I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1 (diakses Agustus 2009)

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun (Persen) Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang. telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak lama dan dikenal

I. PENDAHULUAN lndonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 204,4

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

I. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

BAB I PENDAHULUAN. bantuan makanan melalui program PMT (Program Makanan Tambahan). 1)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENDAHULUAN Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU

BAB I PENDAHULUAN. usia 0-5 tahun mengalami tubuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

VI. ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN MINUMAN PROBIOTIK (YAKULT DAN VITACHARAM)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis di Indonesia sangat cocok untuk ditumbuhkembangkan, mengingat negara ini merupakan salah satu negara agraris yang memiliki potensi dan sumberdaya alam yang melimpah yang mendukung usaha di bidang pertanian. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari subsektor pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Salah satu sektor pertanian yang dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Subsektor peternakan meliputi berbagai macam bidang usaha. Salah satu bidang usaha andalan dalam subsektor peternakan di Indonesia adalah usahaternak sapi perah dengan produk utamanya susu segar. Usahaternak sapi perah memiliki peluang bisnis yang baik untuk dikembangkan dan berprospek menjanjikan ke depannya, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Usahaternak sapi perah menghasilkan komoditi berupa susu segar yang sangat penting bagi kesehatan. Susu merupakan sumber protein hewani dengan kandungan nutrisi yang lengkap dibandingkan minuman lainnya sehingga susu memiliki banyak manfaat yang dibutuhkan oleh tubuh. Komposisi yang terkandung di dalam susu segar, dimana setiap 100 gram susu segar terdapat 3,5 gram lemak, 3,2 gram protein, 4,3 gram karbon, 143 mg kalsium, dan 60 mg fosfor, serta vitamin A dan D (Ressang dan Nasution dalam Sudono, 2003). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, pendapatan, perubahan pola hidup sehat, dan tingkat kesadaran akan pentingnya kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi akan menimbulkan adanya peningkatan konsumsi susu nasional. Peningkatan konsumsi susu tersebut merupakan suatu peluang bagi usahaternak sapi perah di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan peningkatan konsumsi susu nasional tidak diiringi dengan ketersediaan jumlah produksi susu nasional yang belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat di Indonesia. Perkembangan produksi susu segar nasional dipengaruhi oleh jumlah populasi sapi perah di Indonesia. Perkembangan populasi sapi perah dan produksi 1

susu segar di Indonesia serta laju pertumbuhannya dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Segar di Indonesia Tahun 2005-2009 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Laju Pertumbuhan (%) Produksi Susu Segar (ton) Laju Pertumbuhan 2005 361.351-535.962 - (%) 2006 369.008 2,12 616.549 15,04 2007 374.067 1,37 567.683-7,93 2008 457.577 22,32 646.953 13,96 2009*) 486.994 6,43 679.331 5,00 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 Keterangan: *) Angka Sementara Tabel 1 menunjukkan bahwa setiap tahunnya, jumlah populasi sapi perah di Indonesia mengalami peningkatan meski pertumbuhannya relatif lambat yaitu sebesar 32,24 persen. Hal ini yang menyebabkan lambatnya perkembangan produksi susu nasional yaitu sebesar 26,07 persen. Selain itu, rendahnya jumlah populasi sapi perah di Indonesia yang belum memadai serta kemampuan berproduksi yang masih belum optimal akibat tatalaksana pemeliharaan dan pemerahan yang tidak baik yang membuat jumlah produksi susu nasional belum mampu memenuhi jumlah konsumsi susu nasional. Menurut Ditjennak (2010), untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu segar dalam negeri, pemerintah telah menargetkan peningkatan populasi sapi perah sekitar 200.000 ekor setiap tahunnya. Karena lambatnya laju perkembangan populasi sapi perah menjadi masalah utama pengembangan persusuan nasional, maka pemerintah akan melakukan program untuk memperbanyak populasi sapi perah. Konsumsi susu segar dan produk olahan susu segar oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2007 sebesar 7,12 kg per kapita per tahun dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 2,8 persen menjadi 6,92 kg per kapita per 2

