BAB 1 PENDAHULUAN. dan 2-3% diantaranya meninggal pertahunnya. Khususnya pada bayi dan anak-anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

GAMBARAN CAKUPAN PROGRAM KELAMBUNISASI DALAM MENCEGAH KEJADIAN MALARIA DI DESA TUNGGULO KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB I LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal :

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah di daerah tropis dan sub tropis, terutama pada negara yang berkembang di mana ditemukan 300-500 juta kasus dan 2-3% diantaranya meninggal pertahunnya. Khususnya pada bayi dan anak-anak angka kematian dan kesakitan pada umur di bawah 5 tahun berkisar 6% sampai 11%, sedangkan di Afrika sebesar 10% (Gemijati, 2003). Penduduk yang beresiko tertular malaria berjumlah sekitar 2,3 milyar atau sekitar 41% dari penduduk di dunia. Menurut Gunawan (2000), setiap tahun kasus malaria bertambah sekitar 300-500 juta, dengan tingkat kematian 1,5-2,7% terutama di Sahara Afrika (Globalhealtreporting, 2001). Penyebaran endemis terbentang diantara garis bujur 60 0 LU dan 40 0 LS meliputi + 100 negara tropis dan sub-tropis. Menurut WHO pada tahun 1990 dalam Harijanto (2000) sebanyak 80% kasus dijumpai di Afrika merupakan kelompok yang potensial dengan penyebaran malaria pada satu jenis plasmodium (WHO, 1995). Angka kesakitan penyakit malaria di Indonesia cukup tinggi, penyakit malaria cukup membahayakan masyarakat terutama mereka yang berada di luar jangkauan pelayanan pusat kesehatan yang memadai (Gemijati, S, 2000).

Di Indonesia tercatat kasus malaria 2,5 juta-3 juta pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006 yang hanya 1,8 juta kasus. Peningkatan jumah kasus malaria disebabkan oleh perpindahan penduduk (migrasi) ke daerah yang baru ditempati, terutama di daerah tropis dan perubahan cuaca (Anonim, 2009). Kasus penyakit malaria menempati urutan ke 7 dalam daftar 1 penyakit terbesar di Propinsi Sumatera Utara dengan rata-rata 82.405 kasus klinis per tahun dari tahun 1996 s/d 2000 (Dinkes Prop. Sumatera Utara, 2003). Kasus malaria telah membuat puluhan korban meninggal di beberapa daerah, terutama yang endemis. Menurut data Departemen Kesehatan, jumlah penderita penyakit malaria di Indonesia 50 orang per 1.000 penduduk. Dalam target pembangunan kesehatan, Indonesia Sehat 2010, jumlah itu berusaha diturunkan menjadi 1/10-nya (Depkes RI, 2003). Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 di Indonesia, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia yang tinggal di daerah beresiko tertular malaria. Dari 293 Kabupaten/Kota Besar yang ada di Indonesia, 167 Kabupaten/Kota merupakan wilayah endemis malaria salah satunya yang tertinggi Papua (Depkes RI, 2003). Di Sumatera Utara penyakit malaria juga banyak ditemukan di beberapa daerah diantaranya tertinggi Madina dan diikuti daerah lainnya seperti Kabupten Deli Serdang yang setiap bulannya selalu ada yang terkena penyakit malaria pada tahun 2006, dijumpai kasus malaria sebanyak 13.632 yang tersebar di beberapa kecamatan,

dengan kasus tertinggi di Kecamatan Kota Dasar di Kecamatan Hamparan Perak 432 kasus dan selanjutnya diikuti Kecamatan Pantai Labu sebanyak 348 kasus, melihat daerahnya secara geografis terletak di daerah pinggiran pantai (Profil, Kab. Deli Serdang, 2006). Secara geografis wilayah Kecamatan Pantai Labu luasnya 83,62 km 2 (8.362 Ha) yang terdiri dari 19 desa dan 76 dusun dengan ibukota Pantai Labu Pekan. Di mana daerahnya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 0-8 meter di atas permukaan laut dan berbatasan dengan selat Malaka. Sedangkan daerah Desa Rantau Panjang luasnya 480 Ha dengan daerah yang paling luas tanah rawa-rawa 80 Ha dan curah hujan 10 mm serta suhu udara yang cukup panas rata-rata 38 0 C (Profil, Kec. Pantai Labu, 2007). Angka tertinggi kasus malaria terdapat pada Desa Rantau Panjang 219 kasus faktor berperangaruh terhadap populasi larva nyamuk Anopheles spp. Di daerah persawahan atau rawa-rawa curah hujan cenderung berbanding terbalik dengan kepadatan popuasi larva nyamuk Anopheles spp. Pada saat curah hujan berkurang, populasi larva nyamuk Anopheles spp meningkat. Demikian sebaliknya, pada saat curah hujan meningkat, akan terjadi penurunan populasi larva. Peningkatan kepadatan larva nyamuk di persawahan ataupun rawa-rawa adalah pada akhir kemarau dan permulaan musim hujan pada masa peralihan kemarau dan hujan (Suroso, 2003). Upaya pencegahayan penularan penyakit sebenarnya telah banyak dilakukan seperti dicanangkannya Gebrak Malaria sebagai gebrak nasional memberantas malaria di Indonesia. Namun gerakan malaria ini belum mampu menanggulangi

