Industrialisasi Menuju Kehidupan Yang Lebih Baik KEBIJAKAN NASIONAL PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) Direktur Industri Material Dasar Logam Kementerian Perindustrian RI Jakarta, 19 November 2010
LATAR BELAKANG P3DN SEBELUM KRISIS SETELAH KRISIS 15 13.52 13.09 11.66 10 5 0 7.57 7.02 8.22 6.11 5.86 5.48 6.32 6.2 7.82 7.54 4.38 4.88 3.95 4.7 5.68 4.5 3.54 4.92 5.03 5.27 5.15 3.83 3.68 3.83 4 2.1 0.79 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 0-5 -10-13.1-13.13 Ekonomi Industri -15 2
LATAR BELAKANG P3DN Kondisi pertumbuhan industri yang semula sebelum krisis ekonomi 1998 selalu berada diatas kondisi pertumbuhan ekonomi, menjadi dibawah pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2007 Krisis keuangan global telah menurunkan permintaan dunia secara drastis terhadap produk ekspor Indonesia yang dikhawatirkan akan menyebabkan ledakan pengangguran dalam jumlah besar. Pasar dalam negeri yang besar dapat diharapkan sebagai katup penyelamat bagi industri yang semula berorientasi ekspor untuk mengalihkan pasarnya ke pasar domestik. Oleh Karena itu diperlukan suatu regulasi Pemerintah tentang P3DN
LANGKAH KEBIJAKAN MENGHADAPI KRISIS Pengarahan Presiden RI tentang sepuluh butir langkah-langkah menghadapi krisis keuangan global, salah satunya adalah menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri dalam rangka meningkatkan pasar domestik dan dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh produk buatan Indonesia; Pasar Dalam Negeri yang besar harus menjadi katup penyelamat bagi Industri Manufaktur Dalam Negeri.
POTENSI PASAR P3DN Pertamina Anak Perusahaan Perusahaan Migas Perusahaan Listrik Keppres 80/2003 & Perpres 54/2010 Pedoman P3DN Perusahaan Telekom Kem. ESDM Kem. Kominfo Pedoman P3DN Produsen DN Pedoman P3DN Kemenperin Daftar Inventarisasi Barang/ Jasa Produksi DN Pedoman P3DN Kement. BUMN Surveyor Independen Kem. PU Pedoman P3DN BUMN Inpres 2/2009 Perusahaan Konstruksi
STRUKTUR KEBIJAKAN P3DN Inpres No. 2/2009 ttg Penggunaan Produk Dalam Negeri Keppres 80/2003 & perubahanannya (Perpres 54/2010) ttg Pengadaan B/J Pemerintah Permenperin RI No. 49/M-IND/PER/5/2009 ttg Pedoman Penggunaan P D N diubah N0. 102/M-IND/PER/10/2009 Perubahan dan Penyempurnaan Permenprin No. 11/M- IND/PER/3/2006 Permenperin RI No. 50/M-IND/PER/5/2009 ttg Pembentukan POKJA dan Sekretariat TIM-NAS P3DN Peraturan Sekjen Depperin No. 372/SJ-IND/PER/6/2006, tgl 08 Juni 2006 tentang Petunjuk Teknis & Tata Cara Penilaian Sendiri Capaian TKDN
INPRES NO. 2 TAHUN 2009 1. Pengadaan barang/jasa Pemerintah bertujuan untuk: a) Memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta penggunaan penyedia barang/jasa nasional; b) Memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa pemborongan nasional kepada perusahaan penyedia barang/jasa; 2. Pengadaan barang/jasa Pemerintah agar berpedoman dan mengacu pada Pedoman Peningkatan Penggunaan Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian. 3. Kampanye penggunaan produksi dalam negeri di lingkungan instansi Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN dan BUMD dikoordinasikan oleh Menteri Perdagangan. 4. Dalam melaksanakan tugasnya, Timnas P3DN dapat melakukan kerjasama dengan konsultan, tenaga ahli, akademisi atau pihak pihak lain yang dipandang perlu. 5. Timnas P3DN menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Presiden melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian secara berkala setiap 6 (enam) bulan, atau sewaktu waktu jika diminta Presiden.
KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003 Instansi pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri (Pasal 40 ayat 1) Kewajiban instansi pemerintah sebagaimana ps 40 ayat 1 dilakukan pada setiap tahapan pengadaan barang/jasa mulai persiapan s.d penyelesaian perjanjian/kontrak (Pasal 40 ayat 2) Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri (Pasal 43 ayat 1) Pengaturan Daftar Inventarisasi Barang/jasa Produksi Dalam Negeri untuk digunakan sebagai rujukan dalam pengadaan barang/jasa & penyebarluasannya Kemenperin (Pasal 44)
PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 (Perubahan Keppres No. 80 Tahun 2003) Produk Dalam Negeri wajib digunakan jika terdapat Penyedia Barang/Jasa yang menawarkan Barang/Jasa yang menawarkan Barang/Jasa dengan nilai TKDN minimal 40%; TKDN mengacu pada Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri yang diterbitkan oleh Kementerian yang membidangi perindustrian; Preferensi Harga untuk barang/jasa dalam negeri diberlakukan pada Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai rupiah murni tetapi hanya berlaku dalam pengadaan barang/jasa bernilai di atas 5.000.000.000 (lima miliar rupiah); Preferensi harga hanya diberikan kepada barang/jasa dalam negeri dengan TKDN lebih besar atau sama dengan 25% (dua puluh lima persen); Preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri setingi-tinginya 15% (lima belas persen), sedangkan preferensi harga untuk pekerjaan konstruksi yang dikerjakan oleh Kontraktor nasional adalah 7,5% di atas harga penawaran terendah dari Kontraktor asing)
PERMENPERIN NO. 49 TAHUN 2009 dan NO. 102 TAHUN 2009 Untuk mengimplementasikan isi Keppres No. 80 Tahun 2003 dan Inpres No.2 tahun 2009 perubahannya Menteri Perindustrian menerbitkan Peraturan No:102/M-IND/PER/ IND/PER/9/2009 yang isinya antara lain: Mewajibkan instansi menggunakan produksi dalam negeri yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) tertentu; Memberikan preferensi harga pada produksi dalam negeri yang memiliki nilai TKDN tertentu pada Tender; Mewajibkan instansi membentuk Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) untuk mendorong Penggunaan Produk Dalam Negeri yang diimplementasikan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring.
REGULASI P3DN DALAM UNDANG-UNDANG Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Pengutamaan pemanfaatan barang/jasa dalam negeri Badan usaha atau bentuk usaha tetap yang melaksanakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, jasa, serta kemampuan rekayasa rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi Mengutamakan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing Pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Usaha jasa penunjang listrik wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri Usaha industri penunjang tenaga listrik wajib mengutamakan produk dan potensi
Ketua TIM NAS P3DN (INPRES NO. 2 TAHUN 2009) : Menteri Perindustrian; 1. Menteri Dalam Negeri; 2. Anggota Menteri Keuangan; : 3. Menteri Perdagangan; 4. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara; 5. Menteri Negara Perencanaan Pembangunaan Nasional/ 6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 7. Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah; 8. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; 9. Sekretaris Kabinet; 10. Kepala Badan Pengawasan Keuangan danpembangunan; 11. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
TUGAS TIM NAS P3DN 1. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi dan program untuk mengoptimalkan penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah; 2. Menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah; 3. Melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah; 4. Menetapkan langkah-langkah strategis dalam rangka penyelesaian permasalahan yang menghambat pelaksanaan Instruksi Presiden ini; dan 5. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Instruksi Presiden ini.
SEKRETARIAT DAN POKJA TIM NAS P3DN Dibentuk melalui Peraturan Menteri Perindustrian No. 50 Tahun 2009. Sekretariat bertugas membantu kelancaran tugas Pokja P3DN dalam rangka peningkatan penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Pokja terdiri atas 3 (tiga) bidang dengan masing-masing tugasnya: a. Bidang Kebijakan: menyiapkan kebijakan umum, peraturan pelaksanaan, kaji ulang, dan langkah-langkah promosi b. Bidang Sosialisasi: mengupayakan kepada seluruh instansi Pemerintah untuk: optimalisasi P3DN, membuat Daftar Inventarisasi Barang dan Jasa PDN, membentuk tim penyelesaian sengketa, melakukan koordinasi dan monitoring, dan sosialisasi. c. Bidang Monitoring, Evaluasi dan Penyelesaian Masalah: mengkoordinasikan implementasi kebijakan dan penyelesaian masalah, mediasi kasus-kasus, pengawasan, serta evaluasi dan monitoring.
