III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

II. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

ASPEK FINANSIAL Skenario I

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

9 Universitas Indonesia

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

BAB II LANDASAN TEORI

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV)

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya. Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang peneliti lakukan. 3.1.1. Investasi Investasi di dalam perusahaan adalah penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di masa yang akan datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, investasi dibagi dalam dua tipe yaitu investasi jangka pendek biasanya kurang dari satu tahun yang bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan) dan investasi jangka panjang yang ukuran jangka waktunya lebih dari satu tahun serta tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup usaha di masa yang akan datang (Suratman 2002). Menurut Suratman (2002), salah satu konsep investasi adalah penganggaran modal karena penganggaran modal merupakan suatu konsep penggunaan dana di masa yang akan datang yang diharapkan akan memberikan keuntungan. Investasi dalam usaha umumnya memiliki karakteristik berupa sebagian besar investasi mencakup aktiva yang dapat didepresiasi dan keuntungan atas sebagian besar investasi meluas di atas periode waktu yang panjang. Aktiva yang dapat didepresiasi menunjukkan bahwa aktiva tersebut umumnya mempunyai nilai jual kembali yang murah atau tidak mempunyai nilai jual kembali pada akhir masa manfaatnya, sedangkan keuntungan atas sebagian besar investasi meluas atas periode waktu yang panjang menunjukkan bahwa perlu penggunaan teknik-teknik penilaian investasi yang mengakui nilai waktu uang. 21

Investasi yang menjanjikan keuntungan lebih awal akan lebih disukai daripada yang menjanjikan keuntungan kemudian. Di dalam investasi banyak mengandung risiko dan ketidakpastian. Investasi menurut karakteristiknya dapat dibagi menjadi beberapa golongan antara lain (1) investasi yang tidak dapat diukur labanya; (2) investasi yang tidak menghasilkan laba; (3) investasi yang dapat diukur labanya. Untuk investasi yang dapat diukur labanya perlu dilakukan studi kelayakan yang melihat berbagai aspek. Namun, tidak berarti bahwa jenis investasi yang lain tidak memerlukan studi kelayakan. Studi kelayakan tetap diperlukan, namun dengan intensitas dan penekanan untuk masing-masing aspek berbeda (Suratman 2002). Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan diantaranya adalah besar dana yang ditanamkan, tingkat ketidakpastian proyek, dan kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin tidak pasti estimasi yang dibuat, dan semakin kompleks faktorfaktor yang mempengaruhinya maka semakin intens atau mendalam penelitian yang dilakukan. Dengan demikian apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Hal ini dikarenakan masa mendatang mengandung penuh ketidakpastian. 3.1.2. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam berbagai bidang, baik dalam jumlah maupun waktunya (Kasmir & Jakfar 2009). Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang dan/atau jasa dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), agar tujuan suatu bisnis dapat dicapai hendaknya sebelum melakukan investasi didahului dengan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang ditanamkan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian terhadap rencana bisnis dimana penelitian ini tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis yang akan didirikan, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka untuk 22

mencapai keuntungan (Umar 2003). Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi berdasarkan pada alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya (Nurmalina et al. 2009). Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), ada lima tujuan studi kelayakan bisnis dilakukan yaitu untuk menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan memudahkan pengendalian. 3.1.3. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang kita terima, sedangkan manfaat adalah sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu proyek (Nurmalina et al. 2009). Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis bisnis adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain biaya investasi dan biaya operasional. Menurut Nurmalina et a.l (2009), komponen yang termasuk dalam biaya, yaitu: 1) Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian, biasanya memerlukan biaya yang besar. Biaya investasi umumnya digunakan untuk pengadaan tanah, gedung dan prasarana, mesin dan peralatan serta 23

