LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

(Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

PENERAPAN KONSEP DASAR CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DALAM PEMBELAJARAN FRANÇAIS DU TROURISME

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

ZULFA SAFITRI A54F100040

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Sehubungan dengan pengertian kemampuan, Spencer (dalam TheSustainable

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

YUNICA ANGGRAENI A

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Transkripsi:

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MATERI BELA NEGARA DI KELAS IX SMP NEGERI 2 WANGGARASI ALWIN MATOKA NIM :221411159 DOSEN PEMBIMBING Pembimbing I Pembimbing II Hj. MaisaraSunge, SH, MH Asmun W. WantuS.Pd, M.Sc NIP. 19560807 198602 2 001 NIP. 19780712 200501 2 004 1

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MATERI BELA NEGARA DI KELAS IX SMP NEGERI 2 WANGGARASI Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Abstrak 1 AlwinMatoka, 2014. Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya persentase ketercapaian atas Kriteria Ketuntasan Minimal yang diperoleh oleh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Wanggarasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I pemahaman siswa terhadap materi Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Bela Negara belum mencapai indikator kinerja. Dari 14 siswa ada 8 orang atau 57,14% yang memperoleh nilai ketuntasan 65 keatasdan 6 orang atau 42,86% yang memperoleh nilai ketuntasan di bawah 65. Sedangkan pada siklus II ada dari 14 siswa, 12 orang atau 85,75% yang memperoleh nilai 65 keatas dan 2 orang atau 14,28% yang memperoleh nilai ketuntasan di bawah 65. Dengan melihat capaian tindakan yang diperoleh pada siklus II sudah sesuai dengan indikator kinerja dan telah mencapai persentase ideal yaitu antara 80% - 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual, kemampuan siswa tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Bela Negara pada siswa kelas IX SMPN 2 Wanggarasi meningkat. Dan hipotesis tindakan yang menyatakan Jika penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat berjalan baik, maka pemahaman siswa akan meningkat dapat diterima. Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual, Pemahaman Siswa dan Metode Tanya Jawab 1 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 2

2 Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah banyak kendala yang dihadapi guru sebagai tenaga pendidik, baik yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas maupun yang berhubungan dengan prestasi yang ingin dicapai oleh siswa. Dan hal ini tidak semudah yang kita bayangkan. Upaya meningkatkan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia Keguruan dan Kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian masih belum memberikan kepuasan dalam pencapaian hasil belajar siswa, sehingga menuntut adanya perenungan dan pemikiran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi, baik dari segi pelaksanaan pembelajaran di kelas maupun perangkat pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan kinerja guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum perguruan tinggi. Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepeleh oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan strategi mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai strategi konvensional atau tradisional. Strategi konvensional merupakan strategi dimana guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran berkurang dan hanya bergantung pada guru. 2 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 3

3 Sebagai suatu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi yang harus diemban, diantaranya adalah sebagai pendidikan dasar untuk mendidik warga negara agar mampu berpikir kritis dan kreatif, mengkritisi, mengembangkan pikiran. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat, mengenal dan melakukan telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai perilaku yang diharapkan. Namun dalam kenyataan di lapangan yaitu di SMP Negeri 2 Wanggarasi khususnya di kelas IX (Sembilan) dengan jumlah siswa 14 orang, laki-laki 3 orang dan perempuan 11 orang, hanya sekitar 5 orang (36 %) yang memahami materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa yang di bawah rata-rata. Dengan keadaan seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi pembelajaran agar hal-hal tersebut dapat diminimalisir. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan strategi mengajarnya. Strategi mengajar diartikan sebagai suatu perencanaan pembelajaran yang dipakai oleh guru untuk menyajikan bahan ajar kepada siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah strategi untuk menunjang proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pemilihan strategi mengajar ini juga perlu diperhatikan karena tidak semua materi dapat diajarkan dengan hanya satu strategi mengajar. Guru hendaknya dapat memilih strategi mengajar yang dianggap sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Hal ini 3 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 4

