PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental, yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelurahan Pulubala merupakan kelurahan yang memiliki angka kejadian DBD

BAB 4 METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan Rumah Sakit rujukan milik pemerintah. dijl. Osamaliki No. 19 Salatiga. RSUD Kota Salatiga ini memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. experiment menggunakan pendekatan pre-post test design with control group.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif yaitu eksperimen semu. kontrol diri sendiri (pre and post test without control).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya berhubungan dengan kedokteran fetomaternal dan ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Point time. Tempat penelitian dilakukan di RB Hj. S.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. group quasi experimental. Rancangan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. lainnya. Pendekatan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. menghadapi persalinan pada primigravida. penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI DI SMC RS TELOGOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah diskriptif korelasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment, dengan desain pre-post test with control group yaitu melibatkan. Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis korelasi atau explanatory yaitu mengkaji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif, karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan yaitu cross sectional, yaitu mempelajari dinamika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang Yogyakarta sejumlah 130 pasien.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, teknik

Transkripsi:

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 213 Dewi Sartika HB 1, Suarnianti 2, H. Ismail 3 1 Stikes Nani Hasanuddin Makassar 2 Stikes Nani Hasanuddin Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK Komunikasi terapeutik didefenisikan sebagai hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan erat yang terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok subjek yang diberi perlakuan dan diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post test) yang diuji secara berpasangan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berada di ruang perawatan bedah RSUD Kota Makassar, pengambilan sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 responden yang diambil berdasarkan metode Cluster Random Sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan data dianalisis dengan menggunakan Paired Sample T Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar dimana untuk tingkat Dimensi Respon didapat nilai (p =,3) dan nilai tingkat Dimensi Tindakan yaitu (p =,23), dimana hasil tersebut lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan yaitu (< α =,5). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar. Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Kecemasan. PENDAHULUAN Selama beberapa dekade terakhir, keperawatan telah mengalami perubahanperubahan yang mengagumkan, terutama melalui munculnya gerakan reformasi profesional pada tahun 197-an yang disebut keperawatan baru. Salvage (212) mengatakan unsur sentral dari ideologi dari keperawatan baru adalah hubungan antara perawat dengan pasien. Hubungan terapeutik perawat-pasien adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan erat yang terapeutik ( Stuart dan Sundeen, 27). Dalam proses, perawat membina hubungan sesuai dengan tingkat perkembangan pasien dalam menyadari dan mengidentifikasi masalah, dan membantu pemecahan masalah akibat adanya stressor yang mungkin terjadi. Perawat memberikan umpan balik dan alternatif pemecahan untuk mengenali respon atau reaksi tubuh dan perubahan-perubahan yang timbul akibat tindakan pembedahan seperti : respon fisiologis berupa palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan, tekan darah, respirasi peristaltik meningkat dan respon psikologis dapat berupa gugup, tegang, serta tidak enak, dan lekas terkejut ( Long, 29). Data pasien pre operatif menurut WHO di seluruh penjuru dunia mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, di tahun 211 angka tersebut mencapai 14 juta jiwa pasien di seluruh rumah sakit di dunia pernah menjadi pasien pre operatif, sedangkan tahun 212 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa, sedangkan untuk kawasan Asia pasien pre operatif mencapai angka 77 juta jiwa pada tahun 212. Di Indonesia pasien pre operatif mencapai angka 1,2 juta jiwa pada tahun 212 sedangkan untuk Sul-Sel pasien pre operatif mencapai angka 198. jiwa (DinKes Pemprov Sul-Sel), data ini termasuk di dalamnya pasien pre operatif di RSUD Kota Makassar sebesar 16.768 jiwa ditahun 211 dan 212 (Jan s/d September) sebesar 1.562 jiwa. 18

