Analisis Pengaruh Tutupan Awan Terhadap Radiasi Matahari di Kota Pontianak Reni Anggreni a, Muliadi a, Riza Adriat a*

dokumen-dokumen yang mirip
STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambar 4 Diagram alir penelitian

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

METEOROLOGI LAUT. Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin. M. Arif Zainul Fuad

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

I. INFORMASI METEOROLOGI

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

I. INFORMASI METEOROLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

Musim Hujan. Musim Kemarau

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Pembentukan Hujan 1 KLIMATOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya seperti bidang industri, perkantoran dan rumah tangga. Peralatan

Pemetaan Potensi Energi Angin di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Satelit QuikScat dan WindSat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POKOK BAHASAN : ANGIN

Politeknik Negeri Sriwijaya

1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. perkantoran, maupun industrisangat bergantung pada listrik. Listrik

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN FEBRUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI MALIKUSSALEH-ACEH UTARA. Oleh Febryanto Simanjuntak S.Tr

PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

PENGARUH JARAK LENSA KONVEKS TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL TENAGA SURYA TUGAS AKHIR

Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Gambar 1. Diagram TS

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Buletin Meteorologi Penerbangan Edisi XXVII, Maret 2017 I. PENDAHULUAN

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

Solar Energy Conversion Technologies

Gambar 1.1 Global direct normal solar radiation (Sumber : NASA)

Transkripsi:

Analisis Pengaruh Tutupan Awan Terhadap Radiasi Matahari di Kota Pontianak Reni Anggreni a, Muliadi a, Riza Adriat a* a Prodi Geofisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : rizaadriat@physics.untan.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tutupan awan terhadap radiasi matahari di Kota Pontianak. Data yang digunakan adalah tutupan awan yang diperoleh dari satelite ECMWF (European Center for Medium-Range Weather Forecasts) dan radiasi matahari yang diperoleh dari satelite NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administrasion s). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh tutupan awan terhadap radiasi matahari dan mengetahui potensi energi matahari selama lima tahun (2012-2016). Penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana yang menghasilkan nilai korelasi rata-rata bulanan sebesar -0,73 untuk tutupan awan rendah dan -0,22 untuk tutupan awan tinggi. Nilai korelasi -0,73 mempengaruhi radiasi matahari karena tutupan awan rendah lebih banyak memantulkan gelombang pendek dari matahari dan lebih banyak meneruskan gelombang panjang dari bumi, sedangkan nilai korelasi -0,22 sangat kecil mempengaruhi radiasi matahari karena tutupan awan tinggi lebih banyak meneruskan gelombang pendek dari matahari dan memantulkan gelombang panjang dari bumi. Dari penelitian ini diperoleh nilai rata-rata radiasi matahari bulanan di Kota Pontianak adalah sebesar 644,48 Watt/m 2 sedangkan nilai rata-rata energi matahari bulanan sebesar 464,03 kwh/m 2 per bulan. Kata Kunci: Radiasi Matahari, Tutupan Awan, Metode Regresi Linier Sederhana 1. Latar Belakang Energi matahari merupakan energi yang terbarukan, selain itu hasil buangan energi ini dikatakan tidak ada sama sekali. Hal inilah yang membuat energi matahari menjadi salah satu pilihan energi masa yang akan datang [1]. Energi surya (matahari) berupa radiasi elektromagnetik yang dipancarkan ke bumi berupa cahaya matahari yang terdiri atas foton atau partikel energi surya yang dikonversikan menjadi energi listrik. Pembangkit listrik tenaga surya adalah sistem pembangkit listrik yang ramah lingkungan, dan sangat prospektif sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap atau dengan minyak maupun batubara [2]. Energi matahari ini juga dipengaruhi oleh tutupan awan yang ada diatas sel penangkapnya/sel PV (photovoltaic). Sel tenaga surya adalah sebuah alat semikonduktor yang mampu mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Pengubahan ini disebut efek photovoltaic. Kondisi tutupan awan juga mempengaruhi insolasi yang diterima yaitu pada saat awan menutupi matahari, tingkat pencahayaan ke permukaan bumi berkurang. Namun bila terdapat cukup cahaya dari bayangan yang ada, maka PV dapat menghasilkan energi sekitar setengah dari kemampuan produksinya. Semakin tebal awan semakin berkurang juga energi yang dihasilkan, bahkan jika terdapat awan yang sangat tebal, tidak menutup kemungkinan solar panel menghasilkan energi yang sangat sedikit [3]. Ekuator menerima radiasi matahari sepanjang tahun dan salah satu kota yang dilalui oleh garis ekuator adalah Kota Pontianak. Kota Pontianak adalah salah satu kota yang istimewa karena dilalui oleh garis khatulistiwa tepatnya di lintang 0. Wilayah yang dilalui garis khatulistiwa, menerima radiasi yang cenderung tegak lurus dibanding wilayah lain, sehingga memberikan konstribusi dalam pemanfaatan energi matahari [4]. Penelitian mengenai energi matahari telah dilakukan oleh Arrasy dan Dupe (2012) yaitu potensi energi matahari dengan menganalisis tutupan awan di Jawa Barat. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan utama bahwa daerah Jawa Barat bagian Utara memiliki potensi energi matahari yang cukup baik dengan nilai insolasi sekitar 550 Watt/m 2. Kota Pontianak memiliki potensi untuk mengembangkan energi matahari, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tutupan awan terhadap radiasi matahari dengan cara menganalisis tutupan awan dan radiasi matahari guna memberikan gambaran potensi energi matahari di Kota Pontianak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar 214

