CARA MENENTUKAN ARAH KIBLAT 1 Oleh : Drs. H. Asrori, S.H., M.H A. Pendahuluan Bagi orang islam mengetahui arah kiblat merupakan hal yang sangat penting bahkan wajib hukumnya, karena ijma para ulama salah satu syarat sah sholat adalah diharuskan menghadap kiblat di manapun mereka berada di belahan dunia ini. Menurut bahasa kiblat berarti arah dan arah yang dimaksud adalah ka bah, sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Al Katib Al Asyarbini: Artinya : Kiblat menurut bahasa berarti arah dan yang dimaksud kiblat disini adalah ka bah Hal ini dipertegas juga dalam Al Quran surat. Al-Baqarah ayat 142 dan 144. Demikian juga hadits rasul yang berbunyi : Artinya : Ishaq bin Mansyur menceritakan kepda kita, Abdullah bin Umar menceritakan kepada kita, Ubaidullah menceritakan dari Sa id bin Abi Sa id al-maqburiyi Dari Abi Hurairah r.a berkata Rasulullah saw. bersabda : Bila kamu hendak shalat maka sempurnakanlah wudlu lalu menghadap kiblat kemudian bertakbirlah (HR. Bukhari). Ketika Rasulullah Saw mendapatkan perintah untuk mengerjakan shalat lima waktu, saat itu kiblat pertamanya adalah Bait al Muqoddas (Masjid al Aqsho), selama enam belas bulan di Makkah dan dua bulan setelah hijrah ke Madinah, berarti berjumlah delapan belas bulan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah r.a,, Makalah disampaikan dalam acara Pembinaan Arah Kiblat Angkatan I yang dilaksanakan oleh Kementreian Agama Kota Dumai di Hotel Comfort Dumai pada tanggal 14 Desember 2013 Wakil Ketua Pengadilan Agama Dumai 1
Artinya: Dari Barra r.a. berkata: Kami melaksanakan shalat bersama rasulullah ke arah baitul muqoddas delapan belas bulan dan kiblat diarahkan ke ka bah setelah Nabi masuk Madinah dua bulan. (HR. Ibnu Majah) Perpindahan kiblat merupakan ujian keimanaan, Allah swt mengadakan ujian kepada kaum beriman, siapakah diantara mereka yang benar-benar beriman dan siapa yang masih raguragu. Perpindahan kiblat ini sangat berat dirasakan oleh orang-orang yang sudah terbiasa dengan kiblat sebelumnya. Sebab, manusia memang cenderung kepada kebiasaan yang sudah lama dilakukan, dan sangat keberatan mengenal sesuatu yang baru. Pada hakikatnya kiblat adalah suatu arah yang menyatukan arah segenap umat Islam dalam melaksanakan shalat, tetapi titik arah itu sendiri bukanlah obyek yang di sembah oleh manusia muslim dalam melaksanakan shalat. Yang menjadi objek yang dituju oleh muslim dalam melaksanakan shalat itu tidak lain hanyalah Allah swt. dengan demikian umat Islam bukan menyembah Ka bah, tetapi menyembah Allah swt. Ka bah hanya menjadi titik kesatuan arah dalam shalat. Dengan cara perhitungan dan pengukuran, di seluruh titik di permukaan bumi ini dapat ditentukan ke mana arah kiblatnya. Oleh karena itu perhitungan arah kiblat adalah perhitungan untuk mengetahui dan menetapkan ke arah mana Ka bah di Makkah itu dilihat dari suatu tempat di permukaan bumi ini. Ilmu yang secara spesifik mempelajari sistem penentuan arah kiblat adalah ilmu falak yang juga biasa disebut ilmu hisab dan di kalangan Ilmuwan disebut Ilmu Astronomi. Dengan bantuan ilmu ini arah kiblat dapat diperoleh dengan mudah dan dengan keakurasian yang memadai, tentunya dengan data akurat yang mendukung antara lain data tentang Bujur dan Lintang Ka bah serta Bujur dan Lintang tempat yang diukur arah kiblatnya. Dengan perkembangan zaman untuk menentukan arah kiblat bukan hal yang sulit karena dapat dipelajari dengan berbagai metode dan alat yang canggih sehingga arah kiblat ( yang dimaksud adalah ka bah) dapat ditentukan arahnya dengan jelas dan akurat sehingga umat islam dalam manjalankan ibadah shalat bisa menghadap kiblat dengan cara yang hakiki, bukan syatroh lagi. Di Indonesia tidak sedikit masjid yang kiblatnya kurang tepat, yang berakibat menimbulkan keresahan banyak kalangan, terutama pejabat Kementerian Agama, tokoh agama, takmir masjid dan mushala, hal ini karena beberapa sebab antara lain pada saat 2