peralatan kantor. Biaya investasi juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan yang disebut dengan biaya reinvestasi. 2) Biaya Operasional Biaya operasional menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya sarana produksi, biaya bahan pembantu, dan upah tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun. Biaya yang termasuk dalam biaya tetap, yaitu gaji dan jaminan sosial, premi asuransi, dan biaya overhead seperti biaya telepon, listrik, dan air. 3) Debt Service Debt Service merupakan pembayaran yang dilakukan berupa suku bunga dan modal yang dipinjam. Biaya ini dikeluarkan untuk pembayaran modal pinjaman yang diterima oleh suatu usaha. 4) Pajak Pajak berhubungan dengan pengurangan manfaat bersih yang diterima bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2009), manfaat terdiri dari tiga macam, yaitu tangible benefit, indirect or secondary benefit, dan intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur seperti disebabkan oleh peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi, dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect or secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Intangible benefit adalah manfaat yang rill ada tapi sulit diukur seperti bisnis pertamanan yang memberikan manfaat berupa keindahan, kenyamanan, kesegaran, dan kesehatan. 24

3.1.4. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam studi kelayakan bisnis memiliki berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai. Menurut Nurmalina et al. (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua kelompok aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir & Jakfar 2009). 3.1.4.1. Aspek Pasar Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan. Walaupun suatu bisnis secara teknis telah menunjukkan hasil yang layak untuk dilaksanakan, namun tidak ada atinya jika aspek pasar tidak layak seperti tidak adanya konsumen yang mau membeli produk yang dihasilkan (Ibrahim 2003). Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek bisnis ke depan juga menjadi tidak jelas, maka kegagalan bisnis menjadi besar. Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang akan dihasilkan (Umar 2003). Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang: 1) Permintaan Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut. 2) Penawaran Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor. Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya. 25

3) Harga Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya. 4) Perkiraan Penjualan yang Dapat Dicapai Perusahaan Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara: Jumlah penjualan perusahaan (unit) Market share = x 100% Jumlah penjualan industri (unit) 3.1.4.2. Aspek Teknis Studi aspek teknis mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan (Umar 2003). Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari beberapa faktor, yaitu 1) Penentuan Lokasi Bisnis Hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis antara lain ketersedian bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, dan iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis 2) Proses Produksi Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. 3) Layout Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Pengertian layout mencakup layout site (layout lahan lokasi bisnis), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya. 26

4) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria yang lain yakni: a) Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan. b) Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi bisnis. c) Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing. d) Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang secara umum digolongkan dalam mesin pabrik, peralatan mekanik, peralatan elektronik, peralatan angkutan, dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan berbagai macam faktor non teknologis seperti: 1) Keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat pembongkaran pertama sampai ke lokasi bisnis. 2) Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis. 3) Kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut. 3.1.4.3. Aspek Manajemen dan Hukum Ada dua macam studi aspek manajemen yang dilaksanakan, yaitu manajemen saat pembangunan suatu bisnis dan manajemen saat bisnis telah dioperasikan secara rutin (Umar 2003). Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen juga mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa pembangunan, aspek manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi kelayakan bisnis untuk 27

masing-masing aspek. Manajemen dalam operasi mempelajari bentuk organisasi yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi setiap jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan, dan menentukan anggota direksi serta tenaga ahli. Aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki (Kasmir & Jakfar 2009). Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2009). 3.1.4.4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Menurut Nurmalina et al. (2009), yang akan dinilai dalam aspek ini adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lain. Pada aspek ekonomi yang dipelajari yaitu apakah suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Secara budaya, perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat. 3.1.4.5. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan merupakan analisis yang dibutuhkan saat ini karena setiap bisnis yang dijalankan akan memberikan dampak terhadap lingkungan di sekitarnya (Kasmir & Jakfar 2009). Apabila bisnis tidak bersahabat dengan lingkungan akan mempengaruhi jalannya usaha tersebut dalam jangka panjang atau tidak ada bisnis yang akan bertahan lama. 28

3.1.4.6. Aspek Finansial Suatu bisnis dapat dikatakan sehat jika memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. (Umar 2003). Dalam aspek finansial dilakukan penelitian untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Aspek ini juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis akan dijalankan (Kasmir & Jakfar 2009). Aspek finansial mencakup jumlah dana yang diperlukan untuk membangun dan mengoperasikan bisnis, sumber dana tersebut diperoleh, dan jumlah penghasilan yang akan diperoleh selama bisnis berjalan. Selain itu, analisis finansial juga berperan dalam mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari suatu bisnis, sehingga dapat diketahui apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis secara finansial menggunakan perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari empat bagian yaitu: 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yang menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV<0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. 2) Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0 dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari opportunity cost oif capital (OCC) atau discount rate (DR). 29

NPV IRR DR Gambar 1. Hubungan Antara NPV dan IRR 3) Net Benefit-Cost Ratio Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dapat dikatan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net B/C kurang dari satu. 4) Payback Period Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis (PP < umur bisnis). 3.1.5. Analisis Switching Value Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value. Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubahubah. Pendekatan switching value (nilai pengganti), merupakan analisis yang mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual output, maupun kenaikkan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik coba-coba 30

terhadap perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikkan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam usaha jamur tiram putih agar usaha masih memperoleh keuntungan normal. Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat maksimum, dimana usaha dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi sama dengan tingkat dscount rate yang ditentukan (IRR=DR) dan Net B/C rasio menjadi sama dengan satu (Net B/C=1). NPV IRR = DR 0 DR NPV = 0 Gambar 2. Hubungan Antara NPV dan IRR Saat Dilakukan Analisis Switching Value 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Budidaya jamur tiram memiliki peluang pasar yang besar baik dari pasar domestik maupun pasar luar negeri. Hal tersebut dapat dilihat dari permintaan akan jamur tiram yang cenderung semakin meningkat. Permintaan yang semakin meningkat tersebut tidak diimbangi dengan produksi atau penawaran yang mencukupi. Selain itu, jamur tiram memiliki harga jual yang cukup tinggi di pasar, yaitu Rp 6.000/kg sampai Rp 10.000/kg. Harga yang tinggi dan masih besarnya peluang pasar jamur tiram tersebut dapat menjadi dorongan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram putih. Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra penghasil jamur tiram putih. Terdapat tiga pelaku usaha yang 31

melakukan usaha di bidang jamur tiram putih dengan kegiatan bisnis yang berbeda. Unit bisnis yang diusahakan para pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, yaitu membeli log jamur tiram putih untuk dibudidaya, menjual log jamur tiram putih, dan membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidayakan secara pribadi. Tiga bentuk usaha dari jamur tiram putih tersebut memberikan tingkat pendapatan yang berbeda bagi setiap pelaku usaha. Saat ini pelaku usaha jamur tiram putih Desa Tugu Selatan akan melakukan pengembangan usaha jamur tiram putih. Pengembangan usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan modal sendiri dan mengeluarkan dana yang cukup besar. Mengingat bahwa setiap usaha memiliki risiko, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha dari pengembangan usaha jamur tiram putih tersebut. Pengembangan usaha jamur tiram putih ini perlu dikaji kelayakan usahanya dari aspek non finansial dan aspek finansial untuk melihat apakah usaha ini layak atau tidak layak dalam pengembangannya. Pada aspek non finansial dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Pada aspek finansial akan ditinjau kelayakannya dengan menggunakan kriteria investasi diantaranya NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period (PP). Setelah menganalisis aspek non finansial dan aspek finansial dilanjutkan dengan menganalisis switching value dari usaha jamur tiram putih tersebut. Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga skenario untuk mengukur kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial, yaitu skenario I pelaku usaha hanya menjual log jamur tiram putih, skenario II pelaku usaha membeli log untuk budidaya jamur tiram putih, dan skenario III pelaku usaha membuat log untuk dijual dan dibudidayakan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha tersebut, peneliti akan memberikan rekomendasi atas pengembangan usaha yang akan dilakukan pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan. Gambar 3 berikut ini akan memperjelas bagan kerangka pemikiran yang dilaksanakan. 32

Jumlah konsumsi sayuran di Indonesia memiliki tren yang meningkat Permintaan jamur cukup besar, namun produksi jamur masih terbatas Harga jamur yang tinggi Pelaku usaha Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat akan melakukan pengembangan usaha Analisis Kelayakan Usaha Analisis Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek Lingkungan Skenario I Skenario II Skenario III Analisis Finansial NPV IRR Net B/C ratio Payback Period Analisis Switching Value Layak Tidak Layak Saran dan Rekomendasi Pelaksanaan Pengembangan usaha Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 33