tahun (Ditjennak, 2011). Tingkat konsumsi ini masih tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi per kapita per tahun di negara berkembang lainnya. Konsumsi susu negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura sudah mencapai di atas 20 kg per kapita per tahun sedangkan negaranegara Eropa dan Amerika Serikat sudah mencapai 80 kg per kapita per tahun (Ditjennak, 2010). Faktor utama yang jadi penyebab rendahnya konsumsi susu di Indonesia adalah daya beli masyarakat akan susu rendah akibat dari tingginya harga susu untuk sebagian besar masyarakat dan belum membudayanya kebiasaan minum susu di kalangan masyarakat. Namun, pada tahun 2007 produksi susu nasional sebesar 567.683 ton dan pada tahun 2008 sebesar 646.953 ton ternyata tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsi susu nasional. Oleh karena itu, kebijakan impor susu dari luar negeri dikeluarkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia. Saat ini produksi susu dalam negeri baru bisa memenuhi 30 persen kebutuhan nasional, dan sisanya 70 persen konsumsi susu nasional masih dipenuhi oleh susu impor. Indonesia mengimpor susu dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Kekurangan produksi susu dalam negeri menyebabkan Industri Pengolahan Susu (IPS) harus mengimpor susu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu nasional. Perkembangan jumlah impor susu Indonesia serta laju pertumbuhannya dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Impor Susu Indonesia Tahun 2004-2008 Tahun Impor Susu (Ton) Laju Pertumbuhan (%) 2004 165.411-2005 173.084 4,6 2006 188.128 8,7 2007 198.216 5,4 2008 180.938-8,7 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 3

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan impor susu dalam jumlah yang cukup besar setiap tahunnya. Laju pertumbuhan impor susu yang tinggi terlihat pada tahun 2006 sebesar 8,7 persen. Namun, pada tahun 2008 impor susu mengalami penurunan sebesar 180.938 ton. Selain untuk memenuhi pasokan susu dalam negeri, IPS melakukan impor susu juga dikarenakan harga susu impor yang murah dan berkualitas. Harga susu impor yaitu Rp 3.250,- dengan kualitas kandungan bakteri yang lebih rendah sebesar kurang dari 3 juta per cc per 10 liter per hari dibandingkan susu dalam negeri (Meisya, 2011). Perkembangan teknologi yang semakin maju mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam pola hidup sehat dan konsumsinya. Saat ini minat konsumen lebih cenderung tertarik untuk mengkonsumsi susu olahan dibandingkan dengan susu segar. Pada tahun 2008 konsumsi susu olahan di Indonesia sebesar 6,71 kg per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi susu segar hanya 0,21 kg per kapita per tahun. Di Indonesia susu olahan cenderung dikonsumsi dalam bentuk susu kental manis yakni mencapai 45,29 persen. Sedangkan bentuk susu bubuk bayi 18,63 persen, susu cair pabrik 14,16 persen, susu bubuk 11,14 persen, hasil olahan lain dari susu 5,14 persen, dan keju 1,57 persen (BPS, 2011). Hal ini dapat dilihat bahwa konsumsi susu olahan di Indonesia lebih besar daripada konsumsi susu segar. Sehingga perlunya untuk mengembangkan industri pengolahan susu. Hal yang membuat konsumen tertarik pada produk susu olahan yaitu kepraktisan dan kemudahan dalam penyajian serta adanya variasi rasa dan memiliki daya tahan yang lama dibandingkan susu segar. Salah satu produk susu olahan adalah yoghurt. Yoghurt merupakan produk olahan susu yang diolah melalui proses fermentasi bakteri pada susu. Pembuatan yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Yoghurt sudah mulai dikenal oleh masyarakat dan telah menjadi produk pangan yang diterima dengan baik. Hal ini dikarenakan yoghurt memiliki citarasa yang khas, asam, segar, dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Besarnya minat masyarakat terhadap yoghurt salah satunya dapat dilihat dari jumlah produksi yoghurt yang ada di Indonesia. Perkembangan produksi yoghurt di Indonesia serta laju 4

