1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari peradaban manusia. Kehidupan tanpa adanya aktivitas pembangunan merupakan suatu kemunduran dalam peradaban manusia. Seringkali pembangunan seperti pabrik industri maupun pertanian tidak memperhatikan aspek lingkungan sehingga merusak alam. Industri plastik merupakan salah satu jenis industri yang terus berkembang seiring dengan tingginya penggunaan plastik di masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah plastik menjadi salah satu penyebab banyaknya sampah plastik di lingkungan khususnya di perairan. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) (2013) mendeskripsikan sampah laut (marine debris) sebagai benda padat persistent, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut. Tipe sampah laut di antaranya plastik, kain, busa, styrofoam, kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu. Kategori ukuran digunakan untuk mengklasifikasikan marine debris, yaitu megadebris (> 100 mm), makrodebris (> 20-100 mm), mesodebris (> 5-20 mm), dan mikrodebris (0.3-5 mm). Potensi efek sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris (UNEP 2011). Makrodebris memberikan dampak secara fisika seperti menutup permukaan sedimen dan mencegah pertumbuhan benih mangrove (Smith dkk., 2013). Penelitian ini terfokus pada makrodebris dan mikroplastik (salah satu tipe mikrodebris).
2 Salah satu limbah plastik yang dapat mempengaruhi siklus makanan di wilayah pesisir dan laut adalah mikroplastik. Mikroplastik merupakan salah satu bagian dari sampah lautan yang apabila menumpuk di wilayah perairan akan menyebabkan terganggunya rantai makanan pada ikan. Mikroplastik berpotensi mengancam lebih serius dibanding dengan material plastik yang berukuran besar sebagai organisme yang mendiami tingkatan tropik yang lebih rendah, seperti plankton yang mempunyai partikel rentan terhadap proses pencernaan mikroplastik sebagai akibatnya dapat mempengaruhi organisme tropik tingkat tinggi melalui proses bioakumulasi. Hasil uji laboratorium menunjukan bahwa mikroplastik dapat dicerna oleh organisme laut ketika salah satu partikel dari mikroplastik dapat menyerupai makanan (Boerger dkk., 2010; Browne dkk., 2008; Lusher dkk., 2013; Cauwenberghe dkk., 2013). Makrozoobenthos merupakan zoobenthos yang memiliki ukuran lebih dari 1 mm (Mann, 1982). Makrozoobenthos sering dipakai untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia, dan biologi perairan. Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme makrozoobenthos karena makrozoobenthos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemaran kimia maupun fisik (Odum, 1995). Desa Jaring Halus merupakan salah satu pemukiman di sekitar pesisir yang memiliki permasalahan dalam pengelolaan sampah. Seiring dengan bertambahnya populasi masyarakat di wilayah tersebut, banyak aktivitas yang terjadi di desa ini, seperti penangkapan ikan, perikanan, pertanian, perkebunan, dan aktivitas rumah tangga. Dengan banyaknya aktivitas tersebut, dikhawatirkan terjadi pembuangan
3 di wilayah pemukiman. Berbagai masalah muncul akibat adanya sampah laut (marine debris) seperti berkurangnya keindahan wilayah pesisir, minimbulkan berbagai penyakit, mempengaruhi jejajaring makanan, serta berkurangnya produktivitas ikan yang ditangkap (Citrasari dkk., 2012). Fenomena sampah laut berupa mikroplastik, maka akan menimbulkan keresahan di masyarakat dengan keberadaan sampah yang telah mencemari wilayah pesisir dan laut. Disamping itu, belum adanya informasi awal tentang mikroplastik di wilayah ini merupakan salah satu kendala mengelola potensi perikanan dan kelautan yang berbasis ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui distribusi sampah laut pada air dan sedimen di desa ini. Perumusan Masalah Aktivitas masyarakat di Desa Jaring Halus secara langsung memberikan dampak terhadap lingkungan perairan. Buruknya pengelolaan sampah di desa ini menyebabkan terjadinya tumpukan sampah yang berserakan. Tumpukan sampah ini kemudian terbawa ke perairan laut dan terakumulasi pada air dan sedimen. Hal tersebut diduga memberikan dampak negatif secara fisik berupa kerusakan lingkungan perairan. Sebaran kepadatan sampah laut, kualitas sedimen, dan kualitas air di Desa Jaring Halus dianalisis untuk menentukan strategi pengelolaan lingkungan perairan dari pencemaran sampah. Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana jenis dan kepadatan sampah laut (makro dan mikro plastik) di Pesisir Desa Jaring HalusKabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara?
4 2. Bagaimana hubungan kepadatan sampah laut (makro dan mikro plastik) terhadap kepadatan makrozoobenthos di Pesisir Desa Jaring HalusKabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara? Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis dan kepadatan sampah laut (makro dan mikro plastik) di Pesisir Desa Jaring HalusKabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui hubungan kepadatansampah laut (makro dan mikro plastik) terhadap kepadatan makrozoobenthos di Pesisir Desa Jaring HalusKabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Manfaat Penelitian Penelitian ini menilai secara kuantitatif mengenai jenis dan kepadatan sampah laut (makro dan mikroplastik) di lingkungan laut serta dampaknya terhadap kepadatan makrozoobenthos dan bermanfaat memberikan data awal mengenai sampah laut (marine debris) di Pesisir Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara untuk dijadikan acuan dalam perbandingan masa depan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pengelolaan ekosistem perairan pesisir dari tekanan pencemaran sampah. Kerangka Pemikiran Segala bentuk aktivitas masyarakat akan berdampak terhadap lingkungan. Buruknya pengelolaan sampah dan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan menyebabkan tingginya akumulasi sampah laut di perairan. Sampah laut yang dimaksud adalah dari golongan makro dan mikro
5 plastik. Jenis dan kepadatan sampah laut ini akan berdampak pada menurunnya kualitas air dan sedimen. Tingkat tekanan bahan pencemar akan menyebabkan penurunan kepadatan makrozobenthos. Untuk mempertahankan kepadatan makrozoobenthos maka perlu disusun strategi pengelolaan lingkungan dari tekanan pencemaran sampah plastik di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Aktivitas Masyarakat Akumulasi Sampah Laut Jenis dan Kepadatan Sampah Laut, Kualitas Air dan Sedimen Kerusakan Lingkungan dan Kepadatan Makrozoobenthos Strategi Pengelolaan Lingkungan Laut dari Pencemaran Sampah Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian