toleransi... 3 8 Ketentuan mengenai penampilan... 4 9 Penandaan dan pelabelan... 4 10 Rekomendasi... 5 11 Higienis... 5 12 Metode pengambilan contoh... 5 13 Metode pengujian... 5 Bibliografi... 6 Tabel 1 - Syarat mutu bawang merah... 3 Tabel 2 - Kode ukuran berdasarkan diameter umbi untuk semua kelas mutu... 3 Tabel 3 Batas toleransi... 4 BSN 2013 i

Prakata Bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum) merupakan salah satu sayuran umbi dataran rendah yang memiliki potensi komersial. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang digunakan sebagai bumbu/penyedap masakan sehari-hari. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3159-1992 Bawang merah direvisi berdasarkan usulan dari seluruh pemangku kepentingan sebagai upaya untuk membantu tercapainya perdagangan bawang merah di dalam negeri yang jujur, transparan, mampu memenuhi keinginan konsumen secara konsisten dan untuk meningkatkan citra bawang merah Indonesia di pasaran internasional. Untuk harmonisasi dengan standar internasional maka SNI ini mengadopsi secara modifikasi dari ASEAN Standard for Shallot. SNI ini menggantikan SNI 01-3159-1992, Bawang merah dan telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Bagian yang dimodifikasi, pada standar ini adalah pada bagian acuan normatif, istilah dan definisi, ketentuan mengenai mutu, ukuran, toleransi, rekomendasi, metode pengambilan contoh, metode pengujian dan bibliografi. Standar ini dirumuskan oleh Panitia Teknis (PT) 65-03 Pertanian dan telah dibahas dalam rapat-rapat teknis. Perumusan terakhir dilakukan dalam rapat konsensus di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2011 yang dihadiri oleh anggota Panitia Teknis. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 28 Desember 2011 sampai dengan 27 Februari 2012 dengan hasil akhir RASNI. BSN 2013 ii

1 Ruang lingkup Bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum) Standar ini menetapkan ketentuan tentang mutu, ukuran dan higienis pada bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum) famili Alliaceae untuk konsumsi. 2 Acuan normatif Untuk acuan normatif tidak bertanggal berlaku edisi terakhir (termasuk revisi dan atau amandemennya) SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan. SNI 2896, Cara uji logam dalam makanan. SNI 4866, Cara uji arsen dalam makanan. SNI 7313:2008, Batas maksimum residu pestisida hasil pertanian. SNI 7387:2009, Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. SNI CAC/RCP 1:2011, Rekomendasi Nasional Kode Praktis Prinsip umum higiene pangan. CODEX STAN 1-1985, Amd 2010, Codex general standar for the labelling of prepackaged food. CAC/GL 21-1997, Principles for the establishment and application of microbiological criteria for food. CAC/RCP 44-1995, Amd.1-2004, Recommended international code of practice for packaging and transport of tropical fresh fruit and vegetables. CAC/RCP 53-2003, Code of hygienic practice for fresh fruits and vegetables. OECD, 2005, Guidance on objective tests to determine quality of fruits and vegetables and dry and dried produce. Pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2006. 3 Istilah dan defenisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan defenisi berikut ini digunakan 3.1 bawang merah umbi lapis tanaman bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum) yang terdiri dari siungsiung bernas, utuh, segar, sehat dan bersih 3.2 bau asing aroma dan rasa yang menyimpang selain khas bawang merah 3.3 bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim umbi bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang mencolok dalam penyimpanan BSN 2013 1 dari 6

3.4 bebas dari kelembaban eksternal yang berlebihan umbi bebas dari penyimpanan pada lingkungan yang mengalami perubahan kelembaban yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau kimia buah 3.5 devitalisasi suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan agar tumbuhan atau hasil tumbuhan tidak mampu berkecambah, tumbuh atau bereproduksi 3.6 diameter umbi garis tengah (horizontal) dari potongan umbi secara melintang sesuai dengan teknik pengujian 3.7 karakteristik varietas bawang merah dalam satu kemasan yang terdiri atas satu macam varietas sesuai dengan deskripsi varietas 3.8 kerusakan umbi umbi yang mengalami kerusakan atau cacat yang disebabkan oleh fisiologis, biologis dan atau mekanis 3.9 keseragaman ukuran bawang merah yang mempunyai kesamaan varietas, asal produksi, mutu dan ukuran 3.10 kotoran semua bahan bukan bawang merah atau benda asing lainnya yang menempel pada umbi atau berada dalam kemasan CATATAN Bahan penyekat / pembungkus tidak dianggap sebagai kotoran 3.11 kriteria panen kondisi perkembangan pertanaman umbi siap panen seperti batang sudah kering, pangkal daun lemas, umbi tampak dipermukaan 3.12 pengkelasan penggolongan bawang merah berdasarkan kelas mutu 4 Pengkelasan Bawang merah diklasifikasi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu: - Kelas super; - Kelas 1; - Kelas 2. BSN 2013 2 dari 6