perhitungan untuk pengembangan potensi energi matahari untuk memenuhi kebutuhan listrik yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan di masa yang akan datang. Keterangan: Y = Radiasi matahari X = Tutupan awan m = Koefisien tutupan awan c = Konstanta 2.3. Diagram Alir Penelitian Mulai Gambar 1. Peta Kota Pontianak (Sumber: http://www.mapnall.com) 2. Metodologi 2.1. Data Penelitian Data yang digunakan adalah data tutupan awan rendah, tutupan awan menengah, dan tutupan awan tinggi yang didapat dari satelit ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) (www.ecmwf.inf). Kemudian data radiasi matahari yang didapat dari satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration's) ESRL (The Earth System Research Laboratory) (www.esrl.noaa.gov) berupa data bulanan selama lima tahun dari bulan Januari 2012 Desember 2016. 2.2. Pengolahan Data Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data sebagai berikut: 1. Normalisasi data awan merupakan suatu pendekatan sistematis untuk meminimalisir kerangkapan data agar data tersebut bekerja dengan optimal dan menghindari terjadinya anomali data atau tidak konsistennya data. Dilakukan dengan mengurangi data dengan rata-rata data. Bentuk Persamaan : S (x, y) = S(x, y) S (x, y) (1) S (x, y) adalah normalisasi data, S(x, y) adalah data dan S (x, y) adalah rata-rata data. 2. Menentukan pengaruh tutupan awan rendah, tutupan awan menengah, dan tutupan awan tinggi terhadap radiasi matahari dengan menggunakan regresi linier sederhana. a) Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana: Y = mx + c (2) Data Awan dan Radiasi Matahari Normalisasi data Analisis Regresi Linier Interpretasi Selesai Gambar 2. Diagram Alir Penelitian 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan dari data radiasi matahari dan tutupan awan bulanan selama lima tahun (2012-2016) yang diperoleh dari satelit, dimana hubungan radiasi matahari dan tutupan awan terlebih dahulu di normalisasikan. Data yang di normalisasi ini bertujuan untuk menghilangkan dan mengurangi redudansi data (kumpulan data yang sama mengakibatkan pemborosan media penyimpanan), perubahan data (penyisipan, pengubahan dan penghapusan), mencegah anomali pada data (keanehan pada proses penyisipan, pengubahan dan penghapusan) dan struktur data mudah dipahami dan dikembangkan. 215

