PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 213 Dewi Sartika HB 1, Suarnianti 2, H. Ismail 3 1 Stikes Nani Hasanuddin Makassar 2 Stikes Nani Hasanuddin Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK Komunikasi terapeutik didefenisikan sebagai hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan erat yang terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok subjek yang diberi perlakuan dan diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post test) yang diuji secara berpasangan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berada di ruang perawatan bedah RSUD Kota Makassar, pengambilan sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 responden yang diambil berdasarkan metode Cluster Random Sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan data dianalisis dengan menggunakan Paired Sample T Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar dimana untuk tingkat Dimensi Respon didapat nilai (p =,3) dan nilai tingkat Dimensi Tindakan yaitu (p =,23), dimana hasil tersebut lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan yaitu (< α =,5). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar. Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Kecemasan. PENDAHULUAN Selama beberapa dekade terakhir, keperawatan telah mengalami perubahanperubahan yang mengagumkan, terutama melalui munculnya gerakan reformasi profesional pada tahun 197-an yang disebut keperawatan baru. Salvage (212) mengatakan unsur sentral dari ideologi dari keperawatan baru adalah hubungan antara perawat dengan pasien. Hubungan terapeutik perawat-pasien adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan erat yang terapeutik ( Stuart dan Sundeen, 27). Dalam proses, perawat membina hubungan sesuai dengan tingkat perkembangan pasien dalam menyadari dan mengidentifikasi masalah, dan membantu pemecahan masalah akibat adanya stressor yang mungkin terjadi. Perawat memberikan umpan balik dan alternatif pemecahan untuk mengenali respon atau reaksi tubuh dan perubahan-perubahan yang timbul akibat tindakan pembedahan seperti : respon fisiologis berupa palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan, tekan darah, respirasi peristaltik meningkat dan respon psikologis dapat berupa gugup, tegang, serta tidak enak, dan lekas terkejut ( Long, 29). Data pasien pre operatif menurut WHO di seluruh penjuru dunia mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, di tahun 211 angka tersebut mencapai 14 juta jiwa pasien di seluruh rumah sakit di dunia pernah menjadi pasien pre operatif, sedangkan tahun 212 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa, sedangkan untuk kawasan Asia pasien pre operatif mencapai angka 77 juta jiwa pada tahun 212. Di Indonesia pasien pre operatif mencapai angka 1,2 juta jiwa pada tahun 212 sedangkan untuk Sul-Sel pasien pre operatif mencapai angka 198. jiwa (DinKes Pemprov Sul-Sel), data ini termasuk di dalamnya pasien pre operatif di RSUD Kota Makassar sebesar 16.768 jiwa ditahun 211 dan 212 (Jan s/d September) sebesar 1.562 jiwa. 18
Dari pemikiran dan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang korelasi hubungan terapeutik perawatpasien dengan tingkat kecemasan pasien, khususnya pada pasien sebelum dilakukan operasi di ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini dijelaskan secara rinci mengenai disain penelitian yang digunakan, kerangka operasional penelitian, populasi, sampel, identifikasi variable, definisi operasional, pengumpulan dan analisis data, etika penelitian dan keterbatasan penelitian. Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada sebuah proses penelitian (Nursalam, 21). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperimen, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok subjek yang diberi perlakuan dan diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post test) yang diuji secara berpasangan. Tempat penelitian dilaksanakan di ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Januari s/d 15 Februari 213. Populasi adalah keseluruhan dari status variabel yang menyangkut masalah yang diteliti ( Nursalam, 21). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan dilakukan operasi di ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar yaitu 66 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam, 21). Pada penelitian ini sample diambil dari pasien yang telah dipersiapkan secara selektif di ruangan perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti(nursalam & Siti Pariani, 21). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : Pasien yang telah dipersiapkan secara elektif untuk dilakukan tindakan operasi, pasien yang tidak mengalami gangguan orientasi realita, pasien yang tidak menderita / mengalami cacat fisik, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang berumur 2-45 tahun. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan mengunakan kuesioner Pelaksanaan penelitian ini diawali oleh penentuan sampel dengan cara masing masing calon responden diminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara menandatangani lembar persetujuan responden yang sebelumnya telah diberikan penjelasan /informed consent mengenai tata cara pelaksanaan penelitian ini. Bagi yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan, untuk kelancaran pengumpulan data dalan penelitian ini, digunakan lembar observasi untuk pengumpulan data yang disusun oleh peneliti sendiri sesuai buku Metodologi Penelitian Administrasi (12) dan untuk mengukur tingkat kecemasan digunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Untuk variabel Komunikasi Terapeutik, peneliti menggunakan skala ordinal, yaitu : untuk dimensi respon bila nilai 25 36 dimensi respon baik, nilai 13 24 dimensi respon sedang, nilai 1 12 dimensi respon kurang sedangkan untuk dimensi tindakan bila nilai 19 27 dimensi tindakan baik, nilai 9 18 dimensi tindakan sedang, nilai 1 8 dimensi tindakan kurang, jadi komunikasi terapeutik dikatakan Efektif (dimensi respon dan dimensi tindakan baik ) dan Tidak efektif ( dimensi respon dan dimensi tindakan kurang ). Untuk variabel Kecemasan, peneliti menggunakan skala nominal dengan pemberian skor yang berbeda-beda dengan kategori : tidak cemas apabila mendapkan nilai <14, cemas ringan apabila mendapatkan nilai 14 2, cemas sedang apabila nilai 21 27 dan cemas berat apabila nilai 28 41. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan dimensi respon dan tindakan dalam hubungan terapeutik perawat-pasien dapat diuji dengan uji statistik Paired T test, dengan kemaknaan p <,5 artinya ada hubungan yang bermakna antara dua variabel, maka Ho ditolak. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Makassar. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 15 Januari 213 s/d 15 Februari 213. Subjek penelitian ini adalah pasie pre operasi dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 4 orang. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti, pasien 19
yang memenuhi kriteria inklusi langsung dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini pada tahap awal (Pre test) subyek penelitian tidak diberikan intervensi Komunikasi Terapeutik untuk melihat tingkat kecemasan sebelum operasi sedangkan tahap berikutnya (Post test) diberikan intervensi Komunikasi Terapeutik untuk melihat perbandingan tingkat kecemasan yang terjadi pada subyek penelitian. Pada Subyek Penelitian diawali dengan observasi tingkat kecemasan sebelum intervensi Komunikasi Terapeutik. Setelah dilakukan intervensi dilakukan pada pasien pre operasi, kemudian diobservasi kembali Kecemasannya. Berdasarkan data yang diperoleh setelah meneliti dan melakukan pengolahan data meliputi editing, koding dan tabulasi. Selanjutnya data dianalisa dengan analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis Univariat Tabel 5.1. Karakteristik responden pasien pre operasi berdasarkan umur di RSUD Kota Makassar Umur n Jumlah 2-26 27-32 33-38 39-44 45-5 2 12 13 7 6 5 3 32,5 17,5 15 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa frekuensi responden terbanyak adalah pasien dengan umur 33-38 tahun yaitu sebesar 13 orang (32,5 %) dan., sedangkan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah pada kelompok umur 2-26 tahun yaitu sebesar 2 orang (5 %). Tabel 5.2. Karakteristik responden pasien pre operasi berdasarkan jenis kelamin di RSUD Kota Makassar. Jenis kelamin n Jumlah laki-laki perempuan 26 14 65 35 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa frekuensi responden terbanyak adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki di banding perempuan. Dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 26 orang (65%), sedangkan perempuan sebanyak 14 orang (35%). Tabel 5.3. Deskripsi Dimensi Respon Komunikasi Terapeutik pada pasien Pre operasi di RSUD Kota Makassar Dimensi Respon n Jumlah Baik Kurang 27 5 8 67,5 12,5 2 Tabel 5.3 menunjukkan deskripsi Dimensi Respon pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar yaitu yang memiliki Respon baik sebanyak 27 orang (67,5%), responden yang memiliki respon sedang sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan yang memiliki respon kurang sebanyak 8 orang (2%). Tabel 5.4. Deskripsi Dimensi Tindakan Komunikasi Terapeutik pada pasien Pre operasi di RSUD Kota Makassar Dimensi Tindakan n Jumlah Baik Kurang 22 12 6 55 3 15 Tabel 5.4 menunjukkan deskripsi Dimensi Tindakan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar yaitu yang memiliki Tindakan baik sebanyak 22 orang (55%), responden yang memiliki Tindakan sedang sebanyak 12 orang (3%), sedangkan yang memiliki Tindakan kurang sebanyak 6 orang (15%). Tabel 5.5. Distribusi pasien pre operasi dengan tingkat kecemasan sebelum diberikan komunikasi terapeutik di RSUD Kota Makassar Kecemasan n Jumlah Tidak cemas 2 5 Ringan Berat 11 27 27,5 67,5 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa terjadinya Kecemasan pada 2
responden sebelum diberikan intervensi komunikasi terapeutik didapatkan tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 27 orang (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 2 orang (5%). Tabel 5.6. Distribusi pasien pre operasi dengan tingkat kecemasan setelah diberikan komunikasi terapeutik di RSUD Kota Makassar. Kecemasan Tidak cemas Ringan Berat n 19 13 8 Jumlah 47,5 32,5 2 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa terjadinya Kecemasan pada responden setelah diberikan intervensi komunikasi terapeutik didapatkan tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 8 orang (2%), kecemasan ringan sebanyak 13 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%). 