pertama mendirikan masjid tersebut pengukuran arah kiblatnya masih sangat sederhana dan sekedar kira-kira, selain itu tidak didukung dengan data yang akurat, sehingga setelah masjid berdiri beberapa tahun dan diukur dengan menggunakan metode yang akurat berbeda arahnya dengan masjid yang telah berdiri sebelumnya. Melihat keadaan ini ada yang merubah arah kiblatnya dengan cara mengatur shaf nya, ada yang dibongkar dan menyesuaikan dengan kiblat yang benar dan ada yang tetap dengan arah kiblat yang lama dengan perdebatan yang sengit antara paham kiblat yang lama dengan paham kiblat yang baru. Selain itu ada juga yang berpendapat adanya kesalahan arah kiblat karena adanya gempa dan pergeseran lempeng bumi sehingga arah kiblat di sebagian besar wilayah Indonesia bergeser, dan menjadi salah arah kiblatnya. Mengenai patokan arah kiblat ditegaskan oleh Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi: ; Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Ka bah adalah kiblat bagi orang yang berada di masjidil haram. Masjidil haram adalah kiblat bagi orang yang berada di tanah haram. Tanah haram adalah kiblat bagi penduduk bumi baik di sebelah barat dan di sebelah timur dari umatku. (HR. Imam Baihaqi) Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah Apakah menghadap kiblat harus persis ke Baitullah atau perkiraan saja terutama bagi penduduk bumi yang jauh dari negeri mekkah?. Untuk menjawab persoalan ini terjadi perbedaan pendapat para ulama, antara lain : 1. Ali as-sayis dalam kitab Tafsir Ayatul Ahkam menyebutkan bahwa golongan Syafi iyah dan Hanabilah menyatakan bahwa kewajiban menghadap kiblat tidaklah berhasil terkecuali bila menghadap ainnya Ka bah, hal itu berarti bahwa kewajiban ini harus dilakukan dengan tepat menghadap ke Ka bah. 2. Sementara golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpandangan bahwa bagi penduduk Makkah yang dapat menyaksikan Ka bah, maka wajib menghadap kepada ainnya Ka bah, tetapi bagi yang tidak dapat menyaksikan Ka bah cukup dengan menghadap kearahya saja Sementara yang dimaksud dengan arah Kiblat adalah arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati kota Makkah (Ka bah) dengan tempat kota yang bersangkutan. 3
3. Berdasarkan kitab Fiqh Lima Mazhab susunan oleh Muhammad Jawad Mughniyah, Imam Syafi I menjelaskan bahwa wajib menghadap ka bah, baik bagi orang yang dekat maupun orang yang jauh. Sekiranya dapat mengetahui arah ka bah itu sendiri secara tepat, maka ia harus menghadap ke arah tersebut. Tetapi sekiranya tidak dapat memastikan arah ka bah maka cukuplah dengan perkiraan karena orang yang jauh mustahil untuk memastikan kea rah kiblat (Ka bah) yang tepat dan pasti. Untuk menegaskan arah kiblat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kiblat Indonesia yang disahkan pada 1 Februari 2010. Dalam fatwa tersebut, ada tiga ketentuan hukum : 1. Kiblat bagi orang yang shalat dan dapat melihat Ka bah secara langsung hendaklah menghadap ke bangunan Kakbah (ainul Kakbah). 2. Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka bah adalah arah Ka bah (jihat al Kakbah). 3. Letak geografis Indonesia yang berada di bagian timur Ka bah, maka kiblat umat Islam di Indonesia adalah menghadap ke arah barat. B. Cara Menentukan Arah Kiblat Dalam ilmu falak, banyak cara dan metode untuk mengetahui arah kiblat yang tepat, antara lain perhitungan yang dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Agar hasil perhitungan akurat, diperlukan alat bantu mesin hitung atau kalkulator,busur 360 derajat dan kompas yang baik. Untuk menghitung arah kiblat yang akurat dengan data yang akurat memerlukan keahlian khusus yang tidak semua orang mau dan mampu melakukannya dan tidak mugkin dapat dilakukan dengan satu kali pertemuan. Untuk menghitung arah kiblat harus diketahui terlebih dahulu ada 3 (tiga) data, yaitu: 1. Lintang dan Bujur Ka bah. 2. Lintang dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya 3. Selisih Bujur Ka bah dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya. Akan tetapi dalam tulisan ini akan dipaparkan secara peraktis salah satu cara penghitungan arah kiblat untuk daerah Kota Dumai dan sekitarnya dengan langkah-langkah antara lain : 4