3.1. Hubungan Radiasi Matahari dan Tutupan Awan Gambar 3. Grafik radiasi matahari dan tutupan awan rendah, menengah, dan tinggi tahun 2012-2016 Gambar 3 menunjukkan grafik hubungan radiasi matahari berbanding terbalik terhadap tutupan awan rendah, menengah, dan tinggi. Nilai radiasi matahari pada titik maksimum yang terjadi pada musim panas diperoleh sebesar 30,5 Watt/m 2 dibulan Oktober, hal ini terjadi karena adanya pergerakan angin monsun timur yang bertiup dari benua Australia ke benua Asia melalui gurun pasir yang kering dibagian utara Australia dan hanya sedikit membawa uap air yang melalui lautan sempit, sehingga Indonesia akan mengalami musim kemarau. Untuk nilai tutupan awan maksimum terjadi pada musim penghujan diperoleh sebesar 10,8 % pada bulan Januari, hal ini terjadi adanya pergerakan angin monsun barat yang membawa banyak massa uap air saat melalui lautan luas di bagian Utara yaitu Samudra pasifik dan Laut Cina Selatan. Uap air yang terkandung dalam parsel massa udara yang naik ke level yang lebih tinggi akan berkondensasi pada inti kondensasi yang tersedia, apabila suhu lingkungannya sama dengan suhu titik embun parsel udara serta butir air yang akan terus naik ke level lebih tinggi sampai ditemui kondisi udara yang stabil. Naiknya uap air tersebut hingga mencapai suhu yang rendah di udara pada ketinggian tertentu akan membeku membentuk awan [5]. Hubungan antara radiasi matahari dan tutupan awan berkorelasi negatif artinya semakin besar nilai tutupan awan maka semakin kecil nilai radiasi matahari. Tutupan rendah dan radiasi matahari memiliki nilai korelasi -0,57 sedangkan untuk tutupan awan tinggi dan radiasi matahari memiliki nilai korelasi -0,3 yang artinya pada saat terjadi tutupan awan rendah, radiasi matahari lebih banyak memantulkan gelombang pendek dari matahari dan lebih banyak meneruskan gelombang panjang dari bumi. Jenis-jenis awan memiliki pengaruh yang berbeda-beda untuk ketersediaan energi bumi. Awan rendah salah satunya jenis awan stratocumulus yang memiliki bentuk awan yang tebal, tidak tembus cahaya dan tidak banyak meneruskan energi matahari kepermukaan bumi sehingga permukaan bumi cenderung mengalami pendinginan, sedangkan awan tinggi salah satunya jenis awan cirrus yang memiliki bentuk awan yang tipis, transparan dan meneruskan radiasi matahari gelombang pendek sampai ke permukaan bumi sehingga permukaan bumi cenderung mengalami pemanasan [6]. 216

Gambar 4. Grafik radiasi matahari dan tutupan awan rata-rata bulanan dari tahun (2012-2016) Gambar 4 merupakan grafik yang menghasilkan hubungan radiasi matahari dan tutupan awan yang dirata-ratakan dari lima tahun. Dari hasil grafik pada bulan Januari, Februari, Juni, Juli, November dan Desember nilai radiasi matahari yang dihasilkan rendah, sedangkan untuk nilai tutupan awan yang dihasilkan tinggi karena pada bulan tersebut berada dalam musim penghujan disebabkan oleh bertiupnya angin monsun barat. Sebaliknya pada bulan Maret, April, Mei, Agustus, September dan Oktober nilai radiasi matahari yang dihasilkan tinggi, sedangkan untuk nilai tutupan awan yang dihasilkan rendah, khusus dibulan Juli tutupan awan tinggi dan tutupan awan menengah memiliki nilai yang tinggi dan untuk tutupan awan rendah memiliki nilai yang rendah, disebabkan berada pada musim panas karena bertiupnya angin monsun timur. Nilai korelasi radiasi matahari dan tutupan awan yang diperoleh -0,73 untuk tutupan awan rendah, -0,7 untuk tutupan awan menengah, dan -0,22 untuk tutupan awan tinggi. Gambar 5. Grafik radiasi matahari dan tutupan awan musiman dalam gerak semu matahari Gambar 5 merupakan grafik hubungan radiasi matahari dan tutupan awan musiman dalam gerak semu matahari selama lima tahun. Radiasi matahari musiman dalam gerak semu matahari pada saat musim penghujan pada bulan Juni-Agustus dan Desember-Februari setiap tahunnya memiliki nilai yang rendah dan tutupan awan memiliki nilai yang tinggi karena bertiupnya angin monsun barat, sedangkan radiasi matahari pada saat musim panas pada bulan Maret-April dan September-November setiap tahunnya memiliki nilai yang tinggi dan tutupan awan memiliki nilai yang rendah karena bertiupnya angin monsun timur. Nilai korelasi radiasi matahari dan tutupan awan musiman dalam gerak semu matahari diperoleh -0,66 untuk awan rendah, -0,7 untuk awan menengah, dan -0,12 untuk tutupan awan tinggi Pergerakan semu matahari setiap tiga bulan menyebabkan perpindahan lokasi 217