pertumbuhannya dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi Yoghurt di Indonesia Tahun 2002-2005 Tahun Produksi (Liter) Nilai (Rp 000) Laju Pertumbuhan (%) 2002 1.039.279 8.985.642-2003 1.536.824 11.356.826 26,39 2004 1.682.612 13.475.394 18,65 2005 1.765.831 30.438.258 125,88 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan produksi yoghurt setiap tahunnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya yang semakin tinggi, mengindikasikan adanya peningkatan jumlah produsen dalam industri yoghurt dan potensi peningkatan konsumsi yoghurt. Selain dilihat dari perkembangan jumlah produksi yoghurt yang ada di Indonesia, peningkatan kebutuhan yoghurt nasional dapat dilihat dari semakin besarnya nilai impor yoghurt dan semakin kecilnya nilai ekspor yoghurt. Perkembangan volume dan nilai ekspor nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 Tahun Ekspor Laju Pertumbuhan (%) Berat (Kg) Nilai (US$) 2004 704.800 878.900-2005 337.000 743.500-15,41 2006 146.300 213.400-71,30 2007 126.000 284.400 33,27 2008 220.400 612.570 115,39 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 5

Tabel 4 menunjukkan pada tahun 2004 sampai 2005 volume eskpor yoghurt lebih tinggi. Namun, mulai tahun 2006 volume ekspor yoghurt mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan yoghurt dalam negeri semakin meningkat. Pada tahun 2008 volume ekspor mengalami peningkatan sebesar 115,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor tersebut jelas menunjukkan bahwa industri yoghurt nasional mulai berkembang saat ini. Selain itu, Perkembangan volume dan nilai impor nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 Tahun Impor Laju Pertumbuhan Berat (Kg) Nilai (US$) 2004 172.000 244.800 - (%) 2005 169.400 294.000 20,10 2006 713.300 712.800 142,45 2007 1.481.600 1.502.600 110,80 2008 500.500 711.700-52,64 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah impor yoghurt mengalami kecenderungan meningkat sejak tahun 2004. Namun, pada tahun 2008, jumlah yoghurt menurun sebesar 52,64 persen dari tahun sebelumnya. Volume impor yoghurt nasional sempat mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 142,45 persen. Mulai tahun 2006 jumlah impor yoghurt menjadi lebih tinggi daripada jumlah ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan yoghurt dalam negeri yang semakin meningkat dipenuhi oleh yoghurt impor karena dihadapkan dengan kualitas bahan baku yang baik dan mendorong industri yoghurt nasional mulai berkembang. Tingginya kebutuhan yoghurt dalam negeri memberikan peluang pasar bagi industri yoghurt di Indonesia. Kondisi ini mendorong adanya persaingan 6

pasar yang semakin ketat. Beberapa industri yoghurt di Indonesia telah memanfaatkan peluang tersebut pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Industri Pengolahan Yoghurt dan Susu Fermentasi Probiotik Indonesia Tahun 2009 No Merek Produk Produsen 1 Yakult PT Yakult Indonesia Persada 2 Vitacharm PT Pola Sehat Industri 3 Activia PT Danone Indonesia 4 Bio Kul PT Diamond Cold Storage 5 Yo Lite PT Cisarua Mountain Diary 6 Calpico PT Milko Beverage Industry 7 Nice PT Indomurni Dairy Industry 8 Duton Milk PT Nirwana Lestari 9 Elle & Vire PT Sukanda Djaya 10 Queen Yoghurt PT Queen Bandung 11 Emmi PT Indoguna Utama 12 Taurus Bio Yoghurt PT Fajar Taurus Indonesia Sumber: Masrurah, 2009 Tabel 6 menunjukkan industri pengolahan yoghurt dan susu fermentasi di Indonesia sudah mulai berkembang dan mendorong persaingan antar industri yoghurt semakin pesat. Hal tersebut menjadi suatu tantangan bagi para produsen yoghurt yang harus bersaing untuk meningkatkan pangsa pasar. Peluang usaha untuk memproduksi yoghurt tidak hanya dimiliki oleh industri-industri pengolahan berskala besar, namun industri pengolahan berskala kecil atau rumah tangga juga dapat memanfaatkan peluang tersebut. Salah satu usaha yang bergerak dibidang pengolahan berskala industri rumah tangga yaitu Rinadya Yoghurt. Rinadya Yoghurt merupakan industri rumah tangga yang memanfaatkan peluang usaha dalam memproduksi yoghurt. Dalam menjalani usahanya, industri rumah tangga ini memiliki keterbatasan dalam berproduksi seperti keterbatasan modal usaha, tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan yang digunakan. Untuk 7