STRUKTUR ORGANISASI TIM NAS P3DN Ketua Tim Nasional P3DN Sekretariat Kelompok Kerja Bidang Kebijakan Ketua Pokja Tim Nasional P3DN Kelompok Kerja Bidang Sosialisasi Kelompok Kerja Bidang Monitoring, Evaluasi dan Penyelesaian Masalah
TIM NAS P3DN INSTANSI Pedoman: Peraturan Menteri Perindustrian No. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Tim Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri. Tujuan : Untuk mengoptimalkan pelaksanaan penggunaan produk dalam negeri pada masing-masing Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah, BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS; Koordinasi Tim P3DN : Untuk Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non Departemen harus ditempatkan di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama; Untuk Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota harus ditempatkan di bawah koordinasi Sekretaris Daerah; Untuk BI, BHMN, BUMN, BUMD, dan KKKS sesuai dengan ketentuan yang berlaku di unit kerja masing-masing.
SUSUNAN PELAKSANAAN P3DN DI INSTANSI PEMERINTAH (Permenperin No. 31 Tahun 2006) PUSAT TIM KERJA KETUA WAKIL KETUA KETUA HARIAN SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS KEMENTRIAN/SEKRETARIS UMUM TIM FASILITASI PERBEDAAN PENAFSIRAN TKDN KOORDINATOR KOORDINATOR SEKRETARIS SEKRETARIS ANGGOTA ANGGOTA DAERAH TIM KERJA KOORDINATOR SEKRETARIS ANGGOTA KETUA WAKIL KETUA KETUA HARIAN SEKRETARIS DAERAH / PROPINSI / KABUPATEN / KOTA TIM FASILITASI PERBEDAAN PENAFSIRAN TKDN KOORDINATOR SEKRETARIS ANGGOTA 1. WAKIL DINAS INDUSTRI 2. WAKIL KADINDA 3. WAKIL ASOSIASI
BERTUGAS : TIMNAS P3DN PEMERINTAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pedoman penggunaan produk dalam negeri di lingkungan masing-masing instansi; Melakukan monitoring dan apabila diperlukan melakukan penyaksian pada proses produksi dan atau pelaksanaan penggunaan produk dalam negeri; Memberikan tafsiran final terhadap permasalahan mengenai kebenaran besaran TKDN antara Penyedia Barang/Jasa dan Tim Pengadaan Barang/Jasa (Tim Lelang); Melaksanakan tugas lain yang terkait dengan penggunaan produk dalam negeri yang diberikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota masing-masing; PELAPORAN Tim P3DN melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara berkala setiap 6 (enam) bulan kepada Gubernur/Bupati/Walikota masing-masing dengan tembusan kepada Menteri Perindustrian
PROPINSI/KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MEMBENTUK TIM P3DN Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta; Pemerintah Kota Balikpapan Pemerintah Kabupaten Bogor; Pemerintah Kota Palembang.
CAKUPAN TKDN 1 2 3 BARANG JASA GABUNGAN BARANG DAN JASA
Cakupan : Pengguna Barang/Jasa dan TKDN Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) Preferensi Harga Perhitungan Sendiri TKDN (Self Assesment) Buku Daftar Inventarisasi Harga Evaluasi Akhir (HEA) Pembentukan Tim P3DN Sanksi TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI ( T K D N )
TINGKATAN KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) BARANG Bahan Baku/Komp Proses Produksi Hasil Produksi DALAM NEGERI LUAR NEGERI Mesin Proses D N L N Tenaga Kerja Lokal Asing Overhead Barang Jadi PASAR Lain-lain Biaya Brg Jadi Biaya Komp. LN TKDN = --------------------------------------- X 100 % Biaya Brg Jadi TKDN > 25 % Dapat Preferensi Harga
TINGKATAN KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) JASA Perusahaan Jasa Management Proyek Tenaga Kerja Alat Kerja/Fas Kerja Konstruksi/Fabrikasi Jasa Lainnya Biaya Pemasaran Biaya Adm Keuntungan Pajak PROYEK PROYEK SELESAI Biaya Total Jasa Biaya Jasa LN TKDN = --------------------------------------- X 100 % Biaya Total Jasa TKDN > 25 % Dapat Preferensi Harga
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI ( T K D N ) GABUNGAN BARANG DAN JASA TKDN Gabungan = TKDN Barang + TKDN Jasa
Landasan Hukum dan Peraturan Cakupan : Pengguna Barang/Jasa dan TKDN Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) Preferensi Harga Perhitungan Sendiri TKDN (Self Assesment) Buku Daftar Inventarisasi Harga Evaluasi Akhir (HEA) Pembentukan Tim P3DN Sanksi BOBOT MANFAAT PERUSAHAAN ( B M P )
BOBOT MANFAAT PERUSAHAAN (BMP) 1 2 3 4 Pemberdayaan Usaha Kecil Pemeliharaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (OHSAS 18000/ISO 14000) Pemberdayaan Lingkungan (Community Development ) Fasilitas Pelayanan Purna Jual
NILAI BMP Nilai Perberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi melalui kemitraan. Nilai sertifikasi OHSAS 18000/ISO 14000 Nilai Pemberdayaan Lingkungan Nilai Penyediaan Fasilitas Pelayanan Purna Jual 30% dari 15% = 4,5 % 20% dari 15% = 3,0 % 30% dari 15% = 4,5 % 20% dari 15% = 3,0 %
PREFERENSI HARGA Landasan Hukum dan Peraturan Cakupan : Pengguna Barang/Jasa dan TKDN Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) Preferensi Harga Perhitungan Sendiri TKDN (Self Assesment) Buku Daftar Inventarisasi Harga Evaluasi Akhir (HEA) Pembentukan Tim P3DN Sanksi
Dana Dalam Negeri - Barang : Maks 30 % - Jasa : Maks 7,5 % Dana Luar Negeri BESAR PREFERENSI HARGA - Barang : Maks 15 % - Jasa : Maks 7,5 % Catatan : - Preferensi harga diberikan bila nilai TKDN 25% - Preferensi harga hanya untuk evaluasi harga ----------- HEA - Preferensi harga tidak mengubah harga penawaran
PREFERENSI HARGA TKDN + BMP >= 40 % -- Wajib digunakan prod. DN -- Lelang hanya diikuti oleh persh DN (TKDN > 15%) TKDN + BMP < 40 % -- Diberikan preferensi harga sesuai tingkat capaian TKDN nya Catatan : - BMP digunakan pada saat lelang hanya untuk menyeleksi peserta lelang - Nilai Maksimal BMP = 15 % - Nilai Minimal TKDN = 25 %
Contoh TKDN + BMP 40% Barang impor tak bisa ikut lelang Barang Produksi DN Produksi DN Produksi DN Produksi DN Peserta Lelang TKDN (%) BMP (%) TKDN + BMP (%) A 35 0 35 B 26 14 40 C 25 10 35 D 10 10 20 Impor E 0 0 0 Impor F 0 0 0
Contoh TKDN + BMP < 40% Barang Impor masih bisa ikut lelang Barang Produksi DN Produksi DN Produksi DN Produksi DN Peserta Lelang TKDN (%) BMP (%) TKDN+ BMP (%) A 35 0 35 B 30 5 35 C 25 10 35 D 10 10 20 Impor E 0 0 0 Impor F 0 0 0
Harga Evaluasi Akhir (HEA) Pemberian preferensi harga tidak mengubah harga penawaran dan hanya digunakan untuk keperluan perhitungan Harga Evaluasi Akhir Penyedia Brg/Jasa Harga Penawaran (Rp) TKDN (%) HEA (Rp) Peringkat A 1.050.000.000 60 963.302.752,3 I B 1.150.000.000 50 1.069.767.442 III C 1.025.000.000 25 987.951.807,2 II Catatan: Untuk Pengadaan barang dalam negeri dgn preferensi harga 15%. 1 HEA = -------------- X HP ; HP=harga penawaran; KP=koef.preferensi; 1 + KP Kp = TKDN X preferensi = 60%x15%=9%
Industrialisasi Menuju Kehidupan Yang Lebih Baik TERIMA KASIH http://www.kemenperin.go.id/