BAB I PENDAHULUAN. Milyar atau 13.83% dari total PDB (BPS: 2007). pertanian akan meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang seperti terwujud dalam pembangunan Nasional pada saat ini.

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BUPATI PAKPAK BHARAT,

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Ekonomi Pertanian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pertanian. Oleh karena itu pemerintah terus berusaha untuk

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terbesar di setiap ekonomi negara yang berkembang. Sektor ini menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan negara kita merupakan negara agraris sehingga peran sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembentukan PDB ( kedua setelah sektor industri ), yaitu sebesar Rp.547.223.60 Milyar atau 13.83% dari total PDB (BPS: 2007). Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk dan tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau sekitar 44,5% dari total tenaga kerja nasional. Berhasil tidaknya pembangunan pertanian akan meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan masyarakat perdesaan yang berarti pula meningkatkan taraf hidup sebagai golongan masyarakat Indonesia. Segala potensi yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Agar potensi tersebut memberikan kontribusi yang nyata, maka sektor pertanian perlu dibangun dan dikembangkan secara berkesinambungan. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik, sehingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu, harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera,

khususnya petani. Melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang mapan. Sistem tersebut harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi pembangunan pertanian mutlak diperlukan mengingat pertanian merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari kondisi perekonomian Propinsi Sumatera utara, sektor pertanian mempunyai pranan yang strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Selain itu Sumatera utara menunjukan kondisi yang tidak jauh berbeda, sebagian besar Kabupaten-kabupaten di Sumatera utara juga masih mengandalkan sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pertanian yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumatera utara, yaitu 22,84% pada tahun 2008, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 22,56% (BPS:2008). Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu dari beberapa wilayah Sumatera utara yang masih mengandalkan sektor pertanian, terutama pertanian pangan dan perkebunan rakyat seperti perkebunan rakyat seperti Nilam, Kopi, Karet dan Coklat. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km 2 yang terdiri dari 8 kecamatan, yakni Kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Sengkut, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan

produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura. ( BPS: Kabupaten Pakpak Bharat Daalam Angka: 2008 ). Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani. Ekspor minyak nilam meningkat pada tahun 1993 dimana volume ekspor mencapai 2.835 ton dan pemasukan devisa masingmasing sebesar US$ 20.691.000. Dalam 10 tahun terakhir laju peningkatan ekspor mencapai 6 % pertahun. Sedangkan Pada tahun 2004, volume ekspor minyak nilam mencapai 2.074 ton dengan nilai sebesar US$ 27.137.000. Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 90 %. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika (Ditjen Perkebunan, 2006). Prospek ekspor minyak nilam cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetika. Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia dan Philipina, serta India, Amerika selatan dan China. Di Indonesia, sentra produksi nilam di propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara. Sebagai penghasil minyak nilam terbesar, Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam memberikan kontribusi 70 % terhadap produksi nasional. Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40-50 % dari bahan baku dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchauoly alkohol yang berkisar antara 30 50 %. Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis. Negara-negara pengimpor utama adalah Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan Australia. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu sentra produksi nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami lahannya dengan tanaman nilam. Yakni di kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Sitellu Tali urang Julu, adalah penghasil produksi Nilam terbesar di bandingkan dengan beberapa kecamatan lainnya. Berdasarkan data depertemen pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, luas areal tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Bharat adalah 33.6 Ha, total luas tanaman nilam dari 8 kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat. Sedangkan pada jumlah produksinya pertahun adalah 1.286.1 ton ( Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2008 ). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Luas serta Produksi Komoditi Nilam di Kabupaten Pakpak No Kecamatan Luas Area (Ha) Bharat Produksi (Ton) Rata-Rata Produksi (Kg/Ha/Thn) 1 Salak 5.5 0.7 130.0 2 Sitellu Tali Urang Jehe 13.8 18.2 256.1 3 Pagindar 2.0 1.2 200.0 4 Sitellu Tali Urang Julu 3.0 0.5 100.0 5 Pergetteng G. Sengkut 0.5 0.7 100.0 6 Kerajaan 5.0 2.6 200.0 7 Tinada 2.8 1.2 200.0 8 Siempat Rube 1.0 0.5 100.0 Jumlah 33.6 25.6 1.286.1 Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008. Perkembangan Harga minyak nilam di pasar lokal sangat menguntungkan bagi masyarakat petani nilam yakni mencapai Rp 1 juta per kilogram. Sedangkan Untuk daun Nilam 1 Kg dijual dengan harga Rp 4000 10.000. Penelitian mengenai masalah tingkat produksi nilam di Indonesia belum mendapatkan perhatian yang cukup. Program pembanguan pertanian perlu diarahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional. Dalam prakteknya, faktor-faktor produksi mempunyai peranan besar terhadap tingkat produksi nilam melalui lama bertanam nilam, luas lahan produktif, penggunaan pupuk, penggunaan tenaga kerja, biaya penyulingan, dan jarak antara permukiman dengan perkebunan nilam serta peralatan pengolahan dan lain sebagainya yang mempengaruhi tingkat produksi nilam. Dalam hal ini, diperlukan bidang usaha yang mempergunakan minyak nilam tersebut sebagai bahan baku dari suatu produk.

Dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. 1.2 Perumusan Masalah Untuk menentukan perumusan masalah terhadap latar belakang penulisan skripsi ini, penulis membatasi aspek kajian yang akan di analisis yaitu Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat ) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lama bertanam nilam, luas lahan produktif, penggunaan pupuk, tenaga kerja, biaya penyulingan dan jarak antara rumah dengan Perkebunan nilam. Dengan pembatasan perumusan masalah ini maka aspek yang akan dikaji dalam perumusan masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh lama waktu bertanam nilam terhadap tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 2. Bagaimana pengaruh luas lahan produktif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 3. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 4. Bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 5. Bagaimana pengaruh biaya penyulingan terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 6. Bagaimana pengaruh jarak antara pemukiman responden dengan perkebunan Nilam terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

1.3 Hipotesis Hipotetis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris dalam penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan penelitian dibuat hipotetis sebagai berikut : 1. Lama bertanam nilam berpengaruh positif terhadap tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus. 2. Luas lahan produktif berpengaruh positif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus. 3. Penggunaan pupuk berpengaruh positif terhadap tingkat produksi Nilam di kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus. 4. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus. 5. Biaya penyulingan berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus. 6. Jarak antara permukiman dengan perkebunan Nilam berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat, ceterius paribus. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama bertanam nilam terhadap tingkat produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan produktif terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya penyulingan terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jarak antara pemukiman dengan perkebunan Nilam terhadap tingkat produksi Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan ilmu pengetahuan Ekonomi khususnya di bidang Ekonomi Pertanian. 2. Sebagai bahan literature atau refrensi dalam melakukan penelitian dibidang Ekonomi yang terkait dengan permasalahan yang sama. 3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat, terutama para pengambil keputusan maupun pelaksana pembangunan daerah dalam merumuskan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah yang berkaitan dengan peningkatan produksi Nilam, khususnya dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat.