PEMANFAATAN AIR DANAU SEBAGAI SUMBER AIR UNTUK IRIGASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

NERACA AIR WADUK SUNGAI PAKU TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU BAGI MASYARAKAT Water Balance of Paku River Reservoir to Standart Water Needs for the People

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara

Transkripsi:

PEMANFAATAN AIR DANAU SEBAGAI SUMBER AIR UNTUK IRIGASI Agung Pamudjianto 1), Wilis Sutiono 2) 1) Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong Jln. Pendidikan No 27 Kota Sorong Emaill : agungumsorong1980@gmail.com Abstrak Dalam pengelolaan danau mempunyai fungsi utama adalah untuk menstabilkan aliran air, dan di lain sisi danau juga mempunyai fungsi ekonomi yang sangat tinggi, yaitu untuk penyediaan air bersih, baik untuk minum,irigasi, dan industri, juga untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Jika dikelola dengan benar, maka danau akan berfungsi secara optimal sebagai penyangga kehidupan. Penjagaan kuantitas dan kualitas air danau diharapkan dapat menjamin ketersediaan air baku sepanjang daerah alirannya. Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan danau adalah pada bagaimana analisa potensi ketersediaan dan pemanfaatan air danau sebagai sumber air irigasi. Yang kedua bagaimana perubahan pola pemanfaatan ruang / tata guna lahan di kawasan hulu danau dalam kaitannya dengan besarnya debit inflow danau. Yang ketiga bahwa sebagaian besar dari danau belum diketahui volumenya dengan pasti, demikian juga halnya dengan tingkat presipitasi, evaporasinya serta debit inflow dan outflow-nya. Dengan demikian pola pemanfaatan bagi berbagai keperluan seperti untuk pemenuhan air irigasi juga belum bisa diprogramkan secara optimal. Dan dari beberapa hasil penelitian disebutkan bahwa beberapa danau mengalami masalah antara lain terjadi sedimentasi, (berkurangnya kedalaman), berkurangnya volume, dan berkurangnya luas cathment areanya, sehingga berpengaruh juga terhadap ketersediaan air untuk supplai air irigasi misalnya. Danau dengan potensi yang dimilikinya, dapat dikembangkan dan dikelola untuk berbagai kepentingan seperti khususnya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan irigasi Meningkatnya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dari danau/waduk/ situ seperti untuk kebutuhan irigasi, tidak diimbangi dengan konsistensi ataupun upaya peningkatan kapasitas tampungan danau. Hal ini disebabkan adanya perubahan tata guna laha di kawasan tangkapan air danau, pendangkalan danau, dan kerusakan kawasan konservasi danau. Sehingga hal ini mempengaruhi pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi semua kepentingan seperti untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi. Pemerintah secara penuh sebenarnya sudah membuat peraturan untuk memback-up pola optimalisasi dan pengelolaan danau untuk kepentingan irigasi, yaitu dengan adanya PP No 20 tahun 2006 tentang irigasi dan UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Akan tetapi dalam tahap implementasinya memang masih perlu kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada petani pengguna air irigasi. Keyword : air danau, irigasi, optimalisasi 1

I. PENDAHULUAAN A. Definisi Danau Beberapa definisi yang bisa diambil diantaranya yaitu : 1. Danau/situ/embung/waduk adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan social ekonomi manusia 2. Danau adalah suatu wadah alam yang dapat menahan kelebihan air pada masa aliran air tinggi untuk digunakan pada masa kekeringan. 3. Danau adalah badan air yang dikelilingi daratan dan tertutup / tergenang air atau mengalir secara tetap atau sementara. Danau/ situ digolongkan ke dalam lahan basah alami bersama hutan mangrove,rawa gambut, rawa air tawar, padang lamun, dan terumbu karang. Perairan danau cenderung diam, karena itu dinamakan pula perairan lentik, lawan dari perairan lotik atau mengalir (sungai). Pada umumnya kedalaman danau bervariasi antara 50 200 m, akan tetapi banyak juga yang mempunyai kedalaman lebih rendah dari 50 m. Di Indonesia terdapat kurang lebih danau kategori besar > 50 ha sebanyak 500 buah. Danau tersebut tersebar merata di setiap pulau besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan Sulawesi, Papua) kecuali Pulau Bali. Sebaliknya waduk besar sebagian besar berlokasi di P.Jawa. Selain kategori danau besar terdapat juga danau kecil yang jumlahnya ribuan dan waduk kecil yang disebut embung. Danau kecil sering dikenal sebagai situ berukuran besar. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 354 buah situ, di Provinsi Jawa Timur 438 buah situ. Danau yang terbesar adalah Danau Toba yang terletak 905 meter dpl, panjang 275 km, lebar 150 km dengan luas 1.130 km2, dan kedalaman maksimum 529 m di bagian utara dan 429 m di bagian selatan. Danau Toba merupakan danau terdalam kesembilan di dunia dan merupakan danau tipe vulkanik kaldera yang terbesar di dunia. Danau yang terdalam di Indonesia adalah danau Montana di Sulawesi Tengah dengan kedalaman maksimum 590 m dan merupakan danau terdalam ketujuh di dunia. B. Fungsi Danau Dalam pengelolaannya danau mempunyai fungsi utama adalah untuk menstabilkan aliran air, dan di lain sisi danau juga mempunyai fungsi ekonomi yang sangat tinggi, yaitu untuk penyediaan air bersih, baik untuk minum,irigasi, dan industri, juga untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Jika dikelola dengan benar, maka danau akan berfungsi secara optimal sebagai penyangga kehidupan. Penjagaan kuantitas dan kualitas air danau diharapkan dapat menjamin ketersediaan air baku sepanjang daerah alirannya. Permintaan persediaan air bersih untuk keperluan-keperluan di atas akan terus meningkat seiring meningkatnya populasi jumlah penduduk Indonesia. Diprediksi sampai tahun 2015, permintaan air bersih untuk sektor pertanian (air irigasi) akan meningkat 6,67 % setiap tahunnya, sedangkan untuk keperluan domestik 6,7 % dan untuk keperluan industri 12,5 %. II. PERMASALAHAN Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan danau adalah pada : 1. bagaimana analisa potensi ketersediaan dan pemanfaatan air danau sebagai sumber air irigasi 2. bagaimana perubahan pola pemanfaatan ruang / tata guna lahan di kawasan hulu danau dalam kaitannya dengan besarnya debit inflow danau 3. sebagaian besar dari danau belum diketahui volumenya dengan pasti, demikian juga halnya dengan tingkat presipitasi, evaporasinya serta debit inflow dan outflownya. Dengan demikian pola pemanfaatan bagi berbagai keperluan seperti untuk pemenuhan air irigasi juga belum bisa diprogramkan secara optimal. 2

4. Dari beberapa hasil penelitian disebutkan bahwa beberapa danau mengalami masalah antara lain terjadi sedimentasi, (berkurangnya kedalaman), berkurangnya volume, dan berkurangnya luas cathment areanya, sehingga berpengaruh juga terhadap ketersediaan air untuk supplai air irigasi misalnya. III. PEMBAHASAN 3.1. Analisa Potensi Ketersediaan dan Pemanfaatan Air Danau sebagai Sumber Air Irigasi. Analisa ini sangat diperlukan sebagai data acuan untuk pola pengelolaan dari Sumber Daya Air yang optimal dan efisien yang dapat menghasilkan keuntungan secara umum dan khususnya bagi masyarakat sekitar danau tersebut, misalnya untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi para petani. Tahap ini difokuskan dengan menganalisa potensi suatu danau dari segi kuantitasnya apabla ditinjau dari ketersediaan data curah hujannya. Metode yang dipakai dalam analisa ini adalah sebagai berikut : Pengumpulan data., yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Data yang dibutuhkan antara lain peta topografi, data curah hujan, data klimatologi, peta daerah cathment area danau, data sungai di sekitar atau di sekililing danau, dan data outflow danau tersebut. Metode analisa hidrologi,yaitu : a. Analisa curah hujan rata-rata dengan metode polygon thiesen b. Analisa Evapotranspirasi dengan menggunakan data klimatologi untuk mengetahui evapotranspirasi potensial dengan menggunakan metode Penman. c. Analisa ketersediaan air danau dengan metode FJ. Mock untuk mengetahui besarnya debit inflow atau debit yang masuk ke dalam danau yang berasal dari curh hujan yang dipengaruhi oleh factor klimatologi dan kondisi daerah tangkapannya. d. Analisa ketersediaan air danau dengan metode rasional, yaitu dengan mengalikan antara kapasitas tampung danau dengan koefisien run off dan intensitas hujan. Pemanfaatan sumber air untuk keperluan irigasi adalah untuk mengairi sawah-sawah yang berada di wilayah cakupan rencana daerah irigasi danau tersebut. 3.2. Analisa Pengaruh Perubahan Pola Pemanfaatan Ruang/Tata Guna Lahan di Kawasan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Terhadap Debit Inflow Danau Analisa ini dilakukan dengan melakukan observasi terhadap pola pemanfaatan ruang daratan di kawasan daerah tangkapan air (DTA) danau dengan melakukan pengukuran terhadap (1) luas daratan pada kawasan hutan lindung, dan (2) luas daratan pada kawasan budidaya lahan panen, permukiman dan ladang. Analisis data dilakukan dengan metode overlay (tumpang tindih) yang diaplikasikan untuk menganalisa perubahan luas lahan pada kawasan lindung dan budidaya menggunakan data dasar peta Rupa Bumi daerah studi dari Bakosurtanal dan dibandingkan dengan data hasil pengukuran langsung dan atau dibandingkan juga dengan peta tata guna lahan yang dibuat pada tahun yang berbeda dengan peta rupa bumi dari Bakosurtanal. Setelah diketahui perbedaanya,lalu dihitung debit inflownya baik dengan data luas dari tata guna lahan yang lama dan dari data luas hasil pengukuran yang baru,sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar perubahan debit inflow yang terjadi. Sehinggga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penurunan luas penutupan vegetasi akibat perubahan pola pemanfaatan ruang di kawasan daerah tangkapan air (DTA) suatu danau 3