mengembangkan usaha yoghurt yang dilakukan Rinadya Yoghurt, maka perlu mempelajari industri hilir termasuk industi rumah tangga yoghurt. Selain itu, adanya kendala dalam persaingan usaha, harga dan kualitas yoghurt, perolehan bahan baku, skala usaha, teknologi yang digunakan, dan jaringan pemasaran yang dimiliki diperlukan untuk mempelajari optimalisasi produksi yoghurt supaya dapat memanfaatkan sumberdaya yang terbatas dan pemasaran yoghurt yang efisien yang salah satu tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang optimal. 1.2 Perumusan Masalah Rinadya Yoghurt merupakan industri rumah tangga yang bergerak di bidang pengolahan susu segar menjadi yoghurt sejak bulan Januari tahun 2008. Pengolahan susu segar menjadi yoghurt ini merupakan upaya dari Rinadya Yoghurt untuk memberikan solusi kesehatan melalui konsumsi yoghurt dengan harga terjangkau dan berkualitas. Industri rumah tangga ini memanfaatkan sumberdaya keluarga yang dimiliki dalam menjalankan usahanya seperti modal, tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Dengan memanfaatkan sumberdaya keluarga, Rinadya Yoghurt memiliki keterbatasan dalam berproduksi yoghurt seperti adanya keterbatasan modal, bahan baku, tenaga kerja, dan peralatan. Rinadya Yoghurt juga berhadapan dengan persaingan antar perusahaanperusahaan besar penghasil yoghurt yang memiliki kemampuan sumberdaya yang baik dalam hal produksi, modal, manajemen, teknologi, dan pemasaran hasil produksinya. Meskipun perusahaan besar tersebut tidak langsung menjadi pesaing Rinadya Yoghurt karena segmen pasarnya berbeda. Tetapi semua merek tersebut bisa mengancam pasar Rinadya Yoghurt seandainya mereka juga memasuki pasar menengah ke bawah. Persaingan usaha antar produsen yoghurt yang dihadapi Rinadya Yoghurt yaitu perolehan bahan baku, jumlah dan kapasitas produksi, harga dan kualitas yoghurt yang dihasilkan, teknologi yang digunakan, dan jaringan pemasaran yang dimiliki. Dalam hal pemasaran, Rinadya Yoghurt belum menguasai sistem pemasaran dengan baik sehingga Rinadya Yoghurt mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya. Hal ini dikarenakan jumlah produksi yoghurt yang dihasilkan masih terbatas. Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki 8