dimaksudkan agar pengajaran khususnya mata pelajaran 4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berlangsung secara efektif, efisien dan tidak membosankan. Berdasarkan pengalaman saya mengajar di SMP Negeri 2 Wanggarasi Kabupaten Pohuwato yang masih tergolong daerah terpencil, guru masih sulit mengembangkan strategi pembelajaran yang akan mereka laksakan. Berdasarkan kenyataan tersebut saya tertarik untuk mengembangkan serta mencoba suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam kelas. Strategi ini diterapkan agar dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran. Penelitian yang akan saya lakukan guna meningkatkan pemahaman siswa di SMP Negeri 2 Wanggarasi Kabupaten Pohuwato khususnya kelas IX (Sembilan), berjudul : PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MATERI BELA NEGARA DI KELAS IX SMP NEGERI 2 WANGGARASI. (1)Pembelajaran kontekstual(contextual Teaching Learning) : adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan. Dengan demikian contextual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. 5 Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (dalam Suherli, 2005:45) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang 4 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 5

dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Ada tiga ahli pendidikan yang saya ambil untuk mendefinisikan pembelajaran kontekstual ini (CTL). Definisi tersebut antara lain: Elaine B. Johnson (dalam Saliman,2009:30), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Akhmad Sudrajat(2008:39), Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan / keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan / konteks ke permasalahan / konteks lainnya. Diknas(2005:57), Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. 6 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan 5 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 6 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 6

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.(2)perbedaan Pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional Table 1 :Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional CTL Pemilihan informasi ditentukan oleh siswa; Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin); Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa; Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan Konvensional Pemilihan informasi ditentukan oleh guru; Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu; Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan; Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang masalah; Sumber: http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-kontekstual.html Karakteristik Pendekatan Pembelajaran kontekstual (CTL) melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning 7 Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). 7 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 7

(1)Kontruktivisnme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. (2)Inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: Merumuskan masalah Mengajukan hipotesis Mengumpulkan data Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan Mebuat kesimpulan (3)Bertanya (Questioning): Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses ini guru tidak menyampaikan informasi begitu saja melainkan memencing siswa untuk menemukan jawaban sendiri. (4)Masyarakat belajar (Learning Community): Leo Semenovich Vygotsky (DalamSaliman, 2009:..) menyatakan bahwa pengetauan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajarn diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. (5)Pemodelan (Modeling) maksudnya adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan kalimat asing dll. (6)Refleksi (Refelction) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. (7)Penilaian nyata(authentic Assessment)adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian 8

ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan baik Intelektual maupun mental siswa. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Kelebihan dari pembelajaran Kontekstual yaitu :(1)Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. (2)Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena strategi pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan 8 pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. (3)Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.(4)kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.(5)materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru. (6)Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. 8 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 9

Kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:(1)diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung.(2)jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.(3)guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam Strategi PembelajaranKontekstual, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. (4)Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan 9 perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap Guru manakala menggunakan pendekatan kontekstual:(1)dalam perkembangan kontekstual siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang telah dimilikinya. Dengan demikian, peran guru adalah membimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.(2)setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba 9 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 10

memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian Guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa. (3)Belajar bagi siswa adalah menterkaitkan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal lama yang sudah diketahuinya. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa dapat menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.(4)belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi). Dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.langkah-langkah Pengembangan Dalam Pembelajaran Kontekstual : Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen Kontekstual tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah- 10 langkah sebagai berikut: 1)Langkah pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.2)langkah kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.3)langkah ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.4)langkah keempat, menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.5)langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.6)langkah keenam, 10 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 11

membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.7)langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah : 1)Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa dipaksa memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan memberdayakan siswa.2)materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tidak terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.3)penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang autentik.4)sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum dimanfaatkan secara optimal.untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan pembelajaran kontekstual sebagai suatu strategi pembelajaran, diantaranya: -)Strategi 11 pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.-)strategi pembelajaran kontekstual memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Artinya pembelajaran kontekstual bukan hannya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.-)kelas dalam pembelajaran kontekstualbukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. Artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.-)materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian dari orang lain. Artinya 11 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 12

pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyara, jadi siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.pengertian Strategi Pembelajaran : J.R. David (dalam Sesep 2010:44) mendefinisikan strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.kemp (dalam Sesep 2010:45) menjelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Hasil Penelitian dan Pembahasan 12 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas IX (Sembilan) SMP Negeri 2 Wanggarasi dengan tujuan meningkatan hasil belajar siswa materi Bela Negara pada mata pelajaran PKN dapat ditingkatkan melalui penggunaan strategi pembelajaran kontekstual. Hasil Penelitian Tindakan kelas ini bertitik tolak pada perkembangan hasil belajar siswa tentang materi Bela Negara di kelas IX (Sembilan) SMP Negeri 2 Wanggarasi pada mata pelajaran PKn dan situasi pembelajaran saat tindakan kelas. Kemampuan siswa tentang 13 materi Bela Negara pada siklus I menunjukan bahwa kemampauan siswa terlihat mulai mengalami peningkatan ketuntasan hal ini telihat pada jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang siswa atau 57,14 %, selanjutnya siswa yang tergolong belum tuntas 12 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 13 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 13