Dari pemikiran dan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang korelasi hubungan terapeutik perawatpasien dengan tingkat kecemasan pasien, khususnya pada pasien sebelum dilakukan operasi di ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini dijelaskan secara rinci mengenai disain penelitian yang digunakan, kerangka operasional penelitian, populasi, sampel, identifikasi variable, definisi operasional, pengumpulan dan analisis data, etika penelitian dan keterbatasan penelitian. Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada sebuah proses penelitian (Nursalam, 21). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperimen, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok subjek yang diberi perlakuan dan diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post test) yang diuji secara berpasangan. Tempat penelitian dilaksanakan di ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Januari s/d 15 Februari 213. Populasi adalah keseluruhan dari status variabel yang menyangkut masalah yang diteliti ( Nursalam, 21). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan dilakukan operasi di ruang Perawatan Bedah RSUD Kota Makassar yaitu 66 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam, 21). Pada penelitian ini sample diambil dari pasien yang telah dipersiapkan secara selektif di ruangan perawatan Bedah RSUD Kota Makassar. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti(nursalam & Siti Pariani, 21). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : Pasien yang telah dipersiapkan secara elektif untuk dilakukan tindakan operasi, pasien yang tidak mengalami gangguan orientasi realita, pasien yang tidak menderita / mengalami cacat fisik, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang berumur 2-45 tahun. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan mengunakan kuesioner Pelaksanaan penelitian ini diawali oleh penentuan sampel dengan cara masing masing calon responden diminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara menandatangani lembar persetujuan responden yang sebelumnya telah diberikan penjelasan /informed consent mengenai tata cara pelaksanaan penelitian ini. Bagi yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan, untuk kelancaran pengumpulan data dalan penelitian ini, digunakan lembar observasi untuk pengumpulan data yang disusun oleh peneliti sendiri sesuai buku Metodologi Penelitian Administrasi (12) dan untuk mengukur tingkat kecemasan digunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Untuk variabel Komunikasi Terapeutik, peneliti menggunakan skala ordinal, yaitu : untuk dimensi respon bila nilai 25 36 dimensi respon baik, nilai 13 24 dimensi respon sedang, nilai 1 12 dimensi respon kurang sedangkan untuk dimensi tindakan bila nilai 19 27 dimensi tindakan baik, nilai 9 18 dimensi tindakan sedang, nilai 1 8 dimensi tindakan kurang, jadi komunikasi terapeutik dikatakan Efektif (dimensi respon dan dimensi tindakan baik ) dan Tidak efektif ( dimensi respon dan dimensi tindakan kurang ). Untuk variabel Kecemasan, peneliti menggunakan skala nominal dengan pemberian skor yang berbeda-beda dengan kategori : tidak cemas apabila mendapkan nilai <14, cemas ringan apabila mendapatkan nilai 14 2, cemas sedang apabila nilai 21 27 dan cemas berat apabila nilai 28 41. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan dimensi respon dan tindakan dalam hubungan terapeutik perawat-pasien dapat diuji dengan uji statistik Paired T test, dengan kemaknaan p <,5 artinya ada hubungan yang bermakna antara dua variabel, maka Ho ditolak. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Makassar. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 15 Januari 213 s/d 15 Februari 213. Subjek penelitian ini adalah pasie pre operasi dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 4 orang. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti, pasien 19