2. Analisis Bivariat Tabel 5.7. Distribusi pasien pre operasi berdasarkan pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap terjadinya Kecemasan di RSUD Kota Makassar. Kecemasan Sebelum Sesudah Total n % n % n % Tidak cemas 2 5 19 47,5 21 52,5 Ringan 11 27,5 13 32,5 24 6 27 67,5 8 2 35 87,5 Berat 4 1 4 1 Dimensi respon P=,3 Dimensi tindakan P=,23 Tabel diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan komunikasi terapeutik tingkat kecemasannya menurun dengan tidak cemas yaitu 19 (47,5%) dibandingkan dengan sebelum diberikan komunikasi terapeutik yaitu 2 (5%). PEMBAHASAN dilaksanakan data menunjukkan adanya pengaruh komunikasi terapeutik (Dimensi Respon) yang sangat signifikan terhadap Kecemasan dimana berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari dimensi respon yang muncul pada responden yang memiliki respon baik sebanyak 27 orang (67,5 %), respon sedang sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan respon kurang sebanyak 8 orang (2 %). Dari data yang didapatkan tingkat kecemasan responden sebelum intervensi komunikasi terapeutik yang mengalami kecemasan sedang sebesar 27 orang (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 2 orang (5%), sedangkan setelah intervensi komunikasi terapeutik dilaksanakan didapatkan hasil tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 8 orang (2%), kecemasan ringan sebanyak 13 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%), berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test diperoleh nilai p =,3 untuk Dimensi Respon dari responden terhadap kecemasan berarti nilai p =,3 lebih kecil dari pada nilai α =,5. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Kecemasan. Penurunan Kecemasan yang lebih cepat oleh adanya pengaruh Komunikasi Terapeutik disebabkan oleh pemahaman dan juga pola pikir dari responden serta respon yang dikeluarkan oleh pasien sangat mempengaruhi dari kinerja semua sistem organ didalam tubuh responden. dilaksanakan data menunjukkan adanya pengaruh komunikasi terapeutik (Dimensi Tindakan) juga sangat signifikan terhadap Kecemasan dimana berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari dimensi tindakan yang muncul pada responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 22 orang (55 %), tindakan sedang sebanyak 12 orang (3%), sedangkan responden yang memiliki tindakan kurang sebanyak 6 orang (15 %). Dari data yang didapatkan tingkat kecemasan responden sebelum intervensi komunikasi terapeutik yang mengalami kecemasan sedang sebesar 27 orang (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 2 orang (5%), sedangkan setelah intervensi komunikasi terapeutik dilaksanakan didapatkan hasil tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 8 orang (2%), kecemasan ringan sebanyak 13 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami 21
kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%), berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test diperoleh nilai p =,23 untuk Dimensi Respon dari responden terhadap kecemasan berarti nilai p =,23 lebih kecil dari pada nilai α =,5. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi tindakan) terhadap Kecemasan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut Keliat (21) Komunikasi terapeutik merupakan salah satu tindakan yang dapat digunakan oleh seorang petugas kesehatan untuk membantu seseorang untuk dapat mengatasi dan juga sebagai sarana interaksi antara komunikasi perbuatan dan ekspresi yang mampu memfasilitasi seseorang menjadi lebih baik daripada keadaan yang sekarang dialami. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya Muryati Rokani (25) komunikasi terapeutik berperan aktif dalam segala intervensi yang dilakukan oleh perawat terutama dalam menggambarkan serta membantu pasien dalam mengartikan setiap tindakan medis maupun tindakan keperawatan yang akan dilakukan. didapat serta melihat dari segi teoritis dan juga penelitian yang sudah pernah dilakuakan peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat kecemasan, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik Respon setiap individu yang berbeda-beda pada saat dilakukan intervensi komunikasi terapeutik dan jenis operasi yang dilakukan serta status riwayat kesehatan pasien sebelum dioperasi, serta peneliti tidak dapat mengendalikan faktor perancu tersebut yang berpengaruh pada penelitian ini. KESIMPULAN Berdasarkan analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : terdapat Pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi respon) terhadap tingkat kecemasan pada pasien operasi dan terdapat Pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi tindakan) terhadap tingkat kecemasan pada pasien operasi. SARAN Diharapkan untuk mensosialisasikan manfaat serta kegunaan yang sudah dibuat tentang Komunikasi Terapeutik pada pasien di RSUD Kota Makassar dan sebaiknya semua pasien yang akan di operasi dilakukan Komunikasi Terapeutik sehingga pasien lebih mudah mengert.i tindakan dan juga proses pengobatan apa yang akan dijalaninya DAFTAR PUSTAKA Stuart G.W. & Sundeen S.J, (27), Princples amd Practice of Psiciatric Nursing, 3 rd, E. B. The CV Mosby Company, St. Louis. Long. B.C (27), Perawatan Medical Bedah, suatu pendekatan proses keperawatan 2, Yayasan IAPK, Padjajaran Bandung. Prihardjo.R (29), Pengantar Etika Keperawatan, Kanisius, Jakarta Smet.B (1994), Psikologis Kesehatan, PT Gramedia Widya Sarana, Jakarta Nursalam,(21), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV Indomedika, Jakarta Keliat B. A (21), Hubungan Terapeutik Perawat Klien, EGC, Jakarta 22