LANGKAH I Harus diketahui data-data bujur dan lintang baik daerah yang dihitung yakni Kota Dumai maupun Bujur dan Lintang Kota Mekkah : a. Bujur Kota Mekkah ( ) : 39 º 50 BT b. Lintang Kota Mekkah (φ) : 21 º 25 LU c. Bujur Kota Dumai ( ) : 101 º 26 BT d. Lintang Kota Dumai (φ) : 1 º 39 LU LANGKAH II Masukkan data-data di atas kedalam rumus untuk menentukan arah kiblat kota Dumai yaitu : Rumus cara menghitung arah kiblat : Tan -1 ( 1 : (( cos 1 º 39 x tan 21 º 25 : sin (101 º 26-39 º 50 )-(sin 1 º 39 : tan (101 º 26-39 º 50 ))) = 66 43 31.59 pembulatan 66 44 dari Utara ke Barat ( U-B ) atau 23 16 dari Barat ke Utara ( B-U ) atau sama saja dengan 293.2 dari Barat ke Utara ( B-U ) LANGKAH III Gunakan kompas yang akurat dan busur 360 Alat ini untuk menentukan dimana titik utara dan selatan. Jika sudah diketahui titik Utara dan Selatan, maka terapkan arah kiblat hasil perhitungan di atas pada kedua alat tersebut. Penentuan titik Utara dan Selatan dengan menggunanakan Kompas terkadang relative kurang tepat karena banyak gangguan magnit disekitar kompas, oleh karena itu ada cara yang lebih akurat yakni dengan cara menghitung azimuth matahari dengan rumus dan langkah-langkah yang lebih banyak tentunya dan dengan kelengkapan data-data perjalanan matahari pada waktu dan jam tertentu C. Cara Mudah Menentukan Arah kiblat 5
Ada satu metode dan cara yang mudah tidak perlu mengeluarkan biaya dan waktu yang lama dan dapat dilakukan oleh semua orang untuk mengetahui arah kiblat yang sebenarnya yaitu pengamatan bayangan matahari pada jam tertentu saja. Cara tersebut dikenal dengan istilah Rashdul Qiblat. Rashdul kiblat adalah ketentuan ketetapan waktu dimana bayangan suatu benda yang terkena sinar matahari pada waktu tertentu menunjukan Arah kiblat, Saat itu posisi matahari tepat berada diatas ka bah dimana lintang ka bah sama dengan deklinasi matahari, pada saat itu matahari berkulminasi tepat di atas ka bah. Sehingga bayangan benda yang terkena cahaya matahari itu merupakan arah kiblat. Dalam satu tahun akan ditemukan dua kali posisi matahari di atas ka bah yang dikenal sebagai yaumir rashdil kiblat. Yaitu pada tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli. pada tanggal 28 Mei dan 16 Juli pada tahun-tahun biasa. Sedangkan untuk tahun-tahun Kabisat dan setahun berikutnya tanggal ini kadang maju 1 hari (27 Mei dan 15 Juli). Rincian tanggal tersebut antara lain : 1. Tanggal 27 mei tahun kabisat jam 11 j 57 m 16 d LMT atau 09 j 17 m 56 d GMT 2. Tanggal 28 mei tahun basithah pada jam 11 j 57 m 16 d LMT atau 09 j 17 m 56 d GMT. 3. Tanggal 15 juli tahun kabisat pada jam 11 j 57 m 16 d LMT atau 09 j 17 m 56 d GMT 4. Tanggal 16 Juli tahun Basithah pada jam 12 j 06 m 03 d LMT atau 09 j 26 m 43 d GMT Apabila dikehendaki dengan tempat yang lain maka waktu GMT tersebut harus dikoreksi dengan selisih waktu tempat yang diinginkan misalnya :WIB selisih 7 jam dengan waktu GMT. Sehingga setelah dikoreksi datanya sebagai berikut : 1. Tanggal 28 mei pada jam 09 j 17 m 56 d GMT + 7 j = 16 j 17 m 56 d WIB 2. Tanggal 16 Juli pada jam 09 j 26 m 43 d GMT + 7 j = 16 j 26 m 43 d WIB Jadi pada setiap tanggal 27/28 mei jam 16:17:56 WIB atau setiap tanggal 15/16 juli 16:26:43 WIB semua bayangan benda yang berdiri tegak lurus menunjukkan arah kiblat. 6
Demikian Semoga Bermanfaat Dumai, Desember 2013 ttd Drs. H. ASRORI, S.H., M.H 7