5 Persyaratan mutu 5.1 Persyaratan umum Untuk semua kelas bawang merah, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah: - umbi sehat dan utuh; - penampilan segar; - padat (firm); - layak konsumsi; - bersih, bebas dari kotoran; - bebas dari hama dan penyakit; - bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim; - bebas dari kerusakan karena kelembaban yang berlebihan; - bebas dari bau asing; - bentuk, warna dan rasa sesuai karakteristik varietasnya; - memenuhi ketentuan devitalisasi (panjang tangkai umbi minimum 2 cm dari leher umbi dan umbi bebas dari tunas dan akar); - umbi dipanen setelah memenuhi kriteria panen sesuai karakteristik varietas dan lokasi tanam. 5.2 Persyaratan khusus Persyaratan khusus bawang merah seperti pada Tabel 1. Kelas mutu Kelas super Kelas 1 Kelas 2 6 Ketentuan mengenai ukuran Tabel 1 - Syarat mutu bawang merah Persyaratan Bebas dari kerusakan Kerusakan 10 % dari jumlah Kerusakan 15 % dari jumlah Kode ukuran ditentukan berdasarkan diameter umbi dengan minimum diameter 1,5 cm, sesuai dengan Tabel 2. Tabel 2 - Kode ukuran berdasarkan diameter umbi untuk semua kelas mutu 7 Ketentuan mengenai toleransi Kode ukuran Diameter umbi (cm) 1 > 2,5 2 > 2 2,5 3 1,5-2 Toleransi yang diberikan untuk mutu dan ukuran yang ditetapkan harus tertera pada setiap kemasan (atau pada kemasan curah) untuk menghindari ketidaksesuain kelas mutu. Toleransi mutu dan ukuran bawang merah seperti pada Tabel 3. BSN 2013 3 dari 6

Tabel 3 Batas toleransi Kelas mutu Mutu Kelas super 5 % Kelas 1 10 % Kelas 2 15 % 8 Ketentuan mengenai penampilan 8.1 Keseragaman Toleransi Ukuran 10 % Isi setiap kemasan umbi bawang merah harus seragam varietas, asal produksi, mutu dan ukuran. 8.2 Pengemasan Bawang merah dikemas dalam karung jaring sesuai dengan CAC/RCP 44-1995, Amd.1-2004. Kemasan harus bermutu, bersih, berventilasi dan tahan selama pengangkutan, distribusi dan menjaga kesegaran umbi bawang merah. Kemasan harus bebas dari bahan dan benda asing untuk menjamin kesesuaian penanganan dan pengiriman untuk mempertahankan mutu. 9 Penandaan dan pelabelan 9.1 Kemasan eceran Penandaan dan pelabelan pada kemasan harus memenuhi standar kemasan CODEX STAN 1-1985, Amd 2010. Apabila isi kemasan tidak tampak dari luar, maka kemasan harus diberi label yang berisi informasi mengenai nama umbi dan ditulis sebagai nama varietas. 9.2 Kemasan bukan eceran Setiap wadah kemasan harus menggunakan tulisan pada sisi yang sama, mudah dibaca dan tidak dapat dihapus, serta tampak dari luar atau ditunjukkan pada dokumen yang menyertai pengiriman barang. Untuk umbi bawang merah yang diangkut dalam bentuk curah, label harus ditunjukkan pada dokumen yang menyertainya. Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan: - nama varietas umbi bawang merah; - nama dan alamat perusahan eksportir/importir, pengemas dan atau pengumpul; - asal umbi bawang merah; - kelas mutu; - ukuran (kode ukuran atau kisaran bobot dalam gram); - berat umbi bawang merah. BSN 2013 4 dari 6

10 Rekomendasi 10.1 Logam berat Bawang merah harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum cemaran logam berat sesuai dengan SNI 7387:2009. 10.2 Residu pestisida Bawang merah harus memenuhi syarat dibawah batas maksimum residu pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008. 11 Higienis 11.1 Bawang merah dianjurkan untuk memenuhi syarat higienis sesuai prinsip dasar higienis makanan (SNI CAC/RCP 1:2011, CAC/RCP 53-2003) atau ketentuan lainnya yang relevan. 11.2 Bawang merah harus memenuhi syarat mikrobiologi sesuai dengan ketentuan standar mikrobiologi untuk makanan (CAC/GL 21-1997) atau ketentuan lain yang relevan. 12 Metode pengambilan contoh Pengambilan contoh dilakukan sesuai SNI 0428 yang dilakukan oleh petugas pengambil contoh yang berkompeten. 13 Metode pengujian 13.1 Uji organoleptik Pengujian organoleptik dalam ketentuan ini dilakukan secara visual sesuai dengan OECD, 2005. 13.2 Uji residu pestisida Pengujian residu pestisida dalam ketentuan ini harus sesuai dengan pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian. 13.3 Uji cemaran logam berat Pengujian cemaran logam berat dalam ketentuan ini harus sesuai dengan SNI 2896 dan SNI 4866. BSN 2013 5 dari 6

Bibliografi ASEAN STAN 14:2009, Asean standar for shallot. CAC/GL 50-2004, General guidelines on sampling. Permentan No.18/Permentan/OT.140/2/2008 tahun 2008 tentang persyaratan dan tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar ke dalam wilayah Republik Indonesia. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. BSN 2013 6 dari 6