penyakit malaria, karena sampat saat ini jumlah kasus malaria masih tinggi terutama di daerah endemis malaria (Laihad, 2005). Pada tahun 1998 malaria diidentifikasi oleh Direktur Jenderal WHO, sebagai proyek prioritas utama dengan kembalinya penyakit malaria. Pada tahun itu juga WHO, UNICEF, UNDP dan Bank Dunia mengembangkan satu respon terpadu untuk mengatasi masalah endemis malaria di negara-negara berkembang. Respon tersebut disebut Roll Back Malaria (RBM). RBM diterjemahkan menjadi gebrak malaria yang merupakan gerakan bersama, terpadu antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor dan masyarakat untuk memberantas malaria. Gerakan malaria telah dimulai sejak April 2000 dan bertujuan untuk mengurangi beban malaria sebanyak 50% (Depkes RI, 2006). Guna mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian tahun 2008, yang meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria, peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop dengan cara rapid diagnostic test (RDT) menggunakan dipstick dan penemuan pengobatan dan pencegahan penularan malaria. Selain itu, dilakukan peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisidal Net) gratis ke daerah endemis malaria tinggi yang masih dibantu oleh Global Fund (Dinkes Prop. Sumatera Utara, 2003). Begitu juga kegiatan pemberantasan penyakit malaria di Kabupaten Deli Serdang yang dilakukan Bintek Malaria Kabupaten ke Puskesmas, pelatihan

mikroskop puskesmas bantuan UNICEF, pendistribusian rapid test, launcing kelambunisasi dan pembagian kelambu bantuan UNICEF (Dinkes Kab. Deli Serdang 2008). Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan pengobatan penderita pada saat ini berbagai daerah termasuk 4 propinsi kawasan Timur Indonesia yang mendapat bantuan global fund, sedang dikembangkan Pos Malaria Desa. Pos ini merupakan suatu wadah komunikasi informasi masyarakat sendiri, dengan difasilitasi Puskesmas setempat bekerja sama dengan lembaga/organisasi yang sudah ada di masing-masing desa (Dinkes Prop. Sumatera Utara, 2003). Walaupun program dalam menanggulangi malaria telah dilakukan akan tetapi kondisi tersebut diperberat dengan semakin luasnya daerah yang resisten dengan obat anti malaria karena tidak dipatuhinya minum obat sesuai aturan sehingga parasit yang ada menjadi resisten terhadap daya kerja obat tersebut dan makin meningkatkannya mobilitas penduduk antar wilayah yang semakin meningkat dan tidak dapat segera diberantasnya malaria dari suatu wilayah daerah endemik malaria (Gemijati. S, 2003). Hasil penelitian (Zulbahri, 1999) menunjukkan sangat berpengaruh variabel pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan penularan malaria melalui kelambu culup pada tingkat Signifikan (P=0,041) dan sikap masyarakat terhadap pencegahan penularan malaria melalui kelambu culup yang signifikan (P=0,048). (Ditjen PPM & PLP, 1999). Malaria sebagai salah satu penyakit menular, bahkan sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit malaria tidak hanya mengganggu