pemanasan permukaan bumi. Dampak dari fenomena ini menyebabkan perbedaan tekanan udara pada Belahan Bumi Utara (BBU) dan Belahan Bumi Selatan (BBS). Indonesia yang berada pada garis katulistiwa merupakan daerah lintasan pergerakan udara sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara pada kedua belahan bumi ini yang dikenal sebagai angin monsun [7]. 3.2. Potensi Energi Matahari Nilai potensi energi matahari maksimum yang diperoleh NREL (Nasional Renewable Energy Laboratory) adalah 6,8 kwh/m 2 per hari untuk efisiensi PV (photovoltaik). Nilai potensi rata-rata yang diperoleh untuk Kota Pontianak 15,5 kwh/m 2 per hari sehingga penggunaan potensi energi matahari di Kota Pontianak dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga surya rumahan. Panel surya yang dapat digunakan minimal 100Wp (Watt peak) sehari 5 jam diasumsikan 4 jam untuk Kota Pontianak, sehingga 100Wp dikali 4 jam sama dengan 400 Wh/m 2 per hari atau 0,4 kwh/m 2 per hari. Gambar 6. Grafik Potensi Energi Matahari Kota Pontianak Dengan melihat grafik potensi energi matahari yang diperoleh untuk nilai minimum pada bulan Desember tahun 2013 sebesar 438,6 kwh/m 2 per bulan, Desember tahun 2014 sebesar 447,9 kwh/m 2 per bulan, Januari tahun 2015 sebesar 439,2 kwh/m 2 per bulan, Februari tahun 2016 sebesar 448,5 kwh/m 2 per bulan, Juni tahun 2016 sebesar 448,6 kwh/m 2 per bulan, sedangkan untuk nilai maksimum pada bulan September tahun 2012 sebesar 479,6 kwh/m 2 per bulan, Maret tahun 2014 sebesar 482,3 kwh/m 2 per bulan, Agustus 479,5 kwh/m 2 per bulan, September 486 kwh/m 2 per bulan, dan Oktober 479,5 kwh/m 2 per bulan ditahun 2015. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Nilai radiasi matahari dan tutupan awan berkorelasi negatif artinya semakin besar nilai tutupan awan maka semakin kecil nilai radiasi matahari. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Kota Pontianak memiliki nilai korelasi rata-rata radiasi matahari terhadap tutupan awan rendah dan radiasi matahari terhadap tutupan awan menengah secara berurutan sebesar -0,73 dan -0,69. Korelasi -0,73 ini menandakan bahwa tutupan awan mempengaruhi radiasi matahari, sedangkan untuk nilai korelasi rata-rata radiasi matahari terhadap tutupan awan tinggi sebesar -0,22 ini menandakan bahwa tutupan awan tinggi tidak mempengaruhi radiasi matahari. Potensi energi matahari yang diperoleh untuk Kota Pontianak memiliki nilai rata-rata radiasi matahari sekitar 644,48 Watt/m 2 dengan nilai energi matahari 464,03 kwh/m 2 per bulan. Nilai efisiensi PV maksimum yang diperoleh NREL adalah 6,8 kwh/m 2 per hari. Nilai potensi rata-rata yang diperoleh untuk Kota Pontianak 15,5 kwh/m 2 per hari sehingga penggunaan potensi energi matahari di Kota Pontianak dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga surya rumahan. 4.2. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat 218

dilakukan agar penelitian ini berguna serta dapat menjadi acuan dalam penelitianpenelitian selanjutnya yaitu, dengan menambahkan parameter curah hujan untuk melihat hubungan antara radiasi matahari dan tutupan awan. Umumnya curah hujan yang semakin tinggi menurunkan intesitas radiasi matahari. Daftar Pustaka [1] Arrasy, I. Y., & Dupe, Z. L. (2012). Estimasi Potensi Energi Matahari Berdasarkan Analisis Tutupan Awan Studi Kasus Jawa Barat. Jurnal Meteorologi, 1-10. [2] Rahayuningtyas, A., Kuala, S. I., & Apriyanto, I. F. (2014). Studi Perencanaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Plts) Skala Rumah Sederhana Di Daerah Pedesaan Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Untuk Mendukung Program Ramah Lingkungan Dan Energi Terbarukan. Prosiding SnaPP 2014 Sains,Teknologi, dan Kesehatan, 4:1-8. [3] Pelland, S., & McKenney, D. W. (2006). The Development Of Photovolaic Resource Maps For Canada. Annual Conference of the Solar Energy Society of Canada, 31:1-8. [4] Septiadi, D., Nantohy, P., Souissa, M., & Rumlawang, F. Y. (2009). Proyeksi potensi energi surya sebagai energi terbarukan (studi wilayah ambon dan sekitarnya). Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 10:1-7. [5] Syaifullah, D. (2011). Potensi Atmosfer Dalam Pembentukan Awan Konvektif Kotopanjang dan DAS Singkarak. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, 12:9-16. [6] NASA. (2017). CERES (Clouds and the Earth's Radiant Energy System). Washington, D.C.: www.nasa.gov. [7] Dida, H. P., Widhiyanuriyawan, D., & Suparman, S. (2016). Pemetaan Potensi Energi Angin di Perairan Indonesia Berdasarkan Data Satelite QuikScat dan WindSat. Jurnal Rekayasa Mesin, 2:95-101. 219