dan adanya persaingan usaha, maka Rinadya Yoghurt menerapkan sistem produksi yoghurt berdasarkan jumlah pesanan (job order). Dengan menggunakan sistem job order, jumlah dan jenis produk yoghurt yang diproduksi sesuai dengan permintaan konsumen. Perkembangan jumlah produksi yoghurt di Rinadya Yoghurt periode bulan November 2010 sampai April 2011 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan Jumlah Produksi Yoghurt pada Rinadya Yoghurt Periode Bulan November 2010 April 2011 Tahun 2010 2011 Bulan Plastik Stroberi (Liter) Produksi Yoghurt Plastik Leci (Liter) Es Mambo (Liter) Jumlah (Liter) November 310,5 261,0 720,0 1.291,5 Desember 300,8 248,3 732,0 1.281,1 Januari 332,0 214,0 756,0 1.302,0 Februari 293,0 277,0 711,0 1.281,0 Maret 338,8 279,8 778,0 1.396,6 April 383,0 328,5 832,0 1.543,5 Total Produksi 1.958,1 1.608,6 4.529,0 8.095,70 Sumber: Rinadya Yoghurt, 2011 Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi yoghurt di Rinadya Yoghurt berfluktuasi. Hal ini dikarenakan Rinadya Yoghurt menerapakan sistem job order dalam memproduksi yoghurt yang sesuai dengan permintaan atau pesanan konsumen. Sistem job order yang diterapkan Rinadya Yoghurt memiliki kelebihan yaitu jumlah permintaan pasar akan yoghurt lebih terjamin sehingga pihak Rinadya Yoghurt dapat meminimalisir kerugian akibat tidak terjualnya produk yoghurt yang dihasilkan. Namun, kelemahan dalam sistem job order adalah membuat ketergantungan pihak Rinadya Yoghurt untuk berproduksi sesuai dengan jumlah pesanan yang belum tentu sesuai dengan ketersediaan sumberdaya bahan baku susu segar, bahan baku penolong, tenaga kerja, dan kapasitas mesin. 9

Dengan memperhatikan kendala sumberdaya tersebut apakah produksi yoghurt pada sistem job order sudah optimal. Selain itu, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pengaruh sistem job order terhadap alokasi penggunaan sumberdaya dalam memproduksi yoghurt di Rinadya Yoghurt. Dalam perkembangannya, adanya sistem job order dalam memproduksi yoghurt di Rinadya Yoghurt akan mempengaruhi pengalokasian sumberdaya seperti bahan baku susu segar, bahan baku penolong, tenaga kerja, dan mesin yang nantinya akan berpengaruh pada keuntungan maksimal yang diperoleh Rinadya Yoghurt. Menjadi pertanyaan adalah sumberdaya apa yang menjadi kendala di Rinadya Yoghurt dalam memproduksi yoghurt. Selain itu, Rinadya Yoghurt dihadapkan pada keadaan lingkungan yang berubah. Dengan adanya perubahan tersebut tentu saja dapat mempengaruhi optimalisasi produksi yoghurt di Rinadya Yoghurt. Menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari adanya sistem job order terhadap keuntungan Rinadya Yoghurt. 1.3 Tujuan Penelitian Bedasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis apakah produksi yoghurt pada sistem job order sudah optimal. 2. Menganalisis pengaruh sistem job order terhadap alokasi penggunaan sumberdaya dalam memproduksi yoghurt di Rinadya Yoghurt. 3. Menganalisis sumberdaya yang menjadi kendala di Rinadya Yoghurt dalam memproduksi yoghurt. 4. Menganalisis pengaruh dari adanya sistem job order terhadap keuntungan Rinadya Yoghurt. 10

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan baik bagi perusahaan, penulis, dan pembaca dalam pengembangan susu terutama yoghurt. Secara lebih rinci, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Rinadya Yoghurt, diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai rekomendasi dalam menentukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan produksi yoghurt yang optimal, sehingga pada masa yang akan datang sasaran perusahaan dapat tercapai dengan lebih baik. 2. Bagi mahasiswa penelitian ini dapat memberikan informasi, pustaka, dan pengetahuan mengenai optimalisasi produksi yoghurt bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi kalangan akademis dan umum dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi terhadap aplikasi metode optimalisasi produksi maupun penelitian lanjutan terkait dengan yoghurt. 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian difokuskan pada kegiatan produksi yoghurt di Rinadya Yoghurt. Penelitian ini hanya difokuskan pada produksi yoghurt dalam bentuk yoghurt es mambo dan yoghurt drink kemasan plastik ukuran 500 ml dengan dua rasa yaitu stroberi dan leci. 11