yang memenuhi kriteria inklusi langsung dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini pada tahap awal (Pre test) subyek penelitian tidak diberikan intervensi Komunikasi Terapeutik untuk melihat tingkat kecemasan sebelum operasi sedangkan tahap berikutnya (Post test) diberikan intervensi Komunikasi Terapeutik untuk melihat perbandingan tingkat kecemasan yang terjadi pada subyek penelitian. Pada Subyek Penelitian diawali dengan observasi tingkat kecemasan sebelum intervensi Komunikasi Terapeutik. Setelah dilakukan intervensi dilakukan pada pasien pre operasi, kemudian diobservasi kembali Kecemasannya. Berdasarkan data yang diperoleh setelah meneliti dan melakukan pengolahan data meliputi editing, koding dan tabulasi. Selanjutnya data dianalisa dengan analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis Univariat Tabel 5.1. Karakteristik responden pasien pre operasi berdasarkan umur di RSUD Kota Makassar Umur n Jumlah 2-26 27-32 33-38 39-44 45-5 2 12 13 7 6 5 3 32,5 17,5 15 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa frekuensi responden terbanyak adalah pasien dengan umur 33-38 tahun yaitu sebesar 13 orang (32,5 %) dan., sedangkan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah pada kelompok umur 2-26 tahun yaitu sebesar 2 orang (5 %). Tabel 5.2. Karakteristik responden pasien pre operasi berdasarkan jenis kelamin di RSUD Kota Makassar. Jenis kelamin n Jumlah laki-laki perempuan 26 14 65 35 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa frekuensi responden terbanyak adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki di banding perempuan. Dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 26 orang (65%), sedangkan perempuan sebanyak 14 orang (35%). Tabel 5.3. Deskripsi Dimensi Respon Komunikasi Terapeutik pada pasien Pre operasi di RSUD Kota Makassar Dimensi Respon n Jumlah Baik Kurang 27 5 8 67,5 12,5 2 Tabel 5.3 menunjukkan deskripsi Dimensi Respon pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar yaitu yang memiliki Respon baik sebanyak 27 orang (67,5%), responden yang memiliki respon sedang sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan yang memiliki respon kurang sebanyak 8 orang (2%). Tabel 5.4. Deskripsi Dimensi Tindakan Komunikasi Terapeutik pada pasien Pre operasi di RSUD Kota Makassar Dimensi Tindakan n Jumlah Baik Kurang 22 12 6 55 3 15 Tabel 5.4 menunjukkan deskripsi Dimensi Tindakan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Makassar yaitu yang memiliki Tindakan baik sebanyak 22 orang (55%), responden yang memiliki Tindakan sedang sebanyak 12 orang (3%), sedangkan yang memiliki Tindakan kurang sebanyak 6 orang (15%). Tabel 5.5. Distribusi pasien pre operasi dengan tingkat kecemasan sebelum diberikan komunikasi terapeutik di RSUD Kota Makassar Kecemasan n Jumlah Tidak cemas 2 5 Ringan Berat 11 27 27,5 67,5 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa terjadinya Kecemasan pada 2

responden sebelum diberikan intervensi komunikasi terapeutik didapatkan tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 27 orang (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 2 orang (5%). Tabel 5.6. Distribusi pasien pre operasi dengan tingkat kecemasan setelah diberikan komunikasi terapeutik di RSUD Kota Makassar. Kecemasan Tidak cemas Ringan Berat n 19 13 8 Jumlah 47,5 32,5 2 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa terjadinya Kecemasan pada responden setelah diberikan intervensi komunikasi terapeutik didapatkan tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 8 orang (2%), kecemasan ringan sebanyak 13 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%). 2. Analisis Bivariat Tabel 5.7. Distribusi pasien pre operasi berdasarkan pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap terjadinya Kecemasan di RSUD Kota Makassar. Kecemasan Sebelum Sesudah Total n % n % n % Tidak cemas 2 5 19 47,5 21 52,5 Ringan 11 27,5 13 32,5 24 6 27 67,5 8 2 35 87,5 Berat 4 1 4 1 Dimensi respon P=,3 Dimensi tindakan P=,23 Tabel diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan komunikasi terapeutik tingkat kecemasannya menurun dengan tidak cemas yaitu 19 (47,5%) dibandingkan dengan sebelum diberikan komunikasi terapeutik yaitu 2 (5%). PEMBAHASAN dilaksanakan data menunjukkan adanya pengaruh komunikasi terapeutik (Dimensi Respon) yang sangat signifikan terhadap Kecemasan dimana berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari dimensi respon yang muncul pada responden yang memiliki respon baik sebanyak 27 orang (67,5 %), respon sedang sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan respon kurang sebanyak 8 orang (2 %). Dari data yang didapatkan tingkat kecemasan responden sebelum intervensi komunikasi terapeutik yang mengalami kecemasan sedang sebesar 27 orang (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 2 orang (5%), sedangkan setelah intervensi komunikasi terapeutik dilaksanakan didapatkan hasil tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 8 orang (2%), kecemasan ringan sebanyak 13 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%), berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test diperoleh nilai p =,3 untuk Dimensi Respon dari responden terhadap kecemasan berarti nilai p =,3 lebih kecil dari pada nilai α =,5. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Kecemasan. Penurunan Kecemasan yang lebih cepat oleh adanya pengaruh Komunikasi Terapeutik disebabkan oleh pemahaman dan juga pola pikir dari responden serta respon yang dikeluarkan oleh pasien sangat mempengaruhi dari kinerja semua sistem organ didalam tubuh responden. dilaksanakan data menunjukkan adanya pengaruh komunikasi terapeutik (Dimensi Tindakan) juga sangat signifikan terhadap Kecemasan dimana berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari dimensi tindakan yang muncul pada responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 22 orang (55 %), tindakan sedang sebanyak 12 orang (3%), sedangkan responden yang memiliki tindakan kurang sebanyak 6 orang (15 %). Dari data yang didapatkan tingkat kecemasan responden sebelum intervensi komunikasi terapeutik yang mengalami kecemasan sedang sebesar 27 orang (67,5%), kecemasan ringan sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 2 orang (5%), sedangkan setelah intervensi komunikasi terapeutik dilaksanakan didapatkan hasil tingkat kecemasan responden yang mengalami kecemasan sedang sebesar 8 orang (2%), kecemasan ringan sebanyak 13 orang (32,5%) dan yang tidak mengalami 21