sebanyak 6 orang atau 42,86 %. Dengan nilai rata-rata 68,86. Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa indikator kinerja yang ditetapkan belum tercapai yakni 80% siswa memperoleh nilai di atas 65. Untuk itu peneliti mengambil kesimpulan bahwa perlu adanya tindak lanjut penelitian pada siklus II. Selanjutnya dilakukan tes pada siklus II yang hasilnya menunjukan bahwa bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 orang siswa atau 85,72 %, selanjutnya siswa yang belum tuntassebanyak 2 orang siswa atau 14,28 %. Dengan nilai rata-rata sebesar 74,36. Berdasarkan data ini maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak perlu adanya tindak lanjut penelitian pada siklus III dimana indikator kinerja telah tercapai yakni 80% siswa memperoleh nilai di atas 65. Hasil ini menunjukan bahwa telah optimal penerapan strategi pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) dilakukan secara baik dan benar pada kegiatan pembelajaran siklus II, sehingga penetapan hipotesis tindakan penelitian yang berbunyi Jika penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat berjalan efekltif, maka pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn materi Bela Negara di kelas IX SMP Negeri 2 Wanggarasi akan meningkat, hal ini terbukti dan dapat diterima secara ilmiah. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. Pemahaman siswa kelas IX (Sembilan) SMP Negeri 2 Wanggarasi pada materibela Negara dapat ditingkatkan dengan menggunakan Strategipembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning). Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus. Hal ini dibuktikan 14 dengan hasil evaluasi pada siklus I terjadi menunjukan bahwa kemampauan 14 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 14

siswa terlihat mulai mengalami peningkatan ketuntasan hal ini telihat pada jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang siswa atau 57,14 %, selanjutnya siswa yang tergolong belum tuntas sebanyak 6 orang atau 42,86 %. Dengan nilai rata-rata 68,86. Selanjutnya hasil siklus II menunjukan bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 orang siswa atau 85,72 %, selanjutnya siswa yang belum tuntassebanyak 2 orang siswa atau 14,28 %. Dengan nilai rata-rata sebesar 74,36. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1 dan 2 bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni Jika penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat berjalan baik, maka pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn materi Bela Negara di kelas IX SMP Negeri 2 Wanggarasi akan meningkat. dapat diterima. Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka peneliti mengajukan beberapa saran untuk perbaikan antara lain : (1)Penerapan strategi pembelajaran kontekstual sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa agar dapat berhasil dengan baik. (2)Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat memberikan hasil belajar yang baik. (3)Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan guru agar lebih meningkatkan sarana prasarana, fasilitas belajar dan pelayanan sehingga proses belajar lebih kondusif dan akan menghasilkan siswa yang berkualitas. 15 Diknas: DAFTAR PUSTAKA 15 *Alwin Matoka Nim 221 411 159,**Hj. Maisara Sunge, SH, MH***Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, 15

Depdiknas. (2005) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta Internet: Rosyidah, Fima. 2005. Artikel: Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual. http://re-searchengines.com/art05-96.html (diaksespadatanggal 28 Oktober 2013 pukul 11.07 wita) Saliman. 2009. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) - Presentation Transcript. http://www.slideshare.net/abeyow/ pembelajaran-kontekstual contextual-teaching-learning-ctl (diaksespadatanggal 28 Oktober 2013 pukul 11.07 wita) Sesep. 2010. Strategi Pembelajaran Kontekstual. http://s3s3p.wordpress.com/ 2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/ (diaksespadatanggal 28 September 2013 pukul 11.35 wita) Sudrajat, Akhmad. 2008. Pembelajaran Kontekstual. http://akhmadsudrajat.word press.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/ (diaksespadatanggal 28 September 2013 pukul 11.35 wita) Suherli. 2009. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-kontekstual.html (diaksespadatanggal 28 September 2013 pukul 11.35 wita) 16