diperkirakan merupakan penyebab penurunan kemampuan penyediaan air oleh danau tersebut. Penurunan penutupan vegetasi ini menyebabkan berkurangnya luas areal genangan (di sekitar danau), luas danau, serta kedalaman air danau. Beberapa factor yang diduga mengakibatkan penurunan areal penutupan vegetasi adalah adanya perambahan hutan oleh penduduk untuk pembukaan lahan produksi, pembangunan permukiman dan lain sebagainya. 3.3. Optimalisasi Program Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi Menurut PP No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi bab II disebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan air irigasi dapat dilaksanakan dengan Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi, dimana langkah pencapaiannya adalah sebagai berikut : Pelaksanaannya dibawah tanggungjawab pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi, atau pemerintah kabupaten / kota dan melibatkan semua pihak yang berkepntingan dengan mengutamakan kepentingan dan perta masyarakat petani Dilakukan dengan mendayagunakan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara pengelolaan air hujan, air permukaan dan air tanah secara terpadu Prinsip yang digunakan adalah prinsip satu sistem irigasi, satu kesatuan pengembangan dan pengelolaannya 3.4. Pola Pengelolan Danau Dan Waduk Sesuai dengan UU. No. 7 Tahun 2004 tentang SumberDaya Air, yang terdiri 3 komponen utama yaitu konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Waduk embung, situ dan danau yang merupakan sumber daya air telah banyak banyak mengalami penurunan fungsi dan kerusakan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh karena pengelolan waduk/danau yang banyak mengalami kendala. Dalam UU-Sumber Daya Air telah mengamanatkan untuk melakukan pengelolaan waduk dengan melakukan konservasi, pemanfaatan, pengendalian daya rusak air. Selain itu masih ada peraturan lain seperti PP. No. 51 Tahun 1997, tentang Lingkungan Hidup; PP. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; PP No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung; Kep. Pres No.123/2001, tentang koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Propinsi, Wilayah Sungai, Kabupaten dan Kota serta Keputusan Menteri yang terkait tentang pengelolaan sumber daya air. IV. KESIMPULAN 1. Danau dengan potensi yang dimilikinya, dapat dikembangkan dan dikelola untuk berbagai kepentingan seperti khususnya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan irigasi 2. Meningkatnya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dari danau/waduk/ situ seperti untuk kebutuhan irigasi, tidak diimbangi dengan konsistensi ataupun upaya peningkatan kapasitas tampungan danau. Hal ini disebabkan adanya perubahan tata guna laha di kawasan tangkapan air danau, pendangkalan danau, dan kerusakan kawasan konservasi danau. Sehingga hal ini mempengaruhi pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi semua kepentingan seperti untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi. 3. Pemerintah secara penuh sebenarnya sudah membuat peraturan untuk memback-up pola optimalisasi dan pengelolaan danau untuk kepentingan irigasi, yaitu dengan adanya PP No 20 tahun 2006 tentang irigasi dan UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Akan tetapi dalam tahap implementasinya memang masih perlu kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada petani pengguna air irigasi. 4

V. DAFTAR PUSTAKA 1. Numar, Afrizal.2004. Analisa Ketersediaan Air Danau Maninjau Ditinjau Dari Data Curah Hujan.. 2. A.Kamurur,Veronica,1998. Kondisi Pemanfaatan Ruang Daratan di Kawasan Sekitar Danau Mooat,Kab. Bolaang Mongondaw, Sulut Periode Tahun 1987-1998. 3. Suhardi.2003. Perubahan Penutupan Lahan Dan Pengaruhnya Terhadap Cadangan Air Pada Daerah Tangkapan Air Danau Dusun Besar. 4. Puslitbang SDA,2004. Pengelolaan Danau dan Waduk Di Indonesia 5. Agus,Fahmuddin,,Pengelolaan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau dan Dampak Hidrologinya. 6. Pemerintah Republik Indonesia, 2006. Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi 5