kecemasan sebanyak 19 orang (47,5%), berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test diperoleh nilai p =,23 untuk Dimensi Respon dari responden terhadap kecemasan berarti nilai p =,23 lebih kecil dari pada nilai α =,5. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi tindakan) terhadap Kecemasan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut Keliat (21) Komunikasi terapeutik merupakan salah satu tindakan yang dapat digunakan oleh seorang petugas kesehatan untuk membantu seseorang untuk dapat mengatasi dan juga sebagai sarana interaksi antara komunikasi perbuatan dan ekspresi yang mampu memfasilitasi seseorang menjadi lebih baik daripada keadaan yang sekarang dialami. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya Muryati Rokani (25) komunikasi terapeutik berperan aktif dalam segala intervensi yang dilakukan oleh perawat terutama dalam menggambarkan serta membantu pasien dalam mengartikan setiap tindakan medis maupun tindakan keperawatan yang akan dilakukan. didapat serta melihat dari segi teoritis dan juga penelitian yang sudah pernah dilakuakan peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat kecemasan, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik Respon setiap individu yang berbeda-beda pada saat dilakukan intervensi komunikasi terapeutik dan jenis operasi yang dilakukan serta status riwayat kesehatan pasien sebelum dioperasi, serta peneliti tidak dapat mengendalikan faktor perancu tersebut yang berpengaruh pada penelitian ini. KESIMPULAN Berdasarkan analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : terdapat Pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi respon) terhadap tingkat kecemasan pada pasien operasi dan terdapat Pengaruh Komunikasi Terapeutik (dimensi tindakan) terhadap tingkat kecemasan pada pasien operasi. SARAN Diharapkan untuk mensosialisasikan manfaat serta kegunaan yang sudah dibuat tentang Komunikasi Terapeutik pada pasien di RSUD Kota Makassar dan sebaiknya semua pasien yang akan di operasi dilakukan Komunikasi Terapeutik sehingga pasien lebih mudah mengert.i tindakan dan juga proses pengobatan apa yang akan dijalaninya DAFTAR PUSTAKA Stuart G.W. & Sundeen S.J, (27), Princples amd Practice of Psiciatric Nursing, 3 rd, E. B. The CV Mosby Company, St. Louis. Long. B.C (27), Perawatan Medical Bedah, suatu pendekatan proses keperawatan 2, Yayasan IAPK, Padjajaran Bandung. Prihardjo.R (29), Pengantar Etika Keperawatan, Kanisius, Jakarta Smet.B (1994), Psikologis Kesehatan, PT Gramedia Widya Sarana, Jakarta Nursalam,(21), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV Indomedika, Jakarta Keliat B. A (21), Hubungan Terapeutik Perawat Klien, EGC, Jakarta 22