kesehatan masyarakat tetapi dapat menimbulkan keresahan akibat kematian, serta menurunkan produktivitas kerja dan dampak ekonomi lainnya. Diduga 36% penduduk dunia terkena resiko malaria. Di Negara-negara berkembang seperti di Indonesia kasus malaria cenderung meningkat karena sangat erat dengan permasalahan kekurangan gizi dan sosial ekonomi (Purworejo, 2005). Secara umum penyebaran malaria sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling mendukung, yaitu host, agent environment sesuai dengan teori The Traditional (Ecological) Model yang dikemukakan oleh Dr. John Gordon. Ada aspek lingkungan, di mana manusia dan nyamuk berada pada suatu ekologi yang memungkinkan terjadinya transmisi malaria setempat (indigenous). Nyamuk dapat berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkannya. Lingkungan dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi dan lingkungan sosial budaya (Gunawan, S, 2000). Selain faktor masyarakat yang sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain, secara epidemiologi penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular dan masalah kesehatan umum yang besar. Penyakit ini disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium (Gemijati, S, 2003). Daerah perairan atau rawa-rawa merupakan suatu habitat bagi nyamuk vektor malaria. Hal ini terbukti dengan banyaknya ditemukan larva nyamuk Anopeles spp. Berkembang biak di persawahan ataupun rawa-rawa. Daerah persawahan dan rawarawa yang airnya tergenang terus-menerus cenderung berpotensi sangat besar menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Anopheles spp. Hal ini dapat menyebabkan

populasi nyamuk semakin meningkat. Karena, faktor air sangat menjadi penunjang dalam perkembangbiakannya. Terjadinya kenaikan populai nyamuk Anopheles spp, maka memacu kenaikan insidens malaria. Apabila sudah terinfeksi malaria maka masyarakat menjadi tidak produktif lagi dalam mengerjakan beraktivitas sehingga berpengaruh terhadap produksi yang akan diperoleh. Faktor lain yang dapat menaikkan insidens malaria di daerah penelitian antara lain lingkungan fisik, biologik, sosial budaya dan sosial ekonomi penduduk yang masih rendah (Laihad, F, 2005). Selanjutnya, faktor lingkungan biologi juga mempengaruhi populasi larva nyamuk Anopheles spp di daerah persawahan dan rawa-rawa. Adanya ikan pemakan larva sehingga menurunkan populasi larva yang ada. Jenis ikan pemakan larva tersebut adalah ikan Kepala Timah (Aplocheilu panchax), tetapi ikan tersebut bersifat soliter dan tidak bisa memakan larva yang terlindung di gulma air. Demikian juga, faktor memakan karena larva tersebut tergantung pada mikroflora banyak berkumpul di sekitar tanaman (Suroso, 2003). Adapun kehadiran vegetasi air dan predator berperan terhadap keberadaan larva Anopheles spp. Hal ini disebabkan oleh fungsi vegetasi dan predator tersebut berhubung dengan tingkat kepadatan dari larva nyamuk di lingkungan perairan tersebut (Wikipedia, 2009). Kebiasaan masyarakat Kecamatan Pantai Labu yang suka keluar malam dan terkadang membuka baju pada malam hari karena terasa udara panas, keseharian ini yang membudaya di masyarakat Pantai Labu, ini disebabkan daerah letak Pantai Labu

berbatasan langsung dengan laut sehingga suhu udara cukup panas dan ada juga masyarakat yang jika malam tidur tidak memakai kelambu, padahal ini adalah salah satu cara pencegahan agar nyamuk tidak bisa menggigit hal ini terjadi karena dari keluarga yang kurang mampu. Kebiasaan-kebiasaan itu merupakan salah satu cara peningkatan yang terjadi kasus penyakit malaria, dilihat dari cara penularannya penyakit malaria mudah menular dengan nyamuk. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan kajian penelitian tentang faktor sosio demografis dan budaya terhadap model penanggulangan penyakit malaria di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu tahun 2009. 1.2. Permasalahan Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas yang menjadi permasalahan dalam kajian penelitian ini, mengetahui faktor sosio demografis dan budaya terhadap model penanggulangan penyakit malaria di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor sosio demografis dan budaya terhadap model penanggulangan penyakit malaria di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik demografis masyarakat di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu. 2. Untuk mengetahui karakteristik budaya masyarakat di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu. 3. Untuk mengetahui model penanggulangan penyakit malaria. 4. Untuk mengetahui karakteristik demografis masyarakat terhadap penanggulangan penyakit malaria di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu. 5. Untuk mengetahui karakteristik budaya masyarakat terhadap penanggulangan model penyakit malaria di Desa Rantau Panjang Kec. Pantai Labu. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam menyusun arah kebijakan dan perencanaan program pemberantasan dan penanggulangan malaria serta intervensi yang tepat dan efisien dalam menurunkan angka kesakitan malaria di Kecamatan Pantai Labu Kab. Deli Serdang 2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menjadi Referensi bagi penelitian yang lain.

3. Bagi peneliti lain, sebagai upaya penambahan dan pengalaman dalam mengaplikasikan pengetahuan tentang pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria.