BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembentukan bumi dari miliaran tahun yang lalu mempengaruhi keberadaan sumber daya alam yang ada di permukaan maupun di dalamnya. Sumber daya alam yang ada di bumi tersebar secara bervariasi, tidak merata di seluruh tempat. Sumber daya alam yang ada di dunia ini pada dasarnya terdiri dari dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (Marilang, 2011). Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui memiliki waktu yang sangat panjang hingga berjuta tahun untuk dapat melakukan regenerasi. Sumber daya alam tersebut dapat berupa batu bara, minyak bumi, nikel, emas, dan sumber daya mineral lainnya. Sementara sumber daya alam yang dapat diperbarui merupakan sumber daya alam yang dapat diregenerasi kembali pada proses-proses yang mempengaruhi sumber daya alam tersebut. Salah satu sumber daya yang dapat diperbarui tersebut adalah panasbumi. Indonesia sebagai negara yang dilewati oleh tiga lempeng tektonik mempengaruhi banyaknya gunungapi yang aktif maupun yang tidak aktif terdapat di Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi panasbumi terbesar, yaitu hampir sebesar 30.000 GigaWatthour (GWh) atau 40% dari potensi panasbumi dunia. Energi panasbumi yang dimiliki Indonesia sebagian besar terdapat di Pulau Sumatera 9.550 MegaWatt (MW), diikuti dengan Pulau Jawa Bali 5.700 MW, Pulau Sulawesi 1.600 MW, dan pulau lainnya sebesar 2.850 MW (Setyaningsih, 2011). Namun, tidak semua potensi panasbumi tersebut dapat dimanfaatkan. Hanya sekitar 14.000 MegaWatt energi panasbumi yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan panasbumi di Indonesia saat ini belum terlalu optimal. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi panasbumi yang telah dimanfaatkan saat ini hanya sebesar 5%. Sistem panasbumi berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologinya terdiri dari tiga jenis yaitu (1) vulkanik: berasosiasi pada gunungapi kuarter yang 1
membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Maluku, dan Sulawesi Utara; (2) vulkano-tektonik: berasosiasi antara struktur graben dan kerucut vulkanik yang umumnya ditemukan pada jalur Sesar Sumangko di Pulau Sumatera; (3) nonvulkanik: tidak berasosiasi dengan vulkanik kuarter, namun berasosiasi dengan batuan penyusun kerak benua Asia seperti batuan metamorf dan sedimen yang dapat ditemukan di lengan dan kaki Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Irian (Sukhyar, 2014). Estimasi awal panasbumi terhadap struktur geologi di permukaan bumi dapat dilihat dari adanya sumber gas uap air (fumarole), sumber air panas, sumber air mendidih, dan sumber gas belerang. Analisa awal dari fluida yang keluar dapat memberikan indikasi dari kondisi fisik pada kedalaman di lapangan dan tipe batuan yang ada di lokasi panasbumi (Rybach, 1981). Ekspresi termal yang ada di permukaan bumi merupakan hal yang penting dalam identifikasi lokasi panasbumi. Ekspresi termal tersebut dapat diidentifikasi dengan bantuan pengolahan citra Landsat yang memiliki sensor termal pada citranya. Citra Landsat 5, 7, dan 8 memiliki sensor termal dengan resolusi spasial yang berbeda-beda. Citra Landsat 5 memiliki resolusi spasial sebesar 120 m, Landsat 7 dengan resolusi spasial sebesar 60 m, dan Landsat 8 sebesar 100 m untuk kedua sensor termalnya. Perbedaan resolusi spasial ini tentu dapat memberikan informasi yang berbeda terhadap ekspresi termal yang ada di permukaan bumi sehingga hal ini menjadi menarik utuk dikaji. Fenomena panasbumi yang berasosiasi dengan keadaan geologi yang ada di sekitarnya dapat diamati dengan menggunakan bantuan citra penginderaan jauh. Penginderaan jauh dapat membantu analisis awal sebuah permukaan bumi tanpa harus bersentuhan langsung dengan objek yang dikaji (Lillesand et al., 2008). Advanced Land Observing Satellite (ALOS) dengan resolusi spasial dari 10 100 m merupakan satelit penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk identifikasi kartografi, observasi kawasan, pemantauan bencana, dan juga survei sumber daya alam (JAXA, 2008). Salah satu sensor yang ada pada satelit ini adalah PALSAR (Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar). Sensor ini merupakan sensor dengan gelombang mikro dan dapat merekam pada malam dan 2
siang hari dengan berbagai kondisi cuaca (JAXA, 2008). Citra ALOS PALSAR RTC yang memiliki resolusi spasial 12,5 m dapat digunakan untuk identifikasi awal kondisi geologi asosiasi panasbumi dan dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi (3D) terhadap digital elevation model (DEM) (NASA, 2005 dalam Prasasti et al., 2012). Batuan beku dan piroklastik merupakan indikator mendasar mengenai keberadaan, ukuran, dan lokasi sistem hidrotermal yang potensial. Hal ini berkaitan dengan letak dan lokasi batuan yang ada di dalam bumi sehingga tekanan dan suhu yang ada di dalam bumi akan berbanding lurus dengan kedalaman bumi. Semakin ke dalam maka tekanan dan suhu akan semakin tinggi yang kemudian menyebabkan semakin kompak dan kerasnya batuan yang ada di dalamnya. Hal tersebut secara fisika dan kimia, menjadikan batuan beku semakin dominan untuk menjadi penghantar energi panasbumi, khususnya batuan beku piroklastik (Sumotarto, 2015). Lokasi penelitian yang dipilih adalah Dieng, Jawa Tengah. Secara geologi, Dieng merupakan wilayah dari gunungapi aktif maupun tidak aktif yang memiliki solfatar (sumber gas belerang), fumarole (sumber gas uap air), dan banyak kawah. Wilayah Gunungapi Dieng berumur kuarter yang memiliki material piroklastik, aliran lava, endapan freatik, endapan lahar, endapan permukaan, dan hasil erupsi Gunungapi Sindoro. Aktivitas gunungapi di wilayah ini mengindikasikan adanya panasbumi yang juga telah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) dengan kapasitas sebesar 60 MW yang akan terus dikembangkan. Identifikasi awal terhadap potensi kemunculan panasbumi dapat dilihat secara geologi dan melalui ekspresi termal yang muncul pada suatu permukaan. Pengolahan citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengetahui informasi mengenai hal tersebut. Informasi mengenai kondisi fisik dan ekspresi termal dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan pada citra yang memiliki informasi tersebut. 3
1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat mendorong dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Panasbumi merupakan energi terbarukan yang saat ini mulai banyak dieksplorasi pada wilayah gunungapi kuarter. Kegiatan ekplorasi tersebut dilakukan dengan menggunakan survei terestrial untuk menentukan lokasi panasbumi yang menghabiskan banyak biaya dan waktu. Saat ini sudah terdapat citra saluran termal dengan berbagai resolusi spasial seperti Landsat 5, 7, dan 8 yang memiliki dua saluran termal. Akan tetapi, belum diketahui saluran termal mana yang lebih mampu dalam memprediksi nilai temperatur sekitar objek panasbumi sehingga perlu diketahui akurasi dari masing-masing saluran termal tersebut dalam prediksi nilai temperatur sekitar objek panasbumi. 2. Hingga saat ini, belum diketahui akurasi dari masing-masing saluran termal pada tiap citra Landsat yang digunakan untuk merepresentasikan lokasi objek panasbumi sehingga perlu diketahui akurasi dari masing-masing saluran termal citra tersebut dalam identifikasi awal lokasi panasbumi. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Saluran termal mana yang lebih mampu dalam memprediksi nilai temperatur sekitar objek panasbumi? 2. Berapa tingkat akurasi citra termal yang digunakan dalam identifikasi awal lokasi panasbumi? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui saluran termal yang lebih mampu dalam memprediksi nilai temperatur sekitar objek panasbumi. 2. Mengkaji tingkat akurasi citra termal yang digunakan dalam identifikasi awal lokasi panasbumi. 4
1.4. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. saluran termal yang lebih mampu dalam memprediksi nilai temperatur sekitar objek panasbumi, dan 2. tingkat akurasi citra termal yang digunakan dalam identifikasi awal lokasi panasbumi. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penilitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan informasi dasar terhadap pengolahan citra penginderaan jauh dalam identifikasi awal kemunculan panasbumi sehingga dapat digunakan sebagai acuan kajian lanjutan terkait panasbumi selanjutnya. Memberikan sumbangan ilmu terhadap kajian mengenai panasbumi dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan dapat melakukan pemetaan terkait kajian tersebut. 5