HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN PERMASALAHAN PENGADAAN BARANG/JASA Jakarta, 20 November 2010
UU PERSAINGAN USAHA Persaingan usaha yang sehat diatur menurut ketentuan: Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang bertujuan untuk memelihara pasar agar kompetitif dan terhindar dari pengaruh kesepakatan dan konspirasi yang cenderung mengurangi dan atau menghilangkan persaingan 2
Tujuan Pembentukan UU No. 5 Th. 1999 Undang-undang No.5/ 1999 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari UUD 1945 Tujuan UU No. 5/1999 (berdasarkan pasal 3): 1. Menjaga Kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; 2. kepentingan Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; 3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; 4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. 3
Manfaat UU No. 5 Th. 1999 Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya, yang lazim ditemui pada pasar monopoli Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih banyak Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan pilihan Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya produksi Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan kualitas dan layanannya Menciptakan inovasi dalam perusahaan Efisiensi alokasi sumber daya alam 4
Substansi UU No. 5 Th.1999 KETENTUAN UMUM Pasal 1 ASAS DAN TUJUAN Pasal 2-3 PERJANJIAN YANG DILARANG Pasal 4-16 KEGIATAN YANG DILARANG Pasal 17-24 POSISI DOMINAN Pasal 25-29 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Pasal 30-37 TATA CARA PENANGANAN PERKARA Pasal 38-49 PENGECUALIAN Pasal 50-51 5
Perjanjian Yang Dilarang (Pasal 4-16) Oligopoli Pasal 4 Penetapan Harga Pasal 5-8 Pembagian Wilayah Pasal 9 Pemboikotan Pasal 10 Kartel Pasal 11 Trust Pasal 12 Oligopsoni Pasal 13 Integrasi Vertikal Pasal 14 Perjanjian Tertutup Pasal 15 Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri Pasal 16 6
Kegiatan Yang Dilarang (Pasal 17-24) Monopoli Monopsoni Pasal 17 Pasal 18 Penguasaan Pasar Pasal 19-21 Persekongkolan Pasal 22-24 7
Penyalahgunaan Posisi Dominan (Pasal 25-29) Penyalahgunaan Posisi Dominan pasal 25 Jabatan Rangkap pasal 26 Pemilikan Saham Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Saham pasal 27 pasal 28-29 8
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU adalah lembaga independen yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan sekurang-kurangnya 7 orang anggota. Untuk periode masa jabatan 2006 2011 terdiri dari 11 Anggota Komisi. Dua tugas utama KPPU - Penegakan Hukum - Penyampaian Saran dan Pertimbangan 9
TUGAS KPPU (Pasal 35) a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 s.d. 16; b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau pelaku usaha sebagaimana yang pasal 17 s.d. 24; c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan sebagaimana yang diatur dalam pasal 25 s.d. 28; d. Mengambil tindakan sesuai wewenang komisi sesuai dengan pasal 36; e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini; g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan DPR. 10
KEWENANGAN KPPU (Pasal 36) a. Menerima laporan tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; b. Melakukan penelitian terhadap kegiatan usaha atau tindakan pelaku usaha; c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus laporan maupun inisiatif; d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan; e. Memanggil pelaku usaha; f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yg dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini; 11
KEWENANGAN KPPU (Pasal 36) g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi; setiap h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah; i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, dan atau alat bukti lain; j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat; k. Memberitahukan putusan komisi yang diduga melakukan persaingan usaha tidak sehat; praktek adanya kepada pelaku usaha monopoli l. Menjatuhkan sanksi. Berupa tindakan administratif. dan atau 12
Sanksi Terhadap Pelanggaran UU No. 5 Th. 1999 Tindakan Administratif 1. Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini. 2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: 3. penetapan pembatalan perjanjian sebagamana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau 4. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau 5. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau 6. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan; dan atau 7. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan 8. pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau 9. penetapan penibayaran ganti rugi; dan atau 10. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah). 13
TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU 14
TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU (Perkom No. 1 Tahun 2006) 15
PROSES KEBERATAN ATAS PUTUSAN KPPU 16
TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU (Perkom No. 1 Tahun 2010) TATA CARA PENANGANAN PERKARA Perbaikan Laporan Lapor an Penelitian Sumber Perkara LAPORAN Buku Daftar Penghentian Laporan Berhenti Penyelidikan Pemberkasan Pemeriksaan Upaya Hukum Laporan dengan permintaan ganti rugi Pemeri ksaan Tamba han Putusan Sela Industri yang menguasai hajat hidup orang banyak Industri strategis, yang penting bagi negera Industri dengan tingkat konsentrasi tinggi Industri unggulan nasional ataupun daerah INISIATIF Kajian Komisi Saran & Pertimbangan Pemerintah & Legislatif Penyeli dikan Berhenti Daftar Penghenti an Penyelidik an dikembalikan Pember kasan Gelar Lapor an PP PL Putu san Menerima Monitoring Putusan PN Kasasi inkracht Monitoring Putusan MA Kajian Berita Media Hasil engawasan Laporan tidak lengkap Dengar Pendapat Temuan Pemeriksaan Sumber lain yang dapat diiipertanggung jawabkan Penelitian Pengawasan Buku Dalam Daftar Pengawasan Berhenti 17
PEDOMAN PASAL 18
PEDOMAN PASAL 1. Pedoman Pasal 22 UU No.5/1999 tentang Larangan Persekongkolan Tender; 2. Pedoman Pasal 47 Undang-undang nomor 5 tahun 1999 mengenai Tindakan Administratif; 3. Pedoman Pasal 50a Undang-undang nomor 5 tahun 1999 mengenai Pengecualian dalam Sistem Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia; 4. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.89/2009 tentang Pengaturan Monopoli BUMN; 5. Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 57/2009 tentang Pengecualian Penerapan UU no.5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan Dengan Waralaba; 19
PEDOMAN PASAL 6. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.1/2009 tentang Pra-Notifikasi, Peleburan, Penggabungan dan Pengambilalihan; 7. Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 50 Huruf b tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual; 8. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia No.3/2009 Tentang Pedoman Penerapan Pasal 1 Angka 10 Tentang Pasar Bersangkutan; 9. Peraturan KPPU Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jabatan Rangkap 10. Peraturan KPPU Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara 20
PERSAINGAN SEHAT DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 21
PRINSIP DALAM TENDER Prinsip-prinsip dalam tender: 1. Bersifat terbuka atau transparan dan diumumkan secara luas 2. Bersifat non-diskriminatif dan dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama 3. Tidak memuat persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu 22
DEFINISI TENDER Tender adalah: Tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Pengertian tender tersebut mencakup tawaran mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan barang dan atau jasa, membeli barang dan atau jasa serta menjual suatu barang dan atau jasa 23
TENDER PENGADAAN BARANG/JASA Tender pengadaan Barang / jasa dapat dilakukan melalui: Tender terbuka; Tender terbatas; Pelelangan Umum; Pelelangan Terbatas. 24
DEFINISI PERSEKONGKOLAN Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Persekongkolan yang dimaksud berupa : mengatur dan atau menentukan pemenang tender; bersekongkol untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaing yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan; bersekongkol untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan; menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaing dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan. 25
PERSEKONGKOLAN TENDER Persekongkolan Tender pengadaan barang/jasa diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yaitu: Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat 26
PERSEKONGKOLAN TENDER Persekongkolan dapat dilakukan berupa: Kerjasama antara dua pihak atau lebih; Secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya; Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan; Menciptakan persaingan semu; Menyetujui atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan; Tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu; Pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan hukum 27
PERSEKONGKOLAN TENDER Unsur mengatur dan atau menetukan pemenang tender dengan cara: suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria pemenang, persyaratan teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender, dan sebagainya. 28
BENTUK PERSEKONGKOLAN Ada 3 bentuk persekongkolan tender: 1. Persekongkolan horisontal; 2. Persekongkolan vertikal; 3. Persekongkolan horisontal dan vertikal 29
BENTUK PERSEKONGKOLAN Persekongkolan horisontal adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya 30
BENTUK PERSEKONGKOLAN Persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemberi pekerjaan 31
BENTUK PERSEKONGKOLAN Gabungan persekongkolan horisontal dan vertikal adalah persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa 32
TENDER YANG BERPOTENSI MELANGGAR MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999 Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha: 1. Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi tidak dapat mengikuti; 2. Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompentensi yang sama; 3. Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut. 33
CONTOH PERKARA Perkara No. 11/KPPU-L/2009: Dugaan Pelanggaran Ps. 22 No. 5/ 1999 dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Untuk Tender Pekerjaan Optimalisasi WTP (2x20) Liter/Detik Menjadi 100 Liter/Detik UPT-AB Kecamatan Siak dan Optimalisasi Instalasi Pengelolaan Air UPT-AB Kecamatan Mempura pada Dinas Pekerjaan Umum Kimpraswil, Kabupaten Siak, Propinsi Riau Tahun Anggaran 2008 Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU. Berdasarkan laporan tersebut dan atas rangkaian pemeriksaan, diambil kesimpulan bahwa terdapat persekongkolan horizontal antara PT Kartika Ekayasa, PT Citra Murni Abadi, PT Asagolan Sejahtera dan PT Rosa Lisca, antara lain:
PERKARA NO. 11/KPPU-L/2009 Bahwa terdapat kesepakatan antara PT Kartika Ekayasa dengan PT Citra Murni Abadi, PT Asagolan Sejahtera dan PT Rosa Lisca terkait dengan komitmen keempat perusahaan tersebut dalam mengikuti proses tender Pekerjaan Optimalisasi WTP (2x20) Liter/Detik Menjadi 100 Liter/Detik UPT-AB Kecamatan Siak dan Optimalisasi Instalasi Pengelolaan Air UPT-AB Kecamatan Mempura pada Dinas Pekerjaan Umum Kimpraswil, Kabupaten Siak, Propinsi Riau Tahun Anggaran 2008; Bahwa dalam kesepakatan tersebut, PT Kartika Ekayasa menyatakan keseriusannya untuk mengikuti 2 (dua) paket tender Pekerjaan Optimalisasi WTP (2x20) Liter/Detik Menjadi 100 Liter/Detik UPT-AB Kecamatan Siak dan Optimalisasi Instalasi Pengelolaan Air UPT-AB Kecamatan Mempura pada Dinas Pekerjaan Umum Kimpraswil, Kabupaten Siak, Propinsi Riau Tahun Anggaran 2008 dan meminta PT Citra Murni Abadi, PT Asagolan Sejahtera dan PT Rosa Lisca untuk menjadi perusahaan pendamping PT Kartika Ekayasa pada paket tersebut; Bahwa sebagai perusahaan pendamping, PT Citra Murni Abadi, PT Asagolan Sejahtera dan PT Rosa Lisca memperoleh uang sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) sebagai pengganti biaya pendaftaran dan persiapan dokumen yang diberikan sebelum ketiga perusahaan tersebut memasukkan Dokumen Penawaran; Bahwa untuk mempermudah pengaturan pemenang, PT Kartika Ekayasa, PT Citra Murni Abadi, PT Asagolan Sejahtera dan PT Rosa Lisca menyepakati agar Dokumen Penawaran yang disampaikan PT Citra Murni Abadi, PT Asagolan Sejahtera dan PT Rosa Lisca tidak memenuhi ketentuan dalam RKS;
PERKARA NO. 11/KPPU-L/2009 Memutuskan : 1. Menyatakan Terlapor I: PT Kartika Ekayasa, Terlapor II: PT Rosa Lisca, Terlapor III: PT Citra Murni Abadi dan Terlapor IV: PT Asagolan Sejahtera terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; 2. Menyatakan Terlapor V: Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Kabupaten Siak Tahun Anggaran 2008, Terlapor VI: Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Siak, Terlapor VII: Budhi Pribadi tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; 3. Melarang Terlapor I: PT Kartika Ekayasa, Terlapor II: PT Rosa Lisca, Terlapor III : PT Citra Murni Abadi dan Terlapor IV : PT Asagolan Sejahtera untuk mengikuti tender yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Siak selama 1 (satu) tahun; 4. Menghukum Terlapor I: PT Kartika Ekayasa membayar denda sebesar Rp.250.000.000,00 (Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
TERIMA KASIH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Jl. Ir. H. Juanda No. 36, Jakarta Pusat, 10120 Tel. +62-21-3507015, Fax. +62-21-3507008 E-mail: infokom@kppu.go.id website: http://www.kppu.go.id